BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Auditing
Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic
auditing concept (1991 : 2), menyatakan pengertian auditing sebagai
Suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 : 9).
Berdasarkan defenisi di atas maka terdapat unsur-unsur penting yang
mendasari istilah auditing sebagai berikut:
1. Suatu proses sistematis
Auditing sebagai suatu proses sistemetis adalah berupa rangkaian langkah atau
prosedur yang logis, bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan
suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Tercapainya tujuan auditing ini, diperlukan bukti-bukti dengan mutu dan jumlah
yang memadai. Bukti audit diperoleh sebagai informasi yang digunakan auditor
kriteria yang ditetapkan, atau tidak. Bahan bukti audit dapat diperoleh melalui
pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, pengamatan auditor, tanya jawab
dengan klien, pelaksanaan ulang (reperformance), dan prosedur analitis. Bukti
audit yang telah ditetapkan dievaluasi secara objektif tanpa memihak dan
berprasangka, baik kepada klien maupun kepada pihak ketiga ( pemakai hasil
audit). Memperoleh dan mengevaluasi bukti dalam proses audit merupakan
aktivitas utama auditor dalam pelaksanaan audit.
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi merupakan hasil proses
akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam
bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi
keuangan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Proses akuntansi
menghasilkan pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat
berupa laporan pusat pertanggungjawaban tertentu dalam perusahaan.
4. Menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan dan kriteria yang telah
ditetapkan.
Tujuan auditor melakukan proses audit adalah menentukan apakah pernyataan
pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau
standar yang digunakan untuk menguji informasi dari proses akuntansi dapt
berupa; peraturan atau kebijakan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu,
anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan perusahaan, prinsip
Accounting Standards Board) serta badan pengatur lainnya. Misalnya seorang
auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan
kriteria undang-undang, prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan peraturan
yang dikeluarkan pemerintah, perusahaan swasta, serta instansi pajak yang terkait.
Jadi, kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergantung kepada tujuan audit yang
bersangkutan.
5. Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.
Penyampaian hasil ini dilakukan melalui laporan tertulis dalam bentuk laporan
audit yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai
laporan. Laporan audit menyatakan tingkat kesesuaian antara informasi yang
diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan. Laporan yang satu dapat berbeda
dengan laporan lainnya tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu
menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan yaitu para pemegang saham,
manajemen perusahaan, kreditur, calon investor dan kreditur, masyarakat luas dan
kantor pemerintah.
2.1.2. Opini Audit
Menurut IAI 2001: SA Seksi 110 paragraf 01 bahwa tujuan audit atas
laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah “untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip
dalam paragraf pendapatan dalam bagian laporan audit yang menyatakan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukan melalui beberapa
tahap audit. Laporan audit ini sangat penting karena laporan tersebut
menginformasikan kepada pengguna laporan tentang apa yang dilakukan auditor
dan kesimpulan yang diperoleh atas temuan audit. Opini audit berkaitan langsung
dengan standar auditing yang berlaku umum dan temuan-temuan audit. Auditor
diwajibkan untuk menyatakan pendapat tentang laporan keuangan secara
keseluruhan, termasuk kesimpulan menyangkut apakah perusahaan dalam
menyusun laporan keuangannya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau tidak.
Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan
keuangan perusahaan. Tipe pendapat dalam Mulyadi (2002 : 20) tersebut adalah
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).
Berdasarkan IAI, 2001: SA seksi 508, kelima pendapat tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (unqualified opinion)
usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut ini:
1. Standar akuntansi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan.
2. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup jelas.
3. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporam keuangan.
b. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditnya. Keadaan yang menjadi penyebab ditambahkannya suatu paragraf penjelas dalam laporan audit baku adalah:
1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. 3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu memadai.
4. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif.
6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) namun tidak disajikan atau tidak di-review. 7. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum. 8. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI telah dihilangkan, yang
penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan dewan tersebut dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh IAI.
9. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
c. Pendapat wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)
posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:
1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. 2. Laporan keuangan berisi penyimpanagan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak meyatakan pendapat tidak wajar.
Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yangd icantumkan sebelum paragraf pendapat .
d. Pendapat tidak Wajar (adverse opinion)
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor memberikan pendapat tidak wajar maka informasi yang disajikan klien sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk mengambil keputusan.
e. Pendapat tidak Memberikan Pendapat (disclaimer opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.
2.1.3. Going Concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Kelangsungan
hidup entitas dianggap sebagi kemampuan perusahaan mempertahankan kegiatan
usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka
Going concern dipakai sebagai suatu asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Menurut IAI, 2001 :
SA Seksi 341, paragraf 01, menyatakan bahwa,
Informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa lainnya.
Auditor harus teliti melihat adanya ketidakpastian dalam perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adapun faktor-faktor yang dapat
menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan keberlangsungan usahanya adalah sebagai berikut (Arens, 2008
: 66):
a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
2.1.4. Opini audit going concern
Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001: SA
Seksi 508, paraf 11) menyatakan bahwa
Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan yang sedang diaudit. Namun “auditor tidak bertanggung jawab
memprediksi kondisi yang akan datang bahwa entitas kemungkinan akan berakhir
kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan auditor yang tidak
memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal
laporan audit” (IAI, 2001: SA Seksi 341). Hal ini tidak berarti menunjukkan
bahwa kinerja auditor dalam mengaudit tidak memadai. Oleh karena itu tidak
dicantumkannya kesangsian going concern dalam laporan auditor tidak
seharusnya dipandang sebagai jaminan kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Menurut IAI, 2001: SA Seksi 341, paraf 06 kondisi dan peristiwa yang
menjadi pertimbangan seorang auditor dalam memberikan opini going concern,
namun pertimbangan auditor tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa tersebut,
sebagai berikut:
a. Trend negatif, contohnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiaan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.
b. Petunjuk lain tentang kesulitan keuangan, contohnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terrhadap pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pembelanjaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
d. Masalah luar yang telah terjadi, contoh pengajuan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, kehilangan pelanggan atau pemesok utama, serta kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
Panduan bagi seorang auditor untuk mempertimbangkan pernyataan
pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor
menghadapai masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam
Tidak
Pedoman pernyataan pendapat Going concern (sumber: IAI, 2001: SA Seksi 341. Lampiran Apakah ada kondisi
dan/atau peristiwa
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas. Berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas
2.1.5. Akuntansi Perbankan 2.1.5.1. Pengertian bank
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998, pasal 1, “bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lain
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan definisi
tersebut, bank memiliki tiga fungsi utama secara umum yaitu:
a. Menghimpun dana dari masayarakat.
Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank
akan membayar sejumlah tertentu atas penghimpunan dana masyarakat yang
besarnya tergantung jenis simpanannya. Penghimpunan dana dalam bentuk
simpanan merupakan sumber dana bank yang terbesar. Dalam perkembangannya
penghimpunan dana tidak hanya dengan simpanan seperti menawarkan produk
giro, tabungan dan deposito, akan tetapi produk penghimpun dana lainnya, seperti
surat berharga, pasar uang antarbank dan obligasi. Masyarakat dapat
menempatkan dan menarik dananya kapanpun, sesuai dengan jenis simpanan yang
dimilikinya.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat
Penyaluran dana yang dilakukan bank sebagian besar dalam bentuk
kredit/pinjaman. Atas kredit/pinjaman yang diberikan, bank akan memperoleh
balas jasa berupa bunga. Dalam perkembangannya , bank dapat menyalurkan
dananya dengan membeli sertifikat Bank Indonesia, menyalurkan dana melalui
Bank menyalurkan dananya dalam aktiva produktif yaitu aktiva yang dapat
menghasilkan keuntungan.
c. Memberikan pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan
Pelayanan jasa bank merupakan aktivitas pendukung, yang dapat berupa
jasa bank dalam negeri dan jasa bank luar negeri. Jasa bank dalam negeri terkait
dengan transaksi antarbank dalam negeri, seperti jasa transfer, pemindahbukuan,
kliring, save deposit box, surat-surat berharga, dan lain-lain.jas bank luar negeri
terkait dengan transaksi dengan bank asing di luar negeri, seperti letter of credit,
travellers check,swif, negosiasi wesel expor, dan lain-lain. Imbalan atas
pelayanan jasa perbankan merupakan pendapatan fee dan komisi.
2.1.5.2. Akuntansi bank
Menurut Affif, dkk. (1996 : 195), “Akuntansi perbankan dapat didefenisikan
seni yang secara sistematis mencatat, menyajikan dan menafsirkan
transaksi-transaksi keuangan seperti menerima setoran, memberikan kredit, memindahkan
dana-dana dan jasa lainnya yang berlaku dalam bisnis bank". Hasil dari transaksi
akuntansi bank berupa laporan keuangan bank.
Laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan, dan
bertujuan juga untuk pengembilan keputusan. “Laporan keuangan lengkap terdiri
dari: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan
2.1.5.3. Audit Perbankan
Banyaknya masalah-masalah yang dihadapi sebagian besar bank, maka
tuntutan untuk melaksanakan kegiatan audit adalah suatu keharusan. Audit pada
perusahaan perbankan berguna untuk membantu bank menekan resiko yang
dihadapinya. Adapun resiko yang dihadapi bank meliputi:
a. Resiko Ekstern
Resiko yang disebabkan adanya perubahan dalam keadaan ekonomi baik
karena adanya perubahan dalam negeri, termasuk kebijakan pemerintah atau
sebagai akibat adanya pengaruh perekonomian internasional.
b. Resiko Intern
Resiko yang disebabkan adanya misjudgement,
penyelewengan-penyelewengan, pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku, dan praktik
perbankan yang tidak sehat.
c. Resiko Kredit
Menurut Tawaf (1999 : 11), penyebab timbulnya resiko kredit pada bank,
antara lain disebabkan oleh:
• Prosedur pemberian kredit yang tidak sehat.
• Perubahan keadaan ekonomi pada umumnya atau pada sektor industri tertentu.
• Konsentrasi pemberian kredit kepada debitur, grup debitur atau sektor ekonomi tertentu.
• Penurunan kemampuan usaha debitur.
d. Resiko Likuiditas
Bank menghadapi resiko likuiditas apabila bank terlalu besar memberikan
kredit yang dibiayai dengan pinjaman jangka pendek atau penyebaran kredit yang
menemukan bukti bahwa bank menjual aktiva tertentu untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas tersebut, maka auditor harus mempertimbangkan kewajaran
dasar akuntansi aktiva yang akan dijual oleh bank.
e. Resiko Bawaan/Inheren
Resiko ini kemungkinan disebabkan terjadinya kekeliruan dan
ketidakberesan atau unsur pelanggaran hukum oleh bank.
Sehubungan dengan berbagai resiko yang dihadapi oleh bank, maka
menurut Tawaf (1999 : 12),
Bank wajib memelihara modal yang cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut memperkuat perlunya struktur pengendalian intern yang dapat memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) atas kewajaran pemupukan modal dan penggungkapan tentang modal yang diwajibkan.
Dalam pelaksanaan operasi perbankan yang tidak pernah lepas dari berbagai
resiko, maka fungsi audit perbankan sangat penting karena fungsi audit perbankan
tersebut adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen yang ada pada bank
dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana masyarakat
yang luas. Dalam struktur bank, terlihat bahwa modal yang disetor oleh pemilik
bank tidak sebanding dengan dana yang ditanamkan masyarakat pada bank
tersebut. Dari sisi ini, tampak bahwa peran dan pengamanan dana masyarakat
merupakan prioritas utama terhadap pemeriksaan bank oleh auditor.
2.1.6. Kualitas Audit
Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh auditor yang
yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur
audit yang benar, memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar,
dll. Sebaliknya auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan
pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut.
“Probabilitas auditor akan melaporkan adanya pelanggaran atau independensi
auditor tergantung pada tingkat kompetensi mereka” (Novanda, dkk, 2012).
Seorang auditor bertanggung jawab menyediakan informasi yang
berkualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai
laporan keuangan. “Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih
cenderung mengeluarkan opini audit going concern apabila klien tidak
mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup perusahaannya” (Arga dan
Linda, 2007).
Penelitian De Angelo (1981) dalam Setyarno (2006) menyatakan bahwa
“auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan
kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil”. Auditor skala besar juga lebih
cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat
menghadapi resiko proses peradilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor
skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan
masalah going concern kliennya. Hal ini menunjukkanbahwa KAP yang besar
akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan
dengan KAP yang lebih kecil.
Kualitas audit diproksikan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi
Ukuran kantor akuntan publik big four didasarkan pada tingkat pendapatan yang
paling tinggi diperoleh selama melakukan tugas audit dan jasa lainnya. Umumnya
KAP The big four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan
KAP non-big four. Hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu:
a. KAP The big four umumnya memiliki reputasi yang lebih baik dibanding
dengan KAP non-big four.
b. KAP The big four memiliki sumber daya manusia yang banyak sehingga
mampu memperoleh tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten.
c. KAP The big four juga lebih cenderung mengungkapkan apa yang ada
karena siap menghadapi resiko proses pengadilan.
2.1.7. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada
tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun
sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini audit going
concern/ going concern audit opinion (GCAO) dan tanpa opini going concern/
non going concern audit opinion (NGCAO).
Mutchler (1984) dalam Eko, dkk (2006 : 9) melakukan wawancara dengan
praktisi auditor yang menyatakan bahwa “perusahaan yang menerima opini audit
going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini
yang sama pada tahun berjalan”. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah
auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun
berikutnya.
2.1.8. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio laba
operasi. Rasio laba operasi perusahaan ini mengukur seberapa baik aspek
pemasaran dan bagaimana efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio laba operasi perbankan ini, akan semakin
kecil kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern.
2.1.9. Ukuran perusahaan
Pada penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total nilai aktiva.
Total nilai aktiva terdiri dari jumlah current asset, fixed asset, intangible asset dan
investment.
Perusahaan besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang
lenih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Public demand akan
informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya
kepercayaan akan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Kepercayaan
tersebut dapat meningkatkan tingkat keberhasilan usaha perusahaan tersebut.
Mutchler (1985) dalam Arga (2007:146) menyatakan bahwa “auditor lebih sering
mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan kecil karena auditor
mempercayai bahwa perusahaan-perusahaan besar dapat menyelesaikan
2.1.10.Profitabilitas
“Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan” (Kasmir, 2008 : 196). Profitabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan aktiva atau modal yang
digunakan untuk menghasilkan laba. Tujuan dari analisa profitabilitas adalah
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Analisa ini juga untuk mengetahui hubungan timbal balik antara
pos-pos yang ada pada neraca bank yang bersangkutan guna mendapatkan
berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas bank
yang bersangkutan. Dalam penelitian ini prifitabilitas diproksikan dengan Return
on Assets (ROA).
Menurut Sofyan (2008: 305), “Return on Asset (ROA) adalah rasio yang
diperoleh dengan membagi Laba/ Rugi bersih dengan Total Asset”. Ratio ini
digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi
nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul Analisis Penelitian
Variabel Hasil
1 Hani dkk (2003)
Going
Concern dan Opini Audit: Suatu Studi
Regresi logistik
Independen: • Quick ratio • Banking
ratio
Pada
going concern •Opini audit tenure, kualitas audit dan opini tahun
Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Springate Model, Zmije wski Model, dan
Revised Alt man Model, ROA, kualitas audit, dan opini audit
sebelumnya tidak
berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern. Sumber: Data Diolah Penelitian
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari
tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar
variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah
penelitian serta merumuskan hipotesis. Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah kualitas
audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan
dan profitabilitas dalam melakukan penelitian mengenai faktor yang
mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Hubungan antara faktor
yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dapat digambarkan
H1
H2
H3
H4
H5
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui
pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi
logistik hanya ada pengujian secara parsial.
Pemilihan auditor independen dengan kualitas audit tinggi dapat
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai
laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor independen
dengan kualitas audit tinggi akan cenderung melakukan prosedur audit yang
lengkap dalam rangka pengumpulan bukti audit sehingga status going concern
perusahaan dapat diterapkan. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit Kualitas audit
(X 1)
Opini audit tahun sebelumnya
(X 2)
Pertumbuhan perusahaan
(X 3)
Ukuran perusahaan (X 4)
Profitabilitas (X 5)
Opini audit going concern
yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun
penelitian. Apabila pada tahun sebelumnya Perusahaan menerima opini audit
going concern, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan tetap
menerima opini audit going concern.
Laba operasi perusahaan yang meningkat dari tahun ketahun dapat
mengindikasikan kinerja perusahaan yang baik dalam penggunaan sumberdaya
yang dimilikinya. Hal ini akan memungkinkan semakin kecilnya auditor
menerbitkan opini audit going concern. Ukuran perusahaan diproksikan dengan
total nilai aktiva perusahaan tersebut. Mc.Keown, et. al. (1991) menyatakan
bahwa “perusahaan besar memiliki sedikit kemungkinan untuk gagal dalam
melangsungkan usahanya”. Profitabilitas bank yang diproksikan dengan Return
on Assets menunjukkan kemampuan bank untuk mengelola entitasnya secara
efisien sehingga mampu memberikan laba kepada bank. Semakin tinggi
profitabilitas maka semakin rendah kemungkinan perusahaan menerima opini
audit going concern dan sebaliknya.
2.4. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011 : 41), hipotesis adalah “proporsi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proporsi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai
konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.
Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku,
kerangka koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara
sebagai berikut :
H1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
H2 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern.
H3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
H5 : Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going