DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salahtugas mata kuliah Teknik Tenaga Listrik
Disusun oleh :
Alto Belly 0806365343 Asep Dadan H 0806365381 Candra Agusman 0806365583 Budi Lukman 0806365513
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
DAFTAR ISI
2.2 Sifat Beban Listrik
2.2.1 Beban Resistif
2.4 Cara Pemasangan Kapasitor
2.4.1 Koneksi Langsung 2.4.2 Koneksi Tidak Langsung
III. PERENCANAAN
3.1 Aplikasi Pada Jaringan Listrik Industri
IV. EVALUASI
4.1 Tanya Jawab
V. KESIMPULAN
VI. DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Dengan semakin tingginya tarif listrik, maka tuntutan efisiensi dalam pemakaian daya listrik adalah menjadi pertimbangan utama. Efisiensi penggunaan daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya listrik. Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis-jenis beban tertentu yang mengakibatkan turunnya efisiensi. Jenis-jenis beban yang mempengaruhi kualitas daya listrik adalah beban-beban induktif, seperti; motor induksi, kumparan, ballast, lampu TL. Demikian juga beban-beban non linier seperti; konverter dan inverter
untuk drive motor, mesin las, furnace, komputer, ac, tv, lampu TL dan lain-lain. Baban-beban induktif akan menurunkan faktor daya sehingga dapat menyebabkan denda apabila faktor daya kurang dari 0.85 lag, sedangkan beban-beban non linier tersebut menimbulkan harmonisa yang dampaknya akan mempengaruhi kualitas daya, sehingga menimbulkan kerugian - kerugian. Kerugian yang disebabkan oleh harmonisa umumnya adalah berupa :
- Panasnya mesin-mesin listrik karena rugi histerisis dan arus eddy meningkat - Turunnya torsi motor yang diakibatkan oleh harmonisa urutan negatif
- Kegagalan fungsi relay (kadang-kadang trip sendiri) sehingga mengganggu kontinuitas produksi - Terjadinya resonansi antara kapasitor bank dan generator/trafo yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan pada sistem.
- Turunnya efisiensi sehingga menyebabkan rugi daya.
- Kesalahan pembacaan pada meter-meter listrik konvensional seperti kwh meter (tidak berbasis thrue RMS)
- Panasnya trafo sehingga menurunkan efiensi maupun bisa menyebabkan terbakarnya trafo. - Panasnya kabel/kawat netral akibat harmonisa urutan nol sehingga mengganggu sistem instalasi
Sedangkan gangguan lain adalah gangguan yang disebabkan karena adanya fluktuasi pemakaian beban, terutama untuk beban-beban yang bersifat on/off seperti crane, furnace, pompa, welding dll. Gangguan ini dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan antara lain adalah;
- Kerusakan pada sistem instalasi, - Terganggunya peralatan lain, - Terputusnya suplai daya, - Lepas sinkron,
Kerusakan pada prime mover generator, terutama Diesel genset dengan pembebanan sampai 80%,
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Daya
Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan
daya listrik dimana 1 HP setara 746 Watt atau lbft/second. Sedangkan Watt merupakan unit daya listrik dimana 1 Watt memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1 Ampere dan tegangan 1 Volt.
Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V dan Arus dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan :
P = V x I
P = Volt x Ampere x Cos φ P = Watt
Gambar 1 Arah aliran arus listrik
2.1.2 Daya Aktif
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi sebenarnya.
Satuan daya aktif adalah Watt. Misalnya energi panas, cahaya, mekanik dan lain – lain. P = V. I . Cos φ
P = 3 . VL. IL . Cos φ
Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk kerja.
2.1.3 Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet. Dari
pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya yang
Q = V.I.Sin φ Q = 3 . VL. IL. Sin φ 2.1.4 Daya Nyata
Daya nyata (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan rms
dan arus rms dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya nyata adalah VA.
Gambar 2 Penjumlahan trigonometri daya aktif, reaktif dan semu
S = P + jQ, mempunyai nilai/ besar dan sudut S = S φ
S = √P2 + √Q2 φ
Untuk mendapatkan daya satu phasa, maka dapat diturunkan persamaannya seperti di bawah ini : S = P + jQ
Dari gambar 2 terlihat bahwa
P = V.I Cos φ Q = V. I Sin φ maka :
S1φ = V. I. Cos φ + j V. I Sin φ
S1φ = V. I. (Cos φ + j Sin φ)
S1φ = V. I. ej φ
S1 φ = V. I φ
S1 φ = V. I *
Hubungan Wye (Y)
Gambar 3 Hubungan bintang dimana :
VRS = VRT = VST = VL ; Tegangan antar phasa
VRN = VSN =VTN = VP ; Tegangan phasa
IR = IS = IT = IL (IP) ; Arus phasa /Arus saluran
Bila IL adalah arus saluran dan IP adalah arus phasa, maka akan berlaku
hubungan : IL = IP
VL = 3 VP
Hubungan Delta (∆)
Gambar 4 Hubungan delta Di mana :
IRS = IST = ITR = IP ; Arus phasa
IR = IS =IT = IL ; Arus saluran
VRS = VST = VTR = VL (VP) ; Tegangan antar phasa
Bila VL adalah tegangan antar phasa dan VP adalah tegangan phasa maka
berlaku hubungan : VL = VP
IL = 3 . IP
S(3) = 3 . VL. IL 2.1.5 Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan matematika antara tipe- tipe daya yang berbeda (Apparent Power, Active Power dan Reactive Power) berdasarkan prinsip
trigonometri.
Gambar 4 Diagram faktor daya dimana berlaku hubungan :
S = √P2 + √Q2 φ
P = S / Cos φ Q = S / Sin φ
2.1.6 Faktor Daya
Faktor daya (Cos ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ .
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S) = kW / kVA
= V.I Cos φ / V.I = Cos φ
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor
daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu.
Tan φ = Daya Reaktif (Q) / Daya Aktif (P) = kVAR / kW
karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAR berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut :
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ
sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya sebagai berikut : Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1
Daya reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2
Beberapa keuntungan meningkatkan faktor daya :
# Tagihan listrik akan menjadi kecil (PLN akan memberikan denda jika pf lebih kecil dari 0,85)
# Kapasitas distribusi sistem tenaga listrik akan meningkat # Mengurangi rugi – rugi daya pada sistem
# Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.
Jika pf lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang digunakan akan
berkurang. Kapasitas itu akan terus menurun seiring dengan menurunnya pf sistem kelistrikan.
Akibat menurunnya pf maka akan timbul beberapa persoalan diantaranya :
# Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi – rugi # Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR
# Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage drops)
Denda atau biaya kelebihan daya reaktif dikenakan apabila jumlah pemakaian kVARH yang tercatat dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62 jumlah kWH pada bulan yang bersangkutan sehingga pf rata – rata kurang dari 0,85. sedangkan perhitungan kelebihan pemakaian kVARH
dalam rupiah menggunakan rumus sebagi berikut :
Kelebihan pemakaian kVARH = [ B – 0,62 ( A1 + A2 )] Hk
dimana :
B = pemakaian kVARH A1 = pemakaian kWH WPB
A2 = pemakaian kWH LWBP
Hk = harga kelebihan pemakaian kVARH
Gambar 5 Hubungan daya aktif, reaktif dan kapasitansi
Beberapa strategi untuk koreksi faktor daya adalah :
# Meminimalkan operasi dari beban motor yang ringan atau tidak bekerja # Menghindari operasi dari peralatan listrik diatas tegangan rata – ratanya
# Mengganti motor – motor yang sudah tua dengan energi efisien motor. Meskipun dengan energi efisien motor, bagaimanapun faktor daya diperngaruhi oleh beban yang variasi. Motor ini harus dioperasikan sesuai dengan kapasitas rat – ratanya untuk memperoleh faktor daya tinggi.
# Memasang kapasitor pada jaringan AC untuk menurunkan medan dari daya reaktif.
Selain itu, pemasangan kapasitor dapat menghindari :
# Trafo kelebihan beban (overload), sehingga memberikan tambahan daya yang tersedia
# Voltage drops pada line ends
# Kenaikan arus / suhu pada kabel, sehingga mengurangi rugi – rugi.
Untuk pemasangan Capasitor Bank diperlukan :
# Kapasitor, dengan jenis yang cocok dengan kondisi jaringan
# Regulator, dengan pengaturan daya tumpuk kapasitor (Capasitor Bank) otomatis
# Kontaktor, untuk switching kapasitor
# Pemutus tenaga, untuk proteksi tumpuk kapasitor.
Pada gambar 6, segitiga daya menunjukan faktor daya 0,70 untuk 100 kW (daya aktif) beban induktif. Daya reaktif yang dibutuhkan oleh beban adalah 100 kVAR. Dengan memasang 67 kVAR kapasitor, daya nyata akan berkurang dari 142 menjadi 105 kVA. Hasilnya terjadi penurunan arus 26% dan faktor daya meningkat menjadi 0,95.
Energi listrik digunakan berbanding lurus dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Semakin besar energi listrik yang digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dibutuhkan. Dengan menggunakan power monitoring system dapat diketahui pemakaian energi listrik dan kondisi energi
Gambar 6 Kompensasi daya reaktif
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor daya “lagging”. Faktor daya ini memiliki karakteristik seperti berikut :
Faktor Daya “leading”
Gambar 7 Faktor daya “leading”
Gambar 8 Segitiga daya untuk beban kapasitif Faktor Daya “lagging”
Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan “lagging”. Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya induktif, seperti motor induksi, AC dan transformator.
Gambar 10 Segitiga daya untuk beban induktif
2.2 Sifat Beban Listrik
Dalam suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban. Bila sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena frekuensi sumber DC adalah nol.
Reaktansi induktif (XL) akan menjadi nol yang berarti bahwa induktor tersebut akan short circuit. Reaktansi kapasitif (XC) akan menjadi tak berhingga yang berarti bahwa kapasitif tersebut
akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban beban induktif dan beban kapasitif
tidak akan berpengaruh pada rangkaian. Bila sumber listrik AC maka beban dibedakan menjadi 3 sebagai berikut :
2.2.1 Beban Resistif
Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu pijar, pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara matematis dinyatakan :
R = V / I
Gambar 11 Arus dan tegangan pada beban resistif
2.2.2 Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat yang dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi, contoh : motor – motor listrik, induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya
XL = 2πf.L
Gambar 12 Arus, tegangan dan GGL induksi-diri pada beban induktif
2.2.3 Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian kapasitor. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan
mengeluarkan daya reaktif (kVAR). Arus mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan :
XC = 1 / 2πfC
Gambar 13 Arus, tegangan dan GGL induksi-diri pada beban kapasitif
2.3 Kompensasi Daya
Terdapat beberapa cara untuk melakukan koreksi daya reaktif, cara – cara yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
2.3.1 Metoda Perhitungan Biasa
Data yang diperlukan antara lain adalah daya aktif (kW). Power factor lama (Cos θ1) dan
Power factor baru (Cos θ2). Daya yang diperoleh dari persamaan :
S = P / Cos θ1
keterangan : S = Daya nyata (kVA) P = Daya aktif (kW)
Daya reaktif dari pf lama dan pf baru diperoleh dari persamaan :
QL = P Tan θ1
QB = P Tan θ2
keterangan : QL = Daya reaktif pf lama (kVAR)
Daya reaktif yang dikompensasi oleh capacitor bank adalah :
QC = QL - QB
keterangan : QC = Daya yang dikompensasi kapasitor (kVAR)
contoh perhitungan : Data yang diketahui :
Daya nyata 22 MVA, Tegangan 20 kV, 3 Phasa, 50 Hz, Cos θ1 = 0.5 lag, Cos θ2 = 0.95 lag
Perhitungan :
Cos θ1 = 0.5 --- Tan θ1 = 1,732
Cos θ2 = 0.95 --- Tan θ2 = 0,3287
P = S Cos θ1
P = 22 x 106 x Cos 0,5
P = 11 MVA maka : QC = QL - QB
QC = P [ Tan θ1 - Tan θ2 ]
QC = 11 x 106 [ 1,732 – 0,3287]
QC = 15, 4363 MVAR
2.3.2 Metoda Tabel Kompensasi
Untuk menghitung besarnya daya reaktif dapat dilakukan melalui tabel kompensasi, tabel ini menyajikan suatu data dengan input faktor daya mula – mula sebesar Cos θ1 dan faktor daya yang
diinginkanCos θ2 maka besarnya faktor pengali dapat dilihat melalui tabel kompensasi. Berikut
Tabel 1 Cos θUntuk Kompensasi
dengan kasus yang sama tetapi diselesaikan dengan Tabel Cos θUntuk Kompensasi. Data semula adalah :
Daya nyata 22 MVA, Tegangan 20 kV, 3 Phasa, 50 Hz, Cos θ1 = 0.5 lag, Cos θ2 = 0.95 lag
perhitungan :
Cos θ nilainya adalah 1,4.
Kemudian tentukan nilai beban daya aktif : P = S Cos θ1
P = 22 x 106 x Cos 0,5
P = 11 MVA
setelah nilai beban aktif diketahui maka tinggal dikalikan dengan hasil pengali yang diperoleh dari Tabel Cos θ, yaitu :
P = 11 MVA x faktor pengali P = 11 MVA x 1,4
P = 15,4 MVAR
Dari hasil perhitungan yang berbeda didapat diperoleh hasil yang sama.
2.3.3 Metoda Diagram
Dalam menentukan besarnya kapasitor yang dibutuhkan diperlukan diagram sebelum kompensasi dan sesudah kompensasi. Ditunjukkan dalam gambar 14, sebelum ada perbaikan power
Gambar 14 Diagram daya untuk menentukan daya kapasitor
faktor, dengan θ1 dan setelah dilakukan perbaikan sesuai yang diinginkan ditunjukkan dengan θ2.
Maka besar daya kapasitor yang diperlukan adalah :
QC = kW [ Tan θ1 - Tan θ2 ]
Sebagai contoh, power faktor 0,8 lag sebelum diberi kapasitor bank, diinginkan power faktor diperbaiki menjadi 0,9 lag. Daya total yang didapatkan dari PLN sebesar 1100 kVA tidak terpakai semua oleh beban. Besarnya daya yang terpakai sekitar 845 kVA. Maka kapasitas kapasitor bank yang terpakai dapat dihitung sebagai berikut :
Perhitungan :
S = 1100 kVA
Kapasitas kapasitor bank adalah : QC = Q1- Q2
QC = 660 – 484
QC = 176 kVAR ≈ 200 kVAR
2.3.4 Metoda Kwitansi PLN
Metoda ini memerlukan data dari kwitansi PLN selama satu periode (misalnya 1 tahun). Kemudian data penghitungan diambil dari pembayaran denda kVARH yang tertinggi. Data lain yang diperlukan adalah jumlah pemakaian.
Contoh :
Suatu pabrik yang beroperasi 8 jam/hari, membayar denda pemakaian kVARH tertinggi pada tahun yang lalu untuk 63504 kVARH. Maka diperlukan capasitor bank dengan nilai :
QC = kVARH tertinggi / waktu pemakaian
QC = 63.504 kVARH / 8 jam x 30 hari
QC = 264,6 kVAR.
2.3.5 Metoda Segitiga Daya
Metoda ini dipakai jika data yang diketahui adalah Daya aktif (P) dan Daya nyata (S). Perhitungan metoda ini dilakukan dengan segitiga daya.
Contoh :
P2 adalah :
P2 = P1 / 0,9
P2 = 1253 / 0,9
P2 = 1392,22 kW
sehingga daya reaktif yang baru adalah : Q2= √S2 - √P2
Q2= √17902 - √1392,222
Q2= 1125,08 kVAR
Jadi, besarnya kapasitas kapasitor yang dibutuhkan adalah : QC = Q1- Q2
QC = 1278,32 – 1125,08
QC = 153, 24 kVar ≈ 150 kVAR
2.4 Cara Pemasangan Kapasitor
Metoda pemasangan kapasitor dapat dibedakan menjadi 2 cara pemasanga, yaitu : 2.4.1 Koneksi Langsung
Metoda ini digunakan pada beban – beban yang besar dan mantap, contohnya pada motor – motor besar dengan power faktor yang jelek dan beroperasi dalam jangka waktu yang panjang. Kapasitor dipasang paralel dengan beban dan dihubungkan dengan kontaktor/switch ON/OFF bersama – sama dengan beban. Metoda ini memiliki keuntungan yaitu menghemat biaya dan tidak memerlukan regulator untuk mengatur kapasitor saat masuk dan keluar.
Gambar 15 Kapasitor dipasang secara direct connetion
2.4.2 Koneksi Tidak Langsung
Metoda ini digunakan apabila terdapat beban induktif yang bervariasi besarnya di dalam suatu sistem distribusi listrik. Pada metoda ini kapasitor dipasang paralel dengan dengan distribution panel ataubiasanya dipasang paralel dengan main distribution panel (MDP).
Beban yang berubah akan menyebabkan suatu over compensation, sehingga harus dipasang
PERENCANAAN
EVALUASI
4.1 Tanya Jawab
4.1.1 Bagaimanakah cara menghitung rekening listrik? Jelaskan! Jawab :
Rekening listrik, seperti diketahui, merupakan biaya yang wajib dibayar pelanggan setiap bulan. Ada beberapa komponen dalam menghitung rekening listrik:
1. Biaya Beban:
Adalah biaya yang besarnya tetap, dihitung berdasarkan daya kontrak (lihat Tabel 3.2, hal.12). Khususnya untuk golongan tarif H-3, I-4 untuk tanur busur dan I-5 Biaya Beban dihitung berdasarkan pembacaan kVA Max.
2. Biaya Pemakaian (kWH):
Adalah biaya pemakaian energi, dihitung berdasarkan jumlah pemakaian energi yang diukur dalam kWh (lihat juga Tabel 3.2, hal.12). Untuk golongan tarif tertentu, pemakaian energi ini dipilih menjadi dua bagian yaitu:
1. Pemakaian WBP dan pemakaian LWBP (lihat juga Tabel 3.2, hal.12)
2. Untuk golongan tarif R-2 Biaya Pemakaian dihitung berdasarkan sistem blok (lihat hal 10).
3. Biaya Kelebihan kVARh:
Adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan-pelanggan Golongan Tarif S-4, SS-4, U-3, H-2, H-3, I-3, I-4, I-5 dan G-2, jika faktor daya rata-rata bulanan pelanggan kurang dari 0,85 induktif. Besarnya Biaya Kelebihan kVARh ini juga dapat dilihat pada Tabel 3.2
4. Biaya Pemakaian Trafo/Sewa Trafo:
Adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan tertentu, yang tidak dapat menyediakan trafo sendiri.
5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ):
Adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (Pemda) berdasarkan Peraturan Daerah (Perda). Besarnya pajak juga ditentukan oleh Perda. Komponen ini disetorkan ke Kas Pemda, dan masuk sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD).
6. Biaya Materai:
14. H - 1 Perhotelan Kecil TR
6.220,00 171,00 171,00 200,00 62,00
16. H - 3 Perhotelan Besar TM 201 kVA ke atas 5.400,00
4.780,00 109,50 114,00 100,00 39,00
22. G - 1
*2) s/d 60 jam nyala per bulan = Rp. 81,00/kWh >60 jam nyala per bulan = Rp. 109,50/kWh *3) s/d 60 jam nyala per bulan = Rp. 96,50/kWh >60 jam nyala per bulan = Rp. 147,00/kWh *4) Untuk pemakaian < 350 jam nyala per bulan : - Pada WBP = Rp. 142,00/kWh
- Pada LWBP = Rp. 117,50/kWh
Untuk pemakaian > 350 jam nyala per bulan : WBP = LWBP = Rp.. 117,50/kWh
*5) Dengan faktor daya kurang dari 0,85 (rata-rata per bulan )
WBP : Waktu Beban Puncak (Pukul 22.00-18.00 WIB) LWBP : Luar Waktu Beban Puncak (Pukul 18.00 -22.00) BP : Biaya Penyambungan
TM : Tegangan Menengah (20kV) TT : Tegangan Tinggi (150 kV)
4.1.2 Sebutkan golongan pelanggan menurut PT. PLN (PERSERO)? Jawab :
Berdasarkan Golongan Tarif Tenaga Listrik itu, maka kita mengenal ada 24 golongan pelanggan PT. PLN (PERSER). Secara lengkap, 24 golongan pelanggan PT. PLN (PERSERO) itu dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.
NO GOLONGAN
KOMERSIAL TM 201 kVA KEATAS
6. R - 1 RUMAH TANGGA KECIL TR 250 VA S/D 200 VA
7. R - 2 RUMAH TANGGA SEDANG TR 501 VA S/D 2200 VA
8. R - 3 RUMAH TANGGA
MENENGAH TR 2201 VA S/D 6600 VA
9. R - 4 RUMAH TANGGA BESAR TR 6601 VA KEATAS
15. H - 2 PERHOTELAN SEDANG TR 100kVA S/D 200 kVA
16. H - 3 PERHOTELAN BESAR TM 201 kVA KEATAS
17. I - 1 INDUSTRI RUMAH TANGGA TR 450 VA S/D 2200VA
18. I - 2 INDUSTRI KECIL TR 2201 VA S/D 13.9 kVA
19. I - 3 INDUSTRI SEDANG TR 14 kVA S/D 200 kVA
20. I - 4 INDUSTRI MENENGAH TM 201 kVA KEATAS
21. I - 5 INDUSTRI BESAR TT 30,000 kVA KEATAS
22. G - 1 GEDUNG PEMERINTAH KECIL/SEDANG TR 250 VA S/D 200 kVA
23. G - 2 GEDUNG PEMERINTAH BESAR TM 201 KVA KEATAS
24. J PENERANGAN JALAN UMUM TR
-Meter yang dicatat pada akhir Pebruari 93 adalah 070016, dan yang dicatat bulan sebelumnya adalah 069325. Berapa rekening listrik yang harus dibayar untuk periode tersebut?
Jawab :
Pemakaian Kwh = Stand meter akhir - Stand meter yang lalu
= 70016 - 69325 = 691 kWh
1. Biaya Beban = 2200 VA x Rp. 4.020,-/kVA = 2,2 kVA x Rp. 4.020,-/kVA
= Rp. 8.844, dibulatkan = Rp. 8.845,-2. Biaya Pemakaian Blok I = 60 jam x 2,2 x Rp. 96,50
= 132 x Rp. 96,50
= Rp. 12.738,- dibulatkan = Rp.
12.740,-3. Biaya Pemakaian Blok II=(Pemakaian Total - pemakaian Blok I) x = (691 - 132) x
= Rp. 82.173,- dibulatkan = Rp. Biaya Beban = Biaya Pemakaian = Rp.
103.760,-4. Pajak Penerangan Jalan = 3 % x Rp. 103.760,- = Rp. 3.115,-5. Biaya Materai = Rp. 3.115,- Total rekening yang harus dibayar = Rp.
4.1.4 PT Maju Mundur, pelanggan PT. PLN (PERSERO) tarif I-4, dengan daya 329 kVA dipasok dengan tegangan 380 V/220 V (sewa trafo).
Data pencatatan stand kWh - Meter dan kVARh - Meter seperti berikut:
- kWh - Meter : LWBP : stand yang lalu = 03465 *)
*) Lihat rekening bulan sebelumnya
**) Dibaca pada pengukur bulan ini Jawab :
- Pemakaian kWh WBP = (945 - 936) x 800 kWh = 7.200 kWh - Pemakaian kWh LWBP= (3531 - 3465) x 800 kWh = 52.800 kWh - Pemakaian kWh Total= 7.200 kWh + 52.800 kWh = 60.000 kWh - Pemakaian kVARh = (1530 - 1475) x 800 kVARh = 44.000 kVARh - Kelebihan Pemakaian kVARh = (44.000 - 0,62 x 60.000) kVARh= 6.800 kVARh
1. Biaya Beban = 329.000 VA x Rp. 5.060,-/VA =Rp.1.664.740,-2. Biaya Pemakaian kWh LWBP = 5=Rp.1.664.740,-2.800 x Rp. 117.50,-/kVA =Rp.6.204.000,-3. Biaya Pemakaian kWh WBP = 7.200 x Rp. 142,- =Rp.1.022.400,-4. Biaya kelebihan pemakaian kVARh = 6.800 x Rp. 1225,50 =Rp. 833.000,-
Biaya Beban + Biaya Pemakaian +Biaya kelebihan kVARh = Rp. 9.724.140,-
5. Pajak Penerangan Jalan = 3 % x Rp.
= Rp. 291.724,20 dibulatkan = Rp. 291.725,- 6. Sewa Trafo = 329 kVA x Rp. 2.450,-/kVA = Rp. 806.050,-7. Biaya materai Rp.
10.822.915,-Rekening listrik pelanggan tarif ganda untuk tarif 1-4 dengan sewa trafo milik PT. Maju Mundur
4.1.5 Jelaskan kelebihan dan kekurangan pemakaian beban resistif, induktif dan kapasitif ?
Jawab :
Kelebihan Pemakaian
Beban Resistif Beban Induktif Beban Kapasitif
Tegangan dapat diatur Menyerap daya aktif Menyerap daya aktif Mengurangi overload Menyerap daya reaktif Mengeluarkan daya reaktif
Menghemat daya aktif Meningkatkan pf
Kekurangan Pemakaian
Beban Resistif Beban Induktif Beban Kapasitif
Menyebabkan drop tegangan Merusak faktor daya Pemborosan daya aktif Menyebabkan panas Menyebabkan harmonik Efisiensi menurun Kenaikan arus/suhu kabel Tegangan menjadi unstable
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[1]. www. Indo.net.id/pln
[2]. www.plnjaya.co.id/pelayanan
[3]. PUIL 2000
[4]. Kadir, A., Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Jakarta : UI – Press, 2000.
[5]. Sumardjati, P., Instalasi Motor, Bandung : POLBAN, 2000.
[6]. Tinus, A., Studi Pengaruh Capasitor Bank Switching Terhadap Kualitas Daya Listrik Di