• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air - Efektifitas Proses Elektrokoagulasi Terhadap Penurunan Kadar Besi Air Sumur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air - Efektifitas Proses Elektrokoagulasi Terhadap Penurunan Kadar Besi Air Sumur"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kehidupan setiap

mahluk hidup di bumi ini. Oleh sebab itu diperlukan sumber air yang mampu

menyediakan air yang baik dari segi kualitas dan kuantitas. Pertumbuhan

penduduk yang begitu pesat, mengakibatkan sumber daya air di dunia menjadi

salah satu kekayaan yang sangat penting. Air merupakan hal pokok bagi konsumsi

dan sanitasi umat manusia, untuk produksi barang industri, serta untuk produksi

makanan, kain dan sebagainya. Namun air tidak tersebar secara merata di atas

permukaan bumi akan tetapi bervariasi (Suripin, M., 2001)

Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97% air asin di lautan, 2% masih

berupa es, 0,0009% berupa danau, 0,00009% merupakan air tawar di sungai dan

sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

hiidup manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air

merupakan barang langka yang paling dominan dibutuhkan di permukaan bumi

ini (Nugroho,A., 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MEN.KES/SK/VII/2002

tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, air

minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan kesehatan air minum yaitu

(2)

2.2. Sumur Gali

Sumur gali adalah satu sarana yang paling umum digunakan oleh masyarakat

kecil untuk mengambil air tanah dangkal dan dipergunakan sebagai sumber air

bersih. Air tanah dangkal adalah air yang paling mudah terkontaminansi oleh

rembesan yang berasal dari sarana pembuangan air kotor, jamban dan kotoran

hewan. Sumur gali umumnya dibuat untuk mengambil air tanah bebas sehingga

sangat dipengaruhi oleh musim (Ompusunggu,H., 2009).

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif

dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi

melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran

manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena

lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air (Entjang,I., 2000).

Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan

sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan

air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang

baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam

sumur (Entjang,I., 2000).

Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan

membuat sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air

tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan air

yang diambil adalah air dangkal. Untuk pengambilan air yang lebih besar

diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar. Kedalaman sumur gali

tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air

bebas di bawah lapisan tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak

lebih dari 5-8 meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah

pantai dimana air tanah berada di atas air asin (Gabriel,J.F., 2001).

(3)

2.3. Logam Besi (Fe)

2.3.1. Sifat-Sifat Logam Besi

Besi (Fe) merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan

oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh

1.5380 C, dan titik didih 2.8610 C. Fe menempati urutan sepuluh besar sebagai unsur di bumi. Fe menyusun 5-5,6 dari kerak bumi dan menyusun 35 % dari

massa bumi. Konsentrasi tertinggi terdapat pada lapisan dalam dari inti bumi dan

sejumlah kecil terdapat di lapisan terluar kerak bumi. Beberapa tempat di bumi

bisa mengandung Fe mencapai 70%. Logam Fe ditemukan dalam inti bumi berupa

hematit. Fe hampir tidak dapat ditemukan sebagai unsur bebas. Fe diperoleh

dalam bentuk tidak murni sehingga harus melalui reaksi reduksi guna

mendapatkan Fe murni. Fe ditemukan terutama sebagai mineral hematit (Fe2O3);

magnetit (Fe3O4); mineral lain yang merupakan sumber Fe adalah limonit

[FeO(OH)nH2O], siderit (FeCO3), dan takonit (Widowati,W dkk., 2008).

Logam besi memiliki warna putih keperakan, yang kukuh dan liat. Asam

klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer dapat melarutkan besi.

Fe(s) + 2HCl(aq)→ Fe2+(aq) + 2Cl-(aq) + H2↑(g)

2Fe(s) + 3H2SO4(aq) + 6H+(aq) → 2Fe3+(aq) + 3SO2↑(g) +6H2O(l)

Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi (II) dan amonia :

4Fe(s) + 10H+(aq) + NO-3(aq) → 4Fe2+(aq) + NH4+(aq) + 3H2O(l)

Asam nitrat pekat yang panas dapat melarutkan besi dengan membentuk gas

nitrogen oksida dan ion besi (III) :

Fe(s) + HNO3(aq) + 3H+(aq) → Fe3+(aq) + NO↑(g) + 2H2O(l) (Svehla,G.,1979)

2.3.2. Logam Besi Dalam Air

Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan Fe.

Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai

(4)

aktivitas industri. Besi dalam air tanah bisa berbentuk Fe(II) dan Fe(III) terlarut

(Widowati,W dkk., 2008). Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat

bersifat :

a. terlarut sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri) ;

b. tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mikrometer) atau lebih

besar ;

c. tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah liat)

(Nainggolan,H., 2011).

Perairan yang mengandung besi tidak diinginkan untuk keperluan rumah

tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan

alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak untuk air minum. Besi (II)

sebagai ion berhidrat dapat larut, merupakan jenis besi yang terdapat dalam air

tanah, karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari atmosfer,

konsumsi oksigen bahan organik dalam media mikroorganisme akan

menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah. Oleh karena itu, besi dengan

bilangan oksidasi rendah yaitu Fe(II) umumnya ditemukan dalam air tanah

dibandingkan Fe(III). Secara umum Fe(II) terdapat dalam air tanah berkisar antara

1,0-10 mg/L, dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah mengandung Fe(II) jernih

tetapi saat mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro

akan berubah menjadi ion ferri (Effendi, 2003).

Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir tidak

pernah lebih dari 0,3 mg/l, kadar besi pada perairan alami berkisar 0,05-0,2 mg/l.

Pada air tanah dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10-

100 mg/l. Kadar besi >1,0 mg/l dianggap membahayakan kehidupan organisme

akuatik. Air yang diperuntukkan untuk air minum sebaiknya memiliki kadar besi

(5)

2.3.3. Akibat Kelebihan Konsentrasi Besi Terlarut

Apabila kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas, akan menyebabkan

berbagai masalah, diantaranya :

1. Gangguan teknis

Endapan Fe(OH) bersifat korosif dapat mengendap pada saluran pipa, sehingga

mengakibatkan clogging dan mengotori bak/wastafel/kloset.

2. Gangguan fisik

Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah

timbulnya warna, bau dan rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi

terlarutnya > 1,0 mg/L karena dapat menyebabkan air berbau seperti telur busuk.

3. Gangguan kesehatan

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai

pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7–35 mg/hari yang

sebagian diperoleh dari air.

Namun zat Fe yang berlebih pada tubuh dapat menimbulkan masalah bagi

kesehatan, beberapa diantaranya yaitu :

a. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual

apabila dikonsumsi.

b. Kadar Fe yang besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali

disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini.

c. Kadar Fe > 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan

kulit.

d. Hemokromatesis primer besi akibat dari penyerapan Fe dalam jumlah

berlebih di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi

sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks

dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati

dan kerusakan pankreas sehingga menimbulkan diabetes (Widowati,W

(6)

2.4. Sel Elektrokimia

Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan transfer bentuk energi listrik

menjadi energi kimia atau sebaliknya, melalui saling interaksi antara arus listrik

dan reaksi redoks (Hiskia,A.,1992).

Reaksi redoks merupakan akibat dari aliran arus listrik yang diberikan dan

berlangsung pada bagian yang disebut elektroda. Pertemuan antara dua fase

dengan komposisi yang berlainan akan menyebabkan perbedaaan potensial antara

dua fase tersebut, sehingga terjadi pemisahan muatan listrik. Transfortasi muatan

listrik antar fase dapat terjadi pada fase elektrolit dan fase elektroda. Elektroda

adalah fase tempat muatan listrik dibawa oleh gerakan elektron. Sedangkan

elektrolit adalah fase tempat muatan listrik dibawa oleh gerakan ion – ion

(Hiskia,A.,1992).

Secara umum sel elektrokimia didefinisikan sebagai 2 elektroda yang

dipisahkan oleh paling sedikit satu fase elektrolit. Elektroda tempat terjadinya

oksidasi disebut anoda dan elektroda tempat terjadinya reduksi disebut katoda.

Oksidasi yaitu suatu perubahan kimia, jika :

a.Suatu zat memberikan atau melepaskan elektron

b.Suatu unsur mengalami pertambahan bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi

c.Terjadi pada anoda atau elektroda positif suatu sel elektrokimia

Reduksi ialah suatu perubahan kimia, jika :

a.Suatu zat menangkap atau menerima elektron

b.Suatu unsur mengalami pengurangan bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi

c.Terjadi pada katoda atau elektroda negatif suatu sel elektrokimia

(7)

2.5. Potensial Elektroda

Suatu reaksi reduksi dapat menimbulkan potensial listrik tertentu yang disebut

potensial elektroda (E0). Makin mudah suatu unsur mengalami reduksi, makin besar E0 yang ditimbulkannya. Terdapat perbedaan potensial antara dua elektroda pada kondisi ada arus ataupun tidak ada arus. Dengan membuat potensial

elektroda lebih negatif, energi elektron akan meningkat dan akan mencapai tingkat

yang cukup untuk mengisi keadaan kosong pada spesi dalam elektrolit. Dalam hal

ini terjadi aliran elektron dari elektroda ke larutan sehingga menimbulkan arus

reduksi. Sedangkan dengan membuat potensial elektroda lebih positif, energi

elektroda dapat direndahkan. Beberapa titik elektron dalam larutan elektrolit akan

mencari energi yang lebih sesuai pada elektroda dan menyebabkan terjadinya

perpindahan elektron dari larutan elektrolit ke elektroda sehingga menimbulkan

arus oksidasi (Putra,M., 2000).

Harga E0 yang dipakai adalah harga E0 relatif yang dibandingkan terhadap suatu elektroda standar sehingga disebut harga E0 yaitu potensial elektroda standar. Sebagai standar dalam menentukan E0 adalah elektroda hidrogen. Gas hidrogen murni dialirkan pada elektroda platina yang bersentuhan dengan larutan

asam (H+). Pada permukaan platina terdapat kesetimbangan : 2H+ + 2e H2

Harga E0 pada reaksi ini ditetapkan 0 Volt. Harga E0 dari semua reaksi reduksi adalah harga yang dibandingkan terhadap E0 Hidrogen ( Putra,M., 2000).

Berdasarkan harga E0 yang tercantum dalam daftar, disusun suatu deret unsur yang disebut deret potensial logam (deret volta) mulai dari

unsur-unsur yang memiliki E0 terkecil sampai kepada unsur yang memiliki E0 terbesar (Putra,M., 2000).

Reaksi katoda atau reduksi ditunjukkan dalam tabel 2.1. Dalam hal ini,

apabila elektroda bertindak sebagai anoda dan menjalani oksidasi, maka reaksinya

(8)

Tabel 2.1. Potensial Reduksi Standar (Keenan,C.W., 1999)

Reaksi Katoda (Reduksi) E°(V)

(9)

2.6. Elekrokoagulasi

Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel

halus dalam air menggunakan energi listrik. Proses elektrokoagulasi dilakukan

pada bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat dua penghantar arus listrik

searah yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah sebagai

elektrolit.

Gambar 2.1 Prinsip dari Proses Elektrokoagulasi (Ni’am,M.F., 2007)

Apabila dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan

dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala

dekomposisi elektrolit, yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima

elektron yang di reduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda

danmenyerahkan elektron yang dioksidasi. Sehingga membentuk flok yang

mampu mengikat kontaminan dan partikel-partikel dalam limbah (Sutrisno.T.,

1987).

Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang pendek.

(10)

air. Itu dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang sangat

efektif untuk pemindahan bahan pengkontaminasi di dalam air. Proses ini dapat

mengurangi lebih dari 99% kation logam berat. Pada dasarnya sebuah elektroda

logam akan teroksidasi dari logam M menjadi kation (M+). Selanjutnya, air akan direduksi menjadi gas hidrogen dan ion hidroksil (OH). Elektrokoagulasi ini

dikenal sebagai reaksi in situ kation logam (Holt,P.K. et al, 2006).

Gambar 2.2. Interaksi Dalam Proses Elektrokoagulasi (Holt,P.K. et al, 2006).

Interaksi yang terjadi dalam larutan :

a. Migrasi menuju muatan elektroda yang berlawanan (elektroporesis) dan

netralisasi muatan.

b. Kation atau ion hidroksil membentuk sebuah endapan dengan pengotor.

c. Interaksi kation logam dengan OH- membentuk sebuah hidroksida, dengan sifat adsorpsi yang tinggi selanjutnya berikatan dengan pollutan (bridge

coagulation).

d. Senyawa hidroksida yang terbentuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih

besar .

(11)

f. Sesudah flok terjadi, gas H2 membantu Flotasi dengan membawa polutan

kelapisan buih flok di permukaan cairan (Holt,P.K. et al, 2006).

Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah :

a. Reaksi pada Katoda

Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation, jadi yang diperhatikan hanya

kation saja.

1.Jika larutan mengandung ion- ion logam alkali, ion – ion logam alkali tanah, ion

Al3+ dan ion Mg2+, maka ion – ion logam ini tidak dapat direduksi larutan. Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas hidrogen (H2) pada

katoda. Reaksi yang terjadi di katoda tergantung pada pH air yang diolah. Pada

kondisi netral atau basa, gas hidrogen terjadi dengan reaksi :

2H2O(l) + 2e− → 2OH−(aq) + H2(g) E0 = -0,83 V

Dari daftar E0 diketahui bahwa reduksi terhadap air lebih mudah berlangsung dari pada reduksi terhadap ion – ion diatas.

2.Sedangkan pada kondisi asam, reaksi pembentukan gas hidrogen adalah sebagai

berikut :

2H+(aq) + 2e−→ H2(g) E0 = 0,00 V

3.Jika larutan mengandung ion – ion lain, maka ion – ion logam ini akan direduksi

menjadi masing – masing logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan

pada permukaan bidang katoda (Holt,P.K. et al, 2006).

Contoh :

Fe2+(aq) + 2e− → Fe(s) E0 = -0,44 V

Mn2+(aq) + 2e− → Mn(s) E0 = -1,18 V

b.Reaksi pada Anoda

Elektroda pada anoda, elektrodanya diketahui dioksidasi (bereaksi) diubah

menjadi ionnya.

Contoh :

Al(s) → Al3+(aq) + 3e− E0 = +1,66 V

(12)

Dalam sistem elektrokimia dengan anoda terbuat dari aluminium, beberapa

kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut :

Anoda :

Al(s) → Al3+(aq) + 3e− E0 = +1,66 V

Katoda :

2H2O(l) + 2e− → 2OH−(aq) + H2(g) E0 = -0,83 V

2H+(aq) + 2e− → H2(g) E0 = 0,00 V

O2(g) + 4H+(aq) + 4e− → 2H2O(l) E0 = +1,23V

(Holt,P.K. et al, 2006).

2.6.1. Flokulasi

Flokulasi adalah penggabungan dari partikel-partikel hasil koagulasi menjadi

partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar,

dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti

flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang

mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar

partikel dapat terjadi (Sutrisno,T., 1987).

Koloid yang tidak stabil cenderung untuk menggumpal, walaupun

kecepatan penggumpalannya sangat lambat. Kecepatan penggumpalan ini

ditentukan oleh banyaknya kontak antar partikel koloid dan efektifitas kontak

yang terjadi karena:

a. Gerak Brown (perikinetik)

b. Gradien kecepatan dalam media suspensi (ortokinetik) yang bergantung pada

temperatur, kecepatan aliran air, jumlah partikel koloid, konsentrasi dan ukuran

(13)

2.6.2. Koagulasi

Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel – partikel koloid. Partikel – partikel

tersebut membentuk lapisan secara kimia yang kemudian diikuti dengan flokulasi.

Zat – zat kimia yang digunakan untuk mendestabilkan partikel koloid disebut

dengan koagulan. Koagulan yang paling umum dan paling sering digunakan

adalah alum (aluminium sulfat) dan garam – garam besi. Karakteristik dari kation

multivalensi adalah mempunyai kemampuan menarik koagulan ke muatan partikel

koloid (Proste,R.L., 1997).

Pada dasarnya proses koagulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

cara kimia dan cara fisika. Koagulasi cara kimia yaitu proses penjernihan air

dilakukan dengan memberikan penambahan bahan kimia sebagai koagulan

berbentuk garam (aluminium sulfat) untuk mempercepat terjadinya pembentukan

flok yang dapat diendapkan. Sedangkan koagulasi secara fisika yang sering

dinamakan dengan elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air secara

elektrokimia dimana pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion

logam (biasanya aluminium atau besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda

terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen (Holt,P.K. et al, 2006).

2.6.3. Kelebihan Elektrokoagulasi

Adapun kelebihan dari elektrokoagulasi yaitu :

a. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk

dioperasikan.

b. Elektrokoagulasi lebih cepat mereduksi kandungan partikel-partikel koloid

yang paling kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik kedalam air akan

mempercepat pergerakan partikel-partikel koloid didalam air dengan demikian

akan memudahkan proses.

c. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini

(14)

d. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi,

dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur.

e. Tidak diperlukan pengaturan pH.

f. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.

g. Endapan yang terbentuk dari proses elektrokoagulasi lebih mudah dipisahkan

dari air.

h. Dapat memindahkan partikel – partikel koloid yang lebih kecil.

I. Dapat diatur arus listriknya (Purwaningsih,I., 2008).

2.6.4. Kekurangan Elektrokoagulasi

Selain kelebihan, elektrokoagulasi juga memiliki beberapa kekurangan yaitu :

a. Tidak dapat digunakan untuk mengolah cairan yang mempunyai sifat elektrolit

kuat dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda.

b. Besarnya reduksi logam berat dalam cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya

arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak

elektroda dan jarak antar elektroda.

c. Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi.

d. Penggunaan listrik yang mungkin mahal.

e. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti

(Purwaningsih,I., 2008).

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah spektrofotometri atom yang lebih

melibatkan pada proses penyerapan panjang gelombang yang dipancarkan oleh

suatu unsur atom yang dilewatkan melalui gas pembakar. Dalam beberapa tahun

terakhir ini, SSA telah menjadi salah satu teknik analisis yang banyak digunakan.

Pada kenyataannya, dapat kita katakan bahwa SSA digunakan untuk menganalisa

(15)

2.7.1. Prinsip Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Prinsip dasar spektrofotometer serapan atom dimana jika suatu larutan yang

mengandung suatu senyawa logam dihembuskan kedalam suatu nyala (misalnya

asitilena yang terbakar di udara), dapat terbentuk uap yang mengandung atom –

atom logam itu. Beberapa atom logam dalam gas ini dapat dieksitasi ke tingkat

energi yang lebih tinggi yang cukup tinggi untuk memungkinkan pemancaran

radiasi yang karakteristik dari logam tersebut. Tetapi jumlah jauh lebih besar dari

atom logam bentuk gas itu normalnya tetap berada dalam keadaan tak tereksitasi

atau dengan perkataan lain dalam keadaan dasar. Atom – atom kedaan dasar ini

mampu menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansinya khas

untuknya, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan

dipancarkan atom – atom itu bila tereksitasi dari keadaan dasar. Jadi jika cahaya

dengan panjang gelombang resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung

atom – atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap dan jauh

penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang

berada dalam keadaan nyala (Mulja,J.C., 1991) .

2.7.2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

(16)

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri

atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. katoda

sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan

logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon)

dengan tekanan rendah (Rohman,A., 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom

yang masih dalam keadaan atas. Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan

untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala dan

tanpa nyala.

a. Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan

menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi

b. Tanpa Nyala (Flameless)

Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit, kemudian tabung

tersebut dipanaskan dengan system elektris dengan cara melewatkan arus

listrik grafit.. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis

berubah menjadi atom-atom netral. (Rohman,A., 2007).

3. Monokromator

Monokromator memisahkan, mengisolasi, dan mengontrol intensitas dari radiasi

energi yang mencapai detector.(Haswell,S.J., 1991).

4. Detektor

Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas

radiasi yang akan datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer serapan atom

yang umum dipakai sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton

(17)

5. Readout

Sistem pencatat yang digunakan pada instrument SSA berfungsi untuk mengubah

sinyal yang diterima melalui bentuk digital, berarti system pencatat menengah

atau mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala dan sebagainya, serta

menyeragamkan tampilnya data, yaitu dalam satuan absorbansi (Haswell,S.J.,

1991).

2.7.3. Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya

Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan

cenderung mengabsorpsi radiasi dari sumber radiasi. Demikian juga terjadinya

ionisasi atom akan menjadi sumber kesalahan pada SSA oleh karena spektrum

radiasi oleh ion jauh berbeda dengan spektrum absorpsi atom netral yang memang

akan ditentukan (Mulja,J.C., 1991).

Ada beberapa cara untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu:

1. Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian untuk itu dipakai

gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan

temperatur yang tinggi.

2. Menambahkan elemen pengikat gugus atom penyangga, sehingga terikat kuat

akan tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral. Misalnya,

penentuan logam yang terikat sebagai garam, dengan penambahan logam, yang

lainnya akan terjadi ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu.

3. Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara eksitasi.

Gambar

Tabel 2.1. Potensial Reduksi Standar (Keenan,C.W., 1999)
Gambar 2.1 Prinsip dari Proses Elektrokoagulasi (Ni’am,M.F., 2007)
Gambar 2.2. Interaksi Dalam Proses Elektrokoagulasi (Holt,P.K. et al, 2006).
Gambar 2.3  Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom

Referensi

Dokumen terkait

yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh Rentabilitas Terhadap return saham, untuk membuktikan pengaruh Likuiditas Terhadap return saham, untuk

Hal ini dilakukan untuk lebih mengoptimalkan lintasan kerja agar lebih efektif sehingga dapat mencapai kapasitas produksi yang lebih baik dari pada hasil sebelumnya, sehingga

Sediaan krim ekstrak ikan kutuk memberikan efek yang sama dengan efek yang diberikan oleh Bioplacenton, hal ini ditunjukkan dengan pada hari ke-7, rerata jumlah makrofag

PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

The results showed that there are 48 species of plants utilized by communities in Hiang Indigenous Forest, 27 species are used as firewoods, 15 species as building materials,

Menulis 1 judul naskah buku yang akan diterbitkan dalam waktu sebanyak-banyaknya 4 semester (disetujui oleh pimpinan dan tercatat) sama dengan 3 sks. Menulis satu judul naskah

[r]