BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Daerah-daerah otonomi baru di Indonesia biasanya masih memiliki sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat kecil. Daerah otonomi baru tersebut
perlu melakukan berbagai macam usaha-usaha yang menghasilkan income untuk
daerahnya masing-masing.
Pemerintah Provinsi Jambi dalam usahanya untuk membantu daerah
kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi untuk meningkatkan Pendapatan Asli
daerah (PAD) adalah dengan cara membuat suatu kebijakan daerah. Kebijakan
daerah yang dimaksud adalah dengan melakukan penanaman modal pada Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam hal ini adalah Bank Jambi. Sebagaimana
diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 adalah bahwa
perwujudan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam
rangka pemberdayaan masyarakat, serta dilakukan oleh berbagai lembaga
ekonomi masyarakat di daerah.1
Sumber-sumber daerah keseluruhannya dalam pelaksanaan otonomi dan
desentralisasi ini adalah: (a) Pendapatan Asli Daerah; (b) Dana Perimbangan; (c)
Pinjaman Daerah dan (d) Lain-lain Penerimaan yang sah. Sehubungan dengan hal
1
Muhammad Al Mustofa,
ini usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari hasil badan usaha
milik daerah (BUMD) telah berjalan sejak lama. BUMD tersebut dibentuk
berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, yang
diperkuat oleh UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di
Daerah. Tujuan dibentuknya BUMD tersebut adalah untuk melaksanakan
pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan
kemanfaatan umum dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah.2
Sejak tanggal 22 November 2007, Bank Pembangunan Daerah Jambi berubah
status menjadi Perseroan Terbatas (PT.) Bank Pembangunan Daerah Jambi
disebut Bank Jambi dan berdasarkan akte notaris Robert Faisal, S.H. No. 1
tanggal 1 Februari 2007. Kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak
Pemerintah Provinsi Jambi dalam upaya meningkatkan sumber pendapatan
asli daerahnya adalah dengan cara membentuk suatu bank daerah yang dikenal
dengan Bank Jambi, yang merupakan bank milik Pemerintah Provinsi Jambi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi. Bank Jambi didirikan berdasarkan
Akte Notaris Adiputra Parlindungan No. 6 tanggal 12 Februari 1959 dengan nama
PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi yang kemudian diubah melalui Akte
Notaris Habro Poerwanto No. 70 tanggal 12 Oktober 1959 dan mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. J.A/5/115/8 tanggal
6 November 1959 dimuat pada Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.
110.104 tanggal 29 Desember 1959.
2
Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. W20-00061 HT.01.01-TH.
2007 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 55
tanggal 10 Juli 2007 serta Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
9/59/KEP.GBI/2007 tanggal 13 November 2007. Bentuk kegiatan Bank Jambi
meliputi seluruh kegiatan bank umum, termasuk sebagai pemegang kas daerah
yang berfungsi melaksanakan dan mengelola penyimpanan, penerimaan dan
pengeluaran kas daerah serta mengutamakan pembiayaan bidang proyek
pembangunan daerah.3
Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi adalah salah satu daerah otonomi baru di
Provinsi Jambi, yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Kota Sungai Penuh sendiri
adalah daerah pecahan dari kabupaten induknya yakni Kabupaten Kerinci
(Provinsi Jambi). Oleh karena itu Kota Sungai Penuh merupakan daerah
Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi yang memiliki Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang paling kecil, sehingga dianggap perlu oleh pemerintah daerah
setempat untuk ikut menanamkan modal daerahnya pada Bank Jambi.
Salah satu langkah yang di ambil oleh Pemerintah Provinsi Jambi adalah
melalui kebijakan penyertaan modal pemerintah kabupaten/kota dalam Provinsi
Jambi pada Bank Pembangunan Daerah Jambi (BPD) atau yang disebut dengan
Bank Jambi. Langkah ini dilakukan sekaligus untuk tetap dapat mengembangkan
Bank Jambi sebagai satu-satunya bank milik pemerintah daerah yang dapat terus
berkembang sampai ke level yang diharapkan.
3
Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah.
Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.4 Sedangkan
dalam rangka kekuasaan pengelolaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan
kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala
Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) selaku pejabat pengguna anggaran/barang
daerah.5
Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Kota Sungai Penuh semenjak terbentuk
pada tahun 2008 sampai dengan saat ini, hanya mengandalkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bantuan-bantuan dari Pemerintah
Provinsi Jambi serta bantuan dari kabupaten Kerinci (Kabupaten induk), namun
bantuan dari Kabupaten Kerinci ini hanya sampai dengan tahun anggaran 2010.
Dimana dalam perkembangannya pemerintah setempat, belum mampu untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah Kota Sungai Penuh
dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) memutuskan untuk Kota Sungai Penuh dalam upayanya meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD) berupaya untuk ikut seta dalam menamamkan modalnya pada Bank Jambi
dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 19 Tahun 2010 Tentang
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi. Dimana di dalam
Peraturan Daerah (Perda) ini Kota Sungai Penuh diharuskan untuk menanamkan
sahamnya pada Bank Jambi sebesar Rp. 7.500.000.000,- (tujuh setengah miliyar
rupiah).
4
Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
5
ikut menyertakan modalnya pada Bank Jambi sebagai salah satu langkah untuk
meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD).
Penyertaan modal pemerintah daerah kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi
pada Bank Jambi mulai diwacanakan pada tahun 2009, dan baru terealisasi pada
tahun 2010 yang melibatkan 9 (sembilan) Kabupaten dan 2 (dua) Kota dalam
Provinsi Jambi serta Provinsi Jambi sendiri sebagai Provinsi induk. Seluruh
Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi berkewajiban untuk menyetorkan
modalnya pada Bank Jambi sampai dengan tahun 2015 yaitu sampai dengan batas
maksimumnya sebesar Rp 50.000.000.000,- (lima puluh miliyar rupiah).6
Sesuai dengan visi dari Bank Jambi, menjadi bank yang ideal dan sehat dalam
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat di bidang jasa bank yang
memiliki nilai tambah bagi ekonomi daerah khususnya Usaha Kecil Menengah
(UKM) dengan pengelolaan secara profesional, kehati-hatian dan berkembang
secara wajar.
Perkembangan ekonomi global dewasa ini membawa Bank Jambi sebagai
satu-satunya lembaga perbankan milik Provinsi Jambi yang senantiasa selalu
berusaha untuk melakukan suatu terobosan-terobosan yang dapat membawa Bank
Jambi sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sehat.
7
6
Wawancara dengan Zulfikar, S.E, Sekretaris Dinas, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh, 28 Desember 2011, Pukul 13.05 WIB.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan ulasan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian di
atas “Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh (Provinsi Jambi)
Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi” maka rumusan masalah yang
dapat di ambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan bank daerah ?
2. Bagaimana prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota Sungai
Penuh pada Bank Jambi ?
3. Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang melandasi Pemerintah Kota
Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun Tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan tentang bank daerah.
2. Untuk mengetahui prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota
Sungai Penuh pada Bank jambi.
3. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang melandasi
Pemerintah Kota Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank
Adapun Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Manfaat Teoritis.
Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai proses
penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi dan
penyertaan modal pemerintah daerah pada bank daerah pada umumnya.
2. Manfaat Praktis.
Untuk mempermudah Pemerintah Kota Sungai Penuh dan Pemerintah
Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Jambi untuk menanamkan modal pada Bank
Jambi, sekaligus untuk mengetahui aturan-aturan hukum yang berhubungan
dangan penyertaan modal daerah pada Bank Jambi.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis pada perpustakaan di
lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ada penulisan skripsi yang
memabahas tentang Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh
(Provinsi Jambi) Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi sampai dengan
penulisan skripsi ini dilakukan. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan
referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan berbagai
E. Tinjauan Pustaka
Bank Pembangunan Daerah adalah badan hukum berdasarkan
Undang-undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank
Pembangunan Daerah. Kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan
berlakunya peraturan pendiriannya.8
Penyertaan modal negara atau daerah adalah usaha yang dilakukan untuk
melakukan pemisahan kekayaan negara atau daerah dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan
sebagai modal BUMN dan BUMD atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola
secara korporasi.9 Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah adalah pengalihan
kepemilikan barang milik negara/daerah yang semula merupakan kekayaan yang
tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modal/saham negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara atau daerah.10
Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah (PP) Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah menyatakan Penyertaan Modal adalah bentuk investasi pemerintah
pada badan usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirian
Perseroan Terbatas (PT) dan pengambilalihan Perseroan Terbatas (PT). Dalam
8
Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.
9
Sie Infokum-Ditama Binbangkum, Penyertaan Modal Negara, hal 1.
10
pengeloalaan dan pertanggungjawaban keuangan negara terdapat beberapa jenis
penyertaan modal yaitu, antara lain:
a. Penyerataan modal pemerintah pusat adalah pengalihan
kepemilikan barang milik negara yang semula merupakan
kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan negara
yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham
negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki
Negara/Daerah.
b. Dalam APBD, penyertaan modal pemerintah daerah kedalam
perusahaan daerah adalah salah satu bentuk kegiatan/usaha
pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah guna
kesejahteraan masyarakat daerah. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal
atau penambahan penyertaan modal kepada perusahaan daerah
harus diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) tersendiri tentang
penyertaan atau penambahan modal. Perlu diingat bahwa
penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila
jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan
telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal
daerah yang berkenaan. Penambahan penyertaan modal oleh
pada saat penyertaan atau penambahan penyertaan modal tersebut
dilakukan.
Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan Negara/daerah/
swasta ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ini sesuai dengan ketentuan Pasal 41
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.11
Bank adalah lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust
dan agent of development.
Sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Sungai Penuh yang mengatur
tentang penanaman saham pemerintah daerah Kota Sungai Penuh pada Bank
Jambi yang diatur di dalam Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 19
Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.
12
Yang dimaksud dengan agent of trust adalah suatu
lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala
kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of
development, bank adalah sebagai suatu lembaga perantara yang dapat mendorong
kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan
pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para
pelaku ekonomi.13
Bank Jambi dapat juga di kategorikan sebagai bank yang sedang berusaha
untuk dapat terus bersaing di dunia perbankan khususnya dengan bank-bank
nasional yang ada di dalam Provinsi Jambi. Serta berusaha untuk menjalankan
11
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.
12
Judisseno K Rimsky, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 95.
13
usaha sabagai bank umum, secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah. Penggerak, pendorong laju perekonomian dan pembangunan daerah.
Pemegang kas daerah dan melaksanakan penyimpanan kas daerah, sebagai salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).14
Kelembagaan keuangan daerah, yaitu lembaga yang menjalankan dan
terkait dalam pengelolaan keuangan daerah. Di dalamnya dibahas mengenai
kedudukan hukum pejabat keuangan daerah, seperti kaidah-kaidah mengenai
bendahara umum daerah, baik pengguna anggaran dan kuasa pengguna maupun
pihak yang terafiliasi dalam kegiatan keuangan daerah, juga mengenai bentuk
pelayanan umum, perusahaan daerah, pengelolaan barang daerah dan barang
daerah yang dipisahkan mengenai kepemilikannya, juga yang menyangkut
struktur organisasi, yang mendukung kebijakan keuangan daerah, seperti DPRD,
BPK, BPKP, serta hubungan keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, dan perusahaan daerah, dan juga pihak lainnya.15
Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah.
pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah baik itu
provinsi maupun di kabupaten/kota. Dengan dasar acuan tersebut, maka diatur
dalam Pasal 156 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala
daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
14
Laporan Tahunan, Loc:Cit, hal. 3.
15
serta pengawasan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah yang
berwenang.16
Dinamika pembangunan nasional memerlukan langkang-langkah
pembaharuan di berbagai bidang, apalagi Indonesia sekarang ini telah memasuki
dekade pembangunan dan berada pada posisi transional untuk menuju Negara
yang maju, aman, adil dan sejahtera. Semua langkah tersebut memerlukan
kesiapan sumber daya manusia untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan
dan perubahan yang terjadi. Dalam kaitan itu, maka perlu dirumuskan kerangka
dasar dan arah serta kebijakan pengembangan penanaman modal guna menopang
pertumbuhan ekonomi dan memacu gerak pembangunan nasional.17
Perubahan ekonomi terutama dalam hal perbankan ini menimbulkan
kemungkinan perubahan masyarakat di Kota Sungai Penuh dan setiap perubahan
pasti menimbulkan ketidaksinambungan. Dalam hal terjadinya perubahan
ekonomi masyarakat ini, maka sangat diharapkan daerah Kota Sungai Penuh juga Salah satu
cara yang dilakukan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh adalah dengan cara
melakukan penanaman saham/modal pada Bank Jambi. Penanaman modal yang
dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh ini sendiri dianggap sangat diperlukan
oleh pemerintah daerah setempat untuk membantu meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD) yang masih sangat minim.
16
Ibid.
17
dapat mengeluarkan produk-produk hukum daerah yang dapat di gunakan oleh
para masyarakat daerah tersebut kedepannya.18
F. Metode Penulisan
1. Jenis Penelitian dan Sifat
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode-metode yang
normatif kualitatif. Normatif, karena penelitian yang penulis lakukan ini bertitik
tolak dari peraturan perundang-undangan yang ada sebagai norma hukum yang
positif.19
2. Data Penelitian
Sifat penelitian adalah deskriptif yang dilakukan adalah dengan
menyajikan gambaran lengkap mengenai aturan-aturan penyertaan modal.
Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder,
dimana data sekunder ini dapat dibagi dalam 3 (tiga) bentuk yaitu:
1. Bahan Hukum Primer
Segala bentuk peraturan perundang-undangan yang terkait dan
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Dalam
penulisan skripsi ini peraturan-peraturan yang terkait adalah sebagi
berikut :
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah.
18
Sumantoro, Hukum Ekonomi, (Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2008), hal. 43.
19
b. Undang-undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Bank Pembangunan
Daerah.
c. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah.
d. Undang-undang No. 25 Tahun 2000 Tentang Program
Pembangunan Nasional.
e. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara.
f. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
g. Undang-undang 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota
Sungai Penuh.
Peraturan Daerah (Perda) yang terkait adalah :
a. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.
2. Bahan Hukum Sekunder
Segala bentuk bahan penulisan skripsi yang berasal dari buku-buku
yang berkaitan dengan penulisan skripsi, buku hasil penelitian atau
hasil karya tulis ilmiah serta bahan-bahan dari internet yang
3. Bahan Hukum Tertier
Bahan hukum tertier yaitu kamus, ensiklopedi dan lain-lain, bahan ini
haruslah yang member penjelasan tentang bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.
Ketiga bahan hukum tersebut ada di perpustakaan. Namun dalam
kegiatan memilah, memilih dan menelaah bahan hukum tersebut penulis harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahan kepustakaannya harus sesuai atau berkaitan dengan objek
penelitian.
2. Bahan kepustakaan itu merupakan bahan kepustakaan terbaru,
misalnya buku harus cetakan atau terbitan terakhir.
3. Pendapat yang dikutip dari bahan kepustakaan itu haruslah dari
orang yang mempunyai otoritas keilmuan dan kewenangan yang
berkesesuaian dengan bidang penelitian hukum.
4. Peraturan perundang-undangan yang digunakan dari bahan
kepustakaan ituharus lengkap dan dilihat dari aspek hierarki dan
asas hukum.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini
mengumpulkan literatur dengan bahan hukum berupa bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam
skripsi ini. Untuk melengkapi data sekunder berupa bahan hukum primer,
sekunder dan bahan hukum tertier dilakukan wawancara dengan berbagai
narasumber yaitu :
1. Zulfikar, S.E, Sekretaris Dinas, Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.
2. Junaifo Efendi, S.H, Ketua Badan Legislasi (anggota DPRD Kota
Sungai Penuh).
3. Drs. Amrizal Manan, MM, mantan Kepala Bappeda Kota Sungai
Penuh.
4. Nasran, S.E, M.Si, Kepala Bidang Anggaran Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.
5. Hj. Hendri Yetti, S.E, Kepala Bidang Pendapatan, Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.
6. H. Candra Purnama, S.H, Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.
4. Analisis Data
Dalam penelitian skripsi yang termasuk kepada tipe penelitian hukum
melakukan analisa data terhadap permasalahan yang dibahas. Hal ini dilakukan
dengan menganalisa bahan-bahan yang diperoleh dari peraturan produk
perundang-undangan, buku-buku dan karya ilmiah serta bahan dari internet yang
berkaitan erat dengan proses penyertaan modal pemerintah daerah pada bank
daerah.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi yang sistematik akan menghasilkan suatu penulisan yang
terarah kepada fokus masalah yang dibahas, dengan demikian tujuan yang
diinginkan akan tercapai. Adapun sistem penulisan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I : Merupakan pendahuluan dimana pada bab ini menyampaikan maksud
awal serta pokok dan masalah-masalah yang timbul dari skripsi ini.
Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, metode
Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II : Bab ini berisi Ketentuan Umum Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pada Bank daerah yang membahas Pengertian Penyertaan Modal,
Syarat-syarat Penyertaan Modal, Jenis-Jenis Penyertaan Modal.
BAB III : Bab ini berisi tentang Proses Pengambilan Kebijakan Daerah Kota
Sungai Penuh Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi yang
Penuh, Peranan Pemerintah Kota Sungai Penuh, Peran Bank Jambi
Dalam Menjalankan Kebijakan Penyertaan Modal.
BAB IV : Bab ini berisi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh Dalam
Penyertaan Modal Pada Bank Jambi yang membahas Kebijakan
Pemerintah Daerah Kota Sungai Ditinjau dari Hukum Administrasi
Negara, Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau dari
Undang-Undang Perbendaharaan Negara, Kebijakan Daerah Kota Sungai
Penuh Ditinjau dari Undang-Undang Keuangan Negara,
BAB V : Merupakan kesimpulan dari seluruh rangkaian uraian dalam skripsi ini,
disamping itu penulis memberikan saran-saran yang menjadi harapan