• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROGRAM PEREMAJAAN PERMUKIMAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PROGRAM PEREMAJAAN PERMUKIMAN K"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

1.1.1 Latar belakang

Peremajaan kota adalah usaha perubahan lingkungan

perkotaan yang disesuaikan dengan rencana dan perubahan tersebut,

dilakukan secara besar-besaran untuk dapat memenuhi tuntutan baru

kehidupan dikota.

Peremajaan kota merupakan salah satu pendekatan dalam

proses peremajaan kota yang diterapkan untuk menata kembali suatu

kawasan didalam kota dengan tujuan untuk mendapatkan nilai

tambah yang lebih memadai dari kawasan kota tersebut sesuai

dengan potensi serta nilai ekonomi yang dimiliknya.

Pentingnya peremajaan kota dibahas karena peremajaan kota

dipusat kota harus terdiferensiasi dengan baik demi tercapainya

tujuan faktor apa yang melatarbelakangi pentingnya peremajaan

kota dipusat kota, bagaimana cara meremajakan kota dipusat kota,

dan bagaimana pengaruh peremajaan kota dipusat kota dan kendala

(2)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

2 pengoptimalan peremajaan kota dalam jangka panjang dan jangka

pendek.

1.1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang

kami ajukan adalah:

1. Faktor apa yang melatarbelakangi timbulnya peremajaan kota

di

Kota Surakarta, Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres.

2. Bagaimana peranan peremajaan kota terhadap kesejahteraan

masyarakat di Kota Surakarta, Kelurahan Pucungsawit,

Kecamatan Jebres.

3. Kendala apa yang dihadapi dalam meremajakan kota di Kota

Surakarta, Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres.

4. Bagaimana pengoptimalan peremajaan kota dalam jangka

pendek dan jangka panjang di Kota Surakarta, Kelurahan

(3)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

3 1.2 Ruang Lingkup Kajian

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, akan kami kaji

hal-hal berikut :

1. Area kawasan peremajaan kota pada pusat kota di Kota

Surakarta, Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres.

2. Pengoptimalan peremajaan kota pada pusat kota di Kota

Surakarta, Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres.

3. Model studi kasus dalam peremajaan kota pada pusat kota di

Kota Surakarta, Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres.

4. Peranan peremajaan kota terhadap pusat kota di Kota

Surakarta, Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres.

5. Penyesuaian fungsi peremajaan kota pada pusat kota di Kota

Surakarta, Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres.

6. Kendala yang dihadapi dalam peremajaan kota

7. Dampak yang dihadapi dalam peremajaan kota

7.1 Dampak ekonomi

7.2 Dampak sosial

(4)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

4 1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan

penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui faktor apa yang melatarbelakangi timbulnya

peremajaan kota di Bengawan Solo Kelurahan Pucungsawit.

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan peremajaan kota dipusat

kota

terhadap kesejahteraan masyarakat di Bengawan Solo

Kelurahan

Pucungsawit.

3. Untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi dalam

meremajakan kota di Bengawan Solo Kelurahan Pucungsawit.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengoptimalan peremajaan kota

dalam jangka pendek dan jangka panjang,

1.4 Anggapan Dasar

Menurut Hariyanto (2010: 203) Peremajaan kota adalah

suatu upaya penataan kembali suatu kawasan tertentu untuk

meningkatkan kemampuan lahan kawasan tersebut sesuai dengan

potensi nilai ekonomi yang dimiliki oleh lahan kawasan tersebut.

(5)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

5 lebih luas menyangkut berbagai segi kehidupan perkotaan. (Petrus

Natalivan, ST., MT., Dr. 2013).

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.5.1 Metode

Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis karena

tugas laporan ini bertujuan mendeskripsikan data yang diperoleh

baik dari berbagai rujukan maupun dari lapangan kemudian

dianalisis.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah

study pustaka,Yaitu mempelajari buku-buku yang penulis jadikan

referensi dalam pengumpulan informasi dan data yang ada

kaitannya dengan masalah yang akan penulis bahas serta pencarian

informasi dengan referensi buku dan melalui jalur internet.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini terbagi atas empat bab.

Pembicaraan dimulai dengan pendahuluan sebagai bab pertama

(6)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

6 tujuan penelitian, anggapan dasar, metode penulisan, serta

sistematika penulisan.

Selanjutnya, pada bab dua dijabarkan teori-teori peremajaan kota

yang menyangkut

2.1 Definisi Peremajaan Kota

2.2 Faktor penting dalam peremajaan kota

2.2.1 Esensi Peremajaan Kota

2.2.2 Tipologi Peremajaan Kota

2.3 Kriteria dan Indikator Kawasan Yang Perlu diremajakan

2.3.1 Kriteria Kota

2.3.2 Kriteria Lingkungan Permukiman

2.3.3 Tingkat kekumuhan Lingkungn Permukiman

2.4 Teknik-teknik peremajaan kota

2.5 Preseden atau contoh peremajaan kota yang pernah dilakukan

baik

didalam maupun diluar negeri.

Pada bab tiga dikemukakan pembahasannya dalam hal ini Studi

kasus persoalan kawasan yang dihadapi dari preseden yang telah kami

lakukan disuatu kawasan , pengusulan program peremajaan, upaya

(7)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

7 Bab empat, bab empat merupakan simpulan dari referinsi-referensi

pengumpulan informasi dan data melalui studi pustaka buku ataupun

(8)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

8 BAB II

TEORI DASAR PEREMAJAAN KOTA

2.1 Definisi Peremajaan Kota dan Permukiman Kumuh

2.1.1 Definisi Peremajaan Kota

Menurut Max Weber (P.J.M. Nas, 1979: 29), kota adalah

suatu tempat dikatakan kota bila penghuni setempatnya dapat

memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.

Sedangkan menurut Prof. Bintarto (1983), kota dapat

diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan

strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis.

Menurut Grebler, peremajaan kota adalah usaha perubahan

lingkungan perkotaan yang disesuaikan dengan rencana dan perubahan

tersebut dilakukan secara besar-besaran untuk dapat memenuhi

tuntutan baru kehidupan dikota.

Sedangkan menurut Danisworo, peremajaan kota yaitu salah

satu pendekatan dalam proses perencanaan kota yang diterapkan untuk

menata kembali suatu kawasan di dalam kota dengan tujuan untuk

mendapatkan nilai tambah yang lebih memadai dari kawasan kota

(9)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

9 Tetapi menurut Undang-undang RI No 4 tahun 1992 tentang

Perumahan dan Permukiman, peremajaan adalah kegiatan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan harkat masyarakat berpenghasilan

rendah (MBR) yang dilakukan melalui penataan dan perbaikan

kualitas yang lebih menyeluruh terhadap kawasan hunian yang sangat

kumuh.

2.1.2 Definisi Permukiman Kumuh

Berdasarkan Dinas Tata Kota DKI tahun 1997 dalam

Gusmaini (2012) dikatakan bahwa permukiman kumuh merupakan

permukiman berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi umumnya

rendah, jumlah rumah sangat padat, ukurannya dibawah standard,

prasarana lingkungan hampir tidak ada, tidak memiliki persyaratan

teknis dan kesehatan, umumnya dibangun diatas tanah negara atau

milik orang lain, tumbuh tidak terencana dan biasanya berada di

pusat-pusat kota.

Sedangkan menurut kumortomo, 1995, permukiman kumuh

yaitu lingkungan yang ditempati masyarakat dengan kondisi rumah

reyot, padat dan tidak memiliki unsur kesehatan, keamanan, dan

(10)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

10 Tetapi menurut Budiharjo, 1997, permukiman kumuh adalah

lingkungan hunian yang yang kualitasnya sangat tidak layak huni,

ciri-cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan

peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan

yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan,

serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayaninya

prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan

keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya.

2.2 Faktor Penting dalam Peremajaan Kota

Peremajaan kota tidak dapat dilakukan dengan cepat, karena

peremajaan kota dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa

faktor yang berpengaruh terhadap rencana peremajaan kota itu sendiri.

Faktor yang perlu di pertimbangkan yaitu faktor ekonomi. Menurut

Richardson (Dritasto, dkk., 1998:69) ada dua hal yang mengakibatkan

diperlukannya usaha peremajaan kota, yaitu :

1. Keadaan yang buruk pada kondisi perumahan penduduk yang

berpenghasilan rendah di pusat kota,

2. Adanya kebutuhan akan lokasi di pusat kota untuk kegiatan

komersial maupun perumahan bagi penduduk berpenghasilan

(11)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

11 Menurut, Davis dan Winston (Dritasto, dkk, 1998:70 )

eksternalitas negatif dapat mendorong berkurangnya nilai dari fisik

suatu lingkungan karena nilai maupun manfaat suatu bangunan yang

merupakan komponen dari lingkungan tersebut sangat bergantung

pada perwatakan lingkungannya. Faktor pertimbangan non-ekonomi,

menurut Balchin (Dritasto, dkk, 1998:70) yaitu adanya keuntungan

dari segi sosial akibat perbaikan fisik, seperti peningkatan kesehatan

masyarakat, berkurangnya bahaya kebakaran dan tindak kejahatan

yang berkurang. Selain itu, menurut King (Dritasto, dkk, 1998:70)

pertimbangan non-ekonomi adalah dengan meningkatnya kenyamanan

dan nilai estetis suatu bagian wilayah kota, sehingga dapat

menumbuhkan perasaan bangga bagi warganya.

2.2.1 Esensi Peremajaan Kota Esensi peremajaan kota, terdiri dari:

1. Meningkatkan vitalitas suatu atau beberapa bagian wilayah kota

atau kawasan fungsional kota sehingga dapat meningkatkan nilai

basis ekonomi dan sosial bagian wilayah kota atau kawasan

(12)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

12 2. Pembangunan kembali unsur perkotaan secara kualitatif maupun

secara kuantitatifuntuk menunjang kebutuhan yang meningkat.

3. Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana suatu atau

beberapa bagian wilayah kota atau kawasan fungsional kota.

4. Menjaga agar tidak meluasnya kekumuhan bagianbagian

wilayah kota atau kawasan fungsional kota.

2.2.2 Tipologi Peremajaan Kota

Tipologi peremajaan kota, yaitu:

1. Rehabilitasi, yaitu suatu kegiatan yang pada umumnya

merupakan perbaikan kembali fungsi kawasan dengan

pembangunan sarana dan prasarana.

Contoh: perbaikan kampung, perbaikan lingkungan, perbaikan

pusat pembelanjaan.

2. Renovasi, yaitu suatu cara yang pada umumnya hanya terbatas

pada peningkatan struktur dan kualitas fisik dengan tampilan

bangunan yang tetap.

Contoh : perbaikan bangunan-bangunan bersejarah seperti kota

(13)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

13 3. Preservasi, yaitu upaya pelestarian struktur yang telah ada

dengan cara memelihara dan mengamankannya.

Contoh: pelestarian bangunan atau kawasan yang bernilai

sejarah.

4. Konservasi, upaya perlindungan dari kemungkinan kerusakan

oleh alam maupun manusia. Pada konservasi dikemunkinkan

untuk menghilangkan atau menambah struktur demi menjaga

keamanan dan kelestarian.

Contoh: pengamanan tebing dalam kota, normalisasi DAS,

penghutanan kota.

5. Gentrifikasi, yaitupeningkatan fungsi sebagai kompensasi atau

pengganti bagi suatu bagian wilayah kota yang telah mengalami

degradasi. Contoh: pembangunan rumah susun.

2.3 Kriteria dan Indikator Kawasan yang Perlu Diremajakan

2.3.1 Kriteria Kota

Peremajaan lingkungan permukiman kumuh ini dapat

dilakukan pada kawasan dengan kriteria-kriteria kota seperti:

(14)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

14 2. Kota-kota yang berfungsi sebagai tempat strategis (ibukota

propinsi atau kabupaten atau kota-kota yang mempunyai fungsi

khusus),

3. Kota-kota yang sedang melaksanakan program kali bersih, atau

penataan kembali daerah-daerah bantaran banjir yang telah

berkembang menjadi hunian tidak resmi yang terjadi pada

kelompok masyarakat berpenghasilan sangat rendah,

4. Kota-kota dengan angka lingkungan permukiman kumuh yang

relatif tinggi,

5. Diprioritaskan bagi kota-kota PPW (Pusat Pembagian Wilayah),

atau PKL (Pusat Pengembangan Lokasi), juga bagi daerah

perdesaan yang mempunyai fungsi khusus (pusat pertumbuhan

kecil, pusat permukiman nelayan/tepian air,dll).

2.3.2 Kriteria Lingkungan Permukiman Yang Harus diperbaiki Kriteria lingkungan permukiman, yaitu:

1. Lokasinya bisa berada atau tidak berada pada peruntukan

perumahan dalam RTUR/RDTR kota atau kabupaten. Dalam

hal tidak pada peruntukan perumahan, perlu dilakukan review

(15)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

15 2. Kondisi lingkungna permukimannya sangat kumuh (langka

prasarana/sarana dasar, sering kali tidak terdapat jaringan jalan

lokal ataupun saluran pembuangan).

3. Kepadatan nyata diatas 500 jiwa/ha untuk kota besar dan

sedang, dan diatas 750 jiwa/ha untuk kota metro.

4. Lebih dari 60% rumah tidak/kurang layak huni, dengan angka

penyakit akibat buruknya lingkungan permukiman cukup

tinggi (ISPA, diare, penyakit kulit,dll).

5. Intensitas permasalahan sosial masyarakat cukup tinggi (urban

crime, keresahan serta kesenjangan yang tajam, dll).

2.3.3 Tingkat Kekumuhan Lingkungan Permukiman

Jenis kekumuhan yang perlu dihapuskan atau dikurangi

dengan prinsip didaya gunakan (direvitalisasi atau

di-refungsionalkan) adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Kumuh Diatas Tanah Legal.

Yang dimaksud dengan kawasan kumuh legal adalah

permukiman kumuh (dengan segala ciri sebagaimana

disampaikan dalam kriteria) yang berlokasi diatas lahan yang

(16)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

16 Untuk model penanganannya dapat dilakukan dengan beberapa

pendekatan, yaitu:

a. Model Land Sharing

Yaitu penataan ulang diatas tanah/lahan dengan tingkat

kepemilikan masyarakat cukup tinggi. Dalam penataan

kembali tersebut, masyarakat akan mendapatkan kembali

lahannya dengan luasan yang sama sebagaimana yang selama

ini dimiliki secara sah, dengan memperhitungkan kebutuhan

untuk prasarana umum (jalan, saluran,). Beberapa persyaratan

untuk penanganan secara ini antara lain:

Tingkat pemilikan/penghunian secara sah (mempunyai

bukti pemilikan/penguasaan atas lahan yang

ditempatinya) cukup tinggi dengan luasan yang terbatas,

Tingkat kekumuhannya tinggi, dengan kesediaan lahan

yang memadai untuk menempatkan prasarana dan sarana

dasar, Tata letak permukiman tidak terpola,

b. Model Land Consolidation

Model ini juga menerapkan penataan ulang diatas

tanah yang selama ini telah dihuni. Beberapa prasyarat untuk

(17)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

17 Tingkat penguasaan lahan secara tidak sah (tidak

memiliki bukti primer pemilikan/ penghunian) oleh

masyarakat cukup tinggi,

Tata letak permukiman tidak/kurang berpola, dengan

pemanfaatan yang beragam (tidak terbatas pada hunian),

Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan

fungsional yang lebih strategis dari sekedar hunian.

Melalui penataan ulang dimungkinkan adanya

penggunaan campuran (mix used) hunian dengan

penggunaan fungsional lain.

2. Kawasan Kumuh Diatas Tanah Tidak Legal

Yang dimaksudkan dengan tanah tidak legal ini adalah

kawasan permukiman kumuh yang dalam RUTR berada pada

peruntukan yang bukan perumahan. Disamping itu

penghuniannya dilakukan secara tidak sah pada bidang tanah;

baik milik negara, milik perorangan atau Badan Hukum. Contoh

nyata dari kondisi ini antara lain; permukiman yang tumbuh

disekitar TPA (tempat pembuangan akhir persampahan),

kantung-kantung kumuh sepanjang bantaran banjir. Penanganan

(18)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

18 a. Resettlement/pemindahan penduduk pada suatu kawasan yang

khusus disediakan, yang biasanya memakan waktu dan biaya

sosial yang cukup besar, termasuk kemungkinan tumbuhnya

kerusuhan atau keresahan masyarakat. Pemindahan ini apabila

permukiman berada pada kawasan fungsional yang akan/perlu

direvitalisasikan sehingga memberikan nilai ekonomi bagi

Pemerintah Kota/Kabupaten.

b. Konsolidasi lahan apabila dalam kawasan tersebut akan

dilakukan re-fungsionalisasi kawasan, dengan catatan

sebagian lahan disediakan bagi lahan hunian, guna

menampung penduduk yang kehidupannya sangat bergantung

pada kawasan sekitar ini, bagi penduduk yang masih ingin

tinggal di kawasan ini dalam rumah sewa.

c. Program ini diprioritaskan bagi permukiman kumuh yang

menempati tanah-tanah negara dengan melakukan perubahan

atau review terhadap RUTR.

2.4 Kaitan Peremajaan Kota dengan Permukiman Kumuh

Peremajaan permukiman kumuh adalah suatu kegiatan

dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dan harkat

(19)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

19 melalui penataan dan perbaikan kualitas yang lebih menyeluruh

terhadap kawasan hunian yang sangat kumuh. Peremajaan dapat

dilakukan dengan berbagai cara, namun cara-cara/teknik peremajaan

kota tidak dapat dilakukan dengan begitu saja. Hal tersebut karena,

suatu kegiatan peremajaan dapat dilakukan dengan melihat

aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan.

Menurut Geoffrey Broadbent dalam buku “Design in

Architecture” (1973), mengemukakan terdapat 3 (tiga) aspek atau

sistim yang perlu ditinjau, yaitu: lingkungan, bangunan dan manusia.

Aspek manusia meliputi aspek perilaku manusia di dalamnya dan

mempengaruhi tatanan susunan ruang sehingga membentuk program

ruang. Pada aspek bangunan meliputi pengembangan tapak, bentuk

bangunan, sistem struktur, dan material. Pada aspek lingkungan

meliputi blok plan dan sistem kontrol lingkungan beserta faktor

(20)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

20 2.5 Cara Mengatasi Permasalahan Permukiman Kumuh

Menurut Komarudin dalam Nova, Elly L. (2010), ada lima

cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

permukiman kumuh dengan peremajaan lingkungan kumuh, antara

lain:

1. Program perbaikan kampung

Program perbaikan kampung ini pernah dilakukan di Indonesia

yang lebih dikenal dengan program MHT (Muhammad Husni

Thamrin), program ini sangatlah berhasil dilakukan di

Indonesia tetapi memerlukan dana yang cukup besar, tetapi

program MHT untuk saat ini sangatlah tidak cocok untuk

diterapkan lagi karena semakin padatnya permukiman.

2. Relokasi dan penataan lingkungan permukiman kumuh dengan

membangun rumah susun sedarhana yang disewakan kepada

penghuni lama.

3. Penataan daerah kumuh dengan memasukkan Perumnas yaitu

penghuni lama menyewa dengan biaya murah sebesar

operating cost saja.

4. Pembangunan rumah susun sedarhana, yaitu penghuni lama

(21)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

21 5. Pembebasan tanah dan melibatkan peran serta serta pihak

swasta yaitu pembangunan lingkungan permukiman kumuh

menjadi kawasan permukiman, pertokoan, perkantoran dan

perdagangan.

Selain program-program diatas, terdapat program-program

lain yang digunakan untuk mengatasi permasalahan permukiman

kumuh dan program-program ini biasanya dilakukan di Negara

Thailand, yaitu:

1. On – Site Upgrading, yaitu penataan kembali atau peremajaan

permukiman kumuh tanpa memindahkan lokasi tempat tinggal

yang terdapat di permukiamn tersebut, seperti pembangunan

dan perbaikan tempat tinggal, lingkungan permukiman, jalan

lingkungan dan ruang terbuka dengan melibatkan masyarakat

secara langsung.

2. On – Site Reblocking, yaitu penataan kembali atau peremajaan

permukiman kumuh dengan mengubah pola permukiman dari

tidak teratur menjadi teratur dengan blok-blok perumahan.

Program ini digunakan untuk menata perumahan yang tidak

(22)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

22 drainase, jaringan listrik dan jaringan air bersih. Namun, dalam

menata permukiman dengan menggunakan program ini ada

beberapa hunian yang dipugar dan dibangun kembali untuk

membentuk sautu blok perumaha di suatu lokasi yang sama.

3. On – Site Reconstruction, yaitu mengubah total permukiman

yang tidak teratur dengan membongkar dan membangun

kembali permukiman yang sama di lokasi yang sama. Tahap

pertama adalah persetujuan masyarakat dipermukiman kumuh

tersebut untuk dilakukan pemugaran dan pembangunan kembali

serta harus ada dana alokasi yang cukup besar untuk pemugaran

dan pembangunan kembali di lokasi yang sama, yang dana

tersebut digunakan untuk dibangun permukiman yang tertata

serta sarana dan parasarana permukimannya.

4. Land Sharing, yaitu mengubah total dalam lingkup kawasan

permukiman yang tidak teratur dengan memugar seluruhnya

dan membangun kembali dengan membagi fungsi kawasan

tersebut menjadi kawasan permukiman yang tertata dan

(23)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

23 aktivitas di permukiman tersebut yaitu berupa rumah-rumah

tempat tinggal, pertokoan atau perkantoran.

5. Nearby or not-so-nearby Relocation, yaitu merelokasi sebuah

kawasan permukiman kumuh ke lokasi yang baru, baik lokasi

itu dekat atau jauh dari lokasi yang lama. Ini disebabkan karena

tidak sesuai dengan tata guna lahan, dan terkait dengan

kepemilikan lahan.

2.6 Preseden Peremajaan Kota

Preseden atau contoh kasus perbaikan permukiman kampung

kota yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu kawasan Menteng,

Kebayoran Baru, dan Kawasan Kota Tua. Perbaikan lingkungan di

Kawasan Kota Tua adalah upaya peremajaan kota dengan

menggunakan teknik revitalisasi lingkungan permukiman yang

bernilai bersejarah atau berciri khas budaya tertentu. Adanya

revitalisasi lingkungan di Kawasan Kota Tua Jakarta disebabkan

karena adanya unsur kebudayaan dari Cinan dan kampung Arab, yaitu

(24)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

24 Revitalisasi kawasan permukiman di Kota Tua Jakarta, tidak

saja bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas

lingkungan dan masyarakat saja, akan tetapi juga dijadikan sebagai

obyek wisata sejarah yang menarik, meningkatkan pendapatan

masyarakatnya, dan juga memunculkan rasa kebanggaan

(25)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

25 BAB III

ANALISIS PEREMAJAAN KOTA

3.1 Gambaran Umum Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota

Surakarta

3.1.1 Wilayah Administrasi Kota Surakarta

Kota Surakarta yang sering disebut Kota Solo merupakan salah

satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya

seperti Semarang maupun Jogjakarta. Secara astronomis Kota Surakarta

terletak antara 110° 46’ 49” dan 110° 51’ 30” Bujur Timur dan antara 7°

31’ 43” dan 7° 35’38” Lintang Selatan.

Kondisi fisik topografinya relative datar dengan ketinggian

rata-rata 0-3 %, mengingat Kota Surakarta banyak dilalui oleh beberapa

sungai yang merupakan anak dari Sungai Bengawan Solo sebagai

konsekuensinya Kota Surakarta sering terjadi genangan atau banjir

akibat meluapnya sungai-sungai tersebut terutama pada daerah

sepanjang alirannya.

Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo

merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 92 m dari

permukaan air laut dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:

(26)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

26 Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan Boyolali

Peta Administrasi Kota Surakarta

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Surakarta

3.2 Studi Kasus Persoalan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan

Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Permukiman di pinggiran pusat Kota Surakarta, Kelurahan

(27)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

27 secara organis dari tahun ke tahunnya. Permukiman-permukiman

tersebut berdiri di tanah-tanah milik pemerintah yang letaknya disekitar

tanggul yang sebenarnya bukan diperuntukan sebagai permukiman.

Secara umum lokasi di permukiman yang mendapatkan bantuan

program relokasi dapat dikatakan sebagai permukiman kumuh yang

menempati tanah illegal (squatter area).

Asal penduduk yang bermukim di pinggiran pusat Kota

Surakarta, Kelurahan Pucungsawit bermacam-macam, ada yang

merupakan warga kota Surakarta asli, ada juga perantau yang berasal

dari wilayah kabupaten di sekitar Kota Surakarta seperti Kabupaten

Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, dsb. Warga yang

tinggal di pinggiran pusat kota mayoritas merupakan penduduk dengan

tingkat ekonomi lemah.

Alasan penduduk bermukim di pinggiran pusat kota tersebut

beranekaragam. Beberapa keluarga ada yang dulunya memiliki rumah

magersari, ada pula yang sebelumnya kontrak rumah, bahkan ada pula

yang sebelumnya memiliki rumah legal/bersertifikat di wilayah

Kelurahan Pucungsawit juga. Namun dikarenakan masalah ekonomi,

mereka pindah membangun rumah di wilayah pinggiran pusat kota.

Melihat ada tanah kosong dibalik tanggul, mereka membangun rumah

(28)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

28 rumah namun seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya

kota, rumah-rumahpun menjadi banyak dan menjadi lokasi

permukiman.

Kelurahan Pucungsawit dalam RUTRK tahun 1993-2013,

ditetapkan sebagai SWP I yang memiliki potensi penyediaan dalam

fungsi ruang kota sebagai wilayah pengembangan industry. Sejalan

berkembangnya industry di Kelurahan Pucungsawit, permukiman ikut

mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Industry besar menjaring

banyak tenaga kerja yang kebanyakan berasal dari permukiman

disekitarnya. Industry menengah dan kecil pun banyak berkembang di

permukiman-permukiman penduduk. Kondisi ini juga ikut mendorong

(29)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

29 Gambar 3.2 Peta Gambaran Kawasan Permukiman Kumuh

Jika dilihat dari kondisi rumah yang ada, rumah tersebut

tergolong pada rumah yang tidak layak huni/kumuh dengan ditandai

oleh kondisi bangunan rumah yang buruk. Sebagian besar rumah

penduduk memiliki ukuran rumah yang relative sempit untuk ukuran

rumah dengan dihuni oleh rata-rata 6 anggota keluarga, sehingga

pembagian ruang sulit untuk dilakukan dan menjadi tidak teratur.

Bahan/material bangunan rumah yang digunakan oleh sebagian besar

(30)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

30 bamboo, papan kayu dan ada juga yang menggunakan dinding seng.

Lantai rumah juga masih ada yang berupa lantai tanah. Jarak atap

bangunan dengan dasar/lantai bangunan terlalu pendek sehingga

penghawaan dan pencahayaan dari rumah tersebut menjadi terganggu

dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada penghuni.

(Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.3 Gambaran Kondisi Rumah di Kelurahan Pucungsawit,

Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Jika dilihat dari kondisi sarana dan prasarana lingkungan

permukiman seperti jaringan jalan yang ada di permukiman ini

merupakan jalan-jalan gang rumah yang kurang terakses dengan

jaringan jalan yang lain /jalan buntu. Jalan tersebut sudah diperkeras

dengan menggunakan plaster/cor meskipun demikian ada sebagian jalan

(31)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

31 dalam kondisi rusak sehingga semakin memperparah kondisi

lingkungan permukiman. Pembangunan jaringan jalan yang ada

dilakukan oleh masyarakat secara swadaya.

(Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.4 Gambaran Kondisi Jaringan Jalan di Kelurahan

Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Pada kondisi sanitasi di Kelurahan ini, mayoritas masyarakat yang

bertempat tinggal di permukiman ini belum memiliki MCK pribadi.

Untuk keperluan mandi, dan buang air besar masyarakat menggunakan

(32)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

32 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.5 Gambaran Kondisi Sanitasi MCK Umum di Kelurahan

Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Pada kondisi jaringan listrik di pemukiman ini sudah dialiri oleh

jaringan listrik yang terpasang pada rumah-rumah yang ada. Jaringan

listrik ini sudah lama terpasang dan merupakan jaringan resmi dari PLN

sehingga warga dikenai pajak listrik pada tiap bulannya. Adanya

jaringan listrik ini juga dimanfaatkan warga secara swadaya membangu

sarana penerangan jalan. Lampu penerangan jalan ini sangat bermanfaat

bagi warga yang menghuni permukiman tersebut karena pada lokasi

lampu penerangan jalan ini menjadi tempat bagi warga untuk

(33)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

33 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.6 Gambaran Kondisi Jaringan Listrik di Kelurahan

Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Di Kelurahan Pucangsawit, untuk memenuhi kebutuhan air bersih

warga di lingkungan pemukiman ini memanfaatkan air tanah dengan

sistem pompa maupun dengan menggunakan sumur timba yang terdapat

(34)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

34 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.7 Gambaran Kondisi Sumber Air Bersih di Kelurahan

Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Kondisi persampahan di permukiman ini tidak tersedia fasilitas

pembuangan sampah maupun sistem pengelolaan sampah. Untuk

membuang sampah warga biasanya membuat gubangan tanah di belakang

rumahnya sebagai tempat untuk membuang namun ada juga warga yang

(35)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

35 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.8 Gambaran Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

(TPS) di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota

Surakarta

Jika dilihat dari aspek ekonominya, kehidupan ekonomi penghuni

pemukiman kumuh bantaran Sungai Bengawan Solo Kelurahan

Pucangsawit ini tergolong pada masyarakat dengan tingkat ekonomi

yang rendah. Sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sector

informal yaitu, berjualan, sopir becak, buruh srabutan, pencari batu,

PKL dll. Dengan mata pencaharian pada sector informal penghasilan

(36)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

36 Jika dilihat dari aspek sosial masyarakatnya, kehidupan sosial

yang terjadi di pemukiman ini sudah cukup baik. Interaksi sosial antar

orang yang satu dengan yang lainnya maupun antar tetangga dalam satu

permukiman ini terjalin dengan baik. Kepedulian diantara sesama juga

diperlihatkan dalam tatanan sosial di permukiman ini. Kebersamaan

masyarakat ini juga terlihat pada kepeduliannya terhadap lingkungan

permukimannya. Mereka secara swadaya mampu untuk membangun

sarana dan prasarana di lingkungan permukimannya seperti

pembangunan jaringan jalan, pembuatan MCK umum, dan membuat

tiang untuk lampu penerangan jalan. Namun demikian di permukiman

ini juga masih ada perilaku masyarakat yang buruk yaitu

mabuk-mabukan.

Di lingkungan permukiman ini juga sudah ada pertemuan antar

warga dengan menggunakan rumah ketua RT sebagai tempat mereka

melakukan pertemuan untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan

kondisi lingkungannya. Adanya pertemuan warga ini juga

memperlihatkan bahwa pranata sosial di lingkungan permukiman

berjalan dengan baik apalagi mereka merupakan masyarakat yang

(37)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

37 3.2 Pengusulan Program Peremajaan

Pelaksanaan program relokasi merupakan salah satu program

yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Surakarta dalam rangka untuk

memindahkan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah bantaran

Sungai Bengawan Solo dan anak sungai yang terkena bencana banjir

serta dalam rangka untuk menata daerah bantaran sungai. Dalam

melaksanakan program relokasi, pemerintah Kota Surakarta telah

menetapkan prosedur dalam pelaksanaannya. Berikut adalah prosedur

dalam pelaksanaan program relokasi di Kota Surakarta.

a. Pengajuan Bantuan Program Relokasi

Sebelum mendapatkan dana bantuan program relokasi yang

diberikan oleh pemerintah kota, maka prpsedur yang dilaksanakan

pertama kali yaitu pengususlan permohonan bantuan program

relokasi. Dalam pengususlan tersebit ada beberapa tahapan yang

dilakukan yaitu:

• Rembug Warga

Dalam rembug warga yang dilakukan adalah musyawarah

antara calon penerima dana bantuan program relokasi dengan

Pokja yang difasilitasi oleh kelurahan. Materi yang

disampaikan dalam rembug warga tersebut yaitu

(38)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

38 dan menunjuk sub Pokja serta mengidentifikasi kelengkapan

data calon penerima program.

• Pengajuan Proposal

Pengajuan proposal permohonan bantuan program dilakukan

secara kolektif oleh Pokja. Proposal tersebut terdiri atas:

- Daftar calon penerima program

- KTP dan KK calon warga penerima program

- Daftar susunan Pokja Kelurahan

- Surat perjanjian yang menyatakan untuk tidak

memindahkan kepada pihak lain minimal 5 tahun.

• Verifikasi Pengusulan/proposal

Verifikasi dilakukan untuk menetapkan warga yang akan

mendapatkan program bantuan dengan SK Walikota.

Persyaratan yang diverifikasi yaitu:

- Status kependudukan calon penerima program (WPH)

- Penerima program adalah pemilik tanah dan bangunan

- Kondisi rumah calon penerima program

Setelah dilakukan verifikasi selanjutnya ditetapkan daftar

warga penerima program dengan keputusan Walikota

(39)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

39 • Pengajuan Bantuan Program

Setelah ditetapkan daftar warga penerima program melalui

SK Walikota, Bapermas PP PA dan KB akan mengajukan

permohonan kepada Walikota melalui DPPKAD untuk

mencairkan dana bantuan program relokasi.

b. Pencairan Dana Bantuan Program Relokasi

Untuk mencairka dana bantuan program relokasi ada

beberapa proses yang dilakukan.

- Melakukan penelitian dan kelengkapan berkas proposal yang

diajukan oleh Pokja. Penelitian berkas tersebut meliputi: Surat

keterangan siap jual beli dari notaris dan site plan lokasi yang

dijadikan sebagai lokasi relokasi.

- Melaksanakan proses perjanjian hibah daerah yang

ditandatangani oleh warga penerima program.

Setelah kedua proses tersebut terlaksana maka Pemerintah kota

melalui DPPKAD menyerahkan dana bantuan program relokasi

secara bertahap melalui rekening ketua Pokja.

c. Penggunaan Dana Bantuan Program

Dana bantuan program relokasi yang diberikan pemerintah

(40)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

40 dengan apa yang telah ditetapkan. Penggunaan dana bantuan

program relokasi adalah sebagai berikut:

Pembelian tanah = Rp. 12.000.000,00

Pembangunan Rumah = Rp. 8.500.000,00

fasilitas umum = Rp. 1.800.000,00

Bantuan yang diberikan tersebut termasuk pembayaran pajak yang

harus ditanggung oleh penerima program seperti biaya balik

nama.

d. Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program relokasi dilakukan oleh masyarakat

sendiri sesuai hasil musyawarah rembug warga penerima

program, mulai dari pemilihan lokasi sampai dengan

pembangunan rumah.

e. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban dibuat setelah program relokasi selesai

dilakukan sebagai laporan atas program yang dilaksanakan. WPH

melalui Pokja membuat laporan pertanggungjawaban atas

penerima bantuan program. Laporan pertanggungjawaban tersebut

terdiri dari:

- Rincian Penggunaan Bantuan

(41)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

41 - Sertifikat tanah atas nama WPH dan BPN

3.3 Upaya Penanganannya dalam Bentuk Desain, Program dan Kegiatan

3.3.1 Bentuk Desain

3.3.2 Program yang sesuai dengan kondisi di Kelurahan

Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

Berdasarkan karakteristik permukiman kumuh dan model

penanganan menurut status tanah dan kepadatan bangunan pada

wilayah studi, model penanganan permukiman kumuh yang

(42)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

42 Dengan merelokasi permukiman kumuh di pusat Kota Surakarta.

Pada program ini, sasaran yang akan dicapai antara lain

perbaikan sarana-sarana umum seperti rumah warga, jaringan

jalan, sanitasi MCK umum, jaringan listrik dan Tempat

Pembuangan Sampah (TPS).

Untuk perbaikan rumah warga, setiap rumah warga diperbaiki

secara bertahap. Perbaikan rumah ini dilakukan dilihat dari

kondisi kualitas rumahnya, seperti perbaikan struktur dinding

rumah yang semula memakai kayu diganti dengan menggunakan

dinding tembok permanen, lantai rumah yang semula tanah

diperbaiki menjadi minimal lantai cor, dan sebagainya.

Untuk perbaikan jaringan jalan di kelurahan tersebut,

dilakukan perbaikan jalan seperti, memperbaiki jalan-jalan yang

berlubang, menambahkan jaringan jalan menuju pusat kota yang

jauh lebih baik dan mudah terjangkau.

Untuk perbaikan sanitasi MCK umum, di Kelurahan tersebut

dilakukan program komunal oleh pemerintah agar lebih hemat

dalam aspek finansialnya dan lebih mudah di awasi oleh

pemerintah dalam hal pembuangan limbahnya, sehingga

lingkungan bisa tetap terjaga dan tidak tercemar oleh limbah

(43)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

43 limbah Kelurahan tersebut, aspek lainnya yaitu dengan adanya

program komunal, guna lahan untuk sanitasi lebih terstruktur,

dan tidak akan terjadi timpang tindih antara guna lahan untuk

sanitasi dan guna lahan untuk drainase. Kemudian untuk rumah

yang memperoleh perbaikan pada program ini, pemerintah akan

mengadakan MCk pribadi di rumah-rumah yang belum memiliki

MCK pribadi.

Untuk perbaikan Air Bersih yang dilakukan di Kelurahan

tersebut, sudah cukup baik karena menggunakan air sumur atau

air tanah dalam, ditinjau dari jumlah penduduk yang kurang dari

>20.000 jiwa, Kelurahan tersebut masuk dalam kategori desa.

walaupun belum memakai PDAM. Dalam program ini,

pemerintah hanya akan memperbaiki aliran air bersih untuk

warga sehingga warga dapat dengan mudah mendapatkan air

bersih.

Sedangkan untuk perbaikan TPS (Tempat Pembuangan

Sampah, melalui program ini, pemerintah akan mengadakan

pembuatan TPS yang layak pakai, dimana TPS yang disediakan

terdiri dari jenis sampah organic dan non organic sehingga proses

(44)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

44 yang baik, maka warga tidak akan bingung lagi dalam membuang

(45)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

45 BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi terhadap

program relokasi yang dilaksanakan di kelurahan Pucungsawit, dengan

menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh William Dunn, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Program relokasi dinilai sudah sangat berhasil dalam mencapai

tujuan program yang telah ditetapkan yaitu merelokasi pemukiman

kumuh dengan sangat efektif.

2. Proses pelaksanaan relokasi yang dilakukan di kelurahan

Pucungsawit telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan

dengan tingkat kesesuaian sebesar 87,5% sehingga proses

pelaksanaan program relokasi dinilai sangat berhasil tingkat

keberhasilan yang tidak melibatkan masyarakat. Dalam proses

pelaksanaan juga telah mempertimbangkan prinsip-prinsip relokasi

sehingga dengan proses dan mekanisme tersebut pelaksanaan

relokasi berjalan tanpa adanya konflik.

3. Dari aspek fisik, program relokasi yang dilakukan di kelurahan

Pucungsawit secara umum dapat memberikan perubahan yang

(46)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

46 lingkungan yang lebih baik dari kondisi permukiman yang kumuh.

Kondisi ini dapat terlihat dari hasil penelitian berikut :

‐ Status kepemilikan lahan meningkat menjadi 100 %

masyarakat yang direlokasi mempunyai status

kepemilikan lahan berupa sertifikat hak milik

‐ Kondisi rumah mengalami peningkatan kualitasnya

dibandingkan dengan kondisi sebelum direloksi yaitu

meningkat 50 %. Setelah direlokasi 76,47 % kondisi

rumah dalam kondisi yang baik.

‐ Kondisi prasarana lingkungan permukiman seperti air

bersih, sanitasi, jalan, listrik mengalami peningkatan yang

signifikan setelah direlokasi.

‐ Untuk aksesibilitas pada lokasi permukiman yang

sekarang dinilai sulit dan mengalami penurunan yang

signifikan di bandingkan pada loaksi pemukiman lam.

Setelah direlokasi 79,41% menyatakan lokasi kurang

aksesibel.

4. Dari aspek ekonomi, program relokasi yang dilakukan di kelurahan

Pucangsawit belum mampu memberikan dampak atau perubahan

dalam memperbaiki dampak atau perubahan dlam memperbaiki

(47)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

47 relokasi dinilai tidak berhasil dalam meningkatan ekonomi

masyarakat yang direlokasi. Kondisi ini dapat terlihat dari hasil

penelitian berikut :

o Pendapatan masyarakat yang direlokasi belum

mengalami perubhan ke arah yang lebih baik,

namun pendapatan mengalami penurunan yang

signifikan setelah direlokasi.

o Pada lokasi permukiman yang sekarang juga dinilai

kurang memberikan peluang dalam memperolah

sumber penghasilan sehingga dinilai sulit oleh

48,53% masyarakat yang direlokasi.

5. Dari aspek sosial, program relokasi yang dilakukan di kelurahan

pucangsawit memberikan dampak yang positif, karena tidak

menimbulkan tercabutnya relasi sosial yang sudh terbentuk,

sehingga program relokasi dinilai berhasildalam mempertahankan

dan meningkatkan kondisi sosial

6. Program relokasi yang dilakukan dikelurahan pucangsawit mendapat

respon kepuasan dari warga penerima program karena adanya

manfaat bagi mereka. Secara Keseluruhan masyarakat merespon

(48)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

48 Rekomendasi

a. Rekomendasi Perbaikan Pelaksanaan program

Dari kesimpulan diatas, maka ada beberapa rekomendasi yang

diberikan sebagai masukan dalam perbaikan program relokasi

yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit sebagaimana yang

dibawah ini :

1. Dalam pelaksanaan program relokasi maka seharusnya

pihak yang terlibat harus anggap terhadap permaslahan

yang dihadapi masyarakat yang direlokasi.

2. Seluruh proses pelaksanaan relokasi harus memperhatikan

aspirasi masyarakat yang direlokasi dan melibatkan

masyarakat dari persiapan sampai mekanisme pelaporan

pertanggungjawaban.

3. Pelaksanaan program relokasi sebaiknya tidak hanya

berhenti pada pembangunan kembali hunian yang

direlokasi, akan tetapi perlu adanya pembinaan pasca

relokasi.

4. Perlu adanya program-program pelatihan ketrampilan atau

(49)

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

49 dalam memperoleh penghasilan tambahan, sehingga lokasi

permukiman yang mereka tempati sekarang bisa tumbuh

menjadi permukiman yang layak.

a. Rekomendasi Penelitian Lanjutan

1. Pendalaman terhadap efektifitas program relokasi

2. Pendalaman terhadap efisiensi program yang tidak

hnya menilai kesesuaian dengan petunjuk

pelaksanaan yang ada akan tetapi lebih menekankan

pada peran dan fungsi pelaksana program secara

lebih mendalam termasuk

permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan

program relokasi

3. Perlu adanya kajian untuk mengetahui faktor-faktor

yang menentukan keberhasilan ataupun penghambat

Gambar

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Surakarta
Gambar 3.2 Peta Gambaran Kawasan Permukiman Kumuh
Gambar 3.3 Gambaran Kondisi Rumah di Kelurahan Pucungsawit,
Gambar 3.4 Gambaran Kondisi Jaringan Jalan di Kelurahan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Media adalah alat bantu pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi (Djamarah Syaiful. Wahana dari sumber pesan

Dari berbagai pengungkapan ini, Allah ingin memperlihatkan betapa kebesaran-Nya bisa diketahui dengan memperhatikan hamparan di alam semesta ini, bintang juga

Dalam kehidupan sehari-hari, kata perkawinan adalah kata yang sering kita dengar dan telah kita pahami artinya. Bagi anda semua yang sedang berada di sini, tentunya perkawinan

Keluasan dan kedalaman materi harus sesuai, sistematika materi, kesesuaian dengan kemampuan dan kebutuhan siswa, serta kesesuaian materi dengan perkembangannya

Berdasarkan uraian masalah yang telah dijelaskan maka perlu dibuat suatu aplikasi yang dapat menyelesaikan semua permasalahan tersebut dengan cara membuat sebuah

Iklan Baris 8 LOWONGAN KERJA Serba Serbi Iklan Baris Iklan Baris DIButuHKaN sPg Wanita,.. Max25th, Penempatan Mall thamrin City & season City, Ijazah, Hub

Gajah Sumatera membutuhkan jumlah konsumsi makanan yang banyak untuk mencukupi kebutuhan energi sesuai dengan ukuran tubuhnya yang besar (Seidensticker, 1984). Ketika kebutuhan

crowdsourcing akan dijelaskan dan diterapkan dengan aplikasi estimasi kedatangan bus Trans- Jogja yang diharapkan mampu untuk memberikan informasi kepada penumpang