• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2008"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Yuswant o

Fakult as Hukum Universit as Lampung

Abst r act

Lampung gover nor el ect ion on 2008 execut ed under ar t i cl e 233 (2) of act Number 32/ 2004 cencer ning l ocal gover nment , on t he ot her hand i t s impl ement at ion pr ocess i s r ef er r ed t o act number 12 / 2008 concer ni ng second ammendment of act number 32/ 2004 concer ning l ocal gover nment . Gover nor el ect i on i nvit es cont r over sy bot h t heor et i cal l y and pr act i cal l y. The r esear ch expl or es mer el y on t he woman par t i ci pat i on. Resear ch met hod appl i es nor mat ive r esear ch t hat usi ng secondar y dat a der ivi ng f r om pr i mar y, secondar y and t er t i ar y legal sour ces. The r esear ch shows t hat i n gover nor el ect ion 2008 execut ed under ar t i cle 233 (2) act number 32/ 2004 concer ning l ocal gover nment and i t s i mpl ement at ion pr ocess based on act number 12/ 2008 , t he f act show t hat f r om 5, 36 mi l ion vot er s, mal e vot er s r eached of 2. 778. 763 vot er s, f emal e was 2. 587. 978 vot er s, sehi nso t he t ot al number was 5. 366. 741 vot er s. In sum, male vot er s was 51, 77 %, and f emal e vot er s was 48, 33 %. Thi s means t hat woman par t i ci pat i on i n gover nor elect ion was 48, 33 %. In anot her wor d, wi t hout woman par t i ci pat ion, t her e i s no one candi dat e can be st i pul at ed as el ect ed candi dat e.

Keywor ds: gover nor el ect i on, woman par t i ci pat ion.

Abst rak

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung t ahun 2008 dilaksanakan berdasarkan Pasal 233 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, sedangkan proses pelaksanaan selanj ut nya didasarkan pada Undang Nomor 12 Tahun 2008 t ent ang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tent ang Pemerint ahan Daerah. Sebab it u, Pilgub ini menuai pro dan kont ra baik dari segi t eori maupun prakt iknya. Namun demikian, pengkaj ian ini hanya memf okuskan pada part isipasi perempuannya saj a. Met ode penelit ian yang digunakan adalah j enis penelit ian normat ive, dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan t ersier. Dari hasil penelit ian diperoleh hasil bahwa Pilgub Lampung t ahun 2008 dilaksanakan berdasarkan Pasal 233 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, sedangkan proses pelaksanaan selanj ut nya didasarkan pada Undang Nomor 12 Tahun 2008 t ent ang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tent ang Pemerint ahan Daerah. Karena Pilgub ini selenggarakan ber-dasarkan dua UU sekaligus, sehingga mengakibat kan pro dan kont ra. Dari 5, 36 j ut a j iwa pemilih pada Pilgub Lampung 2008 ini, j umlah pemilih laki-laki sebanyak 2. 778. 763 j iwa, sedangkan perempuan sebanyak 2. 587. 978 j iwa, sehingga j umlah secara keseluruhan sebanyak 5. 366. 741 j iwa. Pemilih laki-laki sebesar 51, 77 %, sedangkan pemilih perempuan sebesar 48, 33 %. Art inya, keikut sert aan perempuan dalam Pilgub Lampung 2008 ini, sebesar 48, 33 %. Dengan demikian, t anpa keikut sert aan perempuan, maka t idak sat u pasang calon pun yang akan dit et apkan sebagai calon t erpilih.

Kat a Kunci: Pemilihan Gubernur, Part isipasi Perempuan.

Pendahuluan

Melihat persent ase perempuan yang ber-saing dalam pemilu legislat if pada April lalu, 35, 35 persen dari 11. 301 t ot al kandidat , orang bisa saj a menyimpulkan bahwa hak perempuan unt uk berpart isipasi akt if dalam kehidupan po-lit ik di Indonesia t elah benar-benar dij amin. Unt uk soal hak memilih dan dipilih, kesimpulan ini mungkin saj a benar. Tet api perempuan

In-donesia masih harus berj uang unt uk bisa mem-pengaruhi kebij akan publik yang berkait an de-ngan kehidupan mereka.

(2)

organisasi-organisasi ini t elah melat ih kaum perempuan unt uk menggunakan hak polit ik me-reka agar bisa meningkat kan kualit as part isipasi mereka dalam polit ik. Banyak perempuan Indonesia t idak menyadari pot ensi yang mereka miliki unt uk menent ukan kualit as demokrasi di negeri ini. Selain it u, mereka pun t ak memiliki penget ahuan dan ket erampilan unt uk meng-gunakan hak polit ik mereka dan akhirnya memi-lih bungkam. Akibat nya, mereka t ak bisa t er-libat dalam pembuat an legislasi yang mempe-ngaruhi hak-hak mereka dan t ak t erwakili de-ngan baik di lembaga-lembaga pengambilan kebij akan.1

Kurangnya penget ahuan polit ik bukan sa-t u-sasa-t unya f aksa-t or yang mempengaruhi kualisa-t as part isipasi mereka dalam perpolit ikan negeri ini, t radisi, adat -ist iadat , corak budaya, aj aran agama, dan bahkan kebij akan negara j uga t urut berperan di dalamnya.2 Agama, t ermasuk Islam, t elah digunakan sedemikian rupa unt uk melang-gengkan pemisahan ruang publik bagi laki-laki dan ruang privat bagi perempuan. Negara t er-masuk segala kebij akannya t idak selalu ber-j alan sesuai minat perempuan, dan pasar t idak selalu berj alan berlawanan dengan kepent ingan perempuan. Kompleksit as dalam hubungan se-git iga ini dapat membawa rint angan bagi pe-rempuan unt uk berpart isipasi dalam lingkup po-lit ik. Hal ini disebabkan oleh adanya pert im-bangan bahwa perempuan t idak mandiri secara ekonomis, oleh karenanya perempuan dianggap t idak layak unt uk memperoleh akses pada sum-ber daya.3 Sehingga perempuan akan kehilang-an posisi t awar mereka dalam dunia polit ik. Pelabelan-pelabelan negat if / st ereot ype yang diberikan kepada perempuan pun menj adi salah sat u penyebab posisi perempuan diranah publik sepert i t erpuruk, dimana salah sat u diant aranya

1

” Part i si pasi Perempuan Dal am Pol it ik dan Pemerin-t ahan” , Jur nal Per empuan Edi si 34, Peneri bit Yayasan Jurnal Perempuan dan The For d Foundat ion, Jakart a, 2004.

2

Asl i m, “ Gender dal am Pemikir an Isl am Dan Kenyat aan Sosial ” , Jur nal SELAMI IPS, Vol . II, No. 21, Tahun XII, Agust us 2007.

3 Faj ar Apr iani, “ Berbagai Pandangan Mengenai Gender

Dan Feminisme” , Jur nal Sosi al -Pol i t i ka, Vol . 15, No. 1, Jul i 2008, hl m. 119-120.

posisi dan perannya dibidang polit ik. Polit ik hampir selalu disebut -sebut sebagai domain la-ki-laki, hingga perempuan dianggap t ak pant as unt uk berpart isipasi di dalamnya.

Ada t iga aspek yang perlu dij elaskan t er-lebih dahulu dalam art ikel ini. Per t ama, kat a ” part isipasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indo-nesia (KBBI), berart i: (1) prihal t urut berperan sert a dalam suat u kegiat an; (2) keikut sert aan; dan (3) peran sert a. Dengan demikian, ber-part isipasi mengandung art i bahwa: (1) mela-kukan part isipasi; (2) berperan sert a (dalam suat u kegiat an); dan (3) ikut sert a. Sebagai cont oh kalimat yang di dalamnya memuat kat a ” part isipasi” adalah: seluruh masyarakat harus berpart isipasi dalam menyukseskan pemba-ngunan. Kedua, kat a ” perempuan” dalam KBBI diart ikan sebagai: (1) orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menst ruasi, hamil, me-lahirkan anak, dan menyusui; wanit a; (2) ist ri (bini); dan (3) bet ina (khusus unt uk hewan).

Ket i ga, f rase ” pemilihan gubernur” diar-t ikan sebagai pemilihan kepala daerah/ wakil kepala daerah yang diat ur dalam Undang-Un-dang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Peme-rint ahan Daerah, UU No. 12/ 2008 t ent ang Peru-bahan Kedua At as UU No. 32/ 2004, dan Pera-t uran PemerinPera-t ah Nomor 6 Tahun 2005 Pera-t enPera-t ang Pemilihan, Pengesahan Pengangkat an, dan Pemberhent ian Kepala Daerah dan Wakil Kepa-la Daerah. Pasal 1 angka 1 PP No. 6/ 2005, men-j elaskan: ” Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang selanj ut nya disebut pe-milihan adalah sarana pelaksanaan kedaulat an rakyat di wilayah provinsi dan/ at au kabupa-t en/ kokabupa-t a berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 unt uk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah” , yang t elah dirubah dengan PP No. 49/ 2008 t ent ang Perubahan Ket iga at as PP No. 6/ 2005.

Perkembangan pemikiran perempuan pa-da awalnya hanya merupakan seruan moral t e-rus berkembang yang kemudian mulai mema-suki ranah polit ik di mana st rukt ur kebij akan st rat egis di pemerint ahan j uga harus diisi oleh

4 Desak Gde Dwi Ar ini , “ Keset ar aan Gender Dal am

(3)

kaum perempuan. Gerakan moral t idak mem-bawa perubahan signif ikan, karena sering dij adikan alat oleh para penguasa unt uk meng-absahkan t uj uan pribadi/ kelompoknya. Namun sepert inya, kaum perempuan yang belum pa-ham hal ini, bahkan diant ara akt ivis pergerakan sekalipun. Oleh karena it u, set iap kali diada-kannya “ pest a demokrasi” sepert i Pemilihan Kepala Daerah didorong adanya pemberdayaan polit ik perempuan yang memiliki t arget pe-rubahan paradigma t ent ang perempuan yang rendah menj adi paradigma yang memberikan peran lebih besar kepada perempuan. Arah pemberdayaan perempuan haruslah memiliki t arget perubahan yang lebih menekankan pada peran sert anya dalam bidang polit ik karena hanya dengan pemberdayaan polit ik perem-puan, akan t ercipt a kesadaran dalam diri para perempuan sekaligus dorongan kearah demo-krasi yang lebih baik.

Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UU No. 32/ 2004, “ Kepala daerah unt uk provinsi disebut gubernur, unt uk kabupat en disebut bupat i, dan unt uk kot a disebut walikot a” . Oleh sebab it u, pemilihan kepala daerah di daerah provinsi disebut pemilihan gubernur (Pilgub), di daerah kabupat en disebut pemilihan bupat i (Pilbup), dan di daerah kot a disebut pemilihan walikot a (Pilwal). Pada t anggal 3 Sept ember 2008 ini di Provinsi Lampung diselenggarakan Pilgub, dan di Kabupat en Lampung Ut ara diselenggarakan Pilbub, yang sama-sama diikut i oleh t uj uh pa-sang calon. Perbedaannya adalah, semua pasa-ngan calon gubernur adalah pria, sedangkan t erdapat salah sat u pasang calon bupat i ber-j enis kelamin perempuan.

Minimnya calon kepala daerah yang ber-j enis kelamin perempuan di Provinsi Lampung, bukan berart i bahwa kaum hawa ini t er-pinggirkan. Pemberdayaan perempuan dan anak t elah menunj ukkan peningkat an yang t ercermin dari kualit as hidup perempuan dan anak it u sendiri. Meski belum merat a di semua bidang pembangunan, karier perempuan di Provinsi Lampung cukup maj u, baik di pemerint ah dae-rah, DPRD, inst ansi vert ikal, maupun di lem-baga sosial masyarakat .

Indonesia yang memiliki keragaman seca-ra geogseca-raf is, budaya maupun sosial, perempuan

Indonesia pun beragam. Peran perempuan men-j adi semakin publik; perempuan kini menikmat i kesempat an pendidikan yang sama dengan laki-laki dan merupakan bagian yang signif ikan dari t enaga kerj a. Perempuan yang bekerj a di pela-yanan publik hampir mencapai set engahnya, dan sekarang t erdapat lebih banyak perempuan yang duduk di parlemen dibandingkan periode-periode sebelumnya.

Pemerint ah Indonesia berkomit men unt uk menj unj ung hak-hak perempuan melalui ber-bagai perat uran hukum dan menunj ukkannya dengan menandat angani sej umlah komit men dan kovenan int ernasional t erkait dengan kese-t araan gender. Semenkese-t ara Kepukese-t usan Presiden yang dikeluarkan t ahun 2000 t elah memberikan mandat unt uk pengarusut amaan gender kepada pemerint ah, Kement erian Pemberdayaan Pe-rempuan dan Perlindungan Anak t elah mem-buat rancangan sebuah undang-undang baru t ent ang keset araan gender, yang diharapkan akan diberlakukan t ahun 2011. Undang-undang ini akan menggant ikan Keput usan Presiden dalam memast ikan kebij akan-kebij akan yang sensit ive gender supaya diimplement asikan di keseluruhan kement erian dan pemerint ahan lokal dan undang-undang ini pun akan memiliki yurisdiksi hukum unt uk melakukan hal-hal t er-sebut sebelumnya. Meskipun demikian, masih t erdapat beberapa hambat an bagi ket erlibat an perempuan di kehidupan publik (UNDP Indo-nesia).5

Pada Pemilu 2004 yang lalu, t erdapat kont roversi mengenai ket erwakilan perempuan di lembaga legislat if . Banyak sekali kelompok yang peduli t erhadap perempuan ini menunt ut ket erwakilan t ersebut , karena menganggap ke-mampuan kaum hawa ini sama dengan laki-laki. Membedakan ant ara perempuan dan laki-laki dalam berpolit ik memang t idak pada t empat -nya, dan kelompok peduli perempuan ini meng-anggap membuat dikot omi dalam berpolit ik merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang t ert uang dalam UUD 1945.

Pasal 28 I ayat (2) UUD 1945, memuat : ” set iap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersif at dikriminat if at as dasar apapun dan berhak mendapat kan perlindungan t erhadap

(4)

perlakuan yang bersif at dikriminat if it u” . Mes-kipun secara gaya bahasa f rase ” yang bersif at diskriminat if ” adalah salah, namun semangat yang t erkandung di dalamnya merupakan se-suat u yang mulia. Alasannya, karena kat a ” dis-kriminat if ” dalam Kamus Besar Bahasa Indo-nesia berart i bersif at diskriminasi (membeda-bedakan). Diskriminasi art inya, perbedaan per-lakuan t erhadap sesama warga negara berda-sarkan warna kulit , golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya.

Sebagai t indak lanj ut dari Pasal 28 I ayat (2) UUD 1945 t ersebut , maka Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 t ent ang Pemilihan Umum Anggot a Dewan Perwakilan Rakyat , Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, mengat ur bahwa: ” set iap part ai polit ik pesert a Pemilu dapat mengaj ukan calon anggot a DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupat en/ kot a unt uk set iap daerah pemilihan dengan memperhat ikan ket erwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%” . Kat a ” dapat ” yang t erdapat dalam pasal t ersebut bisa diart ikan dengan berbagai makna, sehingga mengakibat kan ket erwakilan perempuan t er-sebut menj adi t idak mut lak 30%. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kat a ” dapat ” diart ikan sebagai: (1) mampu, sanggup, bisa, boleh, mungkin; (2) menerima, memperoleh; (3) di-t emukan, di-t erdi-t angkap, dan sebagainya; dan (4) berhasil, t ercapai. Dengan demikian, kat a ” da-pat ” yang t erdada-pat dalam pasal undang-undang t ersebut , art inya boleh ” ya” dan boleh j uga ” t idak” .

Permasalahan

Penelit ian ini memf okuskan pada dua permasalahan. Per t ama, apakah yang mendasa-ri pelaksanaan Pilgub Lampung t ahun 2008? Ke-dua, bagaimana part isipasi perempuan dalam Pilgub Lampung t ahun 2008 t ersebut ?

Met ode Penelitian

Analisis hukum t idak lain dari penye-lidikan dan pengkaj ian menurut ilmu hukum (r echt swet enschap, t he sci ence of l aw). Obj ek penyelidikan ilmu hukum akan mencakup: 1) hukum posit if , yakni hukum yang berlaku; 2) penyelidikan t erhadap hukum yang pernah

ver-laku; dan 3) penyelidikan t erhadap hukum-hu-kum yang diharapkan berlaku di masa depan.

Met ode Penelit ian yang dilakukan dalam penelit ian ini dengan melakukan penelit ian yu-ridis normat if . Penelit ian yuyu-ridis normat if / dok-t rinal merupakan upaya invendok-t arisasi dok-t erhadap hukum posit if , penemuan asas-asas dan dasar f alsaf ah hukum posit if sert a upaya menemukan hukum i nconcr et o. Penelit ian ini dilakukan de-ngan melihat bagaimanakah norma hukum dalam hubungannya t erhadap t at anan normat if berkait an dengan sinkronisasi hukum perat uran perundangan mengenai part isipasi perempuan dalam Pilgub Lampung 2008 at au yang t erkait dengan it u.

Sumber dat a yang digunakan dalam pe-nelit ian ini adalah dat a sekunder yang t erdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang t erkait dengan part isipasi pe-rempuan dalam Pilgub Lampung 2008 at au yang berhubungan dengan it u, baik dit ingkat propinsi dan kabupat en. Dat a sekunder, yait u dat a di-peroleh melalui st udi kepust akaan, t erdiri dari bahan hukum primer berupa perat uran perun-dang-undangan, bahan hukum sekunder j uga berupa lit erat ur-lit erat ur, t ulisan-t ulisan ilmiah yang berkait an dengan part isipasi perempuan dalam Pilgub Lampung 2008. dan bahan hukum t ersier yang berupa kamus, monograf i dan lain sebagainya, yang semua diperoleh dari perpus-t akaan Universiperpus-t as Lampung, Perpusperpus-t akaan Pasca Sarj ana Fakult as Hukum Universit as Lampung, Perpust akaan pribadi, perpust akaan Daerah Lampung maupun perpust akaan lainnya. Dalam rangka mendapat kan dat a yang akurat , maka dit empuh langkah, yait u dengan melaku-kan st udi kepust akaan dengan t ekhik yang di-t empuh adalah dengan membaca, mempelaj ari, mengut ip, membandingkan dan menghubung-kan bahan-bahan hukum dari perundang-un-dangan dan lit erat ure, sehingga menj adi sat u kesat uan agar mudah dalam pengolahannya.

(5)

ke-simpulan, mengenai part isipasi perempuan da-lam Pilgub Lampung 2008.

Hasil Penelitian

Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Guber-nur Lampung Tahun 2008

Pemilihan Gubernur/ Wakil Gubernur (Pil-gub) Provinsi Lampung periode 2009-2014, berdasarkan Keput usan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung Nomor 119/ SK/ KPU-LPG/ TAHUN 2007 t ent ang Penet apan Tahapan, Program dan Jadwal Wakt u Penyelengaraan Pe-milihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Lampung Tahun 2008, diseleng-garakan pada t anggal 3 Sept ember 2008. Pert a-nyaannya adalah: mengapa Pilgub Lampung t ersebut dilakukan begit u cepat , sedangkan Keput usan Presiden Nomor 71/ M Tahun 2004 t anggal 1 Juni 2004 yang mengesahkan peng-angkat an Drs. Sj achroedin Z. P. , S. H. sebagai Gubernur Lampung masa j abat an 2004-2009 dan Drs. Syamsurya Ryacudu sebagai Wakil Gu-bernur Lampung masa j abat an 2004-2009 baru akan berakhir pada t anggal 2 Juni 2009 men-dat ang? Padahal unt uk menj amin siklus kekua-saan yang bersif at t erat ur diperlukan mekanis-me pemilihan umum yang diselenggarakan se-cara berkala, sehingga demokrasi dapat t er-j amin, dan pemerint ahan yang sungguh-sung-guh mengabdi kepada kepent ingan seluruh rak-yat dapat benar-benar bekerj a ef ekt if dan ef isien.6 Pemilihan Gubernur seharusnya dilak-sanakan secara berkala/ periodik dalam wakt u t ert ent u sesuai dengan perat uran yang berlaku. Berdasarkan Pasal 233 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Peme-rint ahan Daerah (UU No. 32/ 2004), ” Kepala daerah yang berakhir masa j abat annya pada bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009 diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini pada bulan Desember 2008” . Pasal yang t ergabung dalam ket ent uan peralihan UU No. 32/ 2004 inilah yang dij adikan dasar unt uk menyelenggarakan Pilgub Lampung pada t anggal 3 Sept ember 2008 t ersebut .

6 Jiml y Asshiddi qi e, “ Par t ai Pol i t ik Dan Pemil i han Umum

Sebagai Inst rumen Demokrasi” , Jur nal Konst i t usi, Vol . 3, No. 4, Desember 2006, hl m. 10-11.

Ket ent uan Pasal 233 ayat (2) ini adalah bert ent angan dengan Pasal 28D ayat (1) Un-dang-Undang Dasar 1945, yakni: ” Set iap orang berhak at as pengakuan, perlindungan, dan ke-past ian hukum yang adil sert a perlakuan yang sama di hadapan hukum” . Pasal t ersebut t er-ut ama bert ent angan dengan kepast ian hukum (pr i nci pl e of l egal secur i t y) dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. Menurut van der Vlies, asas kepast ian hukum berkait an dengan dua aspek. Per t ama, asas yang melarang pemerin-t ah membiarkan seseorang berada dalam ke-t idakpaske-t ian mengenai apa yang boleh dan t idak boleh dilakukannya. Kedua, asas ekspek-t asi yang waj ar harus dihormaekspek-t i. Aspek yang ke-dua ini mewaj ibkan pemerint ah unt uk menj a-lankan asas menanggapi pengharapan yang wa-j ar (pr i nci pl e of meet i ng r ai sed expect at ion).

Menurut Indrohart o, berpendapat bahwa ” suat u aspek dari kepast ian hukum harus diru-muskan dengan j elas dan pengert iannya j angan sampai bergant ung pada penaf siran seseorang” . Hal it u sesuai dengan Pasal 110 ayat (3) UU No. 32/ 2004, yakni: ” kepal a daer ah dan waki l ke-pal a daer ah sebagai mana di maksud pada ayat (1) memegang j abat an selama 5 (l i ma) t ahun t er hi t ung sej ak pelant i kan dan sesudahnya dapat di pi li h kembal i dalam j abat an yang sama hanya unt u sat u kal i masa j abat an” .7

Ber dasar kan ket ent uan Pasal 110 ayat (3) Undang-Undang No. 32/ 2004, meski pun Pi l gub di percepat , namun t i dak merugi kan “i ncumbent” unt uk menj alankan amanahnya (j abat annya) selama lima t ahun. Hal it u sesuai pendapat Indrohart o, “ bahwa hukum yang ber-laku it u yang harus dit erapkan dan bahwa kepu-t usan ikepu-t u kepu-t idak dapakepu-t diubah yang akan merugi-kan warga masyarakat yang bersangkut an t anpa sesuat u alasan yang lebih mat on” .8

Meskipun Kepres a quo sayogyanya berla-ku hingga 2 Juni 2009, t et api f akt a di lapangan menj adi berbeda. Kepres a quo t elah dicabut berdasarkan Kepres No. 49/ P Tahun 2008 t er-t anggal 19 Juni 2008 yang berisi dua hal. Per -t ama, mengesahkan pemberhent ian Drs. Sj ach-roedin Z. P. , S. H. dari j abat an Gubernur

7 Indrohart o, 1994, Usaha memahami Undang-Undang

t ent ang Per adil an Tat a Usaha Negara Buku II, hl m. 159.

(6)

pung dan Drs. Syamsurya Ryacudu dari j abat an Wakil Gubernur Lampung. Kedua, mengesahkan pengangkat an Drs. Syamsurya Ryacudu sebagai Gubernur Lampung unt uk masa j abat an 2004-2009. Ment eri Dalam Negeri (Mendagri) Mardi-yant o, t elah melant ik Drs. Syamsurya Ryacudu menj adi Gubernur Lampung (Gubernur Peng-gant i) masa j abat an 2004-2009 pada hari Rabu t anggal 3 Juli 2008 bert empat di ruang sidang ut ama DPRD Provinsi Lampung. Karena Drs. Sj achroedin Z. P. , S. H. bukan lagi merupakan Gubernur Lampung, maka calon i ncumbent (di dalam j abat an) dalam Pilgub Lampung menj adi t idak ada, sebab semua calon t idak t erikat (lepas, bebas) dengan j abat an kepala daerah.

Berkait an dengan kepast ian hukum, Pasal 6 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 10 Ta-hun 2004 t ent ang Pembent ukan Perat uran Per-undang-Undangan (UU No. 10/ 2004), mengat ur bahwa mat eri muat an perat uran perundang-undangan mengandung asas ket ert iban dan ke-past ian hukum. Maksudnya adalah dengan asas ket ert iban dan kepast ian hukum, bahwa set iap mat eri muat an perat uran-perundang harus da-pat menimbulkan ket ert iban dalam masyarakat melalui j aminan adanya kepast ian hukum. Mo-cht ar Kusumaat madj a, berpendapat bahwa da-lam analisis t erakhir, t uj uan pokok dari hukum apabila hendak direduksi pada sat u hal saj a, adalah ket ert iban (or der). Ket ert iban adalah t uj uan pokok dan pert ama dari segala hukum. Kebut uhan t erhadap ket ert iban ini, syarat po-kok (f undament al) bagi adanya suat u masya-rakat manusia yang t erat ur.

Menurut At eng Syaf rudin,9 berdasarkan asas kepast ian hukum, seseorang yang dirugi-kan dapat dipulihdirugi-kan haknya dengan empat cara. Per t ama, asas kepast ian hukum t idak menghalangi penarikan kembali at au perubahan suat u keput usan (baca: ket ent uan), apabila se-sudah sekian wakt u dipaksa oleh perubahan keadaan at au pendapat . Kedua, penarikan kem-bali at au perubahan j uga mungkin apabila ke-put usan yang mengunt ungkan didasarkan pada kekeliruan, asal saj a kekeliruan it u dapat di-ket ahui oleh yang berkepent ingan. Ket i ga,

9 At eng Syaf rudin, 1991, Asas-Asas Pemer int ahan Yang

Layak Pegangan Bagi Pengabdi an Kepal a Daerah, Ban-dung: PT Ci t ra Adit ya Bhakt i, hl m. 7

narikan kembali at au perubahan dimungkin-kan, apabila yang berkepent ingan dengan mem-berikan ket erangan yang t idak benar at au t idak lengkap, t elah ikut menyebabkan t erj adinya keput usan yang keliru. Keempat, penarikan kembali at au perubahan dimungkinkan, apabila syarat -syarat at au ket ent uan-ket ent uan yang dikait kan pada suat u keput usan yang meng-unt ungkan t idak dit aat i.

Ket ent uan Pasal 233 ayat (2) Undang-Un-dang No. 32/ 2004 a quo, selain bert ent angan dengan asas kepast ian hukum, j uga bert en-t angan dengan asas persamaan perlakuan. Asas persaman perlakuan dengan asas kepast ian hu-kum pada dasarnya merupakan asas-asas yang paling f undament al dan paling berakar dalam kesadaran hukum yang bersif at umum.10 Asas ini menghendaki bahwa agar kasus-kasus yang sama diperlakukan sama pula, sedangkan kasus yang t idak sama diperlakukan t idak sama sesuai dengan t ingkat ket idaksamaannya.

At eng Syaf rudin berpendapat bahwa, ber-dasarkan asas persamaan (egal it e) bahwa hal-hal yang sama harus diperlakukan sama, di samping sebagai salah sat u asas hukum yang paling mendasar dan berakar pada kesadaran hukum, it u merupakan asas yang hidup dan kuat dalam lingkungan administ rasi. Asas per-samaan ini memaksa pemerint ah unt uk men-j alankan kebimen-j aksanaan, karena t umen-j uan dari at uran-at uran kebij aksanaan menunj ukkan per-wuj udan asas perlakuan yang sama.11

Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang No. 10/ 2004, mengharuskan mat eri muat an perat uran perundang-undangan mengandung asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerint ahan. Sesuai dengan penj elasannya, maka maksud asas kesamaan dalam hukum dan pemerint ahan adalah bahwa mat eri muat an pe-rat uran perundang-undangan t idak boleh berisi hal-hal yang bersif at membedakan berdasarkan lat ar belakang ant ara lain agama, suku, ras, golongan, gender, at au st at us sosial. Frase “ ant ara lain” menunj ukkan bahwa t erdapat alasan pembeda lain selain yang disebut kan it u. Art inya, apapun alasannya bahwa mat eri muat -an perat ur-an perund-ang-und-ang-an t idak boleh

(7)

membuat perbedaan perlakuan dalam hukum dan pemerint ahan. Hal ini sej alan dengan pen-dapat Indrohart o bahwa salah sat u aspek dari asas persamaan perlakuan adalah larangan dis-kriminasi, yait u larangan diadakan pembedaan-pembedaan at as dasar ciri-ciri golongan yang t idak relevan.

Selain it u, pemuat an Pasal 233 ayat (2) Undang-Undang No. 32/ 2004 dalam Bab XV Ke-t enKe-t uan Peralihan adalah Ke-t idak Ke-t epaKe-t , baik secara t eorit ik maupun prakt ik perundang-un-dangan. Bagir Manan, berpendapat bahwa “ ke-t enke-t uan peralihan ke-t imbul sebagai cara memper-t emukan anmemper-t ara asas mengenai akibamemper-t keha-diran perat uran baru dengan keadaan sebelum perat uran baru it u berlaku” . Secara asas, bah-wa ket ika perat uran baru diberlakukan, maka semua perat uran lama besert a akibat -akibat nya menj adi t idak berlaku. Akan t et api, j ika asas ini dit erapkan t anpa memperhit ungkan keadaan yang sudah berlaku, maka akan t imbul kekacau-an hukum, ket idakpast ikekacau-an hukum, dkekacau-an kesewe-nang-wenangan hukum. Oleh sebab it u, unt uk mengakomodir akibat berlakunya perat uran ba-ru t erhadap perat uran lama, maka diadakanlah perat uran peralihan.

Kekhawat iran Bagi Manan it u t erbukt i, karena dalam Pasal 239A UU No. 12/ 2008, bahwa “ pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua ket ent uan dalam perat uran perundang-undangan yang bert ent angan dengan undang-undang ini dinyat akan t idak berlaku” . It ulah sebabnya, Pilgub Lampung yang diseleng-garakan berdasarkan Undang-Undang No. 32/ 2004, t et api proses pelaksanaannya didasarkan UU No. 12/ 2008, sehingga menimbulkan ket i-dakpast ian hukum dan perlakuan t idak sama kepada calon gubernur i ncumbent. Seharusnya, j ika Pilgub didasarkan pada UU No. 32/ 2004, maka proses pelaksanaannya pun harus ber-dasarkan undang-undang yang sama, sehingga calon i ncumbent kedudukannya menj adi j elas. Berdasarkan logika hukum yang benar, maka t idak boleh mencampuradukkan ant ara mat eri muat an dalam “ ket ent uan mengenai ob-j ek yang diat ur” dengan mat eri muat an dalam “ ket ent uan peralihan” . Hal inilah yang t erj adi pada Pasal 233 ayat (2) Undang-Undang No. 32/ 2004, seharusnya mat eri muat an t ersebut lebih

t epat berada pada “ ket ent uan obyek yang di-at ur” dibandingkan dengan “ ket ent uan peralih-an” . Alasannya, karena ket ent uan Pasal 233 ayat (2) a quo merupakan mat eri muat an yang seharusnya t erdapat dalam ” ket ent uan obyek yang diat ur” dalam UU No. 32/ 2004, dan bukan merupakan ket ent uan yang mempert emukan ant ara Undang-Undang No. 32/ 2004 sebagai UU yang baru dengan UU No. 22/ 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah sebagai UU yang lama.

Berpedoman pada lampiran C. 4. angka 100 UU No. 10/ 2004, “ ket ent uan peralihan”

memuat penyesuaian t erhadap perat uran

perundang-undangan yang sudah ada pada saat perat uran perundang-undangan baru mulai blaku, agar perat uran perundang-undangan t er-sebut dapat berj alan lancar dan t idak menim-bulkan permasalahan hukum. Jika demikian isi dari “ ket ent uan peralihan” , maka ket ent uan yang mengat ur wakt u diseleng-garakannya pe-milihan umum kepala daerah (Pilkada) merupa-kan mat eri muat an (isi) dari mat eri pokok (ket ent uan mengenai obyek) yang diat ur dalam perat uran perundang-undangan.

(8)

Partisipasi Perempuan Dalam Pemilihan Gu-bernur Lampung 2008

Dari sej umlah art i part isipasi yang t elah diuraikan pada awal t ulisan ini, kiranya yang paling t epat unt uk mewakili art i yang sesung-guhnya berkait an dengan j udul di at as adalah keikut sert aan. Dengan demikian, part isipasi rempuan diart ikan menj adi keikut sert aan pe-rempuan dan j ika digabung dengan f rase Pilgub Lampung 2008, maka kalimat t ersebut menj adi ” keikut sert aan perempuan pada Pilgub Lam-pung t ahun 2008” .

Part isipasi dibedakan dengan eksploit asi yang berart i: (1) pengusahaan, pendayagunaan; dan (2) pemanf aat an unt uk keunt ungan sendiri, pengisapan, pemerasan. Pada ” part isipasi” , orang yang ikut berperan sert a secara sadar apa yang mereka perbuat at as kendali diri me-reka sendiri, sedangkan pada ” eksploit asi” , orang yang berperan sert a t idak sadar bahwa mereka di bawah kendali orang lain. Pada ” par-t isipasi” , orang yang ikupar-t berperan serpar-t a berke-dudukan sej aj ar dengan orang lain yang t er-gabung dalam suat u kegiat an, sedangkan pada ” eksploit asi” , orang yang ikut berperan sert a berkedudukan sebagai ” alat ” (bawahan) orang lain dalam suat u kegiat an. Pada ” part isipasi” , seseorang bekerj a berdasarkan kemauan dan akal sehat mereka sendiri, sedangkan pada ” eksploit asi” , seseorang t ersebut bekerj a ber-dasarkan kemauan dan akal sehat orang lain (pengendali).

Berdasarkan perbedaan art i ant ara ” par-t isipasi” dan ” eksploipar-t asi” par-t ersebupar-t , maka pat diuj i perihal keikut sert aan perempuan da-lam Pilgub Lampung t ahun 2008 ini. Jika ada sekelompok perempuan yang bekerj a secara sadar dan at as kendali mereka sendiri unt uk memenangkan sat u pasangan Cagub/ Cawagub pada Pilgub Lampung 2008 ini, maka mereka di-sebut ” berpart isipasi” . Akan t et api, j ika t erda-pat sekelompok perempuan yang bekerj a di bawah kendali orang lain unt uk memenangkan sat u pasangan calon, maka mereka disebut ” di-eksploit asi” . Karena t idak menut up kemungkin-an, ada part ai t ert ent u yang memperkerj akan sekelompok perempuan unt uk memenangkan sat u pasang calon, sehingga mereka di bawah kendali ” elit part ai” t ersebut dalam bent uk dan

sebut an apapun, maka sekelompok perempuan t ersebut sedang berada dalam ” eksploit asi” . Eksploit asi semacam ini seringkali dibungkus dengan ideologi t ert ent u, sehingga t erkesan sepert i kegiat an yang ” mulia” , padahal sebe-t ulnya merupakan kegiasebe-t an yang ” hina” .

Part isipasi dalam sist em polit ik merupa-kan t ugas yang kompleks. Dengan duduknya pe-rempuan di Legilslat if khususnya DPRDD Kabu-pat en at au Kot a maka perempuan dit unt ut unt uk mampu menyumbangkan pemikiran yang st rat egis bagi perbaikan nasib dan mampu mengakomodasi kebut uhan perempuan didae-rahnya sendiri. Sert a mampu menghasilkan bij akan-kebij akan yang mendukung kearah ke-maj uan bangsa dan daerah pada khusunya.

Dit et apkannya kuot a 30% dari daf t ar ca-lon anggot a parlemen unt uk perempuan meru-pakan pencapaian t erbaik gerakan perempuan, sekalipun banyak kalangan f eminis pesimist is dengan pelaksanaan kuot a t ersebut . Adanya kuot a 30% bagi perempuan sej alan dengan Pa-sal 4 Konvensi CEDAW yang berbunyi ” t indakan af f irmat if adalah langkah-langkah khusus se-ment ara yang dilakukan unt uk mencapai per-samaan kesempat an dan perlakuan anat ar laki-laki dan perrempuan” . Kebij akan ini dianggap sangat pent ing guna memberikan kesempat an seluas-luasnya bagi perempuan berkiprah dalam polit ik. Hal ini j uga mempert egas hak-hak polit ik kaum perempuan.12

Part isipasi (keikut sert aan) perempuan pa-da Pilgub Lampung 2008 t erbagi pa-dalam t iga ka-t egori, yaika-t u: penyelenggara, peserka-t a pemi-lihan (kandidat ), dan para pemilih (masyarakat ) umum. Penyelenggara Pilgub Lampung t erdiri dari KPUD dan j uga Panit ia Pengawas. Baik KPUD Provinsi Lampung maupun Panit ia Peng-awas Pilgub Lampung 2008, t erdapat orang yang berj enis kelamin perempuan. Art inya, t er-dapat part isipasi langsung perempuan pada t at aran penyelenggara Pilgub Lampung 2008, yang besarannya sekit ar 20 persen dari kese-luruhan penyelenggara.

12 Lies Ari any, “ Part isipasi Perempuan Di Legi sl at if Mel

(9)

Penut up Simpulan

Keikut sert aan perempuan sebagai pesert a Pilgub Lampung sama sekali t idak ada at au nol persen. Karena dari t uj uh pasang calon pesert a Pilgub Lampung t ersebut , t idak sat u pun yang berj enis kelamin perempuan. Karena t idak sat u pasang pun dari Cagub/ Cawagub Lampung yang berj enis kelamin perempuan, maka kemenang-an mereka it u past i akkemenang-an dit ent ukkemenang-an oleh ke-ikut sert aan perempuan dalam Pilgub Lampung 2008 ini. Sebab, t anpa keikut sert aan pemilih perempuan, maka sulit bagi pasangan siapapun unt uk meraih kemenangan sesuai dengan ke-t enke-t uan Pasal 107 ayake-t (1) dan (2) UU No. 12/ 2008. Per t ama, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh sua-ra lebih dari 50 % j umlah suasua-ra sah dit et apkan sebagai pasangan calon t erpilih. Kedua, apabila t idak t erpenuhi, maka pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 30 % dari j umlah suara sah, pasangan calon yang perolehan sua-ranya t erbesar dinyat akan sebagai pasangan calon t erpilih.

Berkait an dengan keikut sert aan perempu-an dalam Pilgub Lampung t ahun 2008 ini, maka KPUD Provinsi Lampung t elah menet apkan j um-lah pemilih sebanyak 5, 36 j ut a j iwa. Hal it u di-put uskan dalam rapat pleno yang dihadiri lima anggot a KUPD Lampung pada hari Selasa t ang-gal 15 Juli 2008 lalu. Meski hal it u merupakan hasil keput usan rapat pleno, t et api t idak j elas dit erbit kan dalam bent uk produk hukum apa, karena j ika t idak dit erbit kan dalam bent uk pro-duk hukum t ert ent u, maka hal it u t idak mem-punyai kekuat an mengikat secara hukum. Kepu-t usan rapaKepu-t pleno hanya mengikaKepu-t secara inKepu-t er-nal, keput usan t ersebut baru dapat mengikat secara ekst ernal apabila t elah dit et apkan da-lam bent uk produk hukum. Diduga masih ba-nyak hasil keput usan rapat pleno KPUD Provinsi

Lampung yang t idak dit erbit kan dalam bent uk produk hukum, sehingga t idak mempunyai ke-kuat an mengikat secara hukum pula. Dari 5. 36 j ut a j iwa pemilih pada Pilgub lampung 2008 ini, j umlah pemilih laklaki sebanyak 2. 778. 763 j i-wa, sedangkan perempuan sebanyak 2. 587. 978 j iwa, sehingga j umlah secara keseluruhan se-banyak 5. 366. 741 j iwa.

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Faj ar. “ Berbagai Pandangan Mengenai Gender dan Feminisme” . Jur nal Sosi al -Pol i t i ka, Vol. 15, No. 1, Juli 2008; Ariany, Lies. “ Part isipasi Perempuan di

Legisla-t if melalui KuoLegisla-t a 30% KeLegisla-t erwakilan Perempuan di Provinsi Kalimant an Selat -an” . Jur nal Konst i t usi, Vol. 2, No. 1, Juni 2009;

Arini, Desak Gde Dwi. “ Keset araan Gender da-lam Realisasi Undang-Undang No. 23 Ta-hun 2004” . Jur nal Ker t ha Wiaksana, Vol. 16, No. 1, Januari 2010;

Aslim. “ Gender dalam Pemikiran Islam dan Ke-nyat aan Sosial” . Jur nal SELAMI IPS, Vol. II, No. 21, Tahun XII, Agust us 2007; Asshiddiqie, Jimly. “ Part ai Polit ik dan

Pemilih-an Umum sebagai Inst rumen Demokra-si” . Jur nal Konst it usi, Vol. 3, No. 4, Desember 2006;

Indrohart o. 1994. Usaha Memahami Undang-Un-dang t ent ang Per adi l an Tat a Usaha Ne-gar a Buku II. Jakart a: Tat anusa;

Jurnal Perempuan. ” Part isipasi Perempuan da-lam Polit ik dan Pemerint ahan” . Jur nal Per empuan Edisi 34, 2004. Penerbit Ya-yasan Jurnal Perempuan dan The Ford Foundat ion, Jakart a;

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi, maka dengan ini kami mengundang Calon Rekanan yang masuk Daftar Pendek Terpilih Untuk pengadaan jasa konsultan dengan Sistem Seleksi

[r]

Our goal of this section is to establish a general formula for the super edge- magic deficiency of graphs without isolated vertices that have α -valuations, but not sequential..

Dihadiri Oleh Direktur Utama/pimpinan Perusahaan/Kepala Cabang, atau penerima kuasa dari Direktur Utama /Pimpinan Perusahaan yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte

NAMA KEGIATAN : STUDY AMDAL BUSWAY KORIDOR 11 (KP.. NPWP

Menunjuk Penetapan Pemenang Seleksi Sederhana Nomor : 027/3822/PJK.ULP.Aset tanggal 24 Agustus 2011, dengan ini Pokja Pengadaan Jasa Konsultansi Unit Layanan

[r]

[r]