• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPE (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPE (3)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF

PENGUSAHAAN KOMODITI JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

(Studi Kasus: Desa Panunggalan, Kecamatan Pulokulon,

Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah)

A. Faroby Falatehan

1

dan Arif Wibowo

2

1 Depart emen Ekonomi Sumber daya Lingkungan,

Fakult as Ekonomi dan Manaj emen IPB

2 Asist en Penelit i Depar t emen Ekonomi Sumber daya Lingkungan,

Fakult as Ekonomi dan Manaj emen IPB

ABSTRACT

Corn is one of st r at egic commodit ies in Indonesia. Corn product ivit y f rom year t o year cont inues t o increase, but it is lower t han t he world product ivit y. This research analyzes t he comparat ive and compet it ive advant ages of corn f arm management in Grobogan dist rict , Cent ral Java pr ovince. Corn is f inancially and economically prof it able, besides t hat , it also has comparat ive and compet it ive advant ages. Government policy on corn commodit y has not been running ef f ect ively. The most sensit ive component of t he prof it earned in corn commodit y in Grobogan is a component of t he out put price.

Keywords : PAM, compar at i ve advant ages, compet i t ive, diamond por t er

I. PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Jagung dapat dimanf aat kan t idak hanya unt uk bahan pangan masyarakat t et api j uga unt uk makanan olahan, indust ri t epung, dan indust ri pakan t ernak. Peranan komodit i j agung sebagai bahan baku ut ama pakan t ernak sampai saat ini belum t ergant i. Permint aan j agung di pasar dunia maupun domest ik mengalami peningkat an set iap t ahunnya. Meningkat nya permint aan j agung di pasar dunia t erut ama unt uk bahan baku bahan bakar et anol sebagai upaya mengurangi ket ergant ungan pada minyak bumi yang harganya t erus meningkat . Sedangkan peningkat an permint aan j agung di pasar domest ik disebabkan proporsi penggunaan j agung oleh indust ri pakan t elah mencapai 50 persen dari t ot al kebut uhan nasional dalam beberapa t ahun t erakhir.

Produksi j agung Indonesia pada t ahun 2006 sebesar 11. 609. 463 t on (BPS, 2007). Ket ersediaan j agung t ersebut belum dapat memenuhi permint aan j agung dal am negeri, yait u sebesar

12. 600. 000 t on. Meskipun t ingkat produkt ivit as j agung di Indonesia dari t ahun ke t ahun t erus meningkat mencapai 34, 70 kuint al per hekt ar pada t ahun 2006, namun pr odukt ivit as t ersebut masih t ergolong rendah j ika dibandingkan dengan produkt ivit as j agung dunia, yait u sebesar 47, 20 kuint al per hekt ar (BPS, 2006). Berkembangnya sekt or pet ernakan yang didukung oleh berkembangnya indust ri pakan dan pangan yang menggunakan bahan baku j agung, menyebabkan permint aan j agung dalam negeri t erus meningkat . Upaya Indonesia unt uk memenuhi permint aan j agung di dal am negeri adal ah dengan melakukan impor j agung dalam bent uk segar maupun olahan dari negara lain, yait u Amerika Serikat , China, Thailand, Argent ina, dan India (Dept an, 2006).

(2)

mencapai US$ 280 per t on.3 Kondisi t ersebut menj adi peluang bagi Kabupat en Grobogan sebagai sent ra produksi j agung t erbesar di Propinsi Jawa Tengah dengan produksi rat a-rat a set iap t ahun sebesar 600 ribu t on at au 60 persen dari t ot al produksi j agung di Jawa Tengah (Dinas Pert anian dan Perkebunan Grobogan, 2007). Selain it u, Kabupat en Grobogan j uga memiliki ket ersediaan lahan yang luas dan kondisi iklim yang mendukung. Namun, kondisi t ersebut belum berdampak pada peningkat an pendapat an pet ani j agung di Kabupat en Grobogan.

Dalam perdagangan int ernasional, pengusahaan j agung t idak t erlepas dar i adanya campur t angan pemerint ah yang berupa kebij akan-kebij akan, sepert i kebij akan subsidi, paj ak, dan perubahan nilai t ukar rupiah. Dampak adanya kebij akan pemerint ah t ersebut seringkali menyebabkan t erj adinya per bedaan harga input maupun out put dari usahat ani j agung, sehingga akan berpengaruh t erhadap perhit ungan f inansial maupun ekonomi yang dikeluarkan oleh pet ani.

Unt uk menget ahui dayasaing pengusahaan komodit i j agung di Kabupat en Grobogan, akan dilakukan analisis keunggulan komparat if dan analisis keunggulan kompet it if . Perdagangan at au pert ukaran t erj adi kar ena adanya prinsip lokalisasi produksi dan spesial isasi. Prinsip keunggulan komparat if adal ah unt uk menj elaskan spesial isasi at au manf aat adanya perdagangan dari sat u daer ah (negara) dengan daerah l ain. Sedangkan keunggulan kompet it if merupakan keunggulan yang lebih luas, mencakup keunggulan harga, kualit as, st rat egi dan kebij akan.

Keunggulan kompet it if , merupakan kunci dari ef isiensi produksi, pemasaran dan bagaimana memprediksi apa yang diinginkan konsumen at au meningkat kan kepuasan konsumen.

3 Bank Ekspor Indonesia. Har ganya makin Mel ambung. www. wart aekonomi. com.Diakses Tanggal 28 Januar i 2008.

1. 2 TUJUAN

Berdasarkan perumusan masalah yang t elah diuraikan di at as, maka t uj uan penelit ian ini adalah sebagai berikut :

1. a) Menganalisis keunggulan komparat if dan kompet it if usahat ani j agung di Kabupat en Grobogan dengan menggunakan Pol i cy Anal ysi s Mat r i x (PAM);

b) Menganalisis keunggulan kompet it if usahat ani j agung di Kabupat en Grobogan dengan menggunakan analisis Di amond Por t er ;

2. Menganalisis perubahan yang t erj adi t erhadap keunggulan komparat if dan kompet it if j ika t erj adi perubahan harga out put dan harga input .

II. METODE PENELITIAN

2. 1 LOKASI, WAKTU DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelit ian ini dil aksanakan di Desa Panunggalan, Kecamat an Pulokulon, Kabupat en Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaj a (pur posi ve), sesuai dengan t uj uan penelit ian. Salur an pemasar an j agung di daerah penelit ian dalam penelit ian ini diasumsikan hanya ada sat u saluran pemasar an sehingga persent ase komodit i di set iap t ahap saluran pemasaran adalah serat us persen. Penelit ian ini dilakukan pada Bulan Februari sampai Mei 2008, yang meliput i survei penj aj agan ke lokasi penelit ian, penyusunan rencana kerj a, pengambilan dat a di lapangan, dan pengolahan dat a sert a penyusunan hasil.

2. 2 JENIS DAN SUMBER DATA

(3)

kuesioner kepada responden sert a pengamat an langsung di lapangan. Pengamat an langsung ini digunakan unt uk memperkuat analisis keunggulan kompet it if , khususnya unt uk analisis menggunakan di amond por t er . Sedangkan dat a sekunder diperoleh dari BPS, Dinas Pert anian, sert a inst ansi-inst ansi t erkait lainnya.

Dalam penel it ian ini, responden adalah pet ani j agung Desa Panunggalan, Kecamat an Pulokulon, Kabupat en Grobogan, Jawa Tengah dengan j umlah responden sebanyak 40 orang. Mekanisme pemil ihan pet ani responden ini dilakukan dengan met ode si mpl e r andom sampl i ng.

2. 3 METODE ANALISIS DATA

2. 3. 1 Met ode Alokasi Komponen Biaya Domest ik dan Asing

1. Al okasi Bi aya Pr oduksi

Input t r adabl e dalam penelit ian ini adalah benih dan pupuk (Urea, TSP), sedangkan input non t r adabl e yang digunakan dalam penelit ian ini

adalah sewa lahan, t enaga kerj a, dan pupuk organik (kompos cair). Selain kedua input t ersebut , t erdapat input yang t idak diperdagangkan t et api di dalamnya t erdapat barang-barang yang diperdagangkan yang disebut i ndi r ect t r ade. Dalam penelit ian ini, yang

t ergolong barang ini yait u peralat an pert anian. Suciany (2007) membagi besarnya penyusut an peralat an at as 50 persen biaya domest ik dan 50 persen asing. Unt uk keperluan penelit ian ini, besarnya biaya unt uk peral at an yang dihit ung berdasarkan nil ai penyusut an per musim t anam dit et apkan sebesar 50 persen biaya domest ik dan 50 persen biaya asing. Sedangkan unt uk input benih dimasukkan ke dalam komponen biaya domest ik 100 persen karena sej ak t ahun 1988, PT Dupont Indonesia mulai memproduksi sendir i benih j agung hibridanya di dalam negeri.

Tabel 1. Alokasi Biaya Produksi dalam Komponen Domest ik dan Asing

No Uraian Domest ik (%)

Asing (%)

Paj ak (%)

1 Benih* 100, 0 0, 0 0, 0

2 Pupuk

Urea 70, 6 29, 1 0, 3

TSP 70, 6 29, 1 0, 3

3 Tenaga

kerj a 100, 0 0, 0 0, 0

4 Penyusut an

peralat an** 50, 0 50, 0 0, 0

5 Sewa lahan 100, 0 0, 0 0, 0

6 Paj ak 100, 0 0, 0 0, 0

Sumber : Tabel Input -Out put 2005, BPS diol ah Ket : *) www. dupont . com **) Suciany, 2007

2. Al okasi Bi aya Tat ani aga

Biaya t at aniaga didapat dengan menghit ung biaya pengangkut an dan biaya penanganan mul ai dari pet ani sampai ke konsumen yang dalam hal ini adal ah pabrik pakan t ernak, yait u CP Prima yang ada di Semarang, Jawa Tengah.

Tabel 2. Alokasi Biaya Tat aniaga dalam Komponen Domest ik dan Asing

Uraian Domest ik (%)

Asing (%)

Paj ak (%)

Pengangkut an 44, 32 54, 47 1, 21

Penanganan 82, 05 17, 19 0, 76

Sumber : Har yono, 1991

2. 3. 2 Model Policy Analysis Mat r ix (PAM)

Pol i cy Anal ysi s Mat r i x (PAM) at au Mat r iks

(4)

akt ivit as pet ani, pengolahan maupun pemasaran. Elemen-elemen unt uk melakukan anal isis f inansial dan ekonomi dit unj ukkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Policy Analysis Mat rix (PAM)

Indikat or-indikat or anal isis PAM meliput i, (1) Keunt ungan Privat (PP) = A-B-C; (2) Keunt ungan Sosial (SP) = E-F-G; (3) Rasio Biaya Privat (PCR) = C/ A-B; (4) Rasio Biaya Sumberdaya Domest ik (DRC) = G/ E-F; (5) Transf er Out put (TO) = A-E;

Pada penelit ian ini, analisis sensit ivit as yang akan dilakukan adal ah:

1. Analisis sensit ivit as karena kenaikan harga bayangan dan harga akt ual benih j agung sebesar 28, 57 persen dengan asumsi f akt or lain t et ap. Kondisi ini t erj adi pada musim t anam t ahun 2007.

2. Analisis sensit ivit as karena kenaikan harga bayangan dan harga akt ual upah t enaga kerj a sebesar 25 persen dengan asumsi f akt or lain t et ap. Kondisi ini t erj adi pada periode penanaman 2006. 3. Analisis sensit ivit as karena kenaikan

harga bayangan dan harga akt ual pupuk sebesar 12, 79 persen dan 10, 71 persen unt uk Urea dan TSP. Hal ini didasar i apabila suat u saat pemerint ah mencabut subsidinya t erhadap kedua j enis pupuk t ersebut dengan asumsi f akt or lain t et ap.

4. Analisis sensit ivit as karena penurunan harga bayangan dan harga akt ual out put sebesar 25 persen dengan asumsi f akt or lain t et ap. Kondisi ini t erj adi pada t ahun 2005.

Analisis sensit ivit as pada saat harga bayangan dan harga akt ual input (benih, t enaga kerj a, pupuk) sert a out put berubah secara bersamaan dalam kondisi yang t idak mengunt ungkan.

Analisis sensit ivit as unt uk mel ihat komponen yang paling sensit if at au berpengaruh t erhadap keunt ungan yang diperoleh dalam pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan, maka dilakukan analisis sensit ivit as t erhadap komponen benih, t enaga kerj a, pupuk, dan out put dengan persent ase masing-masing sebesar 10 per sen, sert a gabungan keempat nya.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1 ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PENGUSAHAAN KOMODITI JAGUNG MENGGUNAKAN POLICY ANALYSIS MAT RIX (PAM)

(5)

Tabel 4. Mat riks Analisis Kebij akan Usahat ani Jagung Desa Panunggalan Tahun 2007 (Rp/ Ha)

Penerimaan Out put Biaya Keunt ungan

Input T radable Fakt or Domest ik

Harga Privat 11. 534. 566 391. 147 6. 334. 972 4. 808. 446

Harga Sosial 11. 926. 016 419. 201 6. 355. 326 5. 151. 488

Dampak

Kebij akan -391. 450 -28. 054 -20. 354 -343. 041

3. 1. 1 Analisis Keunggulan Kompar at if

Analisis keunggulan komparat if dapat diukur dengan menggunakan Keunt ungan Sosial (SP) dan Rasio Biaya Sumberdaya Domest ik (DRC). Berdasarkan hasil anal isis, keunt ungan sosial yang diperoleh posit if (>0), yait u sebesar Rp 5. 151. 488 per hekt ar. Hasil ini menunj ukkan bahwa secara ekonomi, yait u pada kondisi pasar persaingan sempurna, kegiat an pengusahaan komodit i j agung dapat dilanj ut kan karena mengunt ungkan.

Selain keunt ungan sosial , keunggulan komparat if pengusahaan komodit i j agung j uga dapat dilihat dari ef isiensi ekonomi yang dapat diukur dengan menggunakan Rasio Biaya Sumberdaya Domest ik (DRC). Hasil analisis menunj ukkan bahwa nilai DRC adalah sebesar 0, 55. Ini mengindikasikan bahwa pada harga sosial, unt uk meningkat kan nilai t ambah out put sebesar sat u sat uan diperlukan t ambahan biaya f akt or domest ik sebesar 0, 55 sat uan. Nil ai DRC yang kurang dari sat u menunj ukkan bahwa pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan ef isien secar a ekonomi at au memiliki dayasaing pada kondisi t anpa adanya int ervensi dari pemerint ah.

3. 1. 2 Analisis Keunggulan Kompet it if

Keunt ungan privat yang diperoleh posit if (>0), yait u sebesar Rp 4. 808. 446 per hekt ar. Ini menunj ukkan bahwa secara f inansial, dengan adanya kebij akan dari pemerint ah, komodit i j agung mengunt ungkan.

Nilai PCR adalah 0, 57, mengindi-kasikan bahwa pada harga privat , unt uk menaikkan nilai

t ambah out put sebesar sat u sat uan diperlukan t ambahan biaya f akt or domest ik sebesar 0, 57 sat uan. Nilai ini menunj ukkan bahwa pengusahaan komodit i j agung ef isien, memiliki dayasaing pada saat ada int ervensi dari pemerint ah.

3. 1. 3 Analisis Dampak Kebij akan Pemerint ah

3. 1. 3. 1 Dampak Kebi j akan Ter hadap Out put

Hasil analisis PAM menunj ukkan bahwa nilai Transf er Out put adalah negat if , yait u sebesar Rp -391. 450 yang berart i harga j agung di Desa Panunggalan lebih rendah dibandingkan dengan harga j agung di pasar int ernasional, at au t erdapat t ransf er out put dari produsen ke konsumen sebesar Rp 391. 450, ini menunj ukkan konsumen membeli komodit i t ersebut dengan harga yang lebih rendah dari harga yang seharusnya dibayar apabila pasar t idak t erdist orsi at au t anpa kebij akan pemerint ah.

(6)

Tabel 5. Indikat or-indikat or Analisis PAM pada Pengusahaan Komodit i Jagung Desa Panunggalan Tahun 2007

Indikat or Nilai

1. Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446

2. Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488

3. Rasio biaya privat (PCR) 0, 57

4. Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55

5. Transf er out put (TO) -391. 450

6. Koef isien prot eksi out put nominal (NPCO) 0, 97

7. Transf er input (TI) -28. 054

8. Koef isien prot eksi input nominal (NPCI) 0, 93

9. Transf er f akt or (TF) -20. 354

10. Koef isien prot eksi ef ekt if (EPC) 0, 97

11. Transf er bersih (TB) -343. 041

12. Koef isien keunt ungan (PC) 0, 93

13. Rasio subsidi bagi produsen (SRP) -0, 03

3. 1. 3. 2 Dampak Kebi j akan Ter hadap Input

Nilai Transf er Input (TI) yang diperoleh sebesar Rp -28. 054, berart i kebij akan pemerint ah pada input t r adabl e mengunt ungkan pet ani sebesar Rp 28. 054 per hekt ar karena dengan adanya subsidi pupuk pada Urea dan TSP menj adikan harga yang dibayarkan pet ani t erhadap input t ersebut lebih rendah daripada harga yang sebenarnya.

Unt uk menunj ukkan t ingkat prot eksi at au dist orsi yang dibebankan pemerint ah pada input t r adabl e apabil a dibandingkan t anpa adanya

kebij akan pemerint ah, dapat dilihat dari besarnya nilai Koef isien Prot eksi Input Nominal (NPCI). Nil ai NPCI sebesar 0, 93, berart i kebij akan subsidi posit if pada pupuk Urea dan TSP menyebabkan pet ani hanya membayar biaya input t r adabl e sebesar 93 per sen dari biaya yang seharusnya pet ani keluar kan unt uk input t r adabl e ket ika t idak ada kebij akan subsidi t ersebut .

Hasil anal isis TF adal ah negat if , yait u sebesar Rp -20. 354. Nilai ini menunj ukkan bahwa harga input non t r adabl e yang dikeluarkan oleh pemerint ah pada t ingkat harga f inansial lebih rendah j ika dibandingkan dengan harga input non t r adabl e yang dikeluarkan pada harga sosial. Hal

ini mengakibat kan pet ani membayar input domest ik lebih rendah dibandingkan t anpa

adanya kebij akan pemerint ah yang berupa subsidi pupuk Urea dan TSP, sehingga pet ani mendapat kan t ambahan keunt ungan Rp 20. 354 per hekt ar.

3. 1. 3. 3 Dampak Kebi j akan Ter hadap Input

-Out put

Koef isien Pr ot eksi Ef ekt if (EPC) menggambarkan sej auh mana kebij akan pemerint ah dal am mel indungi at au menghambat produksi domest ik secara ef ekt if . Nilai EPC adalah sebesar 0, 97. Nil ai EPC yang lebih kecil dari sat u mengindikasikan kebij akan pemerint ah t erhadap input -out put unt uk komodit i j agung belum berj alan ef ekt if . Adapun kebij akan pemerint ah yang belum berj alan dengan ef ekt if yait u kebij akan t arif impor lima persen. Hal ini menyebabkan nil ai t ambah keunt ungan yang dit erima pet ani j agung 0, 97 kal i dar i nil ai t ambah yang seharusnya dit erima, sehingga pet ani yang mengusahakan komodit i j agung kurang mendapat perlindungan pemerint ah.

(7)

meningkat kan produksi, karena dengan adanya kebij akan pemerint ah, surplus yang dit erima pet ani berkurang sebesar Rp 343. 041 per hekt ar.

Nilai PC menunj ukkan pengaruh gabungan pada out put , input t r adabl e, dan input non t r adabl e, diperoleh nilai sebesar 0, 93. Nil ai ini

berart i keunt ungan hanya 93 persen dari yang seharusnya diperoleh.

Rasio Subsidi bagi Pr odusen (SRP) diperoleh sebesar -0, 03. Nilai SRP yang negat if mengindikasikan bahwa kebij akan pemerint ah yang berlaku selama ini menyebabkan pet ani mengeluarkan biaya produksi lebih besar t iga persen daripada biaya imbangan unt uk berproduksi. Nilai negat if berart i divergensi t erj adi karena adanya dist orsi kebij akan, sehingga menurunkan keunt ungan privat .

3. 2 ANALISIS SENSITIVITAS USAHATANI JAGUNG

3. 2. 1 Analisis Sensit ivit as Ket ika Ter j adi Kenaikan Harga Benih

Tabel 6 menunj ukkan bahwa dengan adanya kenaikan harga benih sebesar 28, 57 persen menyebabkan nilai keunt ungan, baik privat maupun ekonomi menurun sebesar Rp 220. 360 per hekt ar.

Kenaikan harga benih di t ingkat pet ani j uga menurunkan keunggulan komparat if dan kompet it if pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan. Hal ini dit unj ukkan dengan meningkat nya nilai PCR dan DRC sebesar 0, 02. Meskipun demikian, secara keseluruhan pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan t et ap mengunt ungkan secara f inansial dan ekonomi, sert a t et ap berdayasaing. Begit u j uga ket ika t erj adi kenaikan harga benih sebesar 10 per sen, pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan masih mengunt ungkan dan berdayasaing. Jadi, pada har ga f inansial, set iap perubahan harga benih sebesar 10 persen, maka keunt ungan yang diperoleh dalam pengusahaan komodit i j agung di daerah penelit ian berubah

sebesar Rp 77. 130 dengan asumsi f akt or lain t et ap.

3. 2. 2 Analisis Sensit ivit as Ket ika Ter j adi Kenaikan Harga Tenaga Kerj a

Tabel 7 met unj ukkan bahwa dengan adanya kenaikan harga t enaga kerj a sebesar 25 per sen, pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan masih mengunt ungkan, baik secara f inansial maupun secar a ekonomi meskipun nilai keunt ungan privat dan keunt ungan sosial menurun sebesar Rp 609. 050 per hekt ar. Keunggulan komparat if dan kompet it if pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan j uga menurun. Hal ini dit unj ukkan dengan meningkat nya nil ai PCR dan DRC sebesar 0, 05. Meskipun demikian, pengusahaan j agung t et ap memiliki dayasaing karena nil ai PCR dan DRC masih lebih kecil dar i sat u. Begit u j uga ket ika t erj adi kenaikan harga t enaga kerj a sebesar 10 per sen, pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan masih mengunt ungkan dan berdayasaing. Jadi, pada har ga f inansial, set iap perubahan harga t enaga kerj a sebesar 10 persen, maka keunt ungan yang diperoleh dalam pengusahaan komodit i j agung di daerah penelit ian berubah sebesar Rp 243. 620 dengan asumsi f akt or lain t et ap.

3. 2. 3 Analisis Sensit ivit as Ket ika Ter j adi Kenaikan Harga Pupuk

(8)

Tabel 6. Hasil Analisis Sensit ivit as Ket ika Terj adi Kenaikan Harga Benih

Indikat or Sebelum Sesudah Selisih

Kenaikan Harga Benih Sebesar 28, 57 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 4. 588. 086 -220. 360

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 4. 931. 128 -220. 360

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 59 0, 02

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 57 0, 02

Kenaikan Harga Benih Sebesar 10 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 4. 731. 316 -77. 130

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 5. 074. 358 -77. 130

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 58 0, 01

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 56 0. 01

Tabel 7. Analisis Sensit ivit as Ket ika Terj adi Kenaikan Harga Tenaga Kerj a

Indikat or Sebelum Sesudah Selisih

Kenaikan Harga Tenaga Kerj a Sebesar 25 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 4. 199. 396 -609. 050

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 4. 542. 438 -609. 050

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 62 0, 05

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 60 0, 05

Kenaikan Harga Tenaga Kerj a Sebesar 10 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 4. 564. 826 -243. 620

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 4. 907. 868 -243. 620

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 59 0, 02

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 57 0, 02

Tabel 8. Analisis Sensit ivit as Ket ika Terj adi Kenaikan Harga Pupuk

Indikat or Sebelum Sesudah Selisih

Kenaikan Harga Urea Sebesar 12, 79 Persen dan TSP Sebesar 10, 71 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 4. 690. 673 -117. 773

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 5. 020. 091 -131. 396

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 58 0, 01

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 56 0, 01

Kenaikan Harga Urea Sebesar 10 Persen dan TSP Sebesar 10 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 4. 711. 989 -96. 457

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 5. 043. 925 -107. 563

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 58 0, 01

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 56 0, 01

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa dengan naiknya harga pupuk Urea dan TSP yang masing-masing sebesar 12, 79 per sen dan 10, 71 persen, pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggal an t et ap memiliki dayasaing. Hal ini dit unj ukkan oleh nilai PCR dan DRC yang kurang dari sat u meskipun t elah mengalami peningkat an dari sebelumnya, yait u sebesar 0, 01. Begit u j uga ket ika t erj adi kenaikan harga pupuk

(9)

Tabel 9. Analisis Sensit ivit as Ket ika Terj adi Penurunan Harga Out put

Indikat or Sebelum Sesudah Selisih

Penurunan Harga Out put Sebesar 25 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 1. 924. 805 -2. 883. 641

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 2. 169. 984 -2. 981. 504

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 77 0, 20

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 75 0, 20

Penurunan Harga Out put Sebesar 10 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 3. 654. 990 -1. 153. 456

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 3. 958. 886 -1. 192. 601

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 63 0, 06

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 62 0, 07

3. 2. 4 Analisis Sensit ivit as Ket ika Ter j adi Penurunan Harga Out put

Analisis sensit ivit as yang keempat adalah menguj i kepekaan keunt ungan privat dan ekonomi, sert a dayasaing pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan ket ika t erj adi penurunan harga out put sebesar 25 per sen dengan asumsi f akt or-f akt or lain t et ap. Hal ini didasar i pada saat produksi j agung melimpah, harga komodit i t ersebut menj adi t urun, dan penurunan harga t erendah yang pernah t erj adi di lokasi penelit ian adalah sebesar Rp 900 per kilogram dan harga sebelumnya adalah Rp 1.200

per kilogram.

Menurunnya harga out put sebesar 25 persen sangat mempengaruhi keunt ungan privat dan keunt ungan sosial. Bahkan, j ika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, penurunan harga out put t ersebut t elah menurunkan keunt ungan privat dan keunt ungan ekonomi melebihi set engah dari keunt ungan sebelumnya. Meskipun demikian, nil ainya masih posit if sehingga pengusahaan komodit i j agung masih mengunt ungkan, baik secara f inansial maupun ekonomi.

Berdasarkan Tabel 9, dit unj ukkan bahwa t urunnya harga out put sebesar 25 persen t elah meningkat kan nilai PCR dan DRC sebesar 0, 20, sehingga keunggulan kompar at if dan kompet it if menurun. Meskipun demikian, pengusahaan komodit i j agung t et ap memiliki dayasaing karena

nilai PCR dan DRC masih lebih kecil dari sat u. Begit u j uga ket ika t erj adi penurunan harga j agung sebesar 10 persen, pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan masih mengunt ungkan dan berdayasaing. Jadi, pada harga f inansial, set iap perubahan harga j agung sebesar 10 per sen, maka keunt ungan yang diperoleh dalam pengusahaan komodit i j agung di daerah penelit ian berubah sebesar Rp 1. 153. 456 dengan asumsi f akt or lain.

3. 2. 5 Analisis Sensit ivit as Gabungan

Analisis sensit ivit as yang kelima adal ah analisis sensit ivit as gabungan, yait u menguj i kepekaan keunt ungan privat dan ekonomi, sert a dayasaing pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan dengan mengubah harga input (benih, t enaga kerj a, pupuk) dan harga out put secara bersamaan dalam kondisi yang t idak mengunt ungkan. Jadi analisis ini merupakan gabungan analisis sensit ivit as yang pert ama sampai yang keempat .

(10)

Tabel 10. Analisis Sensit ivit as Gabungan

Indikat or Sebelum Sesudah Selisih

Gabungan pada Kondisi yang Tidak Mengunt ungkan

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 977. 621 -3. 830. 825

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 1. 209. 177 -3. 942. 311

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 88 0, 31

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 86 0, 31

Gabungan 10 Persen

Keunt ungan privat (PP) 4. 808. 446 3. 237. 782 -1. 570. 663

Keunt ungan sosial (SP) 5. 151. 488 3. 530. 573 -1. 620. 914

Rasio biaya privat (PCR) 0, 57 0, 67 0, 10

Rasio biaya sumberdaya domest ik (DRC) 0, 55 0, 66 0, 11

3. 3 ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG MENGGUNAKAN PENDEKATAN T HE NAT IONAL DIAMOND SYST EM (ANALISIS PORTER)

1). Kondisi Fakt or Sumberdaya a) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia memiliki beberapa keunt ungan, sepert i j umlah t enaga kerj a yang t ersedia, upah yang relat if lebih rendah dibandingkan dengan daerah sekit arnya, pet ani yang t erlibat sudah berpengalaman ant ara 26-33 t ahun sehingga sudah berpengalaman dal am mengusahakan j agung. Selain it u, kemampuan manaj erial dan ket rampilan yang dimiliki pet ani j uga didukung oleh adanya organisasi kelompok t ani.

b) Sumberdaya Fisik/ Al am

Lahan yang t ersedia sebesar 5. 458 hekt ar lahan sawah dan 7. 906, 6 hekt ar lahan kering. Daya dukung lahan sangat baik, karena sist em pert aniannya sudah mengarah ke pert anian yang ramah lingkungan. Selain it u kondisi iklim sangat mendukung pert anian.

c) Sumberdaya Ilmu Penget ahuan dan

Teknologi (IPTEK)

Sumberdaya IPTEk bagi pet ani bisa didapat secara f ormal maupun secar a inf ormal. Secara inf or mal misalnya

sepert i berasal dar i Dinas Pert anian dan Perkebunan (Dist anbun) dengan bent uk penyuluhan, demplot at au lainnya, St akehol der misalnya bekerj asama

dengan pihak int i, asosiasi pet ani dan sumber IPTEK Lainnya.

d) Sumberdaya Modal

Permodalan pet ani dapat diakses melalui kelompok t ani. Adapun sumber modal kelompok t ani, ber asal dari iur an pokok, simpanan waj ib, pinj aman pusat (Bant uan Pinj aman Langsung Masyarakat ), hibah, sert a berasal dar i bunga yang diperoleh dari pinj aman anggot a. Selain it u, kelompok t ani j uga mendapat kan dana pembinaan dari desa berupa lahan percobaan dan uang. Dengan banyaknya sumber modal, maka dapat disimpulkan kondisi keuangan sudah t ercukupi dan t ersedia.

e) Sumberdaya Inf rast rukt ur

(11)

2). Kondisi Permint aan

a) Komposisi Permint aan Domest ik

Permint aan domest ik lebih didominasi unt uk pakan t ernak. Oleh karena it u, peran indust ri pengolahan j agung sangat dibut uhkan.

Rat a-rat a kadar air j agung di t ingkat pet ani masih t ergol ong t inggi, yait u sekit ar 19 persen. Padahal rat a-rat a kadar air j agung impor adalah 14 persen. Hal ini disebabkan para pet ani belum mempunyai sarana dan prasar ana pengeringan j agung yang modern. Oleh karena it u, proses pengeringan unt uk memenuhi st andar kadar air j agung dilakukan di t ingkat pedagang pengumpul lokal.

b) Jumlah Permint aan dan Pola Pert umbuhan

Permint aan j agung, baik di pasar dunia maupun di pasar domest ik cenderung mengalami peningkat an set iap t ahunnya. Meningkat nya permint aan j agung di dalam negeri lebih disebabkan oleh berkembangnya sekt or pet ernakan yang didukung oleh berkembangnya indust ri pakan dan pangan yang menggunakan bahan baku j agung.

3). Indust ri Terkait dan Indust ri Pendukung a) Indust ri Terkait

(1) Indust ri Pemasok Bahan Baku Terdapat nya perusahaan-perusahaan indust ri benih j agung hibrida meliput i, PT Sang Hyang Seri, PT Dupont Indonesia, PT Pioneer Hibr ida Indonesia, PT Pert ani, PT BISI, PT Benih Int i Subur Int ani, dan beberapa produsen benih yang t ergabung dalam Himpunan Produsen Pedagang Benih (HPPB). Dengan banyaknya

produsen benih j agung hibrida akan menggiat kan produsen benih j agung unt uk berproduksi dengan kualit as yang lebih baik dan harga yang dit et apkan pun akan lebih bersaing. Pupuk yang digunakan pet ani dalam usahat ani j agung (pupuk Urea dan TSP) yang mendapat kan subsidi pemerint ah.

(2) Indust ri Jasa Pemasaran

Salah sat u indust r i j asa pemasar an komodit i j agung di daerah penelit ian adalah perusahaan pedagang pengumpul. Jagung pet ani yang sudah t erkumpul di pedagang pengumpul, rat a-rat a kadar airnya masih t inggi, yait u 19 persen. Oleh karena it u, unt uk meningkat kan dayasaing komodit i j agung, perusahaan pedagang pengumpul melakukan qual i t y cont r ol , salah sat unya melalui

proses pengeringan. Hal ini t ent unya akan mendukung dayasaing j agung di daerah penelit ian.

b) Indust ri Pendukung

Indust ri pengolahan mer upakan suat u bagian yang sangat pent ing di dalam pengusahaan komodit i j agung sehingga dapat meningkat kan nilai t ambah yang mengunt ungkan pet ani. Namun, indust ri sepert i ini belum cukup berkembang di Kabupat en Grobogan. Sehingga hal ini bisa menj adi f akt or penghambat dalam pengembangan usahat ani j agung di daerah penelit ian.

4) St rukt ur, Persaingan, dan St rat egi Perusahaan

(12)

dalam indust r i komodit i j agung dapat dikat akan sangat kuat .

a) St rat egi Produk

Para pet ani j agung di daerah penelit ian melakukan penanaman komodit i j agung pada musim kemarau, sehingga kadar air yang t erkandung dalam j agung wakt u panen t idak t erlalu t inggi. Selain it u, qual it y cont r ol j uga dilakukan di t ingkat pedagang pengumpul.

b) St rat egi Harga

Dalam mempert ahankan keunt ungan usahat ani yang mereka

t erima, para pet ani berusaha menekan biaya produksi usahat aninya melalui konservasi l ahan pert anian.

c) St rat egi Promosi

St rat egi promosi dil akukan dengan mengikut i pameran, sebagai bent uk promosi produk-produk pert anian di Sub Terminal Agr ibisnis (STA) t ingkat propinsi.

d) St rat egi Dist ribusi

Dist ribusi yang ada sel ama ini dilakukan berj alan sesuai dengan rant ai pemasar an yang umumnya t erj adi pada produk agribisnis. Jadi t idak ada st rat egi dist ribusi yang dilakukan oleh pet ani di daerah penelit ian, misalnya dengan memperpendek rant ai pemasaran.

5) Peranan Pemerint ah

Salah sat u peran pemerint ah pusat adalah penet apan bea masuk (t arif impor) sebesar 5 persen. Besaran t arif t ersebut belum mampu melindungi harga j agung domest ik, sehingga pet ani yang mengusahakan komodit i j agung kurang mendapat perlindungan dari pemerint ah. Seharusnya pemerint ah Indonesia bisa lebih meningkat kan prot eksi harga j agung domest ik dengan meningkat kan t arif impor

j agung agar dapat mendukung dayasaing j agung domest ik.

Peran Pemerint ah Kabupat en Grobogan melalui Dist anbun adalah dengan mengadakan Sekol ah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SLP-TT). Selain it u, Pemerint ah Kabupat en Grobogan j uga menyalurkan bant uan benih j agung hibrida yang diarahkan unt uk daerah-daerah yang produkt ivit asnya masih rendah.

6) Peranan dari Kesempat an

Adanya globalisasi perdagangan membuat perdagangan seol ah t idak ada bat asnya. Sehingga secara t idak langsung dapat menj adikan perdagangan komodit i j agung menj adi sebuah peluang bagi set iap negara produsen unt uk meningkat kan produksi j agungnya. Selain it u, j umlah kebut uhan j agung dalam negeri yang masih j auh lebih besar dibandingkan dengan ket ersediaan j agung dalam negeri.

Berdasarkan hasil anal isis Di amond Por t er , secara keseluruhan mulai dar i komponen kondisi f akt or sumberdaya sampai komponen peran dar i kesempat an, menunj ukkan bahwa kondisi yang ada di daerah penel it ian mendukung peningkat an dayasaing pengusahaan komodit i j agung. Oleh karena it u, kondisi t ersebut diharapkan semakin menguat kan Kabupat en Grobogan sebagai sent ra produksi ut ama j agung di Propinsi Jawa Tengah.

3. 4 REKOMENDASI KEBIJAKAN

Adapun rekomendasi kebij akan yang dapat diaj ukan adalah:

(13)

j agung. Dengan kebij akan t ersebut diharapkan dapat mel indungi harga j agung domest ik, sehingga dapat memberikan insent if dalam pengembangan pengusahaan komodit i j agung.

2. Pemerint ah dapat memanf aat kan dayasaing j agung domest ik unt uk mengurangi j umlah impor j agung yang t erus meningkat set iap t ahunnya. Saat ini j umlah produksi j agung dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan j umlah konsumsi dal am negeri. Oleh karena it u, pemerint ah diharapkan dapat menggali pot ensi dayasaing j agung domest ik, sehingga dapat menghemat pengeluaran devisa set iap t ahunnya.

3. Pemerint ah sebaiknya t idak menghapus bea masuk impor j agung karena selain merugikan pet ani, dalam j angka panj ang j uga akan berdampak negat if t erhadap konsumen. Penurunan surplus pet ani akan membuat pet ani dalam negeri enggan unt uk menanam j agung karena pendapat an pet ani semakin menyusut , sehingga insent if unt uk budidaya j agung akan semakin menurun. Penurunan produkt ivit as akibat penurunan luas panen akan semakin memperburuk produksi j agung dalam negeri yang sel anj ut nya akan meningkat kan ket ergant ungan j agung impor bagi Indonesia. Dalam j angka panj ang, kebut uhan j agung dalam negeri akan sangat t ergant ung oleh impor yang harganya cenderung t idak st abil akibat perubahan nilai t ukar dan suplai j agung dunia, sehingga akan merugikan konsumen j agung (indust ri pakan t ernak).

4. Pet ani j agung di daerah penelit ian mempunyai posisi t aw ar (bar gai ni ng posi t i on) yang lemah dalam penent uan harga j ual j agung karena yang menent ukan harga adalah pasar, sehingga harga yang dit erima oleh pet ani j agung seringkali rendah apalagi ket ika t erj adi panen raya. Oleh karena it u, pemerint ah dihar apkan dapat membant u

pet ani j agung dalam hal pemasaran j agung dengan membent uk sarana pendukung sepert i Bulog unt uk j agung sehingga st abilisasi harga j agung dapat t erj aga, khususnya pada wakt u t erj adi panen raya.

5. Indust ri pengolahan merupakan suat u bagian yang sangat pent ing di dalam pengusahaan komodit i j agung sehingga dapat meningkat kan nilai t ambah yang mengunt ungkan pet ani. Namun, indust ri sepert i ini belum cukup berkembang di Kabupat en Grobogan, khususnya indust ri pengolahan j agung, sehingga hal ini bisa menj adi f akt or penghambat dalam pengembangan usahat ani j agung di daerah penelit ian. Oleh karena it u, Pemerint ah Kabupat en Grobogan sebaiknya mulai memikirkan ke ar ah hilir at au pascaproduksi, yait u dengan membent uk perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pengadaan indust ri pengeringan dan pengolahan j agung, baik unt uk pakan t ernak maupun unt uk konsumsi.

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4. 1 KESIMPULAN

1. a. Pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan mengunt ungkan, baik dilihat secar a f inansial maupun secara ekonomi, memiliki keunggulan komparat if dan kompet it if . Adapun kebij akan pemerint ah t erhadap pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan belum berj alan dengan ef ekt if .

(14)

harga out put sebesar 25 persen, sert a gabungan keempat nya t idak menyebabkan hilangnya keunggulan komparat if dan kompet it if pada pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan. Komponen yang paling sensit if t erhadap keunt ungan pengusahaan komodit i j agung di Desa Panunggalan adalah komponen harga out put .

2. Pada Analisis Port er, secar a keseluruhan hasilnya menunj ukkan bahwa kondisi yang ada di daerah penelit ian mendukung peningkat an dayasaing pengusahaan komodit i j agung di daerah penelit ian.

4. 2 SARAN

Kebij akan yang pemer int ah t et apkan t erhadap out put pada pengusahaan komodit i j agung, yait u kebij akan t arif impor lima persen perlu diperhat ikan kembali, karena pada kenyat aannya di lapang kebij akan t ersebut belum berj alan dengan ef ekt if . Sebaiknya pemerint ah menaikkan t arif impor j agung karena kebij akan t ersebut akan lebih ef ekt if dalam meningkat kan dayasaing j agung domest ikyang akan mendukung peningkat an dayasaing j agung domest ik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat St at ist ik. 2006. Gr obogan Dal am

Angka. BPS Kabupat en Grobogan.

Grobogan.

Badan Pusat St at ist ik. 2007. Indi kat or Ekonomi dal am Bul et i n St at i st i k Bul an Jul i 2007. BPS. Jakart a.

Dinas Pert anian dan Perkebunan. 2007. Dat a Pr oduksi Pal awi j a. Kabupat en Grobogan.

Git t inger, J. P. 1986. Anal i si s Ekonomi Pr oyek-Pr oyek Per t ani an. Edisi Kedua. UI oyek- Press-John Hopkins. Jakart a.

Haryono, Dwi. 1991. Keunggul an Kompar at i f dan Dampak Kebi j aksanaan pada Pr oduksi Kedel ai , Jagung, dan Ubi Kayu di Pr opi nsi Lampung. Tesis. Sosial Ekonomi Pert anian. IPB. Bogor.

Pearson, Scot t , Carl, dan Sj aif ul. 2005. Apl i kasi Pol i cy Anal ysi s Mat r i x pada Per t ani an Indonesi a. Yayasan Obor. Jakart a.

Port er, Michael E. 1998. The Compet i t i ve Advant age of Nat i ons. Macmillan Press Lt d. London.

(15)

Jur

15 Lampiran 1. Biaya Finansial dan Ekonomi dalam Komponen Domest ik dan Asing per Hekt ar per Musim Tanam di Desa Panunggalan, 2007

No Uraian Analisis Finansial Analisis Ekonomi

Gambar

Tabel 2.  Alokasi Biaya Tataniaga dalam
Tabel 3.  Policy Analysis Matrix (PAM)
Tabel 4.  Matriks Analisis Kebijakan Usahatani Jagung Desa Panunggalan Tahun 2007 (Rp/Ha)
Tabel 5.  Indikator-indikator Analisis PAM pada Pengusahaan Komoditi Jagung Desa Panunggalan Tahun 2007
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ada dua alasan yang pertama sistem pengolahan data benar benar menghasilkan out put informasinya dalam bentuk laporan accounting standar yang kedua sistem pengolahan data

niger , untuk megkomparasi tingkat penurunan warna empat macam jenis limbah pewarna batik yang ditentukan dengan persentase penurunan warna.. niger sangat efektif

PALANGKA WIDYAJASA KONSULTAN dan berdasarkan tahapan proses Seleksi Sederhana selanjutnya, maka perusahaan Saudara seperti perihal tersebut diatas untuk dapat

Sehubungan dengan telah selesainya masa sangga maka Pokja VIII, Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Maluku Tengah atas paket Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi

Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pemilihan dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direktur utama/ pimpinan perusahaan/ kepala cabang dan kartu pengenal.. Dokumen

Panitia Pengadaan pada Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi (Non E-Proc) untuk paket pekerjaan pengadaan

Saran untuk setiap pemain futsal yaitu, agar pada setiap pertandingan dapat mengontrol emosinya agar tidak merugikan tim, karena jika pemain tidak mampu mengendalikan

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu