• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MANAJEMEN WAKTU PADA PROYEK PEMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM MANAJEMEN WAKTU PADA PROYEK PEMBA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM MANAJEMEN WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERGUDANGAN

DENGAN METODE PERT DAN CPM

Sulindawaty, S.Kom., M.Kom#1, Murni Marbun, S.Si., S.Kom, M.Kom#2 #

Teknik Informatika, STMIK Pelita Nusantara Medan Jl. St. Iskandar Muda No.1 Medan Sumatra Utara, Indonesia

1 [email protected] 2[email protected]

Abstract — Suatu proyek dalam pelaksanaannya harus memenuhi 3 kriteria, yaitu biaya proyek, mutu pekerjaan dan waktu penyelesaian pekerjaan. Apabila biaya proyek kurang maka akan terjadi banyak hambatan, misalnya mutu pekerjaan kurang dari standar yang ditentukan, waktu pekerjaan terhambat Banyak sekali faktor yang harus ditinjau dalam menentukan besarnya biaya yang harus disediakan, misalnya jenis kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek, besarnya biaya atau harga satuan dari suatu kegiatan, besarnya volume suatu kegiatan, harga bahan yang dibutuhkan, harga upah pekerja, dan sejenisnya. Metode Pert dan CPM digunakan untuk membuat jadwal kegiatan dan mengatur waktu penyelesaian suatu proyek agar lebih efisien dan efektif. Hasil dari analisa ini ialah untuk mengetahui kebutuhan sumber daya manusia (mandor dan pekerja) yang dibutuhkan, dan mengetahui durasi atau lamanya waktu untuk pekerjaan yang ada sehingga dapat terlaksana dengan baik dan tepat waktu.

Kata kunci : Manajemen Proyek, Bar Chart, Pert, CPM

I. INTRODUCTION

Proyek adalah suatu urutan dan peristiwa yang dirancang dengan baik pada suatu permulaan dan suatu akhir, yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Suatu proyek memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang teliti dan baik, serta pemanfaatan suatu proyek agar dapat sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Demi kelancaran jalannya sebuah proyek dibutuhkan manajemen yang akan mengelola proyek dari awal hingga proyek berakhir, yakni manajemen proyek. Bidang manajemen proyek tumbuh dan berkembang karena adanya kebutuhan mengendalikan berbagai kegiatan yang kian kompleks. Manajemen proyek mempunyai sifat istimewa, dimana waktu kerja manajemen dibatasi oleh jadwal yang telah ditentukan. Perubahan kondisi yang begitu cepat menuntut setiap pimpinan yang terlibat dalam proyek untuk dapat mengantisipasi keadaan, serta menyusun bentuk tindakan yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan bila ada konsep perencanaan yang matang dan didasarkan pada data, informasi, kemampuan, dan pengalaman. Keberhasilan ataupun kegagalan dari pelaksanaan sering kali disebabkan kurang terencananya kegiatan proyek serta pengendalian yang kurang efektif, sehingga kegiatan proyek tidak efisien, hal ini akan mengakibatkan keterlambatan, menurunnya kualitas pekerjaan, dan membengkaknya biaya pelaksanaan.

Keterlambatan penyelesaian proyek sendiri dikehendaki, karena hal ini dapat merugikan kedua belah pihak baik dari segi waktu maupun biaya. Dalam kaitannya dengan waktu dan biaya produksi, perusahaan harus bisa seefisien mungkin dalam penggunaan waktu di setiap kegiatan atau aktivitas, sehingga biaya dapat diminimalkan dari rencana semula. Pada pembangunan sebuah gedung misalnya, diperlukan adanya penanganan manajemen penjadwalan kerja yang baik, karena itu perlu ditangani dengan perhitungan yang cermat dan teliti. Suatu proyek dikatakan baik jika penyelesaian proyek tersebut efisien, ditinjau dari segi waktu dan biaya serta mencapai efisiensi kerja, baik manusia maupun alat.

II. MANAJEMENPROYEK

Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan,keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja. (Ir.Abrar Husen, MT, 2010: 5). Adapun pengertian manajemen menurut (Ir.Abrar Husen, MT, 2010: 2) adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapaian tujuan dan sasaaran yang efektif dan efisien.

Pengertian manajemen proyek muncul dikarenakan penggunaan manajemen itu sendiri yang telah berhasil mengelolah kegiatan operasional rutin dengan lingkungan yang stabil, dirasakan kurang mampu dan tidak cukup efisien untuk mengelolah kegiatan kontruksi yang sejatinya dengan dinamika dan perubahan cepat, sehingga hasilnyapun tidak bisa optimal. Sehubungan dengan itu, dari wawasan managemen berdasarkan fungsi dan digabungkan dengan pendekatan sistem, maka yang dimaksud dengan management proyek yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek yang telah ditentukan, serta mengunakan pendekatan sistem dan hirahki (arus kegiatan) vertical dan horizontal.

1. Bar Chart

Bar Chart atau di Indonesia lebih dikenal dengan diagram Batang, mula-mula dipakai dan diperkenalkan oleh Hendri Lawrence Gantt (1917). Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu selesai dan pada saat pelaporan.

(2)

tersusun urutan kegiatan. Pada baris menunjukkan periode waktu dapat berupa jam, hari, minggu ataupun bulan. Penggambaran bar (batang) pada tiap baris kegiatan akan menunjukkan waktu mulai dan waktu selesainya kegiatan.

Metode Bar chart ini relative sederhana, mudah dimengerti oleh seluruh level manajemen, mudah membuatnya serta mudah digunakan untuk memantau perkembangan proyek, namun metode ini memiliki beberapa kekurangan antara lain tidak secara langsung dapat menunjukan hubungan antara kegiatan, sehingga apabila suatu kegiatan mengalami penundaan maka akan sulit untuk mengetahui kegiatan berikutnya apa yang akan terpengaruh, dan dampak yang di timbulkan terhadap waktu selesainya proyek. Kelemahan lainya adalah tidak dapat menunjukkan kegiatan apa saja yang merupakan kegiatan kritis.

2. Pert (Program Evaluation and review Technique) PERT singkatan dari Program Evaluation and review Technique atau teknik menilai dan meninjau kembali program. Metode ini bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan dan konflik suatu jadwal. PERT pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian kegiatan yang digambarkan dalam bentuk diagram network, dengan demikian diketahui bagian-bagian kegiatan mana yang harus didahulukan dan kegiatan mana yang menunggu selesai.

Diperlukan dua informasi untuk masing-masing pekerjaan, Urutan dari kegiatan dan Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan. Urutan pekerjaan menunjukkan pekerjaan yang harus diprioritaskan

3. Critical Path Method

Jaringan Kerja merupakan penyempurnaan dari metode Bar Chart yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berapa lama kurun waktu penyelesaina proyek tercepat, kegiatan mana yang bersifat kritis dan non kritis, dan lain-lain. CPM diperkenalkan pertama kali oleh ahli matematika dari perusahaan Du-Pon Company America pada tahun 1985 berkerja sama dengan Rand Corporation dibantu oleh team engineer.

Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal (normal estomate) dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat (crash estimate).

Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis. Identifikasi Jalur Kritis :

a. ES (earliest start time), waktu paling awal suatu kegiatan dimulai

b. EF (earliest finish time), waktu selesai paling awal suatu kegiatan

c. LS (Latest Allowable Start Time), waktu paling akhir suatu kegiatan boleh dimulai.

d. LF (Latest Allowable Finish Time), waktu paling akhir suatu kegiatan boleh selesai.

e. D (Duration), Kurun waktu suatu kegiatan (hari, minggu, bulan).

f. s (float), batas toleransi keterlambatan kegiatan. EF = ES + waktu Kegiatan

LS = LF – waktu kegiatan

III. ANALISIS PERMASALAHAN

Metoda manajemen banyak bermanfaat terutama dalam hal perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan pembangunan proyek, bermanfaat dalam pengambilan keputusan ( "decision making " ) serta kegiatan-kegiatan operasional lainnya. Penerapan metode manajemen disegala bidang kegiatan pada kenyataannya prosedurnya tidaklah begitu kompleks, hal mana dapat dianalisa secara sistematis dan sederhana dengan menggunakan analisa jaringan kerja. Analisa jaringan kerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk semua aspek jaringan kerja dalam perencanaan dan pengawasan proyek.

Defenisi Analisa jaringan kerja ialah suatu sistem kontrol proyek dengan cara menguraikan pekerjaan menjadi komponen-komponen yang dinamakan kegiatan(activity). Selanjutnya kegiatan ini disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan proyek dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan ekonomis, dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan jumlah tenaga kerja yang minimum. Tujuan teknik analisa jaringan kerja secara umum dapat diterangkan sebagai berikut, Untuk mengkoordinir semua unsur (element) proyek kedalam suatu rencana utama (master plan) dengan menciptakan suatu model kerja untuk melengkapai proyek sehingga diperoleh data sebagai berikut : - Waktu terbaik untuk pelaksanaan kegiatan.

- Pengurangan/penekanan ongkos/biaya - Pengurangan resiko.

1. Menghubungkan Kegiatan

Ada 4 jenis hubungan ketergantungan antar kegiatan, Yaitu : a. FS (Finis to Start)

Suatu kegiatan baru dapat dikerjakan, jika kegiatan sebelumnya telah selesai. Misalnya kegiatan pondasi baru dapat di mulai setelah kegiatan galian tanah selesai. b. FF (Finish to Finish)

Suatu kegiatan harus selesai bersamaan dengan selesainya kegiatan lain. Misalnya: Kegiatan Plafon bersamaan dengan kegiatan instalasi listrik.

c. SS (Start to Start)

Suatu kegiatan harus dimulai bersamaan dengan kegiatan lainya. Misalnya kegiatan pemasangan kusen jendela dan pintu dengan kegiatan pemasangan dinding.

d. SF (Start to Finish)

Suatu kegiatan baru dapat diakhiri jika kegiatan lain dimulai. Misalnya kegiatan pemasangan dingding diakhiri, bila kegiatan plaster dinding akan di mulai. 2. Teknik dalam Penjadwalan Proyek

Jaringan kerja yang masing-masing komponen kegiatannya telah diberikan kurung waktu kemudian secara keseluruhan dianalisa dan dihitung kurun waktu penyelesaian proyek, sehingga dapat diketahui jadwal induk dan jadwal untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

(3)

durasi waktu aktivitas, kalender (jadwal harian), dan asumsi-asumsi yang di perlukan. Schedule dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu Master Schedule dan Detailed Schedule. Master Schedule berisikan kegiatan-kengiatan yang utama dari suatu proyek yang dibuat untuk level executive management, sedangkan Detailed Schedule merupakan bagian dari Master Schedule yang berisikan detail dari kegiatan-kegiatan utama yang dibuat untuk membantu para pelaksana dalam pengerjaan di lapangan.

Macam-macam dari Schedule yaitu Bar Chart, Program Evaluatin and review Technique (PERT), Jaringan Kerja Critical path method (CPM) dan Preseden Diagram Methode (PDM) dirancang oleh Arsitektur Properti group dalam pembangunan pergudangan di Amplas .

3. Algoritma Jalur Kritis

Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu: Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event (finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga, saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES.Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation).

a. Hitungan Maju

Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E) b. Hitungan Mundur

Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).

Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a

b

c

a

b

c

kegiatan Waktu

Gambar 1. Simbol antarkejadian

Keterangan:

a = ruang untuk nomor event

b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event (E) dan kegiatan (ES) yang merupakan hasil perhitungan maju

c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event (L) dan kegiatan yang merupakan hasil perhitungan mundur

Ilustrasi 1

1 2

3

4

5 6

(2)

(3) (4)

(5) (6)

(3) A

B

C

D

E

F

Gambar 2. Jaringan Kerja (CPM)

a. Perhitungan Maju Aturan Pertama

Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.

E(1) = 0 Aturan Kedua

Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.

EF(i-j) = ES(i-j) + t (i-j)

Maka : EF(1-2) = ES(1-2) + D = 0 + 2 = 2 EF(2-3) = ES(2-3) + D = 2 + 5 = 7 EF(2-4) = ES(2-4) + D = 2 + 3 = 5 EF(3-5) = ES(3-5) + D = 7 + 6 = 13 EF(4-5) = ES(4-5) + D = 5 + 4 = 9 Aturan Ketiga

Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Maju EF

Kegiatan Kurun

Waktu (Hari)

T

PALING AWAL

I J Mulai

(ES)

Selesai (EF)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 2 2 0 2

2 3 5 2 7

2 4 3 2 5

3 5 6 7 13

4 5 4 5 9

5 6 3 13 16

Dari perhitungan pada tabel di atas diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah selama 16 minggu

b. Perhitungan Mundur Aturan Keempat

Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan.

LS(i-j) = LF(i-j) – t

(4)

Aturan Kelima

Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.

a

Tabel 2. Hasil Perhitungan Mundur LF

Kegiatan Kurun

Waktu (t)

Paling Awal Paling Akhir

I J Mulai

a. Perhitungan Slack atau Float Aturan Keenam

Slack Time atau Total Slack (TS) = LS - ES atau LF - EF Tabel 3. Hasil Perhitungan Slack

Kegiatan Kurun

Waktu

Suatu kegiatan yang memiliki kelonggaran atau Slack dikatakan Kegiatan Kritis, berarti kegiatan kritis mempunyai Total Slack = Free Slack = 0. Pada kasus di atas diperoleh Kegiatan Kritis adalah A – B – D – E.

4. Mempercepat Waktu Penyelesaian

Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang seminimal mungkin. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash time) yaitu suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi.

Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh

kegiatan mencapai nilai crash time-nya. Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah:

Biaya Dipercepat – Biaya Normal Slope Biaya =

Waktu Normal – Waktu Dipercepat Perhitungan Waktu dan biaya proyek pembagunan pergudangan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 4. perhitungan waktu dan biaya

Kegiat

a. Tentukan waktu senggang bebasnya dan lintasan kritis normal!

b. Dengan mempersingkat waktu proyek selama tiga minggu, tentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang pelu dipersingkat dan tentukan total biaya proyeknya!

c. Tentukan waktu penyelesaian proyek serta biayanya!

Bentuk jaringan kerja dari proyek di atas adalah:

2

Gambar 3. Jaringan kerja proyek

a. Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 22 minggu dengan biaya yang dikeluarkan adalah (10.000.000 + 6.000.000 + 4.000.000 +14.000.000 + 9.000.000 + 7.000.000 + 13.000.000 + 11.000.000 + 20.000.000 = Rp 94.000.000,-

b. Berikut ini cara memperhitungkan free slack dan menemukan lintasan kritisnya.

c.

(5)

- Menghitung nilai slope masing-masing kegiatan dengan satuan ribu

Kegiatan A B C D E F G H I

Slope 50 300 200 200 0 100 600 233 900

- Mengurangi waktu penyelesaian proyek dengan menekan sebanyak mungkin kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai slope terkecil. Dari tabel di atas kegiatan kritis dengan slope terkecil adalah kegiatan A. Dengan demikian kegiatan A dapat ditekan sebanyak 2 minggu (4  2). Berikut ini perubahan waktu penyelesaian

Gambar 4. Diagram penyelesaian proyek

- Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 20 minggu dengan biaya adalah Rp 94.000.000 + (22 – 20) 500.000 = Rp 95.000.000

- Dikarenakan waktu penyelesaian belum sesuai yang diharapkan (3 minggu) maka perlu menekan aktivitas kritis lain yang memiliki slope terkecil setelah A yaitu kegiatan D sebanyak 1 minggu (5  4). Waktu penyelesaian proyek yang diperoleh:

- Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 19 minggu dengan biaya adalah Rp 95.000.000 + (20 – 19) 2.000.000

Gambar 5. Aktivitas waktu kritis 5. Waktu Tenggang Dengan Lintasan Kritis

proyek kontruksi pembagunan pergudangan di amplas, perusahaan developer atmu kontraktor beserta arsitek merencanakan untuk membagun satu unit pergudangan dengan ukuran 18x30 Meter . Rincian kegiatan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut sebagai mana tabel berikut :

Tabel 5. Rancangan kegiatan proyek

Kegiatan Kegiatan

Pendahuluan

Pembersihan Lahan 12

B 1 Pekerjaan Pondasi 12

Kegiatan Kegiatan

Pendahuluan

Kegiatan proyek diatas dapat dilukiskan dalam bentuk jaringan kerja sebagai berikut.

3

Gambar 6. Rancangan kegiatan proyek

Dengan menggunakan teori yang diuraikan sebelumnya, maka diketahui :

1. Perhitungan maju (Forward / Pull Schedule)

0 2 B 3

Gambar 7. Perhitungan Maju

Kegiatan A: ESA = 0 EFA = ESA+tA = 0 + 12 = 12 Kegiatan B,C baru dapat dilakukan apabila kegiatan A telah selesai, sehingga ES untuk ketiganya = EFA

Kegiatan B: ESB = 12 EFB = 12 + 12 = 24

(6)

2. Perhitungan mundur (Backward /Push Schedule)

Gambar 8. Perhitungan Mundur

Kegiatan M : ESM = 146 EFL = 146 - 8 = 138

a. Dalam bentuk tabular, hasil kedua perhitungan tersebut seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Tabular hasil kedua perhitungan

Kegiatan Durasi ES EF LS LF

b. Menentukan jalur lintasan waktu kritis

Tabel 7. Lintasan Waktu Kritis

Kegiatan Durasi ES EF LS LF FLOAT proyek kontruksi pembagunan gudang adalah A,B,C,E,G,H,K,L dan M, seperti pada diagram di bawah ini:

0 2 B 3

Gambar 9. Diagram Jalur Kritis

Maka jalur kegiatan adalah :

1. A-B-C-E-G-H-K-L-M =

12+12+21+15+30+14+14+20+8 = 146 hari

2. A-B-D-H-K-L-M = 12+12+35+20+14+14+20+8 = 136 hari

3. A-B-C-E-I-J-M = 12+12+21+15+21+10+8 = 99 hari

Suatu kegiatan yang memiliki kelonggaran atau Slack dikatakan Kegiatan Kritis, berarti kegiatan kritis mempunyai Total Slack = Free Slack = 0. Pada kasus di atas diperoleh Kegiatan Kritis adalah A – B– C –E-G-K-L-M dengan waktu selama 146 hari.

6. State Diagram

Data Kegiatan

Gambar 10. State Diagram

(7)

kerja bisnis (business work flow). Dapat juga digunakan untuk menggambarkan aliran kejadian (flow of event) dalam use case.

7. Sequence Diagram

Sequence diagram adalah suatu penyajian perilaku yang tersusun sebagai rangkaian langkah-langkah percontohan dari waktu ke waktu. Sequence diagram digunakan untuk menggambarkan arus pekerjaan, pesan yang sampaikan dan bagaimana elemen-elemen di dalamnya bekerja sama dari waktu ke waktu untuk mencapai suatu hasil.

Gambar 11. Sequence Diagram

User mengamati pembuatan suatu pondasi yang dilakukan oleh tukang batu dalam kurun waktu 8 hari. Setelah mengerjakan pondasi, Tukang batu mulai memasang tiang selama 10 hari. Kemudian setelah memasang tiang tukang batu memasang dinding selama 21 hari, untuk pemasangan atap gudang tukang atap memerlukan kurun waktu selama 10 hari. Dalam waktu 6 hari tukang batu melakukan plasteran pada dinding. Setelah selesai mengerjakan plaster dinding, tukang atap mengerjakan plafon selama 8 hari. Setelah mengerjakan plafon tukang listrik mulai memasang listrik dengan waktu 6 hari. Tukang cat mulai mengecat dinding gudang dengan waktu 3 hari. Untuk pemasangan jendela dan pintu, tukang kayu memerlukan waktu selama 8 hari. Kemudian setelah memasang jendela dan pintu maka tukang keramik melakukan pekerjaan memasang keramik selama 6 hari. Setelah selesai mengerjakan semua aktivitas user melakukan finishing yaitu menyelesaikan secara sempurna.

IV. HASILDANPEMBAHASAN

1. Gantt Chart

Gantt Chart merupakan bagan batang horizontal sederhana yang menggambarkan tugas-tugas proyek berdasarkan kalender.

Gambar 12. Gantt Chart

2. Network Diagram (Jaringan Kerja)

Network Diagram merupakan tampilan grafis dari kumpulan tugas/task yang terdapat dalam sebuah proyek yang dilambangkan dalam bentuk kotak yang dihubungkan dengan sebuah garis yang melambangkan hubungan antar dua tugas (dependensi).Tampilan dari sebuah network Diagram tampak terdapat tugas dengan warnah biru dan warna merah. a. Warna Merah : menunjukkan bahwa tugas/task tersebut

adalah tugas yang berada di jalur kritis (critical path) b. Warna Biru : merupakan tugas yang tidak berada di jalur

kritis.

Gambar 13. Network Diagram

3. Jalur Kritis

(8)

Gambar 14. Jalur Kritis

Pada laporan Critical task menampilkan laporan semua tugas/pekerjaan yang merupakan pekerjaan dijalur kritis (Critical Path) beserta urutannya. Dengan report ini penulis dapat melihat bagai mana pekerjaan dalam jalur kritis berpengaruh terhadap kesuksesan proyek secara keseluruhan, serta dampak ketika sebuah pekerjaan dalam jalur kritis mengalami keterlambatan.

4. Keluaran (Output) Laporan Proyek

Pembuatan laporan pada pelaksanaan proyek kontruksi digunakan untuk mengamati perkembangan proyek serta mengetahui ketepatan perencanaan dan pelaksanaan proyek berupa laporan kemajuan proyek, keuangan dan sebagainya.

Gambar 15. Laporan Proyek

V. KESIMPULAN

Setelah melakukan analisa dan pembahasan pada proyek kontruksi pembagunan pergudangan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Manajemen waktu yang dilakukan oleh perusahaan kontraktor bursa properti dalam pembangunan pergudangan di amplas sudah dilaksanakan dengan baik, hanya belum mampu dilaksanakan secara optimal

dikarenakan adanya hambatan yang ditemui didalam pelaksanan sistem manajemen waktu yakni data yang di dapat dari lapangan terkadang tidak sesuai dengan hasil kerja yang sudah ada.

2. Dalam membuat anggaran rancangan biaya pembangunan pergudangan terlebih dahulu menentukan berapa orang sumber daya yang digunakan dan waktu serta material yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan suatu proyek, dan yang lebih utama membuat gambar sipil untuk melakukan perhitungan anggaran dengan tepat.

3. Masalah yang timbul dalam update schedule adalah harus merubah master schedule dan tanggal penyelesaian proyek apabila adanya perubahan milestone serta mengalami kesulitan pengadaan bahan/material terhadap lokasi proyek yang jauh akibat perubahan durasi aktivitas.

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Rakos, John J., Software Project Management For Small To Medium Size Projects, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632, 1990.

2. Rosa A.S, & M.Shalahuddin 2011, Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek, Modula, Bandung

3. Whitten, Jefrey 2006, Metode Desain dan Analisis Sistem : Edisi 6, Andi Offset, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2. Jaringan Kerja (CPM)
Tabel 3. Hasil Perhitungan Slack
Gambar 4.  Diagram penyelesaian proyek
Tabel 6. Tabular hasil kedua perhitungan
+3

Referensi

Dokumen terkait

206 Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh pemberian inulin dari umbi bunga dahlia dalam bentuk tepung maupun ekstrak, yang dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan ayam

Eternit Gresik terbatas pada penggantian sesuai harga pembelian resmi dari setiap produk cacat sesuai klaim yang diajukan, dalam hal ini tidak termasuk penggantian

dan permasalahan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya karyawan memiliki perilaku dan sikap kerja yang diharapkan ada dalam organisasi untuk

Ryðkiausias pavyzdys bûtø romano Misterijos (1892) protagonistas máslin- gasis Juhanas Nagelis, neþinia ið kur atvykæs ir neþinia kodël iðlipæs ið laivo svetimame mieste-

Tulisan ini merupakan upaya untuk melihat bagaimana demensi horisontal yang terjadi dalam ritual kematian pada masyarakat Sumba yang me- miliki sistem religi lokal yang

Sedangkan matriks polinomial dalam Aljabar Max-plus akan mempunyai eigenvector kiri dan kanan yang tunggal serta kelipatannya jika graf yang dibentuk dari critical

Jika pada awal pemahaman kita mengenai karya seni multimedia interaktif secara umumnya adalah bersifat interaktif iaitu merujuk saling berinteraksi meskipun di