• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAN PENANGANAN SIMPANG EMPAT TA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI DAN PENANGANAN SIMPANG EMPAT TA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAN PENANGANAN

SIMPANG EMPAT TAK BERSINYAL MENGGUNAKAN MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA

J. Dwijoko Ansusanto

Pengajar, Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Jl.Babarsari 44 Yogyakarta Email : dwiyoko@mail.uajy.ac.id

Anton Sujarwo

Mahasiswa, Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Jl.Babarsari 44 Yogyakarta

Abstract

The aim of this research is to find out the capacity of roundabout to accommodate the traffic volume. It is based on a hypothesis that says in the case of turn out area of the junction with high traffic and jamming, the roundabout could be hindered and then it become a cause of capacity disturbance at all of directions. Data of the traffic flows were collected at this roundabouts in three days (Saturday, Sunday, and Wednesday). Empirical analysis uses traffic flows data of Sunday at 11.45-12.45 WIB as peak hours of all of the traffics. MKJI 1997 was employed to estimate capacity, traffic delay, degree of saturation, and probability of queueing at the branches with this roundabout. This research found that all of the direction of this roundabout does not appropriate the standard of saturation degree of MKJI 1997. Therefore, it is needed to take a rearange of the geometric of arm of this intersection. The best method to improve the performance of the roundabout is to widen both of major and minor arms of road with set a traffic sign. Based on this arrangement, the research found capacity (C): 2.123,13 pcu/hour, degree of saturation (DS): 0,69, delay of traffic (DT): 3,26, and queueing probability (QP%): 28-13.

Keywords: Roundabout, Capacity, Degree of Saturation, Delay, Queueing Probabiliy.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan pemerintah dalam pengembangan daerah-daerah di Indonesia, sektor jalan harus selalu mendapat perhatian dalam hal pelayanannya, mengingat sektor ini sangat menunjang berbagai aktifitas daerah, sehingga daerah tersebut dapat lebih berkembang baik segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Di samping itu prasarana transportasi khususnya sektor jalan lebih memobilisasi masyarakat dalam melaksanakan sebagian aktifitasnya.

Daerah Surakarta mempunyai banyak pertemuan simpang jalan dimana masih banyak simpang yang tak bersinyal. Hal ini sering merupakan bentuk pertemuan yang menimbulkan masalah. Terutama pada pertemuan jam puncak arus jalan kendaraan dijalan raya. Pengaruh pada arus lalu lintas jalan kota dapat terlihat dengan tingkat kemacetan yang cukup tinggi, tundaan yang tinggi, antrian yang panjang, kadar polusi yang cukup tinggi, titik-titik simpul utama yang cukup berdekatan sangat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan.

(2)

BATASAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kinerja pada simpang dilihat dari tundaan (D), kapasitas (C), derajat kejenuhan (DS) serta peluang antrian (QP%).

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan analisis tingkat kinerja simpang Jl. Dr. Radjiman – Jl. Bayangkara Surakarta ditinjau dari: derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian.

2. Mencari beberapa alternatif solusi terhadap permasalahan yang ada guna meningkatkan kinerja simpang.

KAJIAN PUSTAKA

Pertemuan Jalan

Definisi pertemuan jalan adalah seluruh daerah dimana dua atau lebih jalan raya bertemu, bersilangan atau saling memotong. Dibedakan tiga macam pertemuan jalan:

1. Pertemuan sebidang, perpotongan atau persimpangan jalan (at grade intersection). 2. Persilangan jalan (grade separation without ramp).

3. Pertemuan tak sebidang (interchange).

Simpang jalan tanpa sinyal yaitu simpang yang tidak memakai sinyal lalu lintas. Simpang jalan dengan sinyal yaitu pemakai jalan dapat melewati simpang sesuai dengan pengoperasian sinyal lalu lintas. Jadi pemakai jalan hanya boleh lewat pada saat sinyal lalu lintas menunjukkan warna hijau pada lengan simpang. (Morlok, E. K. 1995). Pada umumnya simpang bersinyal dipergunakan untuk salah satu atau lebih alasan berikut ini :

1. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas sehingga kapasitas tertentu pada suatu simpang dapat dipertahankan.

2. Untuk memberikan kesempatan kepada kendaraan atau pengguna jalan pada simpang untuk memotong jalan.

3. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan-kendaraan dari arah berlawanan.

Suatu jalan maupun simpang akan melayani arus lalu lintas tertentu. Dengan demikian akan terdapat nilai jumlah arus/volume maksimal yang dapat dilayani. Nilai ini disebut kapasitas (Capacity). Kapasitas persimpangan ditentukan oleh metode pengendalian dan unsur-unsur geometrik jalan seperti lebar kaki masuk persimpangan, radius-radius kelengkungan, lajur-lajur kecepatan, perlambatan dan lain-lain. (Ahmad Munawar, 2006).

Simpang Tak Bersinyal

(3)

Simpang tak bersinyal secara formal dikendalikan oleh aturan dasar lalu lintas Indonesia yaitu memberikan jalan kepada kendaraan dari kiri. Ukuran-ukuran yang menjadi dasar kinerja simpang tak bersinyal adalah kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian, (MKJI, 1997).

Berdasarkan kapasitas (C) dan arus lalu lintas (Q) akan diperoleh angka derajat kejenuhan (DS). Dengan nilai derajat kejenuhan dan nilai kapasitas. dapat dihitung tingkat kinerja dari masing-masing pendekat maupun tingkat kinerja simpang secara keseluruhan sesuai dengan rumus yang ada pada MKJI.

Jalinan Bundaran

Bundaran (roundabout) dapat dianggap sebagai kasus istimewa dari kanalisasi yang pulau di tengahnya dapat bertindak sebagai pengontrol pembagi dan pengarah bagi sistem lalu lintas berputar satu arah.

Tujuan utama bundaran adalah melayani gerakan yang menerus, namun hal ini tergantung dari kapasitas dan luas area yang dibutuhkan. Hal ini juga tidak konsisten bila terdapat banyak gerakan pejalan kaki. (Alik Ansyori Alamsyah, 2008).

Pada umumnya bundaran dengan pengaturan hak jalan (prioritas dari kiri) digunakan di daerah perkotaan dan pedalaman bagi persimpangan antara jalan dengan arus lalu lintas sedang. Pada arus lalu lintas yang tinggi dan kemacetan pada daerah simpang, bundaran tersebut mudah terhalang yang mungkin menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah. (MKJI,1997)

Bundaran paling efektif jika digunakan untuk persimpangan antara jalan dengan ukuan tingkat arus yang sama. Karena itu bundaran sangat sesuai untuk persimpangan antara jalan dua lajur atau jalan empat lajur.

Perubahan dari simpang bersinyal atau tak bersinyal menjadi bundaran dapat juga didasari oleh keselamatan lalu lintas, untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas antara kendaraan yang berpotongan. (MKJI,1997)

PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian sebelumnya mengenai kinerja simpang yang pernah dilakukan antara lain adalah: 1. Analisis Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal (Simpang Jati Kudus) oleh Budi Santosa

(2003). Disimpulkan bahwa simpang tiga Jati Kudus saat ini tidak layak lagi. Derajat kejenuhan (DS) = 1,16 dan peluang antrian 55% - 100%.

2. Penentuan Hubungan antar Volume Jalan Mayor dan Kapasitas Jalan Minor pada Persimpangan Tidak Bersinyal (Pertigaan Jalan Gayam dan Sukonandi) oleh Putih Fajariadi Sari (2001). Hasil analisis antara kapasitas teori dan kapasitas lapangan maupun hasil regresi dengan menggunakan chi-kuadrat terjadi perbedaan yang signifikan. Kapasitas yang digunakan untuk penelitian ini adalah kapasitas berdasarkan MKJI 1997 yaitu sebesar 2.221,713 smp/jam.

(4)

METODE PENELITIAN

Data

Beberapa data variabel dalam penelitian ini :

1. Data geometrik simpang : lebar jalan utama, lebar jalan simpang (minor), dan lebar pendekat.

2. Data kondisi lingkungan : kelas ukuran kota, hambatan samping, dan tipe lingkungan jalan.

3. Data arus lalu lintas : data arus kendaraan belok kanan, data arus kendaraan belok kiri, dan data arus kendaraan lurus.

Tahapan

Tahapan pada penelitian ini :

1. Survei pendahuluan dan pemilihan lokasi 2. Persiapan survei

3. Pengumpulan data

4. Perhitungan analisis simpang menggunakan metode MKJI, 1997

5. Untuk perhitungan analisis kinerja pada simpang tak bersinyal dilakukan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Pada metode MKJI 1997 ini tedapat lima formulir, SIG I sampai dengan SIG V.

Data sekunder

Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data pertumbuhan jumlah penduduk di Surakarta, yang diperoleh dari Biro Statistik Kabupaten Surakarta, data ini digunakan untuk menentukan ukuran kota dan selanjutnya untuk menghitung kapasitas simpang.

Waktu penelitian

Waktu penelitian pada simpang Jalan Dr. Radjiman-Jalan Bayangkara Surakarta diambil pada saat jam puncak hari Sabtu, Minggu, dan Senin.

1. Pagi : pukul 06.30 - 09.30 WIB, berangkat bekerja, ke pasar dan berangkat sekolah. 2. Siang : pukul 11.00 - 14.00 WIB, pegawai kantor istirahat siang, pelajar pulang sekolah. 3. Sore : pukul 16.00 - 18.00 WIB, pegawai pulang kerja dan aktifitas masyarakat lainnya.

(5)

Instrumen untuk Analisis Data

Analisis data untuk jalinan bundaran dengan menggunakan formulir I dan RWEAV-II, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) ini bertujuan untuk mengetahui kinerja simpang apakah masih layak atau tidak. Jika hasil penelitian belum mendekati dengan metode yang dipakai maka dilakukan perhitungan ulang dengan cara memberikan alternatif-alternatif penyelesaian. Akhir dari analisis ini bertujuan untuk merencanakan pola serta ukuran yang sesuai dan memenuhi sasaran yang diharapkan untuk kondisi lingkungan pada simpang Jalan Dr. Radjiman-Jalan Bayangkara Surakarta.

HASIL PENELITIAN

Volume Lalu Lintas

Dari hasil survai yang dilaksanakan selama tiga hari, diambil jam puncak pagi siang dan sore diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar grafik.

Gambar 2. Volume Lalu Lintas hasil Survai

Geometrik Simpang

Simpang antara jalan Dr.Rajiman dengan jalan Bayangkara berupa simpang tidak bersinyal dilengkapi dengan bundaran, dengan ukuran geometrik seperti ditunjukkan dalam gambar:

4. 4.5

5 5 5

5

4.5 4.5

B

a

yan

gkar

a

Baya

ngka

ra

Dr. Radjiman Dr. Radjiman

4, 5,2

U

(6)

C

Tabel 1. Geometrik Simpang Empat tak bersinyal

Kode pendekat Lebar pendekat (WE)

Gambar 4. Jalinan bundaran simpang empat

Tabel 2. Lebar dan panjang jalinan simpang empat

Bagian Jalinan

Analisis terhadap kondisi simpang saat ini sebelum dilakukan perbaikan adalah seperti diuraikan pada bagian ini.

Kapasitas :

a. Pendekat A-B : C = 2328,415 x 0,94 x 0,85 = 1860,40 smp/jam b. Pendekat B-C : C = 2458,261 x 0,94 x 0,85 = 1964,15 smp/jam c. Pendekat C-D : C = 2054,467 x 0,94 x 0,85 = 1641,52 smp/jam d. Pendekat D-A : C = 2112,000 x 0,94 x 0,85 = 1687,49 smp/jam

Derajat kejenuhan :

a. Pendekat A-B : DS = 664,9/1860,40 = 0,357 b. Pendekat B-C : DS = 865,9/1964,15 = 0,44 c. Pendekat C-D : DS = 1477/1641,52 = 0,90 d. Pendekat D-A : DS = 1144/1687,49 = 0,677

Dari hasil tersebut terlihat bahwa untuk pendekat C-D mempunyai DS melebihi 0,75.

Tundaan :

(7)

c. Bagian jalinan C-D = 4,22 det/smp = 6232,4 det/jam d. Bagian jalinan D-A = 3,18 det/smp = 3636,78 det/jam

Karena nilai DS-nya melebihi nilai yang disarankan oleh MKJI, 1997 maka perlu diadakan rekayasa perancangan. Rekayasa yang dilakukan dengan cara bertahap terhadap perubahan geometrik maupun penambahan rambu jalan.

Alternatif 1. : Pelebaran jalan utama

4.5

Gambar 5. Simpang Dengan Penanganan Alternatif 1

Tabel 3. Geometrik Simpang pada Alternatif 1 Penanganan Simpang

Bagian Jalinan

(8)

d. Bagian jalinan D-A = 3,12 det/smp = 3574,83 det/jam

Peluang antrian bundaran :

a. QP% atas = 26.65 x DSR - 55.55 x DSR2 + 108.57 x DSR3 = 47,56

b. QP% bawah = 9.41x DSR + 29.967 x DSR4.169 = 22,40

Alternatif 2. Pelebaran jalan minor dan pemasangan rambu larangan berhenti

B

Gambar 6. Simpang dengan Penanganan Alternatif 2

Tabel 4. Geometrik Simpang pada Alternatif 2 Penanganan Simpang

Bagian Jalinan

(9)

d. Bagian jalinan D-A = 3,075 det/smp= 3517,83 det/jam

Peluang antrian bundaran (QP%) :

a. QP% atas = 26.65 x DSR - 55.55 x DSR2 + 108.57 x DSR3 = 56,815

b. QP% bawah = 9.41x DSR + 29.967 x DSR4.169 = 27,09

Alternatif 3. Pelebaran jalan utama, jalan minor dan pemasangan rambu larangan berhenti

Gambar 7. Simpang dengan Penanganan Alternatif 3

Tabel 5. Geometrik Simpang pada Alternatif 3 Penanganan Simpang

Bagian Jalinan

(10)

c. Bagian jalinan C-D = 3,264 det/smp = 4820,91 det/jam d. Bagian jalinan D-A = 2,577 det/smp = 2948,71 det/jam

Peluang antrian bundaran (QP%) :

a. QP% atas = 26.65 x DSR - 55.55 x DSR2 + 108.57 x DSR3 = 28,24

b. QP% bawah = 9.41x DSR + 29.967 x DSR4.169 = 13,16

Dari seluruh alternatif penanganan simpang tak bersinyal dengan bundaran dipilih yang mempunyai hasil paling baik. Secara keseluruhan hasil analisis ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 6. Hasil Analisis Beberapa Alternatif Penanganan Simpang

Kondisi

Tundaan det/smp Peluang Antrian

Dari ketiga kondisi alternatif yang dianalisis, maka dipilih alternatif alternatif 3. pelebaran jalan utama, pelebaran jalan minor dan pemasangan rambu larangan berhenti pada lengan simpang.

KESIMPULAN

1. Derajat kejenuhan pada bundaran Jl. Dr. Radjiman – Jl. Bayangkara, Surakarta cukup tinggi yaitu untuk pendekat C-D sebesar 0,90, meskipun untuk pendekat lain masih di bawah 0,75.

2. Untuk menurunkan derajat kejenuhan tersebut dilakukan perbaikan simpang dengan beberapa alternatif, namun hanya ada satu alternatif saja yang hasilnya memenuhi persyaratan derajat kejenuhan di bawah 0,75 yaitu pelebaran jalan utama maupun jalan minor disertai rambu dilarang berhenti pada lengan simpang.

3. Pada kondisi penanganan alternatif 1 yaitu pelebaran jalan utama masih didapat derajat kejenuhan lebih dari 0,75 yaitu pendekat C-D sebesar 0,84.

4. Pada kondisi penanganan alternatif 2 yaitu pelebaran jalan minor dan pemasangan rambu dilarang berhenti masih didapat derajat kejenuhan lebih dari 0,75 pendekat C-D sebesar 0,89.

5. Pada kondisi penanganan alternatif 3 yaitu pelebaran jalan utama maupun jalan minor disertai rambu dilarang berhenti pada lengan simpang didapat derajat kejenuhan pada semua pendekat nilainya dibawah 0,75, yaitu untuk pendekat A-B sebesar 0,29, pendekat B-C sebesar 0,35, pendekat C-D sebesar 0,69, pendekat D-A sebesar 0,55.

DAFTAR PUSTAKA

_________, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

(11)

Hobbs. F. G. 1995, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Morlok, E.K., 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Munawar Ahmad, 2006, Manajemen Lalulintas Perkotaan, BETA OFFSET, Yogjakarta. Oglesby, C. H., Hicks, R. G. 1982. Teknik Jalan Raya, Edisi ke-4 (terjemahan),

Erlangga, Jakarta.

Santoso Budi, 2003, Analisis Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal pada Simpang Tiga Jati Kudus, Tugas Akhir Jurusan Transportasi Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

Sari Putih Fajariadi, 2001, Penentuan Hubungan Antara Volume Jalan Mayor dan Kapasitas Jalan Minor pada Simpang Tak Bersinyal pada Pertigaan Jalan Gayam Yogyakarta, Tugas Akhir Jurusan Transportasi Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Detail Lokasi Survai
Gambar 2.  Volume Lalu Lintas hasil Survai
Tabel 1.  Geometrik Simpang Empat tak bersinyal
Tabel 3. Geometrik Simpang pada Alternatif 1 Penanganan Simpang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis diperoleh bahwa kondisi simpang saat ini tidak mampu melayani arus lalu lintas yang masuk keluar simpang, dibuktikan dengan nilai derajat kejenuhan, D

Masing-masing menunjukkan pengaruh aktivitas samping jalan di daerah simpang terhadap arus lalu lintas yang berangkat dari pendekat, misalnya pejalan kaki berjalan atau

Simpang yang dianalisa pada penelitian ini adalah simpang empat tak bersinyal di Jalan Sopolan, Jalan Pasar Stan dan Jalan Raya tajem Depok Sleman,... Kondisi simpang

Perencanaan Simpang Jalan Tidak Sebidang Sebagai Solusi Akibat Peningkatan Arus Lalu Lintas (Studi Kasus Simpang Tiga Lengan Gamping Yogyakarta dan Simpang Empat Lengan

Potensi kapasitas lalulintas jalan minor yang dapat terserap di simpang Timoho kota Yogyakarta pendekat C adalah 7,51 % sampai dengan 34,94 % dari volume konflik lalulintas

Dan Derajat Kejenuhan di pendekat Jalan Demang lebar Daun sebesar 0,90 yaitu tingkat pelayanan E yang berkarakteristik arus lebih rendah, kapasitas arus

Pada kondisi eksisting periode jam lengang, nilai waktu tempuh dari lengan Timur Simpang 1 menuju ke lengan Timur Simpang 2 (arah Timur–Barat Jalan Yogya-Solo)

Tirtayasa dapat diperoleh jumlah arus total kendaraan yang masuk ke simpang dari jalan mayor atau jalan utama QMA yaitu arah bagian dari pendekat dari kaki simpang yang memiliki arus