• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TEHADAP PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGUATAN FUNGSI KEJAKSAAN DI BIDANG TATA USAHA NEGARA DAN KEPERDATAAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TEHADAP PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGUATAN FUNGSI KEJAKSAAN DI BIDANG TATA USAHA NEGARA DAN KEPERDATAAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN JAKSA PENGA HUKUM TEHADAP PEM KEJAKSAAN DI BIDAN

KAB

P U

GACARA NEGARA DALAM PEMBERIAN EMERINTAH DALAM RANGKA PENGUA ANG TATA USAHA NEGARA DAN KEPER

ABUPATEN PADANG PARIAMAN

ARTIKEL

Oleh :

RESMEN NPM.1410018412048

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

2016

IAN BANTUAN UATAN FUNGSI

(2)

PERAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TEHADAP PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGUATAN FUNGSI

KEJAKSAAN DI BIDANG TATA USAHA NEGARA DAN KEPERDATAAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Resmen1, Lis Febrianda1, Siska Elvandari2 1

Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta 2

program Studi Ilmu Hukum Universitas Andalas Email :blogresmen@gmail.com

ABSTRAK

Kejaksaan bertugas di bidang penuntutan dan mewakili negara sebagai Jaksa Pengacara Negara (JPN) di bidang Perdata dan TUN (DATUN) sebagaimana Pasal 30 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI. Pemerintah Daerah Padang Pariaman adalah lembaga yang dapat diwakili Kejaksaan untuk kasus DATUN. Persoalan JPN muncul saat kepercaayan pemerintah terhadap JPN dikhawatirkan tidak bertindak seperti advokad. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini 1) bagaimana peran JPN dalam bantuan hukum terhadap pemerintah untuk penguatan fungsi kejaksaan, 2) mengapa pemerintah daerah kurang menggunakan jasa JPN, 3) Upaya apa yang dilakukan Kejaksaan Negeri Pariaman dalam peningkatan peran JPN?. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder yang dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian adalah 1) Peran JPN dalam pemberian bantuan hukum terhadap pemerintah dalam rangka penguatan fungsi kejaksaan di bidang tata usaha negara dan keperdataan di Kabupaten Padang Pariaman belum maksimal, 2)alasannya alasan tiada jaminan informasi yang diberikan kepada JPN dapat dirahasiakan, tidak ada standar biaya yang jelas,pemberian kuasa hanya untuk menjaga koordinasi antara pimpinan daerah, kurang sosialisasi Kejaksaan tentang fungsi dan tugas JPN kepada pemerintah, 3)upaya yang dilakukan Kejari Pariaman adalah melakukan koordinasi dan meningkatkan peran JPN di Kabupaten Padang Pariaman dengan memberdayakan jaksa untuk terlibat dalam kasus DATUN serta jaksa di upayakan untuk mendapatkan pendidikan teknis

(3)

THE FUNCTION OF STATE LAWYERS ON GIVE ADVOKATION TO THE GOVERNMENT WITH DEALING WITH STRENGHTEN THE PROSECUTION

OFFICE IN PRIVATE AND ADMINISTRATVES LAW AFFAIRS IN PADANG PARIAMAN REGENT

Resmen1, Lis Febrianda, Siska Elvandari2 1

Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta 2

Program Studi Ilmu Hukum Universitas Andalas Email :blogresmen@gmail.com

ABSTRACT

The Republic of Indonesia attorney have duty on prosecute affair and representing state or government at Private law and administrative law affair (as spelling with DATUN) as on article 30 paragraph (2) Act No. 16 year 2004 about Indonesian attorney. Local government of Padang Pariaman as institution that may to represent by the attorney institution as state lawyers for Private and administrative law affairs. The problem of the state lawyers blow while the government trust to the state lawyers worried can’t do as private lawyers. Thus it can give a problems 1) how the function of the state lawyers on give advocation to the government to stenghten the fungsion of attorney institution, 2)why does the local govenment doesn’t too use state service and 3)what effort have been doing by the Pariaman district prosecution office to upgrade of state lawyers function?, this study was using a legal sociology metode, the data that used are contained of primary data and secondary data than analyzed into qualitative result. The result from this observation are 1) the function of the state lawyers on give an advocation to the government which dealing with function of the attorney on Private law and administrative law affair in Padang Pariaman Regenty have not maximals. 2) the reaseon from those problems are there are no guaranty for information which gave to state lawyers could to keep, there are not standard on payment, the power of attorney just to keep a coordination among head of local government community (FKPD), the are not socialization from the district prosecution office about the function and duty of the state lawyers, finally 3) the district prosecution office hopped could to empower of prosecutor to join into cases of private and administrative law affairs and the prosecutor hoped to get a technical training.

Keyword , : State lawyers, advocating, administrative law, privat law.

Keyword: Public Service, Good Governance, Health.

A. Pendahuluan

Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (3) Amandemen I Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Norma ini bermakna bahwa di

(4)

sistem, dapat berperan dengan baik dan benar di tengah masyarakat jika instrumen pelaksanaannya dilengkapi dengan kewenangan-kewenangan dalam bidang penegakan hukum. Salah satu instrumen pelaksana penegakan hukum tersebut adalah Kejaksaan Republik Indonesia (Kejaksaan RI).

Kejaksaan RI merupakan lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan. Di samping tugas pokok di bidang penuntutan, undang-undang juga memberi Kejaksaan RI tugas dan wewenang di bidang perdata dan tata usaha negara serta tugas dan kewenangan lainnya berdasarkan undang-undang.

Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan memiliki tugas dan wewenang untuk mewakili negara atau pemerintah dalam kedudukannya selaku kuasa hukum pemerintah. Dalam Pasal 30 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (UU No. 16 Tahun 2004) mengatur di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan bertindak sebagai pengacara negara atau dengan kata lain

bertindak sebagai advokat yang mewakili lembaga atau instansi pemberi kuasa. Jaksa yang sedang melaksanakan tugas ini disebut sebagai Jaksa Pengacara Negara (JPN).

Lingkup kewenangan kejaksaan di bidang perdata dan tata usaha negara diatur lebih lanjut dalam Pasal 24 Ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI (Perpres No. 38 Tahun 2010) menjelaskan :

“Lingkup kewenangan perdata dan

tata usaha negara dimaksud meliputi: penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum, dan tindakan hukum lain kepada negara atau pemerintah, meliputi: lembaga/badan negara, lembaga/instansi pemerintah pusat dan daerah, Badan Usaha Milik Negara/Daerah di bidang perdata dan tata usaha negara untuk menyelamatkan, memulihkan kekayaan negara, menegakkan kewibawaan pemerintah dan negara serta memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat.”

(5)

Fungsi Dan Wewenang Perdata Dan Tata

Usaha Negara (PERJA No.

040/JA/12/2010), dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Bantuan hukum: mewakili negara, instansi pemerintah di pusat maupun di daerah, BUMN, BUMD berdasarkan Surat Kuasa Khusus (SKK), baik sebagai penggugat maupun tergugat.

2. Pertimbangan hukum:

memberikan pendapat hukum/legal opinion dan/atau pendampingan/legal assistance atas dasar permintaan dari lembaga maupun instansi pemerintah pusat/daerah yang pelaksanaannya berdasarkan surat perintah Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (JAMDATUN) atau Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) atau Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari).

3. Pelayanan hukum:

memberikan penjelasan tentang masalah perdata dan tata usaha negara kepada anggota masyarakat yang meminta.

4. Penegakan hukum:

mengajukan gugatan atau permohonan kepada Pengadilan di bidang perdata sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka memelihara ketertiban hukum, dan melindungi kepentingan negara dan pemerintah serta hak-hak keperdataan masyarakat seperti:

- mengajukan pembatalan perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).

- Permohonan perwalian anak di bawah umur (Pasal 360 BW)

- Permohonan pembubaran PT (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas)

- Permohonan kepailitan (UU No. 37 Tahun 2004)

- Gugatan uang pengganti (UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001)

- Permohonan untuk pemeriksaan yayasan atau membubarkan yayasan (UU No. 18 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004)

- Permohonan Jabatan Notaris (UU No 30 Tahun 2004)

- Pelaporan Notaris yang melanggar hukum dan keluhuran martabat notaris (Pasal 50 UU No 30 Tahun 2004.

(6)

mediator/fasilitator oleh JPN dan tidak mewakili salah satu pihak, namun bertindak pasif selaku penengah/mediator dengan memfasilitasi solusi bagi penyelesaian sengketa keperdataan atau TUN antar instansi/lembaga pemerintah, BUMN/BUMD.

Dalam UU Nomor 16 Tahun 2004, Perpres Nomor 38 Tahun 2010, maupun PERJA Nomor 040/JA/12/2010 tidak ada batasan atau penjelasan rinci mengenai lembaga/badan negara atau instansi pemerintah mana saja yang dapat diwakili oleh jaksa pengacara negara, sehingga setiap lembaga/badan negara maupun instansi pemerintah manapun baik di pusat maupun di daerah, termasuk Presiden RI dapat memberikan kuasa khusus kepada jaksa pengacara negara dalam perkara perdata dan tata usaha negara. Dengan kata lain jaksa pengacara negara dapat bertindak mewakili seluruh unsur aparatur negara, instansi pemerintah di pusat maupun di daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berdasarkan Surat Kuasa Khusus (SKK), baik sebagai penggugat maupun tergugat secara litigasi maupun non litigasi.

Kejaksaan dalam melaksanakan kewenangan di bidang perdata dan tata usaha negara telah memberikan bantuan hukum berupa kegiatan penanganan perkara mewakili negara atau pemerintah.

Berdasarkan data Laporan Tahunan Kejaksaan RI, secara litigasi dan non litigasi kasus yang ditangani pada Tahun 2010 sebanyak 1.791 kasus, Tahun 2011 mencapai 3.319 kasus, Tahun 2012 mencapai 2.455 kasus, dan Tahun 2013 mencapai 2.961 kasus, tahun 2014 sebanyak 1.601 kasus dan tahun 2015 sebanyak 576 kasus.

Dari uraian diatas tampak bahwa jumlah kasus dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami tunggakan kasus dari tahun ke tahun sehingga dari segi kuantitas menunjukkan peningkatan jumlah kasus, hal ini sebenarnya termasuk jumlah yang sedikit dibandingkan dibandingkan tunggakan penyelesaian kasus yang sudah mengakumulasi dari tahun ke tahun.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara pemerintah di daerah, pemerintah daerah dalam membuat keputusan (Beschiking) seringkali digugat oleh pihak-pihak yang merasa kepentingannya dirugikan. Mengingat latar belakang timbulnya permasalahan gugatan terhadap keputusan kepala daerah yang menimbulkan akibat hukum tersebut, maka pemerintah daerah akan selalu menjadi pihak yang digugat (tergugat/termohon).

(7)

Bantuan Hukum yang ada di sistem komputerisasi kejaksaan RI (SIKMARI), di Kabupaten Padang Pariaman dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 hanya terdapat 3 (tiga) perkara yang ditangani oleh Kejaksaan Negeri Pariaman,

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dirasa perlu untuk dikaji peran jaksa pengacara negara dalam pemberian bantuan hukum terhadap pemerintah dalam rangka penguatan fungsi kejaksaan di bidang tata usaha negara dan keperdataan di Kota Pariaman

B. Rumusan Permasalahan

1 Bagaimanakah peran jaksa pengacara

negara dalam pemberian bantuan hukum

terhadap pemerintah dalam rangka

penguatan fungsi kejaksaan di bidang tata

usaha negara dan keperdataan di

Kabupaten Padang Pariaman?

2 Mengapa pemerintah daerah kurang

menggunakan jasa Jaksa Pengacara

Negara dalam bidang perdata dan tata

usaha negara di kabupaten Padang

Pariaman?

3 Upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan

oleh Kejaksaan Negeri Pariaman dalam

peningkatan peran jaksa pengacara negara

di bidang perdata dan tata usaha negara di

Kabupaten Padang Pariaman?

C. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati atau dapat juga didefinisikan sebagai tradisi tertentu dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam wawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis-sosiologis (sociolegal opproach) yaitu pendekatan yang dilakukan melalui perundang-undangan yang ada dan dihubungkan dengan fakta-fakta di lapangan atau dengan fakta-fakta terhadap masalah yang dirumuskan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman dengan pertimbangan bahwa dari 18 kasus gugatan perdata dan TUN di Kabupaten Padang Pariaman dari Tahun 2010 sampai 2014 hanya 3 kasus saja yang diserahkan penanganannya kepada Jaksa Pengacara Negara.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

digunakan meliputi hasil wawancara terhadap informan yaitu

1. Jon Priadi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Padang Pariaman.

2. Murlis Muhammad selaku

Kepala Bagian Hukum

Kabupaten Padang Pariaman. 3. Ferdianto Amra selaku Kepala

Sub bagian dokumentasi hukum Sekretariat daerah kabupaten Padang Pariaman

4. Yulitaria Selaku Kajari Pariaman 5. Adrianti, sekaku Jaksa Senior

pada Kejari Pariaman

6. Okta Zukfitri selaku Kasi Intelijen Pada Kejari Pariaman. b. Data Sekunder yaitu suatu data yang

didapatkan dari hasil penelitian pustaka di tempat penelitian, sumber data sekunder penulis sebagai berikut :

1. Perkara perdata Nomor : 03/PDT.G/2013.PN.PRM

tanggal 9 Januari 2013

2. Perkara perdata Nomor : 41/PDT.G/2013.PN.PRM

tanggal 4 November 2013

3. Perkara perdata Nomor : 02/PDT.G/2014/PN.PRM

tanggal 16 Januari 2014

4. Rekapitulasi data perkara perdata & TUN pada bagian hukum Kab.Padang Pariaman

5. Summary report Perdata perdata dan TUN tahun 2010 -2015 5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai perencana, pelaksana dalam pengumpulan data, melakukan analisis, menafsirkan data, dan menyusun laporan penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Studi dokumen yaitu mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Wawancara mendalam yaitu dalam wawancara ini diberikan kesempatan secara terbuka dan diberikan kebebasan kepada informan untuk berbicara secara luas dan mendalam sepanjang yang relevan dengan objek penelitian.

7. Pengolahan Data dan Analisis Data

(9)

deskriptif utuk menghasilkan suatu simpulan dalam penulisan ini

A. Peran Jaksa Pengacara Negara

dalam pemberian bantuan hukum

terhadap pemerintah dalam rangka

penguatan fungsi kejaksaan di bidang

tata usaha negara dan keperdataan di

Kabupaten Padang Pariaman.

Pasal 30 ayat (2) Undang-undang

Nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan

RI menyatakan bahwa Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. Sehingga dari ketentuan pasal tersebut jelas bahwa yang menjadi syarat agar kejaksaan dapat menjalankan tugas bantuan hukum tersebut adalah adalah harus ada kuasa dari pemberi kuasa dalam hal ini pemerintah daerah kabupaten padang pariaman yaitu kuasa dari bupati Kabupaten Padang Pariaman, sehingga dari tabel kasus tahun 2010 sampai tahun 2015 tersebut memunculkan pertanyaan mengapa dari 18 kasus yang ada di kabupaten padang pariaman hanya 3 (tiga ) perkara yang diserahkan oleh Bupati padang pariaman untuk dibuatkan kuasanya kepada Kejaksaan untuk menjadi pengacara negara?

B. Pemerintah daerah kurang

menggunakan jasa Jaksa Pengacara

Negara dalam bidang perdata dan tata

usaha negara di Kabupaten Padang

Pariaman

Adapun alasan-alasan yang menjadi traumatik

untuk menyerahkan kuasa kepada jaksa

pengacara negara selaku kuasa pemerintah

daerah adalah :

1. Tidak ada jaminan dari kejaksaan

negeri pariaman bahwa semua informasi

yang diberikan kepada Jaksa pengacara

negara dapat dirahasiakan dan dilindungi

oleh Kejaksaan,

sebagai contoh bahwa permintaan

bantuan hukum yang pernah dimintakan

oleh BUMN yaitu PT. Sang Hyang Seri

Cabang Lubuk Alung awalnya kasus

tersebut dimulai dengan adanya pemberian

kuasa kepada jaksa pengacara negara,

namun karena menurut kejaksaan ada

muatan korupsi, maka kasus tersebut

diserahkan kepada Bidang Tindak pidana

khusus untuk dijadikan perkara pidana,

sehingga pemberi kuasa dalam hal ini

Pimpinan cabang PT. Sang Hyang seri

menjadi tersangka kasus Korupsi,

Dengan demikian traumatik kasus

yang dijadikan korupsi oleh Kejaksaan

membuat pemerintah daerah berhati-hati

dalam memberikan kuasa kepada

Kejaksaan, sebagai contoh adanya

tunggakan tagihan pajak yang dipungut

oleh DPKA (DInas Pengelolaan keuangan

dan Aset), jika diberikan kepada kejaksaan

akan menimbulkan ketakutan apabila

ditemukan adanya salah prosedur dalam

pengelolaan pajak, dikhawatirkan akan di

(10)

kejaksaan, begitu juga pemberian kuasa

khusus untuk penanganan penyelesaian

kesalahan proyek yang tertuang dalam

kontrak atau Surat perjanjian kerja, jika

diserahkan secara utuh kepada kejaksaan

dikhawatirkan akan menjadi jalan masuk

untuk menjadi kasus korupsi.

2. tidak terdapatnya patokan yang jelas

standar biaya yang diberikan kepada

kejaksaan untuk menjadi pengacara negara,

sehingga untuk menganggarkan dana

operasional untuk kejaksaan tidak terdapat

tolok ukur dalam pemberian biaya,

Jaksa pengacara secara implisit adalah

bertindak untuk negara, sehingga

pembiayaannya ditanggung oleh negara,

namun tolok ukur biaya yang dikeluarkan

untuk operasional jaksa pengacara negara

tidak dapat diukur, hal ini berbeda dengan

kuasa yang dibuat oleh Pengacara/advokad

dimana dalam surat kuasa khusus yang

ditandatangani dibunyikan secara tegas

jumlah biaya yang ditanggung oleh

pemberi kuasa sesudah penandatangan

surat kuasa.

Kondisi tersebut berbeda dengan surat

kuasa khusus yang ditandatangani oleh

Bupati kabupaten padang pariaman selaku

pemberi kuasa dengan Kepala Kejaksaan

Negeri pariaman selaku penerima kuasa,

dimana di dalam surat kuasa khusus

tersebut tidak berbunyi dan tidak

dibunyikan tentang biaya pasti yang

ditanggung oleh pemberi kuasa, sehingga

sedikit menyulitkan pemberi kuasa untuk

menganggarkan pembiayaan jaksa

pengacara negara untuk terlibat dalam

kasus yang dihadapi oleh pemerintah

daerah.

3. pemberian kuasa untuk

perkara tersebut hanyalah untuk menjaga

koordinasi antara Forum Komunikasi

pimpinan daerah (FKPD), karena secara

umum untuk menyelesaikan kasus hukum

masih dapat memanfaatkan sumber daya

manusia (SDM) yang ada di Bagian hukum

sekretariat daerah Kabupaten Padang

Pariaman.

Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten

Padang Pariaman Jon Priadi,SE,MM

Kedudukan Kejaksaan negeri pariaman

dalam unsur pimpinan pemerintahan daerah

selaku Pimpinan daerah yang tergabung

dalam Forum Komunikasi Pimpinan daerah

(FKPD) atau yang dahulunya disebut

dengan MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan

Daerah) yang terdiri dari Bupati, Kepala

Kejaksaan Negeri (Kajari) Pariaman,

Kepala Kepolisian Resort (Kapolres)

Padang Pariaman, dan Komandan Kodim

(Dandim) Padang Pariaman, secara umum

memunculkan persepsi bahwa antar unsur

muspida/FKPD harus harmonis antara satu

dengan yang lainnya, sehingga untuk

menjaga harmonisasi hubungan tersebut

adalah sangat baik sekali dengan meminta

bantuan hukum kepada kejaksaan sebagai

salah satu cara meningkatkan kerja sama

antar instansi pimpinan daerah

4. sangat kurangnya sosialisasi dari

Kejaksaan Negeri pariaman dalam

memberikan penerangan tentang fungsi dan

tugas dari jaksa pengacara negara, sehingga

(11)

mengetahui secara jelas sampai sejauh

mana tugas jaksa pengacara negara

tersebut.

Lebih lanjut Jon priadi, Sekretaris

daerah kabupaten padang pariaman

mengatakan, bahwa sebenarnya Pemerintah

daerah kabupaten padang pariaman

membutuhkan kerja sama yang lebih kuat

dengan kejaksaan khususnya selaku jaksa

pengacara negara, karena sangat membantu

tugas pemerintah daerah khususnya bupati

dalam menjalankan roda pemerintahan

untuk kepentingan rakyat, namun secara

prinsip yang dirasakan oleh satuan kerja

pemerintah daerah masih minimnya

sosialisasi dalam menjelaskan sampai

sejauh mana peran jaksa pengacara negara

dalam memberikan bantuan hukum kepada

pemerintah daerah,

C. upaya-upaya yang dilakukan oleh

Kejaksaan Negeri Pariaman dalam

peningkatan peran jaksa pengacara

negara di bidang perdata dan tata

usaha negara di Kabupaten Padang

Pariaman

upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan

oleh Kejaksaan Negeri Pariaman dalam

meningkatkan peran jaksa pengacara negara di

bidang perdata dan tata usaha negara di

Kabupaten Padang Pariaman adalah sebagai

berikut :

1. Secara kuantitas dari segi sumber daya

manusia, jumlah jaksa di Kejaksaan Negeri

Pariaman sangatlah banyak dimana jumlah

jaksa fungsional di Kejaksaan Negeri

Pariaman terdapat sebanyak 17 (tujuh

belas) orang jaksa, dan semua jaksa

tersebut dengan surat perintah kepala

kejaksaan negeri atau dengan surat kuasa

khusus dapat melaksanakan tugas sebagai

jaksa penyidik, jaksa peneliti, penuntut

umum, maupun sebagai jaksa pengacara

negara.

2. Untuk meningkatkan peran jaksa pengacara

negara di bidang tata usaha negara dan

perdata sebagai program pengembangan

kualitas jaksa, semua jaksa di upayakan

untuk mendapatkan pendidikan teknis,

sehingga dapat menjadikan para jaksa dapat

memahami tugasnya selaku pengacara

negara. Di samping itu dengan peningkatan

kualitas jaksa tersebut dapat berpengaruh

kepada kesiapan jaksa dalam menangani

kasus-kasus perdata yang diserahkan ke

kejaksaan untuk ditangani di daerah hukum

Kejaksaan Negeri Pariaman, baik di

Kabupaten Padang Pariaman maupun di

Kota Pariaman.

3. Berkaitan dengan jaksa fungsional yang

merupakan jaksa yang ditunjuk menjadi

pengacara negara, bahwa secara teknis

semenjak pendidikan pelatihan

pembentukan jaksa (PPPJ). Jaksa sudah

dibekali dengan kemampuan menangani

kasus tata usaha negara dan perdata, namun

karena penangangan perkara di kejaksaan

lebih dominan perkara pidana yaitu perkara

pidana umum dan pidana khusus, maka

kemampuan tersebut belum dapat diasah

sebagaimana kemampuan lain, baik

kemampuan penanganan bidang intelijen,

(12)

datun (perdata dan tata usaha negara)

seolah bidang yang dinomorduakan,

ditambah minat sebagian jaksa untuk

menjadi jaksa pengacara negara agak

kurang dibanding bidang lain. Padahal

bidang perdata dan tata usaha negara

tersebut merupakan bidang yang menarik

karena bidang tersebut penguasaan

keilmuannya berkembang sesuai keadaan

zaman.

4. Untuk mempertegas peran tata negara dan keperdataan tersebut kepala Kejaksaan Negeri Pariaman membentuk tim pendamping pengawas pembangunan pemerintah daerah (TP4D) yang diketuai Kepala Kejaksaan Negeri dengan anggota Kasi Perdata & tata Usaha Negara, Kasi Intelijen, Kasi Tindak Pidana Khusus, yang salah satu tugasnya untuk melakukan pendampingan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengedepankan fungsi keperdataan dan tata usaha negara, sehingga dengan adanya tim tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada instansi pemerintahan di daerah hukum kejaksaan negeri pariaman tentang peran dan fungsi perdata dan tata usaha negara, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan kepada kejaksaan sebagai jaksa pengacara negara, sehingga menambah kuantitas

perkara yang dimintakan kepada kejaksaaan sebagai kuasanya.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil dan pembahasan di atas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Peran Jaksa Pengacara Negara dalam

pemberian bantuan hukum terhadap

pemerintah dalam rangka penguatan fungsi

kejaksaan di bidang tata usaha negara dan

keperdataan di Kabupaten Padang Pariama

belum maksimal hal ini terlihat dari kasus

yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Padang Pariaman yaitu 18

(delapan belas) kasus hanya 3 (tiga) kasus

yang diserahkan ke jaksa pengacara negara

untuk diselesaikan, sedangkan 15 (lima

belas) kasus lainnya ditangani oleh bagian

hukum sekretariat daerah Kabupaten

Padang Pariaman sendiri, sehingga tidak

seperti yang diharapkan oleh pasal 30 ayat

(2) Undang-udang Nomor 16 tahun 2004;

2. Adapun pemerintah daerah kurang

menggunakan jasa Jaksa Pengacara Negara

dalam bidang perdata dan tata usaha negara

di Kabupaten Padang Pariaman adalah :

a. Tidak ada jaminan dari Kejaksaan

Negeri Pariaman bahwa semua

informasi yang diberikan kepada jaksa

pengacara negara dapat dirahasiakan

dan dilindungi oleh kejaksaan,

b. Tidak terdapatnya patokan yang jelas

standar biaya yang diberikan kepada

kejaksaan untuk menjadi pengacara

negara, sehingga untuk menganggarkan

(13)

terdapat tolok ukur dalam pemberian

biaya,

c. Pemberian kuasa untuk perkara tersebut

hanyalah untuk menjaga koordinasi

antara Forum Komunikasi pimpinan

daerah (FKPD), karena secara umum

untuk menyelesaikan kasus hukum

masih dapat memanfaatkan sumber daya

manusia (SDM) yang ada di Bagian

Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten

Padang Pariaman.

d. Sangat kurangnya sosialisasi dari

Kejaksaan Negeri Pariaman dalam

memberikan penerangan tentang fungsi

dan tugas dari jaksa pengacara negara,

sehingga sampai sekarang masih banyak

yang tidak mengetahui secara jelas

sampai sejauh mana tugas jaksa

pengacara negara tersebut.

3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh

Kejaksaan Negeri Pariaman dalam

peningkatan peran jaksa pengacara negara

di bidang perdata dan tata usaha negara di

Kabupaten Padang Pariaman, sebagai

berikut :

a. Memberdayakan seluruh jaksa untuk

dapat terlibat dalam menangangan setiap

kasus yang diserahkan kepada jaksa

pengacara negara pada kejaksaan negeri

pariaman.

b. Semua jaksa diupayakan untuk

mendapatkan pendidikan-pendidikan

teknis, sehingga dapat menjadikan para

jaksa memahami tugasnya selaku

pengacara negara, sehingga dengan

peningkatan kualitas jaksa tersebut

dapat berpengaruh kepada kesiapan

jaksa untuk menangani kasus-kasus

perdata yang diserahkan ke kejaksaan.

c. Berusaha untuk meningkatkan minat

jaksa fungsional untuk menangani kasus

Perdata dan tata usaha negara, karena

semenjak awal pendidikan menjadi

jaksa sudah diberikan bekal untuk

menjadi jaksa pengacara negara.

Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, kontribusi pemikiran bagi pelaksanaan pelayanan publik di rumah sakit yang akan mendatang adalah sebagai berikut:

1. Meskipun secara keseluruhan kinerja Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang menunjukkan hasil baik, diharapkan untuk lebih memaksimalkan kinerja pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang sesuai dengan motto dari rumah sakit umum pusat Dr. M. Djamil Padang adalah Kepuasan anda adalah kepedulian kami.

2. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang harus menjalin kerjasama yang berkesinambungan dengan lintas sektoral dan mensosialisasikan dengan bahasa yang bisa dimengerti dan dipahami oleh masyarakat agar masyarakat menjadi jelas tentang persyaratan dalam mendapatkan pelayanan.

(14)

Pusat Dr. M. Djamil Padang, masih terdapat upaya-upaya yang belum terealisir, sehingga pelayanan kesehatan tidak maksimal. Diharapkan kepada seluruh struktur organisasi di Kejaksaan Negeri Pariaman untuk dapat meningkatkan Kualitas Jaksa Pengacara Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Chaerul, 2014, Kejaksaan Memberantas Korupsi, (Suatu

Analisis Historis, Sosiologis dan

Yuridis), Ideleader, Jakarta.

Amirudin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian

Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

Amsari, Feri, 2011, Perubahan UUD 1945, Perubahan Konstitusi

Negara RI Melalui Keputusan

Mahkamah Konstitusi, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Asshidiqie, Jimly, 2009, Pengatar Ilmu Hukum Tata Negara, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

___________, 2010, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara

Pasca Reformasi, Cetakan Pertama,

Sinar Grafika, Jakarta.

___________, 2011, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Sinar Grafika,

Jakarta

Astomo, Putera, 2014, Hukum Tata Negara Teori dan Praktek, Thafa

Media, Yogyakarta,

Ali, Zainuddin, 2011, Metode Penelitian Hukum, Cetakan ke-2,

Sinar Grafika, Jakarta

Atmadja, Dewa Gede, 2012, Hukum Konstitusi, Problematika Konstitusi

Indonesia Sesudah Perubahan

UUD 1945, edisi Revisi, Setara

Press, Malang.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan RI, Posisi dan Fungsinya Dari

Perspektif Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ekawati, Evy Lusia, 2013, Peranan Jaksa Pengacara Negara Dalam

Penanganan Perkara Perdata,

Genta Press, Yogyakarta

Fatmawati, 2005, Hak Menguji (toetsingrecht) Yang Dimiliki

Hakim Dalam Sistem Hukum

Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Hadjon, Philipus M., 1998, Penataan Hukum Administrasi Tahun

1997/1998, Tentang Wewenang,

Fakultas Hukum Unair, Surabaya,1998 Philipus M.Hadjon, Penataan Hukum Administrasi Tahun 1997/1998, Tentang

(15)

______________, dkk, 2005, Pengantar Hukum Administrasi

Indonesia, cetakan ke-9, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta, 2005

Huda, Ni’matul, 2011, Hukum Tata

Negara, Edisi Revisi, cetakan

ke-enam, Rajawali Pers, Jakarta

Indrayana, Deni, 2008, Negara Antara Ada dan Tiada, Reformasi Hukum

Ketatanegaraan, Kompas, Yogyakarta.

Jusuf, Muhamad, 2014, Hukum Kejaksaan, Eksistensi Kejaksaan

Sebagai Pengacara Negara Dalam

Perkara Perdata Dan Tata Usaha

Negara, Laksbang Justitia ,

Surabaya

Sumitro, Hanitijo, Roni 1985, Metode Penelitian Hukum, Galia Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

NTT maupun di Maluku. Pasti adamanfaat ilmiah yang perlu dicari kebenaran faktanya dan bukan sekedar budaya atau kearifan lokal. Tumbuhan dari Genus Piper, seperti Piper nigrum,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap Organizational Citizenship behavior serta untuk mengetahui

Perancangan proses dibagi menjadi dua yaitu perancangan tahap preprocessing, dan perancangan tahap processing yang meliputi ekstraksi fitur dan pengenalan

Akses (masalah) terutama. Persebaran anak-anak sekolah jumlahnya terbatas. Jumlahnya sedikit-sedikit dengan jarak yang jauh-jauh. Tidak hanya itu, jumlah guru yang mengajar

(kalau aturan di Berkah Lestari itu beda dengan aturan pada umumnya mbak, ya tidak ketat seperti di perusahaan, pokoknya enak tidak memberatkan. Misalnya tidak bisa

Mengenai sumber air bor di Pondok Pesantren Anwarul Huda itu banyak sekali warga disekitar Pondok yang benar-benar membutuhkan ketersediaan air itu, maka dari itu sudah seharusnya

pengamalan shalawat tarekat tijaniyah, istighasah kubro, akhlak yang baik, istiqomah dalam beribadah kepada Allah Swt., memiliki rasa kasih sayang antar santri baik itu kakak kelas

Pelaksanaan (eksekusi) pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun