• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM POLITIK DEMOKRASI:

PROSES DEMOKRASI DI NEGARA BERKEMBANG Hardianto Hawing1

PENDAHULUAN

Salah satu topik pembicaraan yang menghiasi perdebatan-perdebatan mutakhir dalam jaga raya negara-negara di dunia adalah Globalisasi dan ruang lingkupnya. Sebuah perkembangan dalam tatanan sejarah, globalisasi merupakan konsep yang dapat dikatakan paling berpengaruh dalam pergumulan bangsa negara era modern sekarang ini. Hampir semua sisi kehidupan masyarakat terkena dampak dari konsep tersebut, perilaku sosial, kesejahteraan, dinamika politik, dll.

Perdebatan yang muncul berkaitan hubungan globalisasi dan demokrasi bermuara pada dua persoalan yang bertolak belakang. Pendapat pertama mengatakan bahwa globalisasi mengancam demokrasi. Sebaliknya, pendapat kedua menyatakan bahwa globalisasi mengembangkan demokrasi. Untuk mengukur hal itu tergantung pada seberapa besar ruang gerak yang diberikan globalisasi kepada demokrasi. Globalisasi akan dianggap sebagai pendorong atau penghambat demokrasi tergantung pada apakah globalisasi mendorong terciptanya otonomi dan kesetaraan yang lebih luas diantara individu-individu dan masyarakat tatanan kehidupan bernegara.

Konsep globalisasi mulai banyak dibicarakan sejak era tahun 1980-an telah menimbulkan dampak besar terhadap seluruh dimensi kehidupan manusia. Dalam konteks politik dinegara-negara berkembang, globalisasi telah mentransformasi kekuasaan politik negara modern dan warga negara. Terdapat beberapa ilmuan menyatakan bahwa globalisasi pasar bebas akan mendorong demokratisasi politik seperti Anthony Giddens, David Held, Francis Fukuyama. Dalam sejarah, sistem demokrasi mencatat kemenangan historis atas sistem lainnya dalam menjalankan

(2)

roda pemerintahan. Globalisasi dan kesejahteraan negara merupakan faktor yang mernberi warna dalam mendorong demokratisasi dewasa ini.

Pada khakekatnya tujuan utama demokrasi adalah dapat menghadirkan kesejahteraan dan kemandirian suatu bangsa. Disaat yang sama, globalisasi hadir dengan agenda utama liberalisasi dan perdagangan bebas. Globalisasi dengan pasar bebasnya akan memberikan ruang kegiatan ekonomi yang lebih luas dan kompotitip. Silsilah kedua sistem ini lebih memberikan suatu harapan akan tumbuhnya perekonomian baru suatu negara menjadi lebih baik, serta meningkatkan hak-hak individu. Olehnya itu, demokrasi akan berkembang lebih baik jika menganut paham kebebasan dalam bernegara. Sehingga dengan pandangan ini, globalisasi memberikan harapan bahwa demokrasi akan dapat bersinergi pasitif dengan kapitalisme sebagai ekses-ekses dari globalisasi dalam lingkup kesejahteraan negara bangsa.

Ditengah era multidimensi, globalisasi diyakini sebagai pendorong gelombang demokratisasi dunia sekarang ini, meskipun di sisi lain ada yang berpandangan bahwa imbas ekonomi-politik dari globalisasi justru mengancam masa depan demokrasi. Terjadinya dinamika dalam struktur ekonomi-politik global negara-negara berkembang tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Pengaruh globalisasi ini berdampak pada negara-negara bahwa, negara tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam ekonomi-politik internasional. Perannya telah digantikan oleh aktor-aktor baru yang bernaung di bawah bendera lembaga-lembaga internasional, perusahaan-perusahaan multinasional, maupun negara-negara yang menganut paham sistem keterbukaan.

(3)

adalah: bagaimana perkembangan globalisasi berpengruh terhadap proses demokrasi? Jawaban terhadap pertanyaan ini banyak mengandung interpretasi yang beragam, dan masing-masing penafsir mempunyai argumentasi berbeda yang mengandung nilai kebenaran.

GLOBALISASI DAN DEMOKRASI

Struktur ekonomi politik global sekarang ini telah mengalami banyak perubahan. Negara bangsa, dalam konteks ini, tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam ekonomi politik Internasional. Bahkan, di era globalisasi sekarang ini, diskusi mengenai negara bangsa telah menjadi usang karena perannya digantikan oleh lembaga-lembaga internasional dan negara-negara kawasan. Oleh karena itu, demokrasi konvensional sebagaimana sering dipahami tidak lagi memadai. Hal ini karena konsep demokrasi seperti adanya lembaga-lembaga perwakilan, pemilihan umum yang bebas dan adil, serta partisipasi warga negara, pada dasarnya ditujukan dalam kerangka negara teritorial yang berdaulat sehingga ketika struktur ekonomi politik internasional mengalami perubahan, menurut garis pemikiran kaum globalis, demokrasi konvensional tidak lagi memadai. Dengan kata lain, diperlukan suatu definisi baru mengenai demokrasi. Dengan adanya kebebasan, mendorong lembaga-lembaga internasional yang sangat berpengaruh seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia di luar negara bangsa untuk mempengaruhi negara-negara dibelahan dunia. Bahkan, dalam kasus tertentu, lembaga-lembaga ini mempunyai kekuatan pemaksa yang sangat kuat terutama bagi negara-negara yang mengalami krisis ekonomi.

(4)

berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.

Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Globalisasi dapat dipahami sebagai perubahan-perubahan dalam mencakup semua bidang terutama bidang ekonomi dan sosial yang berkombinasi dengan pembentukan kesalinghubungan regional dan global yang unik, yang lebih ekstensif dan intensif dibandingkan dengan periode sebelumnya, yang menantang dan membentuk kembali komunitas politik, dan secara spesifik, negara modern.2 Dalam perkembangannya,

perubahan-perubahan dalam tatanan global ini melibatkan sejumlah perkembangan yang dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang mendalam, terjadi di waktu sekarang dan akan datang, dan melibatkan suatu transformasi struktural yang melintasi.

Pada akhirnya, semua gerak perubahan tersebut mempunyai implikasi terhadap kapasitas negara dalam melakukan regulasi. Negara-negara bangsa tidak lagi otonom dalam melakukan pengambilan keputusan tanpa memerhatikan aktor-aktor lain di luar dirinya, baik dalam konteks nasional, regional, dan bahkan global. Dalam kaitan ini, globalisasi merupakan suatu proses yang mengejawantah ke dalam suatu transformasi ruang organisasi dari hubungan-hubungan dan transaksi sosial-yang dinilai berdasarkan tingkat extensity, intensity, velocity, dan dampaknya yang membawa aliran-aliran transkontinental atau interregional dan jaringan aktivitas, interaksi, dan penggunaan kekuasaan.3

Di tingkatan global, transformasi politik yang menyusul bersamaan dengan tumbuhnya kesalinghubungan di antara negara dan masyarakat serta semakin meningkatnya intensitas jaringan internasional memerlukan suatu pengujian kembali atas teori politik dalam bentuk dan ruang lingkup yang sama fundamentalnya, seperti perubahan yang menghasilkan inovasi konseptual dan

(5)

institusional negara modern itu sendiri. Karena itu, penting kiranya dikemukakan suatu gagasan baru yang dapat digunakan untuk menjelaskan transformasi sosial politik yang tengah berlangsung, terutama kaitannya dengan kedaulatan negara demokrasi modern. Meskipun pandangan kaum skeptis mengatakan bahwa globalisasi tidak menghancurkan sama sekali - tetapi hanya menguranginya saja-kedaulatan negara nasional sebagaimana diyakini kaum hiperglobalis, namun yang jadi persoalan adalah globalisasi telah mengartikulasikan kewajiban dan kekuasaan negara bangsa dalam suatu cara yang kompleks, yang melibatkan perkembangan ke arah menyebarnya kekuasaan dunia dan diiringi oleh menyebarnya otoritas dan bentuk-bentuk pengaturan yang kompleks (Budi Winarno, 2012).

Ketika demokrasi dipahami sebagai sebuah kemestian sebagai sistem untuk mencapai kesejahteraan dalam cita-cita bangsa negara, maka menjadi penting untuk memahami cara menuju demokrasi. Paling tidak terdapat pemaham transformasi menuju demokrasi, yaitu mereka yang menilai bahwa demokrasi dikembangkan melalui modernisasi, ada yang percaya bahwa demokrasi dapat dikembangkan melalui transisi yang memperkenalkan jalan linier dari non-demokrasi menuju non-demokrasi. Ada pula yang sepakat bahwa non-demokrasi dibentuk dengan adanya perubahan struktur dan kelembagaaan politik. Demokrasi menemui jalan buntu ketika pembangunan berhadapan dengan kegagalan pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang menjadi penyeimbang berdirinya negara-negara yang demoktaris dengan jaminan kesejahteraan yang diberikan, maka rakyat tidak mempermasalahkan apakah negara itu menjadi demokratis atau tidak.

(6)

jaringan proses regional dan global. Prinsif otonomi mengandung pengertian kemampuan manusia untuk melakukan pertimbangan secara sadar diri, melakukan perenungan diri, dan melakukan penentuan diri. Otonomi mencakup kemampuan untuk berunding, mempertimbangkan, memilih, dan melakukan tindakan yang berbeda baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan publik dengan memahami kebaikan demokrasi atau kebaikan umum (Held 1995, 146). Prinsip otonomi ini mengandung dua gagasan pokok. Pertama, rakyat ideal dan seharusnya memegang peranan penentuan diri. Kedua, pemerintahan demokratis harus menjadi pemerintahan yang terbatas, yaitu pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan yang dibatasi secara resmi.

Semakin menuju ke arah kontemporer, globalisasi memilih pengaruh yang kuat pada perkembangan proses demokrasi. Globalisasi akan mereduksi angka kemiskinan, sehingga kesejahteraan akan tercapai. Dengan tercapainya kesejahteraan, maka demokratisasi akan dengan mudah karena kemunculan kaum-kaum kelas menengah ke dalam pemerintahan. Pernyataan ini menjadikan banyak asumsi positif yang muncul antara globalisasi dan demokrasi itu sendiri. Pertautan globalisasi dalam tatanan politik bangsa yang sementara berkembang melahirkan sistem demokrasi Liberal.

(7)

HUBUNGAN GLOBALISASI DAN DEMOKRATISASI

Demokrasi menjadi salah satu komponen dari perkembangan globalisasi yang digerakkan oleh liberalisasi perdagangan, kapitalisme global, yang berjalan seiring dengan bangkitnya kembali libertarianisme dan kebangkitan ekomomi klasik. Pun sebaliknya, konsep globalisasi mendorong proses demokrasi dinegara-negara berkembang. Fukuyama (The End of History and the Last Man,1992) mengatakan bahwa akhir dari peradaban adalah kapitalisme. Persaingan kini bukanlah kapitalis dengan sosialis, namun kapitalis dengan kapitalis, dengan tegas mengatakan bahwa kapitalisme akan menjadi ideologi peradaban abad 21 dan bahkan ke depan, karena belum ada konsep pengganti yang lebih baik dan lebih menarik dari kapitalis.

Demokrasi menjadi tuntutan dari globalisasi, sebagaimana demokrasi diperlukan untuk mendukung mekanisme pasar bebas. Demokrasi bergerak ke satu arah, demokrasi liberal, karena hanya demokrasi dalam pola ini yang paling cocok untuk liberalisasi perdagangan dunia, karena hanya demokrasi ini yang paling cocok dengan tatanan negara bangsa sekarang ini. Tentu saja, gerakan menuju ke demokrasi seperti ini ditopang oleh berbagai pendekatan yang mutakhir, salah satunya adalah good governance, yang dijadikan sebagai software dari demokrasi modern.

(8)

oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor. (4) Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani setiap stakeholders. (5) Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur. (6) Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. (7) Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. (8) Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi. (9) Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

Administrasi Publik Indonesia, melalui LAN (2000), mengindonesiakan good governance sebagai kepemerintahan yang baik dan mendefinisikan good governance sebagai penyelenggaraan negara yang solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Konsep tersebut dapat tercepat ketika terdapa adanya proses-proses liberalisasi antara beberapa stakeholder dan hal ini merupakan bagian dari efek globalisasi.

(9)

demikian sisi manfaat globalisasi bagi negara adalah bahwa globalisasi mempercepat proses demokratisasi.

Ditulis Budi winarno dalam jurnal, bahwa untuk melihat hubungan antara globalisasi dan demokrasi diera sekarang ini, ada tiga aliran pemikiran yang berkembang. Kelompok pertama adalah mereka yang melihat bahwa kapitalisme “bertentangan” dengan demokrasi. Mereka berpendapat bahwa “muatan demokratis” demokrasi kapitalis adalah produk dari gerakan-gerakan rakyat dan perjuangan kelas, bukannya elemen integral dari ekspansi hubungan-hubungan pasar. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, hasil gabungan antara kapitalisme dan demokrasi tampak sebagai sebuah perkembangan kontradiktif yang ditopang oleh equilibrium politik di mana kekuatan-kekuatan demokrasi harus selalu waspada terhadap kecenderungan otoritarianisme yang inheren dalam kekuasaan kapitalis. Sementara itu, berbeda dengan pandangan pertama yang melihat demokrasi sebagai hasil perjuangan kelas dan bukannya elemen integral dari ekspansi pasar sehingga hubungan kapitalis dan demokrasi lebih bersifat kontradiktif, pandangan kedua berpendapat bahwa pertumbuhan kapitalisme dan demokrasi saling terkait. Di sini, pasar-pasar yang bebas dan pemilu yang bebas dipandang sebagai proses-proses yang saling memperkuat, atau yang satu dianggap sebagai penciptaan prakondisi-prakondisi untuk yang lainnya; liberalisasi ekonomi yang membesarkan kekuatan-kekuatan perkembangan ekonomi untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi demokrasi atau sebaliknya liberalisasi politik dan demokrasi menciptakan kondisi bagi pembangunan ekonomi (Sorensen 2003).

(10)

ekonomi, politik, sosial, dan budaya telah mengalami perubahan akibat perkembangan globalisasi. Kekuasaan ekonomi politik telah bergeser dari yang berpusat pada negara ke berbagai institusi regional, global, dan masyarakat.

Globalisasi telah sedemikian rupa mengurangi kedaulatan dan otonomi negara nasional. Globalisasi telah mendorong terjadinya integrasi ekonomi nasional ke dalam perekonomian global, menciptakan hubungan antar sub sistem sehingga keputusan yang diambil oleh suatu negara bangsa akan memengaruhi negara bangsa lain. Persoalan-persoalan yang muncul ke permukaan dan mempunyai imbas terhadap negara bangsa dalam suatu kawasan hanya dapat diselesaikan melalui kerjasama multilateral antar negara bangsa, dan mereka hanya akan dapat mengambil keuntungan ekonomi jika bekerja sama untuk kesejahteraan negara bangsa.

Anthony Giddens (2000) menyebut globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial di segenap penjuru dunia yang menghubungkan wilayah-wilayah yang saling berjauhan dengan cara tertentu sehingga apa yang terjadi pada tingkat lokal dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di tempat lain, begitupun sebaliknya. Pemaknaan ini sebagai bentuk penyederhanaan terhadap fenomena globalisasi yang sesungguhnya luar biasa kompleks, penuh keterpaksaan, ketidakmestian, dan keragaman. Dengan karakteristik ini, globalisasi memberi tempat dan kesempatan bagi setiap pihak terutama yang memiliki kompetensi untuk tampil sebagai aktor/pelaku. Setiap aktor dapat turut serta sebagai subjek dalam suatu hubungan dialogal, ketika satu pihak memengaruhi pihak lain, demikian pula sebaliknya. Di lapangan politik, globalisasi menggerus tembok-tembok yang selama ini menjadi sekat bagi hubungan antar masyarakat. Dalam proses ini, sebuah tindakan pada level lokal dapat membawa akibat yang melampaui batas-batas fisik sehingga ia memengaruhi apa yang terjadi di belahan lain dunia.

(11)

ruang dan waktu, sebagaimana pada satu sisi terjadinya peningkatan dalam aktivitas sehari-hari yang dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di belahan dunia yang lain dan pada sisi yang lain praktek-praktek maupun keputusan-keputusan kelompok-kelompok atau komunitas lokal bisa memiliki gaung yang signifikan secara global. Kejadian-kejadian seperti ini tentunya mendorong perubahan untuk masuk dialam terbuka dengan menganut paham kehidupan didalam belahan dunia.

Globalisasi bukan saja sekedar hubungan saling ketergantungan ekonomi melainkan tentang transformasi waktu dan ruang dalam kehidupan manusia.4

Sebagaimana dicontohkan bahwa, peristiwa-peristiwa di tempat jauh, baik yang berhubungan dengan ekonomi maupun tidak, mempengaruhi manusia secara langsung secara lebih cepat dari pada yang pernah terjadi sebelumnya, sebaliknya juga keputusan-keputusan yang diambil oleh individu-individu seringkali memiliki implikasi global. Globalisasi juga menekan pada dasarnya menciptakan tuntutan dan kesempatan-kesempatan untuk menggenerasikan identitas lokal. Globalisasi dipahami bahwa hal tersebut sebuah rentangan proses yang kompleks dalam negara yang digerakkan oleh berbagai pengaruh, terutama pengaruh politik dan ekonomi.

Gagasan-gagasan politik jalan ketiga yang dicetuskan Anthony Giddens bahwa negara dan masyarakat sipil harus bermitra, saling memberikan kemudahan, dan saling mengontrol. Reformasi negara dan pemerintah harus menjadi prinsip dasar. Tema mengenai pengembangan dan demokratisasi di tingkat komunitas juga sesuatu yang fundamental dalam pengembangan masyarakat sipil. Saling hubungan antara negara dan masyarakat sipil adalah bahwa pemerintah dapat mendorong pembaruan dan pembangunan masyarakat. Giddens menyebut basis ekonomi kemitraan tersebut sebagai ekonomi campuran baru (new Mixed economy). Sementara ekonomi itu dapat efektif hanya jika institusi-institusi kesejahteraan yang ada dimodernisasikan secara menyeluruh.

(12)

Kemajuan ekonomi sebagai bagian dari pengaruh global yang efektif juga akan mendorong menguatnya pemerintah.

Giddens menambahkan bahwa apa yang dibutuhkan di negara demokratis adalah pendalaman demokrasi (a deepening democracy) itu sendiri. Giddens menyebutnya sebagai demokratisasi atas demokrasi (democratizing democracy). Namun, demokrasi dewasa ini juga harus bersifat transnasional. Menurutnya, pendalaman demokrasi dibutuhkan karena mekanisme lama pemerintahan tidak berjalan dalam sebuah masyarakat di mana warga negaranya hidup dalam informasi yang sama dengan yang berkuasa. Di tingkatan global, transformasi politik yang menyusul bersamaan dengan tumbuhnya kesalinghubungan di antara negara dan masyarakat serta semakin meningkatnya intensitas jaringan internasional memerlukan suatu pengujian kembali atas teori politik dalam bentuk dan ruang lingkup yang sama fundamentalnya, seperti perubahan yang menghasilkan inovasi konseptual dan institusional negara modern itu sendiri.

Globalisasi juga diartikan sebagai perubahan sosial. Ditengah arus globalisasi negara-negara berkembang dalam prosesnya untuk sebuah perubahan, Giddens menawarkan konsep “Pendekatan Alternatif” sebagai solusinya. Pendekatan alternatif ini mengedepankan konsep demokrasi baru yang lebih deliberatif dan transendal sebagai demokrasi dialogis. Konsep ini secara jernih jauh berupaya mengetengahkan bentuk-bentuk pertukaran sosial yang dapat memberi kontribusi pada rekontruksi solidaritas sosial. Dengan begitu demokrasi dialogis tidak berbicara tentang proliferasi hak-hak ataupun representasi kepentingan tetapi jauh lebih berupaya mengembangkan kosmolitarisme kultural sebagai bangunan utama dalam tarik ulur keterhubungan solidaritas negara-negara antar wilayah maupun benua.

(13)

serta masyarakat. Dua hal yang disebut oleh Held di atas tidak bisa dipahami secara terpisah. Interkoneksitas di antara hal itu sangat kuat sehingga mustahillah memahami intensitas hubungan di antara warga dunia tanpa mengandaikan melonggarnya sekat-sekat yang sebelumnya membelenggu keleluasaan dalam berkomunikasi, demikian pula sebaliknya. Sehingga dengan perkembangan ini, negara-negara disebagian dunia terdorong untuk melakukan perubahan.

Semakin mengemukanya pasar global dan mundurnya perang berskala besar yang telah memepengaruhi struktur dan legitimasi pemerintah mendorong kebijakan-kebijakan setiap negara. Demikian juga sebab lainnya yang mencakup semakin meluasnya penyebaran demokratisasi, yang berkaitan erat dengan pengaruh tradisi dan adat istiadat yang tumpang tindih. Daya tarik demokrasi menurutnya bukanlah sepenuhnya dan bukan terutama muncul dari kemenangan institusi-institusi demokrasi liberal atas institusi-institusi lain, tetapi dari kekuatan-kekuatan yang lebih dalam yang membentuk kembali masyarakat global termasuk tuntutan atas otonomi individual dan muncuknya masyarakat yang lebih reflektif. Isunya bukanlah peran pemerintah yang lebih besar atau lebih kecil, tetapi pengakuan bahwa pemerintahan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru abad global, dan bahwa otoritas, termasuk legitimasi negara, harus diperbaharui secara aktif.

PENUTUP

(14)

demokratisasi atas demokrasi. Ini akan mengambil bentuk yang berbeda-beda dalam berbagai negara, tergantung pada latar belakang masing-masing.

Ditengah era multidimensi, globalisasi diyakini sebagai pendorong gelombang demokratisasi dunia sekarang ini. Terjadinya dinamika dalam struktur ekonomi-politik global negara-negara berkembang tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Pengaruh globalisasi ini berdampak pada negara-negara yang sedang berkembang bahwa, negara tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam ekonomi-politik internasional. Perannya telah digantikan oleh aktor-aktor baru yang bernaung di bawah bendera lembaga-lembaga internasional, perusahaan-perusahaan multinasional, maupun negara-negara yang menganut paham sistem keterbukaan.

Demokratisasi dalam demokrasi seringkali mengimplikasikan reformasi konstitusional, dan pengembangan transparansi dalam urusan politik. Teori Demokrasi dengan tantangan-tantangannya muncul didalam batas-batas negara, seperti perkembangan partai-partai birokratis massa, dan pragmentasi kekuasaan politik. Selain itu, perlu adanya eksperimen dengan prosedur demokrasi alternatif, khususnya jika prosedur semacam ini dapat membuat keputusan politik dekat dengan kepentingan warga sehari-hari. Demokrasi akan berjalan lebih baik dalam lingkup kecil dan semakin akan berkurang jika berada dalam lingkup yang lebih besar.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony Giddens, 2000. Jalan ketiga dan kritik-kritiknya. Cambridge : Politicy Pres (AG)

David Held : 1995. Demokrasi dan Tatanan Global : Standford: Standfor UP (DH)

Sorensen, Georg. 2003, Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek dalam Dunia yang Berubah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan CCSS.

Winarno, Budi, 2007, Globalisasi dan Krisis Demokrasi. Yogyakarta: MedPress.

Winarno Budi, 2012, Jurnal, Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi, Yogyakarta

Rendy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho, Jurnal, 2011, Demokrasi Bagi Negara-Negara Berkembang,

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah pipa organa terbuka yang panjangnya 60 cm menghasilkan bunyi dengan pola.. gelombang yang memiliki tiga

Dari Perancangan Simulasi Sistem Pergerakan dengan Pengontrolan Pneumatik untuk Mesin Pengamplas Kayu Otomatis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebelum membuat

Untuk melihat resiko yang diterima oleh Operator penyelenggara telekomunikasi dan dampak yang akan terjadi pada layanan ke pelanggan, penulis pada jurnal

Seperti yang disampaikan oleh tamu pengunjung restoran ini: “Terkenal karena sambal dan lalabannya, kami singgah di rumah makan Cibiuk karena menikmati bermacam hidangan khas

Bentuk dan tala letak Liang serta bentuk- bentuk tinggalan keranda erong di Tana Toraja' O"p" tt."giambarkan tentang : (1) kehidupan di Au* t tU"i bahwa

Hasil optimum tablet ibuprofen yang diperoleh dengan program optimasi Design Expert yaitu formula dengan konsentrasi amilum kulit pisang pada konsentrasi 3,08%,

 Namun, peningkatan kebutuhan semen tahun 2017 ini masih tidak sesignifikan penambahan kapasitas produksi yang diprediksi mencapai 102 juta ton.. Tingginya kapasitas

Berdasarkan hasil statistika lama sembuh luka diatas, maka dapat dilihat dalam gambar diagram 1.1 dibawah ini, bahwa pada kontrol negatif yang tidak diberi