LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
EKOLOGI TANAMAN
Disusun oleh:
Nama
: Andrew Budiherlando
NIM
: 13188
Kelompok/golongan : 2/C4
Asisten
: 1.Devi Alvioliana
2.Denny Andria
3.Chalida
4.
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA 1
ALELOPATI TANAMAN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
Disusun oleh:
Nama
: Andrew Budiherlando
NIM
: 13188
Kelompok/golongan : 2/C4
Asisten
: 1.Devi Alvioliana
2.Denny Andria
3.Chalida
4.
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA IALELOPATI TANAMAN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
Praktikum Ekologi Tanaman Acara 1 dengan judul Pengaruh Alelopati Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dilakukan di Laboratorium Ekologi Tanaman dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian UGM, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 23 September 2014. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu petridish, blender, timbangan, gelas ukur, kertas filter, corong, sprayer, erlenmeyer, TDS meter, penggaris, oven dan alat tulis. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu benih jagung (Zea mays), daun kenikir, bunga cengkeh, buah tomat, dan polibag. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati tanaman cengkeh, kenikir, dan tomat terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Alelopat yang terkandung dalam ekstrak cengkeh adalah eugenol, sementara pada buah tomat mengandung coumarin dan pada kenikir mengandung aquoeus. Ekstrak alelopat yang paling mempengaruhi perkecambahan jagung, pertumbuhan plumula dan radikula, serta cenderung menghambat pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, yang berakibat pada menurunnya bobot segar tanaman, dan akumulasi asimilat (bobot kering) tanaman adalah pada ekstrak cengkeh karena mengandung eugenol dengan konsentrasi tinggi. Sehingga efektivitas alelopat lebih tinggi daripada ekstrak tomat dan kenikir.
Kata kunci: alelopati, cengkeh, kenikir, tomat, jagung
I. LATARBELAKANG
Agroekologi adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi untuk pertanian. Agroekologi merupakan ilmu yang menjadi landasan untuk merancang sistem pertanian berkelanjutan dan memberikan pedoman untuk mengembangkan diversifikasi agroekosistem dengan memanfaatkan keragaman hayati serta pengaruh interaksi komponennya. Konsep agroekologi dapat membantu mewujudkan pertanian berkelanjutan yang berguna untuk kebutuhan manusia untuk hidup yang sekaligus dapat mempertahankan dan meningkatkan kondisi lingkungan dan juga sumber daya alam. Namun akhir-akhir ini konsep agroekologi sudah tidak dihiraukan terutama para masyarakat yang terlibat di sektor pertanian. Penggunaan herbisida kimia untuk memberantas gulma oleh petani menjadi solusi yang instan. Akibatnya, terjadi kerusakan keseimbangan lingkungan yang akan merugikan banyak pihak. Mulai dari petani sendiri yang akan terus bergantung terhadap bahan-bahan kimia dan produk pertanian yang dihasilkan tidak organik, juga masyarakat yang akan tercemar oleh limbah herbisida kimia tersebut. Padahal penggunaan herbisida alami masih bisa dilakukan salah satunya dengan memanfatkan alelopati pada tanaman tertentu.
Alelopati dalam penentuan pola pertanaman penting untuk dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pemilihan jenis tanaman, waktu tanam dan sistem tanam. Untuk itu praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati tanaman cengkeh, kenikir, dan tomat terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
II. METODE PERCOBAAN
Praktikum Ekologi Tanaman yang berjudul Alelopati Tanaman pada Tanaman Jagung (Zea mays ) dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanaman dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 23 September—21Oktober 2014. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah petridish, mortir/ blender, timbangan, gelas ukur, kertas filter, corong, erlenmeyer, dan TDS meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kenikir (Tagetas erecta), tomat (Solanum lycopersicum), cengkeh (Syzygium aromaticum), dan benih jagung (Zea mays). Rancangan yang digunakan adalah CRD (Complete Randomized Design).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Rasio Akar/Tajuk pada Petridish
Komodit
as Perlakuan Hasil
Padi Kontrol 1.038
Tomat 0.815
Tabel 3. Indeks Vigor Tanaman Komodit
as Perlakuan
Pengamatan
Ke-1 2 3 4 5 6 7
Padi
Kontrol 0.00 0.38 2.75 0.06 0.05 0.04 0.00
Tomat 0.00 0.13 2.67 0.06 0.20 0.00 0.04
Kenikir 0.00 0.13 2.08 0.81 0.00 0.00 0.00
Cengke
h 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Komodit
as Perlakuan 1 2 Pengamatan Ke-3 4 5 6 7
Jagung
Kontrol 0.00 2.63 1.17 0.19 0.05 0.04 0.00
Tomat 0.00 2.50 1.17 0.00 0.00 0.04 0.00
Kenikir 0.00 1.75 1.25 0.31 0.00 0.00 0.04
Cengke
Kontrol 0 0.13 0.25 0.63 0.60 0.29 0.07
Tomat 0 0.00 0.08 1.00 0.25 0.21 0.14
Kenikir 0 0.00 0.08 0.81 0.40 0.00 0.14
Cengke
h 0 0.00 0.00 0.06 0.05 0.00 0.07
B. Dalam Polybag
Komodit
Tabel 2. Rasio Akar/Tajuk pada Petridish Komodit
C. Tabel 3. Indeks Vigor Tanaman Komodit
Padi Kontrol 0.00 0.38 2.75 0.06 0.05 0.04 0.00
Tomat 0.00 0.13 2.67 0.06 0.20 0.00 0.04
Cengke
h 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Komodit
as Perlakuan 1 2 Pengamatan Ke-3 4 5 6 7
Jagung
Kontrol 0.00 2.63 1.17 0.19 0.05 0.04 0.00
Tomat 0.00 2.50 1.17 0.00 0.00 0.04 0.00
Kenikir 0.00 1.75 1.25 0.31 0.00 0.00 0.04
Cengke
Kontrol 0 0.13 0.25 0.63 0.60 0.29 0.07
Tomat 0 0.00 0.08 1.00 0.25 0.21 0.14
Kenikir 0 0.00 0.08 0.81 0.40 0.00 0.14
Cengke
h 0 0.00 0.00 0.06 0.05 0.00 0.07
Alelopati merupakan sesuatu yang pengaruhnya berbahaya atau menguntungkan dari tanaman termasuk mikroorganisme terhadap tanaman lain melaui pelepasan bahan kimia ke lingkungan (Rice, 1984 cit. Raden, 2008). Menurut Putnam (1988), pengaruh negarif alelopat tergantung dari konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya. Senyawa alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis pada larutan hasil “leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam) mampu menekan perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada dibawah pohon kenari hitam tersebut. Sebelumnya Condolle pada tahun 1832 menyatakan bahwa eksudat tanaman bisa menyebabkan terjadinya tanah yang marginal akibat adanya ekskresi atau eksudasi akar tanaman sebelumnya (Wilis, 1985). Hasil penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa senyawa alelopati juga dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik (Hasanuzzaman, 1995 cit. Djazuli, 2011).
mikroorganisme tanah. Namun pada umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang berasal dari leaching daun segar jauh lebih rendah dibandingkan yang berasal dari serasah yang telah terdekomposisi. Rice (1984), Einhellig (1995), dan Rimando dan Duke (2003) menyatakan bahwa alelokimia pada tumbuhan dapat dibentuk di berbagai organ, seperti di akar, batang, daun, bunga atau biji yang merupakan hasil metabolit sekunder seperti asam lemak, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, cumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino non protein, sulfida serta nukleosida.
Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman
Gambar 2. Grafik Jumlah Daun
Gambar 3. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Akar
Gambar 4. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Tajuk
Pada histogram di atas dapat terlihat bahwa perlakuan pemberian senyawa
alelopat tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan
akumulasi bahan kering tanaman. Tidak adanya beda nyata pada parameter ini dapat
dipengaruhi oleh tidak adanya perbedaan nyata pada jumlah daun tinggi tanaman
yang merupakan komponen dari tajuk.
Padi
Kontrol 0.035 a Kontrol 0.465 a Kontrol 1008.045 a
Tomat 0.035 a Tomat 0.261 b Tomat 911.012 b
Kenikir 0.039 a Kenikir 0.262 b Kenikir 967.366 ab Cengke
h 0.048 a Cengkeh 0.367 ab Cengkeh 999.568 a
Jagung
Kontrol 1.203 b Kontrol 0.592 a Kontrol 3809.815 a
Tomat 1.289 ab Tomat 0.772 a Tomat 3817.951 a
Kenikir 1.543 a Kenikir 0.724 a Kenikir 4602.453 a
Cengke
Kontrol 0.383 a Kontrol 1.059 a Kontrol 2552.348 a
Tomat 0.341 a Tomat 0.911 a Tomat 2458.092 a
Kenikir 0.433 a Kenikir 1.221 a Kenikir 2429.154 a
Cengke
h 0.338 a Cengkeh 1.053 a Cengkeh 2357.359 a
Gambar 8. Grafik Indeks Vigor
Gambar 9. Grafik Rasio Akar/Tajuk
Grafik di atas menunjukkan bahwa perlakuan kontrol dan tomat memacu
pertumbuhan akar yang lebih tinggi pada pertumbuhan atau akar muncul terlebih
dahulu dibandingkan tajuk. Seiring bertambahnya usia tanaman, rasio akar/tajuk
menurun karena laju pertumbuhan tajuk lebih tinggi dibandingkan akar. Pada
perlakuan mahoni didapatkan angka yang mendekati nol karena senyawa alelopat
mahoni menghambat pemunculan dan pertumbuhan akar, namun tidak menghambat
pertumbuhan tajuk. Pada perlakuan cengkeh didapatkan grafik linear pada angka nol
karena pemberian ekstrak cengkeh membuat proses perkecambahan benih tidak
terjadi atau menghambat proses perkecambahan benih.
IV.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Djazuli, M. 2011. Potensi senyawa alelopati sebagai herbisida nabati alternative pada budidaya lada organic. Semnas pesnab IV: 177-186..
Djazuli, M. 2011. Alelopati pada beberapa tanaman perkebunan dan tekhnik pengendalian serta prospek pemanfaatannya. Prospektif 10 (1): 44-50.
Djazuli, M dan Maslahah,N. 2012. Alelopati pada tanaman nilam. Bunga Rampai Inovasi Tanaman Atsiri Indonesia. 77-80.
Einhellig F. A. 1995. Mechanism of action of allelochemicals in allelopathy. In: Inderjit, K.M.M. Dakhsini, F.A. Einhellig (eds). Allelopathy, Organism, Processes and Applications. Washington DC: American Chemical Society 96 —116.
Garrity DP et al. 1997. The Imperata grasslands of tripocal Asia: area, distribution and typology. Agroforestry Systems 36: 3-29
Hani, A., dan P. Suryanto. 2014. Dinamika agroforestry tegalan di perbukitan menoreh, kulon progo, daerah istimewa yogyakarta. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 3 : 119 —128.
Imatomi, M., 1, P. Novaes, and S. C. J. Gualtieti. 2013. Interspecific variation in the allelopathic potential of the family Myrtaceae. Journal Acta Botanica Brasilica 27: 54 —61.
Rice, E. L. 1984. Allelopathy. Academic Press, New York.
Weidenhamer JD. 1996. Distinguishing resource competition and chemical interference: overcoming the methodological impasse. Journal Agron 88: 866 —875.