• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Sosial Yang Paling Merugikan Diri (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Sosial Yang Paling Merugikan Diri (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR SOSIOLOGI

NAMA : I DEWA GEDE BHADRA SAMWIBHAGA.

NIM : 173112350350012

Fakultas : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI : SOSIOLOGI

MATA KULIAH : PENGANTAR SOSIOLOGI

DOSEN PENGUJI : ADILITA PRAMANTI

Sistem Sosial Yang Paling Merugikan Diri Sendiri.

Penyalahgunaan Narkotika

(2)

rekomendasi dokter untuk orang yang menderita penyakit berat, misalnya penderita kanker atau orang-orang yang akan menjalani operasi.

Di samping fungsi utama tersebut, narkotika juga menimbulkan efek yang disebut halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah, atau rasa nyaman. Dengan timbulnya efek halusinasi inilah penyebab sekelompok masyarakat, terutama di kalangan remaja, ingin ,menggunakan narkotika meskipun / sedang tidak menderita sakit. Hal itulah yang mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan obat (narkotika).

Bahaya penggunaan narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan adalah adanya adiksi atau ketergantungan obat (ketagihan). Adiksi adalah keracunan obat yang bersifat kronik atau periodik sehingga penderita kehilangan kontrol terhadap dirinya. Akibatnya, timbullah kerugian bagi dirinya dan masyarakat.

Orang-orang yang sudah terlibat dalam penyalahgunaan narkotika, pada awal penggunaannya masih dalam ukuran (dosis) yang normal. Lama-kelamaan hal itu menjadi kebiasaan (habituasi). Oleh karena sudah terbiasa, pemakai menambah dosis yang lebih tinggi (toleransi) untuk menimbulkan efek yang sama. Karena kebiasaan, fase toleransi ini alchirnya menjadi fase dependensi (ketergantungan) dan merasa tidak dapat hidup tanpa narkotika.

Menurut hasil penelitian ilmiah Dr. Graham Baliane (psikiater) biasanya seorang remaja menggunakan narkotika karena beberapa sebab. Sebab-sebab itu, antara lain:

 Untuk membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan-tindakan berbahaya seperti ngebut, berkelahi, dan bergaul dengan wanita;

 Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas orang tua, guru, dan norma-norma sosial;  Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks;

 Untuk mencari dan menemukan arti hidup;

 Untuk mengisi kekosongan, kesepian, dan kebosanan;  Untlik menghilangkan frustasi dan kegelisahan hidup;  Untuk mengikuti kawan-kawan sebagai rasa solidaritas;  Untuk sekadar iseng dan dorongan ingin tahu.

Adapun gejala-gejala yang menunjukkan ketergantungan seseorang terhadap obat narkotika adalah sebagai berikut:

1. Tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya, bertindak semau sendiri, indisipliner, sering berdusta, membolos sekolah, terlambat bangun pagi, ingin selalu ke luar rumah, dan menghabis-habiskan makanan di rumah tanpa mengingat anggota keluarga lain.

2. Pada proses yang lebih tinggi, kenakalan meningkat sampai pada tindakan mengambil barang berharga milik orang lain (mencuri)

3. Pada proses yang lebih tinggi penderita merasa dirinya paling tinggi, paling hebat, paling kuat, dan sanggup melakukan semua hal.

4. Pada saat efek mulai menurun penderita sangat gelisah, merasa diancam, dikejar-kejar perasaan ingin menyakiti diri sendiri, membunuh orang lain, bahkan sampai bunuh diri.

Reaksi demikian itulah yang dinamakan ketergantungan obat. Hal itu dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis tanaman bahan makanan dan obat bius, antara lain candu, alkohol, kokain, ganja, kafein, dan tembakau.

Mengapa para remaja harus diselamatkan dari bahaya narkotika? Orang tua tidak selamanya kuat dan tetap hidup. Orang tua apabila sudah berumur 55 tahun ke atas, tenaganya tidak kuat lagi untuk bekerja. Umur 55 tahun untuk pegawai negeri subh mulai pensiun dan hans diengan angkatan muda.

(3)

diri menjadi orang berjiwa besar, ulet, dan tangguh menghadapi kesulitan serta mampu mengatasinya.

Undang – Undang yang mengatur tentang Narkotika adalah :

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.

Pasal 74

(1) Perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, termasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan guna penyelesaian secepatnya.

(2) Proses pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan tindak pidana Prekursor Narkotika pada tingkat banding, tingkat kasasi, peninjauan kembali, dan eksekusi pidana mati, serta proses pemberian grasi, pelaksanaannya harus dipercepat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 114

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 116

(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 118

(4)

dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 119

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 121

(2) Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 132

(3) Pemberatan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara 20 (dua puluh) tahun.

Pasal 133

(1) Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129 dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

Pasal 144

(2) Ancaman dengan tambahan 1/3 (sepertiga) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pelaku tindak pidana yang dijatuhi dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara 20 (dua puluh) tahun.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bahan masukan guna menambah wawasan dalam penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini serta untuk membantu penulis untuk lebih mengetahui

Oleh karena itu dapat diduga Trichodina sp.yang ditemukan pada benih ikan gurami di kolam budidaya Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng terdapat dua jenis Trichodina

Workload Analysis adalah suatu metode yang sering digunakan oleh perusahaan atau lembaga dalam mengukur dan menentukan banyaknya tenaga kerja optimal, setelah

Pada bait ketujuh dalam lirik lagu Charleston les déménageurs de piano , asonansi dapat dikenali menggunakan teknik baca markah secara morfologis, dengan

Spesifikasi ini menetapkan ketentuan aspal keras berdasarkan kekentalan terhadap aspal original yang terdiri dari AC-2,5, AC-5, AC-10, AC-20, AC-40 dan persyaratan aspal

Fenomena meningkatnya brutalitas polisi menjadi satu fakta yang diajukan kalangan OMS terkait dengan belum menyeluruhnya reformasi institusi ini, termasuk seringkali

Untuk dapat diterapkannya hukuman qishash kepada pelaku harus memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan korban, syarat-syarat tersebut adalah korban harus orang orang yang

Pengertian Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja