• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Persoalan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Dalam dokumen ANALISIS PROGRAM PEREMAJAAN PERMUKIMAN K (Halaman 26-41)

ANALISIS PEREMAJAAN KOTA

3.2 Studi Kasus Persoalan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Permukiman di pinggiran pusat Kota Surakarta, Kelurahan Pucungsawit mulai tumbuh sekitar tahun 1980-an dan berkembang

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

27 secara organis dari tahun ke tahunnya. Permukiman-permukiman tersebut berdiri di tanah-tanah milik pemerintah yang letaknya disekitar tanggul yang sebenarnya bukan diperuntukan sebagai permukiman. Secara umum lokasi di permukiman yang mendapatkan bantuan program relokasi dapat dikatakan sebagai permukiman kumuh yang menempati tanah illegal (squatter area).

Asal penduduk yang bermukim di pinggiran pusat Kota Surakarta, Kelurahan Pucungsawit bermacam-macam, ada yang merupakan warga kota Surakarta asli, ada juga perantau yang berasal dari wilayah kabupaten di sekitar Kota Surakarta seperti Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, dsb. Warga yang tinggal di pinggiran pusat kota mayoritas merupakan penduduk dengan tingkat ekonomi lemah.

Alasan penduduk bermukim di pinggiran pusat kota tersebut beranekaragam. Beberapa keluarga ada yang dulunya memiliki rumah magersari, ada pula yang sebelumnya kontrak rumah, bahkan ada pula yang sebelumnya memiliki rumah legal/bersertifikat di wilayah Kelurahan Pucungsawit juga. Namun dikarenakan masalah ekonomi, mereka pindah membangun rumah di wilayah pinggiran pusat kota. Melihat ada tanah kosong dibalik tanggul, mereka membangun rumah dengan seadanya di tanah tersebut. Pada awalnya hanya ada beberapa

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

28 rumah namun seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya kota, rumah-rumahpun menjadi banyak dan menjadi lokasi permukiman.

Kelurahan Pucungsawit dalam RUTRK tahun 1993-2013, ditetapkan sebagai SWP I yang memiliki potensi penyediaan dalam fungsi ruang kota sebagai wilayah pengembangan industry. Sejalan berkembangnya industry di Kelurahan Pucungsawit, permukiman ikut mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Industry besar menjaring banyak tenaga kerja yang kebanyakan berasal dari permukiman disekitarnya. Industry menengah dan kecil pun banyak berkembang di permukiman-permukiman penduduk. Kondisi ini juga ikut mendorong timbulnya permukiman di pinggiran pusat kota.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

29 Gambar 3.2 Peta Gambaran Kawasan Permukiman Kumuh

Jika dilihat dari kondisi rumah yang ada, rumah tersebut tergolong pada rumah yang tidak layak huni/kumuh dengan ditandai oleh kondisi bangunan rumah yang buruk. Sebagian besar rumah penduduk memiliki ukuran rumah yang relative sempit untuk ukuran rumah dengan dihuni oleh rata-rata 6 anggota keluarga, sehingga pembagian ruang sulit untuk dilakukan dan menjadi tidak teratur. Bahan/material bangunan rumah yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat masih sangat sederhana dan non permanen yaitu terbuat dari

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

30 bamboo, papan kayu dan ada juga yang menggunakan dinding seng. Lantai rumah juga masih ada yang berupa lantai tanah. Jarak atap bangunan dengan dasar/lantai bangunan terlalu pendek sehingga penghawaan dan pencahayaan dari rumah tersebut menjadi terganggu dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada penghuni.

(Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.3 Gambaran Kondisi Rumah di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Jika dilihat dari kondisi sarana dan prasarana lingkungan permukiman seperti jaringan jalan yang ada di permukiman ini merupakan jalan-jalan gang rumah yang kurang terakses dengan jaringan jalan yang lain /jalan buntu. Jalan tersebut sudah diperkeras dengan menggunakan plaster/cor meskipun demikian ada sebagian jalan yang masih berupa jalan tanah. Jalan yang ada sekarang sudah banyak

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

31 dalam kondisi rusak sehingga semakin memperparah kondisi lingkungan permukiman. Pembangunan jaringan jalan yang ada dilakukan oleh masyarakat secara swadaya.

(Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.4 Gambaran Kondisi Jaringan Jalan di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Pada kondisi sanitasi di Kelurahan ini, mayoritas masyarakat yang bertempat tinggal di permukiman ini belum memiliki MCK pribadi. Untuk keperluan mandi, dan buang air besar masyarakat menggunakan MCK umum. MCK umum dibangun secara swadaya oleh masyarakat.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

32 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.5 Gambaran Kondisi Sanitasi MCK Umum di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Pada kondisi jaringan listrik di pemukiman ini sudah dialiri oleh jaringan listrik yang terpasang pada rumah-rumah yang ada. Jaringan listrik ini sudah lama terpasang dan merupakan jaringan resmi dari PLN sehingga warga dikenai pajak listrik pada tiap bulannya. Adanya jaringan listrik ini juga dimanfaatkan warga secara swadaya membangu sarana penerangan jalan. Lampu penerangan jalan ini sangat bermanfaat bagi warga yang menghuni permukiman tersebut karena pada lokasi lampu penerangan jalan ini menjadi tempat bagi warga untuk melakukan interaksi dengan tetangga yang lain.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

33 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.6 Gambaran Kondisi Jaringan Listrik di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Di Kelurahan Pucangsawit, untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di lingkungan pemukiman ini memanfaatkan air tanah dengan sistem pompa maupun dengan menggunakan sumur timba yang terdapat pada rumah masing-masing.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

34 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.7 Gambaran Kondisi Sumber Air Bersih di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Kondisi persampahan di permukiman ini tidak tersedia fasilitas pembuangan sampah maupun sistem pengelolaan sampah. Untuk membuang sampah warga biasanya membuat gubangan tanah di belakang rumahnya sebagai tempat untuk membuang namun ada juga warga yang membuang sampah di sungai.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

35 (Sumber: http://core.ac.uk/download/pdf/12347356.pdf)

Gambar 3.8 Gambaran Kondisi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kelurahan Pucungsawit, Kecamatan Jebres, Kota

Surakarta

Jika dilihat dari aspek ekonominya, kehidupan ekonomi penghuni pemukiman kumuh bantaran Sungai Bengawan Solo Kelurahan Pucangsawit ini tergolong pada masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah. Sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sector informal yaitu, berjualan, sopir becak, buruh srabutan, pencari batu, PKL dll. Dengan mata pencaharian pada sector informal penghasilan merekapun dapat dikatakan masih rendah.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

36 Jika dilihat dari aspek sosial masyarakatnya, kehidupan sosial yang terjadi di pemukiman ini sudah cukup baik. Interaksi sosial antar orang yang satu dengan yang lainnya maupun antar tetangga dalam satu permukiman ini terjalin dengan baik. Kepedulian diantara sesama juga diperlihatkan dalam tatanan sosial di permukiman ini. Kebersamaan masyarakat ini juga terlihat pada kepeduliannya terhadap lingkungan permukimannya. Mereka secara swadaya mampu untuk membangun sarana dan prasarana di lingkungan permukimannya seperti pembangunan jaringan jalan, pembuatan MCK umum, dan membuat tiang untuk lampu penerangan jalan. Namun demikian di permukiman ini juga masih ada perilaku masyarakat yang buruk yaitu mabuk-mabukan.

Di lingkungan permukiman ini juga sudah ada pertemuan antar warga dengan menggunakan rumah ketua RT sebagai tempat mereka melakukan pertemuan untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan kondisi lingkungannya. Adanya pertemuan warga ini juga memperlihatkan bahwa pranata sosial di lingkungan permukiman berjalan dengan baik apalagi mereka merupakan masyarakat yang homogeny dalam arti mempunyai latar belakang sosial yang sama.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

37 3.2 Pengusulan Program Peremajaan

Pelaksanaan program relokasi merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Surakarta dalam rangka untuk memindahkan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo dan anak sungai yang terkena bencana banjir serta dalam rangka untuk menata daerah bantaran sungai. Dalam melaksanakan program relokasi, pemerintah Kota Surakarta telah menetapkan prosedur dalam pelaksanaannya. Berikut adalah prosedur dalam pelaksanaan program relokasi di Kota Surakarta.

a. Pengajuan Bantuan Program Relokasi

Sebelum mendapatkan dana bantuan program relokasi yang diberikan oleh pemerintah kota, maka prpsedur yang dilaksanakan pertama kali yaitu pengususlan permohonan bantuan program relokasi. Dalam pengususlan tersebit ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu:

• Rembug Warga

Dalam rembug warga yang dilakukan adalah musyawarah antara calon penerima dana bantuan program relokasi dengan Pokja yang difasilitasi oleh kelurahan. Materi yang disampaikan dalam rembug warga tersebut yaitu menyepakati susunan kelompok kerja di tingkat kelurahan

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

38 dan menunjuk sub Pokja serta mengidentifikasi kelengkapan data calon penerima program.

• Pengajuan Proposal

Pengajuan proposal permohonan bantuan program dilakukan secara kolektif oleh Pokja. Proposal tersebut terdiri atas: - Daftar calon penerima program

- KTP dan KK calon warga penerima program - Daftar susunan Pokja Kelurahan

- Surat perjanjian yang menyatakan untuk tidak memindahkan kepada pihak lain minimal 5 tahun.

• Verifikasi Pengusulan/proposal

Verifikasi dilakukan untuk menetapkan warga yang akan mendapatkan program bantuan dengan SK Walikota.

Persyaratan yang diverifikasi yaitu:

- Status kependudukan calon penerima program (WPH) - Penerima program adalah pemilik tanah dan bangunan - Kondisi rumah calon penerima program

Setelah dilakukan verifikasi selanjutnya ditetapkan daftar warga penerima program dengan keputusan Walikota Surakarta.

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

39 • Pengajuan Bantuan Program

Setelah ditetapkan daftar warga penerima program melalui SK Walikota, Bapermas PP PA dan KB akan mengajukan permohonan kepada Walikota melalui DPPKAD untuk mencairkan dana bantuan program relokasi.

b. Pencairan Dana Bantuan Program Relokasi

Untuk mencairka dana bantuan program relokasi ada beberapa proses yang dilakukan.

- Melakukan penelitian dan kelengkapan berkas proposal yang diajukan oleh Pokja. Penelitian berkas tersebut meliputi: Surat keterangan siap jual beli dari notaris dan site plan lokasi yang dijadikan sebagai lokasi relokasi.

- Melaksanakan proses perjanjian hibah daerah yang ditandatangani oleh warga penerima program.

Setelah kedua proses tersebut terlaksana maka Pemerintah kota melalui DPPKAD menyerahkan dana bantuan program relokasi secara bertahap melalui rekening ketua Pokja.

c. Penggunaan Dana Bantuan Program

Dana bantuan program relokasi yang diberikan pemerintah kota kepada warga dalam pelaksanaannya harus digunakan sesuai

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

40 dengan apa yang telah ditetapkan. Penggunaan dana bantuan program relokasi adalah sebagai berikut:

Pembelian tanah = Rp. 12.000.000,00 Pembangunan Rumah = Rp. 8.500.000,00 fasilitas umum = Rp. 1.800.000,00

Bantuan yang diberikan tersebut termasuk pembayaran pajak yang harus ditanggung oleh penerima program seperti biaya balik nama.

d. Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program relokasi dilakukan oleh masyarakat sendiri sesuai hasil musyawarah rembug warga penerima program, mulai dari pemilihan lokasi sampai dengan pembangunan rumah.

e. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban dibuat setelah program relokasi selesai dilakukan sebagai laporan atas program yang dilaksanakan. WPH melalui Pokja membuat laporan pertanggungjawaban atas penerima bantuan program. Laporan pertanggungjawaban tersebut terdiri dari:

- Rincian Penggunaan Bantuan

Sumber : Server, O.B A major problem for urban management, some evidences from Indonesia in Habitat Internasional, Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam abad 21, Konsep dan pendekatan pembangunan Perkotaan di Indonesia (Buku1) Jakarta: URDI-YSS | Laporan Perencanaan Kota Baru

41 - Sertifikat tanah atas nama WPH dan BPN

3.3 Upaya Penanganannya dalam Bentuk Desain, Program dan Kegiatan

Dalam dokumen ANALISIS PROGRAM PEREMAJAAN PERMUKIMAN K (Halaman 26-41)

Dokumen terkait