• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Metode Penulisan Karya Hukum MPKH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Metode Penulisan Karya Hukum MPKH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Metode Penulisan Karya Hukum (MPKH)

Proposal

Perbandingan Hukum Pidana Indonesia dengan Hukum Pidana Islam di

Nangroe Aceh Darussalam

Pelaksana Penelitian : Muhammad Zulfikar

11.20.0017 SKS

Dosen Pembimbing :

DR. Marcella Elwina Simandjuntak SH.MH Bidang Kajian :

Hukum Pidana

Fakultas Hukum

(2)

A. Latar Belakang

Hukum pidana yang ada di Indonesia saat ini merupakan warisan dari kolonial Belanda dan hingga saat ini masih bertahan. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).

Pembaharuan KUHP secara parsial/tambal sulam yang pernah dilakukan Indonesia adalah dengan mencabut, menambahkan, atau menyempurnakan pasal-pasal dalam KUHP maupun aturan-aturan hukum pidana di luar KUHP dengan beberapa peraturan perundang-undangan agar sesuai dengan kondisi bangsa dan perkembangan jaman. Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.

Hukum pidana yang berlaku di Indonesia saat ini sedikit lebih mempengaruhi dinamika grafik perkembangan angka kejahatan yang ada. Sumber - sumber hukum pidana Indonesia ada yang tertulis dan terkodifikasi dan ada pula yang tertulis namun tidak terkodifikasi. Untuk yang terkodifikasi bisa kita mulai dari KUHP yang telah ada sebelum kemerdekaan ini dikumandangkan,lalu UUD 1945 yang sekarang menjadi dasar segala perundang - perundangan di Indonesia,kemudian ada UU No.8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dan pada yang tertulis namun tidak terkodifikasi dikarenakan sifatnya yang khusus (Lex specialis) seperti UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika ,kemudian UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, lalu UU No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Di dalam hukum pidana Indonesia ada banyak macam model hukuman yang dijatuhkan antara lain : 1) Hukuman mati, hukuman mati masih diterapkan di negeri ini walaupun dibanyak negara hukuman seperti ini telah dihapuskan. Hukuman ini sendiri dilakukan untuk tindak pidana tertentu walaupun menuai pro kontra. 2) Hukuman pejara, hukuman ini dibedakan menjadi 2 yaitu seumur hidup dan sementara. 3) Hukuman kurungan,hukuman ini tidak seberat hukuman penjara dan ini diterapkan pada tindak kejahatan yang lebih ringan. 4) Hukuman denda, terpidana boleh memilih membayar denda atau kurungan. 5) Hukuman tutupan, pidana ini diterapkan berdasarkan pada alasan-alasan politik terhadap orang-orang yang telah berbuat kejahatan.

(3)

efek jera. Di pidana Islam, faktor yang mengakibatkan adanya pertanggung-jawaban pidana adalah perbuatan maksiat,yakni perbuatan melawan hukum,yaitu mengerjakan perbuatan (larangan) yang dianggap oleh Syari'at atau sikap tidak berbuat yang diharuskan oleh syari'at. 1

Membicarakan sumber hukum pidana Islam bertujuan untuk memahami sumber nilai ajaran agama Islam yang dijadikan petunjuk kehidupan manusia yang harus ditaatinya. Tujuan dimaksud , akan diungkapkan: (1) sitematika dan hubungan sumber – sumber ajaran agama dan kedudukan Alquran sebagai pedoman dan kerangka kegiatan umat Islam, (2) mempelajari arti dan fungsi As – Sunnah sebagai penjelasan autentik Alquran dan perannya sebagai petunjuk bagi kehidupan muslim, dan (3) membahas kedudukan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk melaksanakan ijtihad. Selain itu, diungkapkan peran ijtihad sebagai sumber pengembangan nilai ajaran Islam dan unsur – unsur hukum pidana Islam.

Dasar dari hukum pidana Islam ini adalah ajaran agama Islam itu sendiri yang bersumber dari Alquran dan Hadis-hadis yang sahih. Didalam Alquran dijelaskan dasar-dasar yang mengatur segala yang harus diperbuat dan mana yang tidak boleh di perbuat. Seperti misalnya, adalah kisas (pembunuhan) terhadap pembunuh dalam pembunuhan sengaja. Adanya kemaslahatan umum dalam kisas, yaitu memelihara darah, menjaga keamanan, dan memperkecil tindak pidana dan kejahatan, maka kisas merupakan hak Allah SWT. Sebagai hak manusia, kisas mewujudkan kemaslahatan wali orang yang terbunuh, menyembuhkan sakit hatinya, serta memadamkan emosi kemarahan dan dendamnya terhadap pembunuh.

Syariat Islam memandang aspek ini lebih berat, sehingga hak manusia dianggap lebih dominan dan hak Allah SWT. Oleh karena itu, wali korban sebagai pemilik hak, disamping berhak menuntut kisas, diperkenankan untuk memaafkan pembunuh sehingga hukuman kisas tidak dilaksanakan. Selajutnya mereka dapat berdamai dengan pembayaran diat (tebusan/denda), bahkan hal ini dianjurkan oleh Allah SWT dalam Q.S. al-Baqaarah (2) ayat 178: “Maka barang siapa yang mendapatkan pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula”.

Tujuan hukum pidan Islam pada umumnya adalah menegakkan keadilan berdasarkan kemauan pencipta manusia sehingga terwujud ketertiban dan ketentraman masyarakat.Namun bila tujuan hukum Islam dilihat dari ketetapan hukum yang dibuat oleh Allah dan Nabi Muhammad, baik yang termuat di dalam Qur’an maupun

(4)

Hadits, yaitu untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan akhirat kelak, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah serta menolak segala yang tidak berguna kepada kehidupan manusia. Dengan kata lain tujuan hukum pidana Islam adalah kemaslahatan hidup manusia baik jasmani maupun rohani individu dan masyarakat. Dalam hukum pidana Islam juga mengenal dengan apa yang disebut azas Legalitas. Azas Legalitas adalah tidak ada larangan atau hukuman sebelum adanya undang-undang yang mengaturnya. Sejak empat belas abad yang lalu Islam sudah menerpkan asas legalitas yaitu sejak zaman nabi Muhammad saw , hal ini disebut dalam:

Q.s. asy-syura 208 yang berbunyi : “ dan kami tidak membinasakan suatu negripun melainkan sudah ada bagiannya yang memberi peringatan” dan Q.s. al-qashas 59 yang berbunyi “ dan tidak adalah tuhanmu membinasakan, kota-kota sebelum dia mengutus diibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kami kepada mereka, dan tidak pernah pula kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kedzaliman”. .

Dua ayat tersebut menjadi azas legalitas yang mana suatu Negara atau kota yang tidak ada yang memperingati atau membacakan ayat-ayat dan tidak ada yang melakukan kedzaliman maka Negara atau kota itu tidak boleh menerapkan hukuman pidana, baik itu hudud,qishas, diyat atau ta’zir.2

Pada dasarnya Syariat Islam bukan syariat regional (kedaerahan = setempat), melainkan syariat universal yang diturunkan untuk dunia seluruhnya ,dan bukan untuk sebagian manusia saja, melainkan untuk seluruh manusia. Jadi Syriat Islam adalah syariat Internasional , bukan untuk suatu golongan atau bangsa saja, bukan pula untuk satu benua tertentu. Syariat itu ditujukan kepada orang-orang muslim maupun nonmuslim, kepada penduduk negeri – negeri Islam atau pun bukan.

3Dalam persoalan hukuman, keadilan Islam juga harus dimengerti sebagai

integral keseluruhan ajaran Islam. Hukum Islam dipandang terlampau kejam terhadap terpidana.

Jika di perbandingkan antara hukum pidana yang ada di Indonesia dengan hukum pidana Islam yang diterapkan di mayoritas negara Timur Tengah, maka kita akan mengetahui bahwa akan ada suatu perbedaan yang mencolok dari kedua sistem ini. Perbedaan pada kedua sistem ini akan menghantarkan pada kesimpulan tertentu pada akhirnya nanti. sesuatu yang menarik menulis atau membandingkan kedua sistem ini. Bukan tanpa maksud, kita perlu mengetahui sistem sanksi seperti apa yang sebenarnya

(5)

yang lebih efektif untuk menghapus angka kejahatan atau minimal meredam atau menekan laju angka kriminalitas yang ada.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Maisir (Perjudian) dalam Hukum Pidana Islam di Propinsi Nanggoe Aceh Darussalam?

2. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Perjudian dalam Hukum Positif di Indonesia? 3. Bagaimana perbedaan Pengaturan Tindak Pidana Maisir (Perjudian) dalam Hukum

Pidana Islam di Propinsi Nanggoe Aceh Darussalam dan dalam Hukum Positif pada umumnya di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah agar penulis dan pembaca dari karya tulis ini dapat mengetahui kedua model sistem pidana yang sedang diteliti saat ini. Dari penelitian ini diharapkan penulis dan pembaca dapat mengetahui efektifitas kedua sistem tersebut ketika sudah diterapkan dilapangan.

D. Metode Penelitian.

Metode yang digunakan adalah metode kulitatif,dengan mengunakan: Studi Dokumen/Teks

(Document Study)

(6)

A. Tinjauan Pustaka

Kalau kita bicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksudkan adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan : keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama,yang dapat dipaksakan pelaksanaannya.

Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi.

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:

(1) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangfan tersebut.

(2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagimana yang telah diancamkan.

(3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Perbuatan-perbuatan pidana ini menurut wujud atau sifatnya adalah bertentangan dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh hukum, mereka adalah perbuatan yang melawan (melanggar) hukum.

B. Konstruksi Teori

1) Teori Condition Sine Qua Non

4Teori ini dalam hukum pidana diajukan oleh von Buri dan dinamakan teori Condition sine

qua non (syarat-syarat tanpa mana tidak). Menurut beliau, musabab adalah setiap syarat yang tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat.

2) Teori Relevansi

5Menurut teori ini, tidak dimulai dengan mengadakan perbedaan antara musabab dan syarat

,seperti teori yang menggeneralisasikan dan yang mengindividualisasi, tetapi dimulai dengan mengintepretasi rumusan delik yang bersangkutan.

3) Teori Etis

(7)

6Menurut teori etis hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum ditentukan oleh

keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan tidak. Dengan kata lain hukum menurut teori ini bertujuan merealisir atau mewujudkan keadilan.

4) Teori Utilitis (Eudaemonistis)

7Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam

jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number). Pada hakekatnya menurut teori ini tujuan hukum adalah manfaat dalam menghasilkakan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak. Penganut teori ini antara lain adalah Jeremy Bentham.

5) Teori Campuran

8Menurut Mochtar Kusumaatmadja tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban.

Menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto tujuan hukum adalah kedamaian hidup antara pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan pribadi.

Sedangkan Soebekti berpendapat bahwa hukum itu mengabdi kepada tujhuan negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya.

Penutup

A. Tata Kala Penulisan

Keterangan I II III IV V VI VII

B. Sistematika Penulisan

1. Bagian awal terdiri dari halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. 2. Bagian isi terdiri dari lima bab yaitu:

6 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Yogyakarta (Liberty), Hal. 77.

7 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Yogyakarta (Liberty), Hal. 80.

(8)

- BAB I : Pendahuluan, dalam hal ini penulis menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. - BAB II : Landasan teori, yaitu bab yang menguraikan tentang kajian pustaka baik dari buku-buku ilmiah, maupun sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini.

- BAB III : Metodologi penelitian, yaitu bab yang menguraikan tentang objek penelitian, variabel, metode penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

- BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, yaitu bab yang menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh.

- BAB V : Simpulan dan saran, yaitu bab yang berisi simpulan hasil dan saran serta hasil penelitian.

3. Bagian akhir : terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Daftar Pustaka

Moeljatno, 2003, Asas- Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rieneke Cipta.

Mertokusumo, Sudikno, 2003, Edisi Revisi, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty.

Zainudin, Ali, 2007, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika.

Hanafi, Ahmad, Asas – Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta, Bulan Bintang.

Santoso, Topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung, Asy – Syaamsil Press & Grafika.

Daftar Pertanyaan

1. Apakah sistem sanksi hukum pidana Indonesia yang berlaku saat ini sudah berjalan dengan baik?

2. Apakah hukum pidana Indonesia sudah cukup efektif dalam penegakannya?

3. Apakah sistem sanksi hukum pidana Islam yang ada dan berlaku disebagian Nanggroe Aceh Darussalam sudah cukup baik?

Referensi

Dokumen terkait

Garis hijau : meningkatkan mekanisme tubuh Garis Merah : mekanisme imun tubuh. : hasil pemeriksaan

Ditinjau dari data penelitian menggunakan uji Tukey di atas diperoleh Q hitung = 3,9983 lebih besar dari pada Q tabel = 3,63 ( Q hitung = 3,9983 > Q tabel = 3,63 )

Penelitian ini menggunakan teori pegembangan wilayah, pengembangan daerah tertinggal, dan pembangunan perdesaan dengan menggunakan Analisis Faktor Eksplanatory untuk

However, the unavailability of adult (especially male) specimens in the catches made it impossible to identify the planthopper’s taxa below the family level... The objectives of

Dari pengukuran tersebut akan diperoleh absorbansi larutan jingga metil yang kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi sisa serta kapasitas degradasi zat

dengan teori yang telah diuraikan maka, anggapan sementara dari penelitian ini adalah penerapan budaya kerja kaizen sangat berpengaruh kinerja karyawan dan dapat

Topik yang dibahas pada mata kuliah ini terdiri dari Konsep kecerdasan buatan, Mendefinisikan masalah dalam ruang keadaan, Representasi pengetahuan, Metode Pencarian,

Dalam ayat ini terpaparkan bahwa manusia senantiasa menyampaikan amanat sesuai kebenaran kepada yang berhak menerimanya secara adil. Kaitan ayat ini dengan asuransi