Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 1 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing
(competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur,
khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.
Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat _ 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih
2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh
3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang
4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi
5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber
daya air dan pengembangan sumber daya air
6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung
pembangunan pertanian
Sasaran umum RPJMN tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur
dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai
berikut:
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 2
1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman
tidak layak menjadi 0%
2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 %
3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 %
Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain:
1. Pemenuhan program lanjutan
a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama
terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa)
b. Melanjutkan program-program yang telah disepakati dalam rangka
fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI
2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh
Ditjen Tata Ruang
3. Mendorong penanganan Kabupaten/Kota Kawasan Strategis Nasional (KSN)
a. Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu
kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada
RTRW yang sudah ditetapkan
b. Menyelesaikan penanganan KSK yang telah dilakukan pada tahun 2014
c. Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya
4. Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya
a. Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis” pemenuhan SPM
b. Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian
tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun
2015
5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu-isu
strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi,
pulau maupun koridor pembangunan)
6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format-format
Konreg yang telah ditetapkan
7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya
penyusunan program tahun 2015-2019 atau RPJMN tahap ketiga
8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada
Baseline Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama
untuk usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 3
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019, Arah kebijakan utama
pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan
pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah
yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu
Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Kebijakan Utama
Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;
1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan
keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan
efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Hal ini dicapai melalui strategi
pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas;
peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta
peningkatan iklim investasi dan iklim usaha.
2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Pengembangan
Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya
saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi
ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi perwujudan Sistem Perkotaan Nasional
(SPN); percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk
mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang
berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing
dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola
pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar
Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan
kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha
ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan
SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya
masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi
UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi,
fasilitasi, supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 4
secara berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan
transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk
kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota.
3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah
peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan
antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional
antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas
antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2)
perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui
pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan
transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat
dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa.
4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan.
Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan
dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian
masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan
strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah
tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal
dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah; (4) mempercepat
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5) memberikan tunjangan khusus
kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi dan pemberian insentif kepada
pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal; (8)
mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi; dan (9)
mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Adapun arah
kebijakan pengembangan kawasan perbatasan ditujukan dalam upaya mewujudkan
kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing,
dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dilakukan melalui
pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal tersebut akan dicapai melalui
strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia
(SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 5
dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah
negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.
5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan
meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi;
internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap
bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana.
6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan
struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,
7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi
peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan
pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.
3.1.2 Arahan Penataan Ruang 3.1.2.1.Arahan RTRWN
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
dijadikan sebagai pedoman untuk :
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan
strategis nasional, dan
f. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 6
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,
dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga,
2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,
3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan,
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri
sistem pertahanan, atau
c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil
terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut
lepas.
2. Pertumbuhan ekonomi,
a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi nasional,
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 7
d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
3. Sosial dan budaya
a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau
budaya nasional,
b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri
bangsa,
c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam
strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan
nuklir
c) memiliki sumber daya alam strategis nasional
d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang
hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
dan/atau dilestarikan,
d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara,
e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 8
g) rawan bencana alam nasional
h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Tabel 3. 1
Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
No Pkn Pkw
1 Kawasan Perkotaan
(Gerbangkertosusila)Malang
Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan
Tabel 3. 2
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Kawasan Strategis Nasional Sudut
Kepentingan Kota/Kabupaten
Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan
– Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusila)
Ekonomi Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo,Kab. Lamongan
3.1.2.2.Arahan RTRW Provinsi
A. Arahan Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi:
a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan
perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya
alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan
bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai
kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada:
• Kawasan hutan lindung
Strategi :
pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 9 penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS
dan/atau pulau;
pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan,
terutama hutan dengan fungsi lindung;
pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung.
• Kawasan perlindungan setempat
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan perlindungan
setempat;
pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi; pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan; dan
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya.
• Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang masih berkembang beserta ekosistemnya;
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindung kawasan; dan
peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi dengan
pembangunan wilayah, terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian
masyarakat disekitar kawasan konservasi.
• Kawasan rawan bencana alam
Strategi :
penetapan kawasan rawan bencana alam;
pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan
pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.
• Kawasan lindung geologi
Strategi :
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 10
mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi;
mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam geologi; dan
mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam geologi.
• Kawasan lindung lainnya.
Strategi :
memantapkan perlindungan terumbu karang;
melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan; merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan
mengembangkan terumbu karang pada kawasan-kawasan yang potensial.
b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.
Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan
kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama
untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam
rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
• Kawasan peruntukan hutan produksi
Strategi :
mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan partisipatif;
membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan
mengawasi pemanfaatan hutan produksi.
• Kawasan hutan rakyat.
Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan membangun dan
mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.
• Kawasan peruntukan pertanian
Strategi :
pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan
produktif;
peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksipertanian; pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi
pertanian melalui pengembangan agropolitan;
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 11
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan
pertanian;
pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan.
• Kawasan peruntukan perkebunan
Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan melalui pengembangan agropolitan.
• Kawasan peruntukan peternakan
Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan melalui pengembangan agropolitan.
• Kawasan peruntukan perikanan
Strategi :
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan;
membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung
pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan
melalui pengembangan minapolitan;
menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;
pemantapan kawasan tambak garam;
pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam; dan
pengoptimalan produksi garam dan peluang pengembangan serta kerja sama produksi garam dengan investor.
• Kawasan peruntukan pertambangan
Strategi :
pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang;
peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan berwawasan lingkungan; dan
pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian,
kondisi geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan.
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 12
Strategi :
pengembangan kawasan peruntukan industri yang memperhatikan
keseimbangan antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan; pengidentifikasian potensi pengembangan industri;
pengembangan industri melalui penyediaan ruang dan didukung pengembangan
infrastruktur wilayah;
pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan;
pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga;
pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan hulu-hilir, klaster, dan sentra;dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri.
• Kawasan peruntukan pariwisata
Strategi :
pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia;
penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;
pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasidengan
pengembangan infrastruktur wilayah;
pengembangan kegiatan penunjang wisata;
pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat
dan/atau perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.
• Kawasan peruntukan permukiman
Strategi :
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan
permukiman yang efisiendan terintegrasi dengan sistem transportasi;
pengembangan kawasan permukiman yang mendukung pengembangan
agropolitan di kawasan perdesaan;
pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang;
pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan
pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang
memadai.
• Kawasan andalan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 13 mengakomodasi penetapan kawasan andalan di wilayah ProvinsiJawa Timur
sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan nasional; dan
mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional.
• Peruntukan kawasan budi daya lainnya.
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan
keamanan;
penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna
lahan lainnya, terutama permukiman;
pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
secara ketat;
mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan
negara;
mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan
kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan
negara.
c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi:
• Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam.
Strategi :
penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya
dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan
dalam ekosistem pesisir;
pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 14
• Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Strategi :
pengoptimalan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan permukiman, pelabuhan, dan industri;
peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut
melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.
B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang
Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi:
1. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo– Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;
2. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,
Bojonegoro, dan Pacitan;
3. PKWP : Pasuruan dan Batu;
4. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep,
Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan,
Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan
5. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat
kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten
masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.
Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah
Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 3 Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur
No. Wilayah
Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi
1 Gerbang
kertasusila Plus
Kota Surabaya, Kabupaten
Tuban, Kabupaten
Lamongan, Kabupaten
Bojonegoro, Kabupaten
Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota
Mojokerto, Kabupaten
Jombang, Kabupaten
Kota Surabaya
Pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura,
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 15 No. Wilayah
Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi
Pasuruan, Kota Pasuruan,
Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep
2 Malang Raya Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang
Kota Malang
Pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura,
kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri
3 Madiun dan
Sekitarnya
Kota Madiun, Kabupaten
Madiun, Kabupaten
Ponorogo, Kabupaten
Magetan, Kabupaten
Pacitan, dan Kabupaten Ngawi
Kota Madiun
Pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura,
Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung
Kota Kediri Pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan,
pertambangan, pendidikan,
kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri
5 Probolinggo – Lumajang
Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang
Kota Probolingg o
Pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan,
pertambangan, pariwisata,
pendidikan, dan kesehatan
6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten
Blitar
Kota Blitar Pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan,
peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, pendidikan,
kesehatan dan pariwisata
7 Jember dan
Sekitarnya
Kabupaten Jember,
Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo
Perkotaan Jember
Pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan,
peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, pendidikan,
kesehatan, dan pariwisata
8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan
Banyuwang i
Pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan,
A
raha
n
K
ebi
jak
an &
R
enc
ana St
rat
eg
is I
nf
ras
tr
uk
tu
r B
idang
C
ipt
a
K
ar
y
a
|
3
- 16
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 17 Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Bidang Cipta Karya
a. Sistem jaringan sumber daya air meliputi:
1. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;
2. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan
4. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah
provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.
b. Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
1. Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi:
Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;
Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan
Badegan di Kabupaten Ponorogo;
Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete, Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk
Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro;
Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde,
Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten
Ngawi;
Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun;
Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;
Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di
Kabupaten Lamongan; dan
Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan;
2. Wilayah Sungai Brantas meliputi:
Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen,
Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan
Karangkates III, IV di Kabupaten Malang;
Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;
Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang;
Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di Kabupaten Nganjuk;
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 18
Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung;
3. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi: Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan
Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten
Probolinggo;
4. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi:
Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo,
Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan
Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan
Embung Nogosromo di Kabupaten Situbondo;
5. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang,
Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di
Kabupaten Banyuwangi;
6. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten
Jember;
7. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:
Waduk Nipah di Kabupaten Sampang;
Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;
Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan
Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.
c. Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana
pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi:
1. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang;
2. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan
3. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.
d. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi :
1. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;
2. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah;
3. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan
4. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.
e. Selain rencana pengembangan air baku,, terdapat rencana pengembangan WS, yaitu:
1. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;
2. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 19
WS Welang–Rejoso;
WS Pekalen–Sampean;
WS Baru–Bajulmati;
WS Bondoyudo–Bedadung; dan
WS Kepulauan Madura.
f. Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan :
1. Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa: Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai
Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan
Sistem drainase perkotaan.
2. Rencana pengembangan TPA regional meliputi:
Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik;
Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang;
Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto;
Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;
Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri; Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;
Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.
Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan GKS
Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan GKS merupakan acuan dalam
mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan GKS, yang terdiri dari (i) indikasi program utama, (ii) sumber pendanaan, (iii)
instansi pelaksana, dan (iv) waktu pelaksanaan. Program utama terdiri dari (i) program
utama perwujudan struktur ruang dan (ii) program utama perwujudan pola ruang.
Sumber pendanaan program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) provinsi dan/atau kabupaten/kota, dan/atau sumber lain yang
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 20
Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan/atau masyarakat yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi
badan pelaksana kerja sama pembangunan.
Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang GKS
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada
tahap pertama (tahun 2013-2017) dan tahap kedua (tahun 2018-2022) diprioritaskan
pada:
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat
pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat
pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional,
nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional,
nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri
manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan
pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat
pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional,
nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan
lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir
pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan,
pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara,
pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan
sosial budaya;
pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan
penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi
laut, dan sistem jaringan transportasi udara;
pengembangan, peningkatan dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan
jaringan transmisi tenaga listrik;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 21 pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang
meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan
irigasi, dan sistem pengamanan pantai;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan
sistem pengelolaan persampahan; dan
pengembangan dan peningkatan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada
tahap ketiga (tahun 2023-2027) dan tahap kedua (tahun 2028-2032) diprioritaskan
pada:
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan inti
sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau
kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan
regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala
internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala
internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat
kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil
sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan
pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat
kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan di
sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau
kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional,
regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan
olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan
skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat
kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan,
perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan
pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat
kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas sistem jaringan
transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi
sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 22 pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan energi yang
meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan
jaringan transmisi tenaga listrik;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan
telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan sumber daya
air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem
jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air
limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada
tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada:
rehabilitasi dan revitalisasi fungsi lindung pada kawasan lindung, meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, kawasan lindung
spiritual dan kearifan lokal, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar
budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam,
dan kawasan lindung geologi;
revitalisasi dan pengembangan fungsi kawasan peruntukan permukiman;
revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
perlindungan dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian;
revitalisasi dan pengembangan kawasan berfungsi transportasi skala
pelayanan internasional;
pemantapan kawasan pertahanan dan keamanan negara;
pengembangan kawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan
kesehatan, dan kawasan pelayanan sosial-budaya;
pengembangan kawasan peruntukan perikanan;
revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan industri; revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata; dan
pemantapan kawasan hutan produksi.
Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 23 rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan, dan peningkatanfungsi lindung pada
kawasan lindung meliputi meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai,
waduk, mata air, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya
dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan
kawasan lindung geologi;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan permukiman;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
perlindungan dan peningkatan kawasan peruntukan pertanian;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan berfungsi transportasi skala pelayanan internasional; pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an
kembali fungsikawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan,
dan kawasan pelayanan sosial-budaya;
pemantapan kawasan peruntukan pertahanan dan kemanan negara;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan perikanan;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan industri;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan pariwisata; dan
pemeliharaan, rehabilitasi, dan pemantapan kembali kawasan peruntuk-an hutan produksi.
3.1.2.3.Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sampang
Skenario pengembangan wilayah disusun berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Sampang Tahun 2009 – 2029. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Sampang adalah
“Mewujudkan Kabupaten berbasis agropolitan ditunjang industri, pariwisata, dan potensi lokal bagi pemerataan pembangunan berkelanjutan”
Berdasarkan tujuan penataan ruang tersebut, kebijakan umum penataan ruang, adalah
sebagai berikut :
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 24
2. Pemantapan struktur pusat pelayanan dan pengendalian perkembangan
kawasan perkotaan;
3. Pengembangan kelengkapan sistem sarana dan prasarana wilayah pada
agropolitan, industri dan pariwisata;
4. Pemantapan, pelestarian, dan perlindungan kawasan lindung secara
berkelanjutan berbasis kearifan lokal;
5. Pengembangan kawasan budidaya secara bersinergis dengan agropolitan, industri berbasis pertanian, dan pariwisata;
6. Pengembangan wilayah pesisir dan pulau kecil di Kabupaten secara
berkelanjutan;
7. Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Skenario pengembangan wilayah, dipaparkan menjadi 2 kelompok besar yaitu Struktur
Ruang, Pola Ruang dan Kawasan Strategis.
A. Struktur Ruang
Kondisi yang diharapkan pada struktur ruang Kabupaten Sampang adalah sebagai
berikut:
1. Sistem Pusat Permukiman
Pengembangan konsep growth pole dengan mengembangkan wilayah selatan
(berpusat di Perkotaan Sampang) dan utara (berpusat di perkotaan Ketapang),
dengan harapan tercipta trickle down effect ke wilayah tengah, sehingga dapat mengurangi kesenjangan wilayah di Kabupaten Sampang.
2. Sistem Prasarana Wilayah :
a. Peningkatan dan pengembangan jaringan jalan di wilayah utara dan selatan guna
mendukung pengembangan Jembatan Suramadu, dilengkapi dengan sarana dan
prasarana pendukung (terminal dan pelabuhan), diharapkan pula terjadi
peningkatan jalan hingga ke desa-desa;
b. Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa skala regional;
c. Mengembangkan kawasan industri dan agropolitan sesuai dengan potensi lokal
Kabupaten Sampang.
Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah terdiri atas :
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 25
a. Mengarahkan struktur permukiman pusat perkotaan secara berhirarki dan
mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung
memusat ke arah kawasan metropolitan di Kabupaten Sampang
b. Distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan secara merata
untuk mencegah kawasan permukiman padat
c. Pengembangan pusat-pusat perdesaan yang akan membentuk pusat-pusat
pelayanan secara mandiri
d. Peningkatan sistem perdesaan yang mendorong pembentukan pusat pelayanan
kaawasan perdesaan secara mandiri untuk mendorong peningkatan kualitas
hidup dan SDM di kawasan perdesaan.
e. Peningkatan akses pelayanan sarana dan prasarana lingkungan di pusat
permukiman kawasan perdesaan untuk mendorong peningkatan kualitas hidup
dan SDM di kawasan perdesaan.
f. Peningkatan keterkaitan antar kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan
melalui pengembangan jalan-jalan desa dan peningkatan jalan local primer
untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan,
khususnya yang berbasis pada sector pertanian dan industri.
g. Pembentukan sistem agropolitan banyuates-Sokobanah-Ketapang (Basoket) di
kawasan perdesaan.
2. Kebijakan pengembangan sistem prasarana wilayah
a. Menata sistem sarana dan prasarana wilayah secara berhirarki dan merata;
b. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mendorong interaksi
kegiatan antar satuan wilayah pengembangan, mendorong pemerataan
pembangunan dan memudahkan pergerakan serta distribusi hasil produksi.
Rencana untuk pembentukan pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki di
Sampang dengan :
1. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Sampang sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau sebagai ibukota kabupaten;
2. Pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp), yaitu perkotaan Kedungdung dan perkotaan Ketapang, serta;
3. Pengembangan perkotaan ibukota kecamatan yang bukan sebagai PKLp, yaitu sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 26 Gambar Pembagian Wilayah Pengembangan dan Arahan Fungsi Kegiatan
Rencana sistem perwilayahan di Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut :
1. PKL (Perkotaan Sampang)
Meliputi Kecamatan Sampang, Camplong, Sreseh, Torjun, Jrengik dan Pangarengan,
dengan perkotaan Sampang sebagai pusatnya.
Fungsi kegiatan : perdagangan skala regional dan local, pertanian, pariwisata,
perikanan, industri, jasa transportasi angkutan darat dan laut, jasa pemerintahan
umum skala regional.
Arah pengembangan WP selatan :
a. Wilayah pengembangan ini berperan sebagai pusat pertumbuhan skala
regional dengan skala pelayanan Kabupaten Sampang, terutama pada sektor
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 27
b. Pengembangan kawasan perkotaan dikonsentrasikan pada wilayah ibukota
Kabupaten Sampang dengan arah pengembangan kegiatan diarahkan ke
wilayah utara, barat dan timur keluar dari pusat kota untuk pemerataan
pembangunan.
c. Pengembangan infrastruktur untuk mendukung fungsi pengembangan yang
akan menjadi kutub pertumbuhan untuk mendukung wilayah tengah.
Infrastruktur yang direncanakan diantaranya pelabuhan dan TPI (Camplong),
terminal tipe B (Torjun), pembangunan stadion olah raga (Kecamatan
Sampang).
d. Pengembangan koridor kawasan perbatasan Sampang – Bangkalan yang
tentunya membutuhkan pengelolaan kegiatan koordinatif dengan Pemkab
Bangkalan, tentunya dalam pengentasan backward region (kawasan tertinggal)
yang terdapat di beberapa lokasi di wilayah Kecamatan Jrengik, Sreseh dan
Torjun, terutama dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih dan sarana
utilitas lainnya.
e. Pengembangan koridor jalan arteri primer yang menjadi akses utama antar
kabupaten di Pulau Madura dalam tujuan mengoptimalkan fungsinya sebagai
sarana kegiatan ekonomi antara wilayah.
2. PKLp I (perkotaan Ketapang)
Wilayah layanannya meliputi Kecamatan Ketapang, Banyuates dan Sokobanah.
Fungsi pengembangan utama sebagai pusat pengembangan kawasan agroindustri,
perikanan laut dan holtikultura.
Fungsi kegiatan : industri dan pergudangan skala regional, perdagangan skala
regional dan local, agroindustri, perkebunan dan holtikultura, perikanan,
pariwisata, dan jasa transportasi darat.
Arah pengembangan WP Utara :
a. Wilayah pengembangan utara memiliki peran strategis karena terletak pada
pengembangan jaaringan jalan lintas utara Madura dan terletak pada
pengembangan pelabuhan peti kemas di wilayah Bangkalan yang berskala
internasional.
b. Pengembangan kawasan agropolitan dengan mengembangkan keterhubungan
antara lokasi produksi dan lokasi pemasaran pada kawasan perkotaan dan
perdesaan di kecamatan Ketapang, Banyuates dan Sokobanah. Prioritas
pengembangan sector kegiatan di kawasan ini disesuaikan dengan
perencanaan masterplan kawasan agropolitan termasuk pengembangan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 28
Direncanakan untuk pembangunan terminal agribisnis berada pada Kecamatan
Ketapang.
c. Pengembangan koridor jalan arteri primer yang menjadi akses utama antar
kabupaten di Pulau Madura dalam tujuan mengoptimalkan fungsinya sebagai
sarana kegiatan ekonomi antar wilayah di pulau ini.
d. Optimalisasi sumber daya air melalui waduk Nipah di Kecamatan Banyuates
yang menjadi sumber utama bagi kegiatan agraris di wilayah cluster ini dan
mendukung produksi untuk agropolitan.
3. PKLp II (perkotaan Kedungdung)
Wilayah layanannya meliputi Kecamatan Kedungdung, Robatal, Karangpenang,
Omben dan Tambelangan. Fungsi pengembangan utama wilayah adalah sebagai
pengembangan kawasan peternakan, tanaman pangan dan perkebunan, serta
industri.
Fungsi kegiatan : perdagangan skala lokal, industri kecil, peternakan, kehutanan dan
konservasi, pertanian, perkebunan dan holtikultura, pertambangan dan migas.
Arahan pengembangan WP Tengah :
a. Wilayah pengembangan ini memiliki peran sebagai penghasil komoditi
perkebunan dan holtikutura dengan komoditi yang akan dikembangkan
diantaranya kedelai, tembakau dan sorgum. Selain itu juga direncanakan sebagai
kawasna peternakan dan industry serta konservasi.
b. Pengembangan linkage system dengan bernasis pada konsep interaksi kota yang
menghubungkan antara wilayah ini dengan wilayah Kecamatan Sampang.
c. Untuk mendukung keterkaitan tersebut dibutuhkan pengembangan akses
jaringan jalan yang menghubungkan antar kecamatan di cluster ini dan antara
cluster II dengan Kecamatan Sampang, Kedungdung dan Robatal.
d. Cluster tengah Barat memiliki peranan sebagai wilayah pengembangan pada
bagian tengah sebelah barat Kabupaten Sampang dengan pusat pada IKK
Kedungdung.
e. Pengembangan perkotaan Kedungdung sebagai sentra kegiatan utama di
kawasan ini sebagai titik aglomerasi kegiatan agraris dari wilayah satelitnya.
f. Pengembangan koridor kolektor primer sampan Ketapang dalam tujuan untuk
mengoptimalkan fungsinya sebgai sarana kegiatan ekonomi di wilayah tengah
Kabupaten Sampang.
g. Optimalisasi sumberdaya di wilayah DAS Kemuning dan Waduk Klampis yang
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 29
Pengembangan linkage system kota dengan berbasis pada konsep interaksi kota yang menghubungkan interaksi perkotaan Kedungdung dengan wilayah satelitnya.
Tabel 3. 4
Klasifikasi dan Sistem Permukiman No. Kecamatan Klasifikasi
Perkotaan
Usulan Fungsi
Perkotaan Usulan Pengembangan Sarpras
1. Sreseh Kecil PPK Peningkatan Akses ke Pangarengan dan
Jrengik
2. Torjun Cukup kecil PPK Terminal tipe B
3. Pangarengan Kecil PPK
4. Sampang Besar PKL Perdagangan dan Jasa Regional
5. Camplong Sedang PPK Pelabuhan dan TPI
6. Omben Kecil PPK perdagangan skala kecamatan dan
peningkatan akses ke Karangpenang-Omben dan Kedungdung-Omben
7. Kedungdung Cukup Kecil PKLp Perdagangan dan jasa regional dan
peningkatan akses ke Tambelangan, Sub terminal
8. Jrengik Kecil PPK
9. Tambelangan Kecil PPK Peningkatan Akses ke Banyuates
10. Banyuates Cukup kecil PPK
11. Robatal Kecil PPK
12. Karangpenang Kecil PPK
13.
Ketapang Sedang PKPl Perdagangan dan jasa regional, TPI, sub
terminal
14. Sokobanah Cukup Kecil PPK
Sumber : RTRW Kabupaten Sampang 2009-2029
Rencana Sistem Perdesaan
Pengelolaan kawasan perdesaan adalah dengan meningkatkan fungsi kawasan sebagai
pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi berbasis pertanian. Strategi pengelolaannya tetap dengan menintensifkan
keterkaitan desa-kota melalui pengembangan kawasan agropolitan.
Kegiatan pokok yang dilakukan untuk pengelolaan kawasan perdesaan adalah:
1. Pemantapan dan pengembangan kawasan agropolitan yang strategis dan potensial.
2. Pemantapan kelembagaan masyarakat dan pemerintahan perdesaan dalam
pengelolaan kegiatan pertanian, kelautan, perikanan, agribisnis dan agroindustri.
3. Konsep pengelolaannya adalah dengan pola pengembangan agropolis pada area distrik/unit pedesaan di wilayah pusat-pusat desa pertumbuhan, dengan tetap
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 30
pembangunan dan perbaikan fasilitas perhubungan antara agropolitan distrik
menuju kota-kota disekitarnya sebagai pusat pemasaran dan distribusi barang.
B. Pola Ruang
Kondisi yang diharapkan pada pola ruang Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan potensi ekonomi lokal, antara lain berupa pengembangan
sumberdaya kelautan, potensi migas di Selat Madura, potensi agropolitan, potensi
pertambangan galian C (tanah liat, phosfat, batu gamping);
b. Pembangunan infrastruktur, seperti jembatan, gedung olah raga, Waduk nipah, TPI
dan pelabuhan;
c. Memaksimalkan potensi air bersih untuk mencukupi kebutuhan masa mendatang;
d. Mereduksi bencana, seperti banjir dan abrasi, yang sering terjadi.
Untuk mencapai kondisi pola ruang sesuai deng yang diharapkan, perlu adanya suatu
kebijakan yang mendukung, Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah terdiri atas :
1. Kebijakan pemantapan kawasan lindung :
a. Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
b. Melindungi waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian
fungsi waduk.
c. Melindungi kawasan sempadan pantai dari kegiatan budidaya yang dapat
mengganggu kondisi lingkungan dan kelestarian hidup biota laut di sekitar
pantai.
d. Pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas
lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.
e. Perlindungan pada kawasan rawan bencana alam untuk mengeliminasi dampak
yang ditimbulkan oleh peristiwa bencana alam.
2. Kebijakan pengelolaan kawasan budidaya :
a. Memanfaatkan hasil hutan secara terbatas yang eksploitasinya dilakukan dengan
cara tebang pilih;
b. Memanfaatkan hasil hutan, yang eksploitasinya dilakukan baik dengan cara
tebang pilih maupun tebang habis;
c. Memanfaatkan potensi hutan pada kawasan yang pemanfaatannya dapat
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 31
d. Mengembangkan areal produksi perkebunan terutama untuk komoditas utama
dengan memanfaatkan potensi/kesesuaian lahan, serta mengembangkan
kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering.
e. Mengembangkan kawasan prioritas yang memiliki obyek wisata, dengan
harapan terjadi dampak positif bagi kawasan-kawasan lainnya.
f. Kawasan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan
fasilitas penunjang lainnya.
g. Mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan
penduduk yang ditunjang oleh penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang
memadahi sesuai dengan hirarki dan fungsinya.
h. Mengembangkan kawasan pemukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya
pertanian yang tersebar sesuai dengan potensi pertanian.
i. Mengembangkan kawasan yang mempunyai potensi bahan galian strategis/vital
untuk kegiatan-kegiatan penyelidikan umum, dan eksploitasi yang termasuk
dalam wilayah kuasa pertambangan.
Rencana Pola Ruang
A. Hutan Lindung
Berdasarkan data pada Kabupaten Dalam Angka Kabupaten Sampang tahun 2009
bahwa luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Sampang yaitu kurang lebih 58,40
Ha yang terletak Kecamatan Torjun seluas 20,80 Hektar dan Kecamatan Jrengik
seluas 37,60 Ha.
Adapun arahan pengelolaan kawasan ini adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegangan tinggi yang mampu memberikan
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
b. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
c. Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan hutan
lindung;
d. Penetapan larangan untuk melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali
berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak
mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem
alam;
e. Pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 32
f. Pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang
mengganggu fungsi lindung;
g. Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di
kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan
hidup;
h. Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk kriteria kawasan
lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan
sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat diambil hasil hutan
non-kayunya;
i. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang
sesuai dengan fungsi lindung dengan sistem strip cropping;
j. Penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi lindung kawasan
yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan berkelanjutan
sehingga dapat mempertahankan keberadaan hutan lindung untuk kepentingan
hidrologis.
k. Melakukakan program pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya
pelestarian kawasan lindung dan kawasan rawan bencana.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan yang berfungsi untuk melindungi kelestarian suatu manfaat atau suatu
fungsi tertentu, baik yang merupakan bentukkan alami maupun buatan.
Adapun kriteria kawasan perlindungan setempat, terdiri dari :
a. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar mata air, ditetapkan dengan
radius 200 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh Kabupaten
Sampang
b. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar waduk/danau, yang lebarnya
antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
c. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan sungai terdiri atas
sungai di kawasan bukan permukiman sekurang-kurangnya 100 meter dan anak
sungai sekurang-kurangnya 50 meter, dan direncanakan secara merata di
seluruh wilayah Kabupaten Sampang.
d. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan pantai secara umum
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi untuk
kawasan pesisir, sedangkan sekurang-kurangnya 130 x rata-rata perbedaan
Arahan Kebijakan & Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 33
e. Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) sekitar sempadan pantai berhutan bakau
minimal 130 kali rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan
diukur dari garis air surut terendah kearah darat yang merupakan habitat hutan
bakau/mangrove. Adapun kawasan perlindungan mangrove meliputi sepanjang
Pantai Selatan dikecamatan Sreseh, Jrengik, Pengarengan, Sampang dan
Kecamatan Camplong. Sedangkan kawasan sempadan pantai berada di pantai
utara berada di Kecamatan Banyuates, Kecamatan Ketapang dan Sokobanah.
f. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan, tersebar di seluruh wilayah di Kabupaten
Sampang, dan secara umum harus dilakukan perlindungan kawasan. Dalam
beberapa kondisi atau untuk kepentingan tertentu maka sebagian kawasan
lindung ini dapat digunakan untuk kawasan budidaya, tetapi harus dilakukan
dalam batasan tertentu.
C. Kawasan Sempadan Sungai
Arahan pengelolaan sempadan sungai adalah bantaran sungai harus bebas dari
bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi.
D. Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai di wilayah utara Kabupaten Sampang sepanjang ± 38 km
meliputi Kecamatan Sokobanah, Kecamatan Ketapang dan Kecamatan Banyuates,
sedangkan wilayah pantai selatan sejauh ± 48 km meliputi Kecamatan Camplong,
Sampang, Torjun dan Sreseh. Sehingga untuk luasan kawasan sempadan pantai di
Kabupaten Sampang seluas ± 860 Ha.
Arahan pengelolaan sempadan pantai adalah sebagai berikut :
a. Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang tertinggi
dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas
pantai;
b. Pada sempadan pantai selatan dan sebagian kawasan pantai utara yang
merupakan pesisir terdapat ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun,
dan estuaria harus dilindungi dari kerusakan;
c. Hutan bakau yang ada di pantai selatan, alih fungsi bakau untuk tambak diijinkan
maksimum 20% dari optimum luas hutan bakau. Pada kawasan yang potensial
untuk dilakukan penanaman bakau, maka dilakukan penanaman sehingga
menambah area bakau di Kabupaten Sampang.
d. Pada kawasan sepanjang pantai yang termasuk sebagai kawasan lindung