BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Supervisi Klinis
2.1.1.1
Pengertian Supervisi Klinis
Supervisis
klinis
sebagai
suatu
sistem
instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor
yang berhubungan secara langsung dengan guru atau
kelompok
guru
untuk
memberikan
dukungan,
membantu, dan melayani guru untuk meningkatkan
hasil kerja guru dalam mendidik para siswa (Sagala,
2010). Menurut Acheson dan Gall (1987 : 3) yang
dikutip Sagala (2010) supervisi klinis adalah suatu
proses yang interaktif, berkenaan dengan suatu gaya
mengajar yang berbeda. Agar proses supervisi klinis
menjadi efektif, maka antara supervisor dengan guru
bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan memiliki
ide, emosi dan tindakan untuk pengembangan
profesional guru dari preservice atau inservise.
2.1.1.2
Karakteristik Supervisi Klinis
1. Meningkatkan kualitas ketrampilan intelektual dan perilaku mengajar guru secara spesifik
2. Membantu para guru untuk mengembangkan ketrampilan menganalisis proses pembelajaran, terampil dalam mengujicobakan, mengadaptasi dan memodifikasi kurikulum dan terampil menggunakan teknik-teknik mengajar.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk merubah kepribadian guru
4. Perencanaan dan analisis berpusat pada pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi
5. Konferensi berkaitan dengan sejumlah isu-isu penting mengenai pembelajaran yang relevan bagi guru yang mendorong untuk berubah
6. Konferensi sebagai umpan balik menitik beratkan pada analisis konstruktif dan penguatan terhadap pola-pola yang gagal
7. Observasi itu didasarkan bukti, bukan berdasarkan nilai subtansial atau nilai keputusan yang tidak benar
8. Siklus perencanaan, analisis dan pengamatan secara berkelanjutan dan bersifat kumulatif
9. Merupakan proses memberi dan menerima yang dinamis di mana supervisor dan guru adalah kolega yang meneliti untuk menemukan pemahaman yang saling mengerti bidang pendidikan
10. Berpusat pada analisis pembelajaran
11. Guru secara individual memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan menilai isu-isu, meningkatkan kualitas pengajaran dan mengembangkan gaya mengajar personal guru
13. Seorang supervisor memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis kegiatan supervisinya dalam hal yang sama dengan analisis evaluasi guru tentang pembelajarannya.
Berdasarkan kajian Acheson dan Gall dapat ditegaskan bahwa karakteristis supervisi klinis adalah untuk memperbaiki cara mengajar, ketrampilan intelektual, dan bertingkah laku yang spesifik, pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi yang dilakukan melalui tahapan siklus.
2.1.1.3
Tujuan Supervisi Klinis
Dalam Sagala (2010), Acheson dan Gall (1987 : 1)
mengatakan tujuan dari supervisi klinis adalah
pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik,
membantu guru mengembangkan kemampuan dan
strategis, mengevaluasi guru, membantu guru untuk
berperilaku yang baik sebagai upaya pengembangan
profesional para guru, dengan suatu penekanan pada
peningkatan kecakapan guru dalam mengajar pada
ruangan kelas.
2.1.1.4
Prosedur Supervisi Klinis
a.
Proses
Supervisi
klinis
merupakan
suatu
proses
memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini
supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan
mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan
pendidikan (Sagala, 2010).
klinis terdiri dari tiga fase
(1) Planing conference, (2)
Classroom observation,
dan
(3) Feedback converence.
Model susunan supervisi klinis yang dikemukakan oleh
Acheson dan Gall menjadi rujukan dalam proses
pelaksanaan supervisi klinis.
Selanjutnya berdasarkan kegiatan supervisi klinis
yang dikemukakan Acheson dan Gall, maka prosedur
supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses
berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan
tahap pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut
memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor,
yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan balikan
(Bolla, 1984). Tiga tahapan tersebut adalah :
(1) Tahap Pertemuan Pendahuluan (Planing conference)
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana ketrampilan yang akan diobservasi dan dicatat. Suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor dan guru partner di dalam suasana kerjasama yang harmonis. Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu :
a. Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah selanjutnya dibicarakan
b. Mereviu rencana pelajaran serta tujuan pelajaran
d. Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang menjadi perhatian utamanya
e. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan, dibicarakan bersama antara guru dan supervisor. Kesepakatan-kesepakatan tentang perhatian utama serta cara perekamannya merupakan semacam kontrak yang merupakan rambu-rambu yang mengatur perwujudan peranan kedua belah pihak di dalam pelaksanaan supervisi klinis yang bersangkutan.
(2). Tahapan Pengamatan mengajar (Classroom observation)
Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen ketrampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara obyektif, lengkap dan apa adanya tingkah laku guru ketika mengajar, berdasarkan komponen
ketrampilan yang diminta oleh guru untuk direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan
mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.
(3). Tahapan Pertemuan Balikan (Feedback converence)
Sebelum pertemuan balikan di laksanakan maka supervisor mengadakan analisis pendahuluan tentang hasil rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini. Pada pertemuan balikan supervisor hendaknya berusaha menganalisis dan menginterpretasikan tentang data hasil rekaman tingkah laku guru waktu mengajar. Langkah-langkah utama tahap ini adalah :
a. Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan.
c. Meriviu target ketrampilan serta perhatian utama guru
d. Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya guru.
e. Menunjukkan data hasil rekaman dan memberi kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut.
f. Bersama mengintepretasi data rekaman.
g. Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut.
h. Menyimpulkan hasil dengan melihat rekaman apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tercapai.
i. Menentukan bersama-sama atau mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
b.
Kriteria dan Teknik
Dalam melaksanakan proses supervisi klinis
melalui tiga tahap kegiatan, diperlukan kriteria serta
teknik tertentu, agar proses supervisi klinis dapat
berjalan lancar. Kriteria dan teknik tersebut dijelaskan
oleh Bolla (1984) sebagai berikut :
(1) Kriteria dan Teknik Pertemuan Pendahuluan
a. Mengadakan pertemuan dengan guru dalam suasana yang menyenangkan.
c. Supervisor dapat menanyakan pengalaman penampilan masa lalu untuk melihat segi-segi atau sub-ketrampilan yang akan diperbaiki atau disempurnakan.
(2) Kriteria dan Teknik Observasi
Fungsi utama observasi adalah berusaha
“menangkap” apa yang terjadi selama pelajaran
berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat secara tepat mengingat kembali pelajaran atau bagian dari pada pelajaran dengan tujuan mengadakan analisis yang obyektif. Ide pokok adalah mencatat apa yang terjadi dan bukan reaksi supervisor tentang apa yang terjadi. Suatu rekaman yang disimpan dengan baik akan bermanfaat dalam analisis dan komentar kemudian.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hubungan ini adalah :
a. Kelengkapan catatan
Usaha mencatat sebanyak mungkin yang dikatakan atau dilakukan selama pelajaran berlangsung. Hasilnya akan merupakan bukti-bukti dan bagi guru dan supervisor untuk dikemukakan pada waktu bersama-sama menganalisis apa yang telah terjadi selama pelajaran berlangsung. Semakin spesifik yang digambarkan, semakin berarti analisis supervisor.
b. Fokus
c. Menyesuaikan observasi dengan periode perkembangan mengajar guru.
Fokus observasi ditujukan kepada aspek-aspek yang lebih diinginkan guru misalnya, jika guru mempunyai kesulitan mengadakan transisi dalam pelajaran, maka hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu difokuskan dalam observasi.
d. Mencatat komentar
Walaupun proses mencatat harus seobyektif mungkin, supervisor sering ingin mencatat komentar-komentarnya agar supaya tidak terlupakan. Cara yang terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan memisahkan komentar dari catatan tentang proses pengajaran. Catatan ini ditempatkan pada tepi format observasi atau dengan menggunakan tanda kurung.
e. Pola mengajar
Sangat bermanfaat untuk mencatat pola tingkah laku mengajar tertentu dari guru, misalnya dalam memberikan penguatan atau dalam mereaksi terhadap pertanyaan siswa untuk dibicarakan dalam pertemuan balikan.
f. Membuat guru tidak merasa gelisah.
Untuk meredakan atau menghilangkan perasaan gelisah guru pada saat observasi, maka dalam pertemuan pendahuluan supervisor harus mengatakan secara jelas bahwa yang akan dicatat hanya hal-hal yang disepakati tentang apa yang akan diobservasi atau dicatat.
(3) Kriteria dan Teknik Balikan
bagaimana guru mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai maksud tersebut, maka balikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Lebih bersikap deskriptif daripada evaluatif
Balikan hendaknya lebih deskriptif daripada evaluatif karenanya memberikan gambaran yang terperinci tentang penampilan guru selama mengajar, bukan menilai penampilan guru. Gambaran yang terperinci akan membantu guru menyadari kemampuannya tanpa merasa dihakimi, sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan kemampuannya. Lagi pula dengan menghindari bahasa yang lebih bersifat evaluatif akan terkurangi reaksi atau sikap defentif guru.
b. Bersifat spesifik
Kurang tepat apabila kepada seorang guru dikatakan bahwa cara ia memberi penguatan kurang tepat, sebab dengan cara demikian guru belum/tidak mengetahui dalam segi apa ia memberi penguatan secara tidak tepat misalnya apakah penguatan verbal, gerakan badan atau lainnya.
c. Memenuhi kebutuhan baik supervisor maupun guru
Balikan tidak akan bermanfaat apabila ia hanya memenuhi kebutuhan supervisor sebagai pemberi balikan dan mengabaikan kebutuhan guru sebagai penerima balikan tersebut.
d. Ditujukan untuk tingkah laku guru yang dapat dikendalikannya.
e. Isi balikan merupakan permintaan guru dan bukan yang diada-adakan oleh supervisor.
f. Tepat waktunya.
Balikan akan lebih bermanfaat apabila segera diberikan sesudah pelaksanaan mengajar.
g. Harus terkomunikasikan secara jelas kepada guru. Untuk melakukan hal ini maka guru diminta untuk mengatakan kembali apa yang menjadi target serta perhatian utamanya guna dibandingkan dengan yang dimaksud oleh supervisor.
h. Apabila balikan itu diberikan oleh kelompok, maka guru dan supervisor harus mempunyai kesempatan untuk mencocokkannya dengan yang diberikan oleh kelompok untuk menguji ketepatan balikan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui apakah balikan tersebut merupakan kesan satu orang atau merupakan kesan orang lain juga.
i. Harus dapat menolong guru memperhatikan kelebihan-kelebihannya untuk mengembangkan gaya mengajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diberi penguatan untuk cara mengajar yang efektif tersebut.
j. Hendaknya dimulai dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau segi-segi yang kuat, baru kemudian mendiskusikan segi-segi yang menimbulkan masalah baginya.
k. Data balikan dalam bentuk instrumen observasi harus disimpan dengan baik oleh supervisor dan merupakan catatan mengenai perkembangan ketrampilan mengajar guru, seperti kartu status pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu dapat digunakan bila diperlukan.
merupakan suatu sarana dalam menetapkan identitas seseorang karena secara tidak langsung pertanyaan :
“Siapakah sebenarnya saya ini ?”
2.1.1.5
Peranan
dan
Kualifikasi
Seorang
Supervisor
a.
Peranan Supervisor
Menurut Bolla (1984) peranan seorang supervisor
adalah menciptakan kerja sama yang memungkinkan
pertumbuhan keahlian dan kepribadian orang yang
diajak bekerja sama. Agar dapat memainkan peranan
seperti tersebut di atas, seorang supervisor diharapkan
mampu melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Mendiagnosis dan menilai
Dalam hal ini supervisor membantu guru untuk mendiagnosis dan menilai kebutuhan-kebutuhannya dalam bentuk kekurangan-kekurangan yang dirasakan.
b. Merencanakan
Membantu guru dalam merencanakan tujuan dan sasaran berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya, memilih strategi, serta menyediakan sumber-sumber baik berupa material maupun sumber manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c. Memberi motivasi
Membantu guru dalam menciptakan dan menjaga suasana kerja sama bagi kepentingan kedua belah pihak.
b.
Kualifikasi Supervisor
Menurut Bolla (1984) seorang supervisor yang
baik harus memiliki beberapa syarat berikut :
a. Mempunyai keyakinan bahwa guru memiliki kemampuan atau potensi untuk memecahkan masalahnya sendiri dan mengembangkan dirinya.
b. Berkeyakinan bahwa guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak mencapai tujuan yang diinginkannya.
c. Memiliki kemampuan untuk menanyakan kepada orang lain dan dirinya sendiri tentang asumsi dasar serta keyakinan akan dirinya.
d. Mempunyai komitmen dan kemauan untuk membuat rekan gurunya merasa penting, dihargai, dan maju.
e. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membina hubungan yang akrab serta hangat dengan semua orang tanpa pandang bulu.
f. Memiliki kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfaatkan pengalaman-pengalaman guru sebagai sumber untuk membuatnya berusaha mencapai tujuan.
g. Memiliki antusiasme dan keyakinan akan supervisi klinis sebagai proses kegiatan yang terus-menerus untuk melayani pertumbuhan, dan perkembangan pribadi serta profesi guru.
h. Memiliki ketrampilan di dalam berkomunikasi, mengobservasi, dan menganalisis tingkah laku guru ketika mengajar.