• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAH Iden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAH Iden"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Desa Sumber Sekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang”

Disusun Oleh :

Diva Ariella Herhandini 165040207111019 Juanita Rifanggi 165040207111035 Salsabila Shahnaz Farrasati 165040207111069

Petty Angelina 165040207111074

Fiqar Rinengkuh Ardhika 165040207111107 Dafinah Fawziah 165040207111143

Shafira Annisa 165040207111146

Qowan Mutashim Maulana 165040207111148 Lalu Muh Geger Wiretatas 165040207111151

Kelas : D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...2

I. PENDAHULUAN...3

1.1 Latar Belakang...3

1.2 Tujuan...3

1.3 Manfaat...3

II. ISI...4

2.1 Deskripsi Lokasi...4

2.2 Kondisi Sifat Biologi Tanah...4

2.3 Kondisi Sifat Fisika Tanah...7

2.4 Kondisi Sifat Kimia Tanah...7

2.5 Kondisi Sosial...9

2.6 Masalah pada Tanah...9

2.7 Solusi Permasalahan...9

III. PENUTUP...10

3.1 Kesimpulan...10

3.2 Saran...10

DAFTAR PUSTAKA...11

LAMPIRAN...12

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

(3)

dari bentangalam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Tegalan adalah lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan, seperti padi ladang, palawija, dan holtikultura. Tegalan letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah. Lahan tegalan berfungsi sebagai lahan pertanian/perkebunan. Melihat peranan lahan kering sangat penting dalam menunjang kegiatan pertanian maka sangat penting pengembangannya secara ramah lingkungan, menata pengembangan sumberdaya yang berkelanjutan, kesejahteraan petani serta penciptaan lapangan kerja. Struktur pertanian lahan kering ini umumnya didominasi oleh usaha pertanian yang berskala kecil.

I.2 Tujuan 1. Mengetahui kondisi biologis tanah

2. Mengetahui kondisi fisika tanah 3. Mengetahui kondisi kimia tanah

4. Mengetahui kondisi permasalahan tanah di lahan tegalan 5. Mengetahui solusi permasalah pada lahan tegalan

I.3 Manfaat

II. ISI

2.1 Deskripsi Lokasi

Kecamatan Dau menpakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang berjarak 8 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Malang yang terletak di ketinggian antara 600-2.100 meter dan pemukaan laut dengan curah hujan rata 2000-3000 mm per tahun. Secara topografi, Kecamatan Dau dikelompokkan dalam 2 (dua) bagian wilayah, yaitu Dau bagian Bawah, terdiri dari Mulyoagung, Landungsari, Sumbersekar Karangwidoro dan Kalisongo. Serta Dau bagian atas, terdiri dari Desa TegaMeru, Petungsewu, Selorejo, Gadingkulon, dan Kucur (Pemkab Malang, 2010).

(4)

tersebut menghasilkan beberapa point penting. Luas lahan yang digunakan untuk menanam tanaman cabai tersebut kurang lebih 500 m, beliau tidak mengetahui luas pasti lahan yang beliau tanami. Beliau memiliki beberapa lahan cabai yang tersebar bukan hanya pada titik tegalan yang sedang kami amati. Jenis cabai yang ditanam ialah cabai jowo atau cabai merah kecil, petani tersebut menjelaskan bahwa beliau menanam cabai yang berasal dari bibit yang di produksi sendiri dan bukan bibit yang dibeli di toko pertanian atau sebagainya. Menurut petani, bibit yang diproduksi sendiri akan lebih tahan lama dibandingkan dengan bibit yang dibeli di toko pertanian. Apabila membeli bibit di toko pertanian maka buah cabai hanya tahan 3 hari kemudian akan busuk. Penggunaan bibit sendiri selain tahan lama juga akan mengurangi biaya produksi.

Pengolahan lahan dilakukan dengan cangkul dan biasanya beliau mengolah sendiri manual dengan tangan tanpa bantuan teknologi dan tanpa menggunakan binatang ternak untuk membajak. Beliau mempunyai hewan ternak berupa sapi namun hanya untuk usaha peternakan saja. Dari peternakan tersebut kotoran sapi digunakan untuk pupuk kandang. Pupuk tersebut dicampur dengan pupuk kimia seperti pupuk ZA dan urea karena menurut beliau apabila hanya menggunakan pupuk kandang saja hasil yang didapat kurang memuaskan. Beliau menyebutkan bahwa tidak ada takaran tertentu terkait pupuk.

Irigasi yang digunakan pada lahan tersebut ialah irigasi tadah hujan. Irigasi tadah hujan yaitu irigasi yang hanya mengandalkan air hujan saja sehingga saat musim kemarau tiba beliau tidak menanam dan lahan dibiarkan kosong begitu saja. Selain itu, saat musim kemarau tanah sangat kering dan susah untuk diolah. Pola penanaman yang dilakukan oleh petani cabai tersbut adalah monokultur dan terus menerus ditanamani tanaman cabai.

2.2 Kondisi Sifat Biologi Tanah

(5)

dalam pelapukan bahan organik dan daur ulang unsur hara, sehingga keberadaannya berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Pengamatan kondisi biologi tanah dilakukan dengan menggali dengan kedalaman sekitar 3-5 cm di beberapa titik pada lahan untuk mengamati keanekaragaman fauna di dalam tanah. Untuk memudahkan dalam menggali, dapat dilakukan penyiraman dengan sedikit air agar kondisi tanah basah. Fauna yang ditemukan pada lahan pengamatan adalah cacing tanah.

Gambar 1. Biologi tanah (A) keberadaan cacing tanah, (B) pengamatan sifat biologi tanah.

Cacing tanah yang ditemukan termasuk ke dalam genus Lumbricus. Menurut Ciptanto (2011) klasifikasi cacing ini adalah:

Kingdom : Animalia Filum : Annelida Kelas : Oligochaeta Ordo : Haplotaxida Famili : Lumbricidae Genus : Lumbricus

Keberadaan cacing tanah pada lahan pengamatan mengindikasikan bahwa lahan tersebut adalah lahan yang subur. Sianturi (2009) menyatakan bahwa keberadaan cacing tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan yang disediakan oleh bahan organik untuk melangsungkan hidupnya. Tersedianya sumber nutrisi bagi cacing tanah dan makrofauna lainnya akan

(6)

meningkatkan perkembangan dan aktivitas makrofauna tanah yang akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Sifat kimia seperti pH juga menjadi faktor pendukung jumlah populasi makrofauna tanah. Suin (1997) menyatakan bahwa mesofauna tanah dapat hidup pada pH tanah masam. Kondisi lingkungan juga diduga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan jenis mesofauna tanah, dimana tiap jenis mesofauna tanah memiliki adaptasi dan toleransi yang berbeda pada tiap habitatnya, sehingga mesofauna tanah yang mampu bertahan hidup pada suatu habitat akan menempati dan menetap pada habitat tersebut (Zahara et al., 2015).

Menurut Wiryono dan Darmi (2003) peranan cacing tanah secara umum adalah sebagai berikut:

a. Humifikasi

Dengan mekanisme sistem pencernaannya cacing tanah ikut berperan dalam proses pembentukan humus (humifikasi). Material organik yang dikonsumsi oleh cacing tanah akan dicerna dan sisanya dibuang dalam bentuk kotoran yang juga disebut sebagai bagian dari humus. Dengan demikian kehadiran cacing tanah dapat mempercepat terjadi humus.

b. Aerasi tanah

Aerasi tanah adalah tata udara tanah. Kehadiran cacing tanah dapat memperbaiki aerasi tanah melalui aktifitasnya melalui menggali atau membuat lubang di tanah. Aktifitas tersebut mengakibatkan terbentuknya rongga dalam tanah sehingga dapat memperlancar sirkulasi udara tanah.

c. Pencampuran mineral organik tanah

Dalam aktifitas makannya cacing tanah selain mengkonsumsi material organik juga mengkonsumsi partikel tanah. Melalui sistem pencernaannya akan terjadi pencampuran material organik tanah.

d. Memperbaiki pH tanah

(7)

terbukti kotoran cacing tanah memiliki pH lebih tinggi daripada tanah disekitarnya.

Selain cacing tanah, pada lahan pengamatan juga ditemukan kascing. Kascing adalah campuran bahan organik sisa makanan cacing dan kotoran cacing. Menurut Dailami (2015) kascing mengandung unsur hara makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Produksi kascing menandakan adanya aktivitas cacing tanah membentuk liang dalam tanah. Semakin banyak kascing yang dihasilkan semakin tinggi aktivitas cacing. Aktivitas cacing tanah membentuk liang dalam tanah menambah jumlah pori makro tanah. Banyaknya kascing yang dihasilkan digunakan sebagai pendekatan untuk menghitung persentase pori. Semakin banyak produksi kascing maka liang yang dibuat semakin banyak sehingga pori yang terbentuk juga meningkat (Setyaningsih et al., 2014)

Gambar 2. Kascing tanah yang ditemukan pada lahan pengamatan.

2.3 Kondisi Sifat Fisika Tanah

(8)

Pengambilan contoh tanah meliputi dua macam sampel yaitu sampel tanah utuh menggunakan ring sampel dan tanah biasa. Sampel tanah utuh digunakan untuk analisa sifat fisik tanah meliputi berat berat isi tanah, struktur tanah dan permeabilitas tanah, sedangkan sampel tanah biasa digunakan untuk analisa tekstur tanah dan kandungan bahan organik tanah. Analisa di lapang diantaranya melakukan pengukuran panjang dan kemiringan lereng, pengamatan komoditas tanaman serta tindakan pengelolaannya.

Penelitian berat isi tanah dilakukan dengan menggunakan tanah utuh yang berasal dari ring sample dan agregat tanah utuh berupa bongkahan. Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan permeabilitas. Pada saat pengambilan sampel tanah utuh, alat-alat yang digunakan yaitu ring sample, sekop/cangkul, dan pisau yang tipis. Sedangkan tahapan-tahapan pengambilan sampel tanah utuh yaitu:

1. Ratakan dan bersihkan permukaan tanah dari rumput atau serasah.

2. Gali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau

3. Letakan tabung di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang diletakkan di atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga per empat bagian masuk ke dalam tanah.

4. Letakan tabung lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk ke dalam tanah.

5. Pisahkan tabung bagian atas dari tabung bagian bawah.

(9)

7. Iris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tutuplah tabung menggunakan tutup plastik yang telah tersedia. Setelah itu, iris dan potong kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan tutuplah tabung. 8. Cantumkan label di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi

informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat-sifat-sifat fisik tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan. Prosedur penetapan berat isi dan berat jenis tanah dilakukan di laboratorium yaitu:

1. Menimbang tanah kering, tanah didalam ring sample, dan ring sample di oven. 2. Menghaluskan tanah kering di oven.

3. Menimbang tanah halus seberat 20 gr.

4. Memasukan tanah kering ke dalam tabung erlenmeyer. 5. Menimbang tanah dan tabung erlenmeyer.

6. Menghomogenkan tanah dengan air rebusan sebanyak ¾ tabung erlenmeyer. 7. Menimbang erlenmeyer berisi air dan tanah.

Pada saat melakukan pengukuran laju infiltrasi tanah, alat-alat yang diperlukan yaitu ring sample, ember, air, penggaris dan palu. Sedangkan prosedur pengukuran laju infiltrasi tanah yaitu :

1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.

2. Menanam ring yang kecil sedalam 30 cm dengan cara dipukul dengan palu besi

3. Menanam ring yang besar di luarnya sedalam 30 cm dengan cara dipukul dengan palu besi

4. Memasang penggaris di dalam ring kecil denga posisi angka kecil di bawah 5. Menyiapkan beberapa embar air dan isi ruang antara ring besar dan ring kecil

(10)

6. Isi ruang di dalam ring kecil sampai menggenang dan dengan mengamati penggaris catat tinggi air diwal pengukuran

7. Menghidupkan stop watch dan mencatat penurunan ketinggian air setiap satu menit

8. Apabila tingkat penurunan air sudah terlalu lambat, tambah waktu pencatatan setiap 2 menit, 3 menit, 4 menit, dan seterusnya hingga mencapai batas waktu yang sudah ditentukan yaitu 1 jam

9. Hentikan pengukuran setelah penurunan tinggi muka air mencapai konstan 10.Mencatat kondisi penutup lahan lokasi praktikum

11. Menghitung tingkat Infiltrasi dengan prosedur dan rumus yang ada

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dihasilkan bobot isi tanah ialah sebesar 1,1. Tanah ini termasuk padat karena memiliki berat isi yang tinggi. Berat isi di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3 (Hardjowigeno, 2003).Tanah tegalan memiliki bobot isi tinggi. Hal ini karena tanah tegalan tidak memiliki penutup tanah yang permanen yang mengakibatkan butir-butir air hujan yang turun akan langsung jatuh mengenai dan menumbuk permukaan tanah yang mengakibatkan pemadatan tanah. Disamping itu, pengolahan tanah pada lahan tegalan lebih intensif dibandingkan penggunaan lahan lainnya yang menyebabkan destrukturisasi lebih sering terjadi sehingga terjadi peningkatan bobot isi tanah. Menurut Soepardi (1983) dalam Marieta (2011), menurunnya jumlah bahan organik akan diikuti oleh menurunnya granulasi tanah yang selanjutnya diikuti oleh pemadatan tanah. Karena bahan organik berfungsi sebagai perekat antara partikel tanah, maka jika bahan organik tanah berkurang mengakibatkan struktur tanah sulit terbentuk. Hal ini terlihat pada tanah tegalan yang memiliki tanah yang padat dengan kadar bahan organik yang rendah.

(11)

yang baik. Oleh karena itu, pengolahan tanah yang dilakukan seperti mempersiapkan lahan dengan cara tanah dibajak, kemudian digaru dan diratakan. Setelah persiapan lahan selesai kemudian dilakukan penanaman dengan menggunakan jarak tanam, pemupukan, penyiangan, pengairan dengan membuat guludan, dan pemanenan (Rukmana,1996). Menurut hasil penelitian Raja (2009), tanah tegalan memiliki nilai hantaran hidrolik jenuh dalam kelas agak lambat. Lahan ini memiliki sifat-sifat fisik tanah yang kurang baik, hal ini terlihat dari indeks stabilitas agregat, porositas, pori drainase, pori air tersedia, dan bahan organik, dan bobot isi tanahnya besar.

Bidang pertanian merupakan sebuah bidang yang tidak akan lepas dari tanah. Karena bidang ini terkait dengan proses penanaman tumbuhan dan tanah adalah sebagai media tempat tumbuhnya. Dibutuhkan kadar bobot isi dan bobot jenis yang seimbang dalam tanah pertanian agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Misalkan saja tanah yang memiliki bobot isi dan bobot jenis yang terlalu tinggi dapat mengekibatkan struktur tanah mantap dan menyulitkan perakaran tanaman untuk melewatinya akibatnya tanaman akan mati karna kesulitan mengambil zat hara yang ada didalamnya, sebaliknya jika kadar bobot isi dabn bobot jenis terlalu rendah tanah cendrung tidak dapat mengikat unsure hara didalamnya. Oleh karena itu dibutuhkan tanah yang memiliki kadar bobot isi dan bobot jenis yang seimbang untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.

Kapasitas infiltrasi tanah adalah kecepatan maksimum masuknnya air secara vertikal ke dalam profil suatu tanah. Berdasarkan definisi ilmiahnya, pengertian infiltrasi tanah adalah proses pergerakkan masuknya air ke dalam lapisan tanah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi, gerakan kapiler, dan porositas tanah. Menurut Arsyad (2006), kapasitas infiltrasi tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk melalukan air dari permukaan ke dalam tanah secara vertikal. Infiltrasi ke dalam tanah pada mulanya tidak jenuh, karena pengaruh tarikan hisapan matrik dan gravitasi. Infiltrasi yang efektif akan menurunkan run-off, sebaliknya infiltrasi yang tidak efektif akan memperbesar run-off.

(12)

aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler. Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi, dikenal sebagai proses perkolasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain:

 Permukaan tanah

 Tekstur tanah

 Struktur tanah

 Total ruang pori tanah

 Cara pengelolaan lahan

 Kepadatan tanah

 Sifat serta jenis tanaman

 Bahan organik tanah

 Kadar air tanah

Data laju infiltrasi dapat dimanfaatkan untuk menduga kapan suatu limpasan permukaan atau run-off akan terjadi bila suatu jenis tanah telah menerima sejumlah air tertentu, baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari suatu randon air di permukaan tanah. Oleh karena itu, informasi besarnya kapasitas infiltrasi tanah tersebut berguna, baik dalam pengelolaan irigasi, maupun dalam perencanaan konservasi tanah dan air. Dengan mengamati atau menguji sifat ini dapat memberikan gambaran tentang kebutuhan air irigasi yang diperlukan bagi suatu jenis tanah untuk jenis tanaman tertentu pada suatu saat. (Siradz, et al., 2000)

(13)

tanah, total porositas tanah, bahan organik, dan lain sebagainya. Dilihat dari vegetasi yang terdapat pada permukaan tanah, tanah di sekitar daerah pengambilan sampel cukup baik

2.4 Kondisi Sifat Kimia Tanah

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sebagian lahan tegalan milik Bapak X yang ditanami tanaman cabai terserang penyakit cacar daun. Serangan cacar daun mengakibatkan tanaman cabai mengalami busuk pada bagian buah dan menyebabkan gagal panen. Bapak X mengobati penyakit tersebut dengan obat pasaran yang dibeli di toko pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lahan pengamatan, ditemukan pula gejala defisiensi unsur N dan Ca.

Gambar 3. Gejala defisiensi unsur N pada lahan pengamatan

(14)

muda menurun dengan menguning dan menuanya daun-daun bagian bawah. Bila ketersediaan N tidak cukup, protein pada daun tua di hidrolisis dan asam amino yang dihasilkan di redistribusikan ke daun muda (Marschner, 1995).

Gambar 4. Gejala defisiensi unsur Ca pada lahan pengamatan

Selain defisiensi unsur N, di lahan pengamatan juga ditemukan gejala defisiensi unsur Ca yakni daun muda yang berkeriput dan mengalami perubahan warna. Menurut Nyapka (1988), daun yang mengalami defisiensi unsur Ca berkeriput, mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati.

(15)

tekanan eksternal. Namun karena usia tanaman kacang tanah yang masih muda, sehingga defisiensi N pada tanaman cabai belum bias teratasi.

2.5 Kondisi Sosial

Pada saat musim panen tiba, beliau akan menjual hasil panen cabai tersebut kepada tengkulak dan biasanya menjual dengan harga 35 ribu per satu kilogram, terkadang 40 ribu per satu kilogram , hal tersebut tergantung musim. Terkadang bisa mahal dan kadang bisa harganya jatuh Beliau menyebutkan untuk harga tiap panen tidak tentu. Hasil satu kali tanam 40-50kg bahkan sampai satu kwintal namun itu bukan hanya dari satu lahan saja yang ada di tegalannya tapi digabung dengan lahan lain.

2.6 Masalah pada Tanah

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan kendala yang terdapat pada lahan tegalan yang ditanami cabai di desa sumbersekar ialah:

a. Irigasi yang digunakan adalah irigasi tadah hujan yang hanya mengandalkan air hujan saja.

b. Tanah yang digunkan untuk menanam cabai kering, terumata pada musim kemarau sehingga susah untuk diolah.

c. Petani hanya mnanam satu jenis tanaman yang sama sepanjang musim, atau hanya menanam dengan pola tanam monokultur.

Dari kendala yang sudah disebutka diatas dapat dilakukan pencegahan dan manajemen agrokosistem sebagai berikut :

(16)

pupuk P dan K berdasar status hara tanah/PUTS), serta pengendalian hama dan penyakit terpadu.

b. Lahan kering merupakan lsuatu kendala yang dialami petani di Desa Sumbersekar. Kelangkaan air sering kali menjadi pem- batas utama dalam pengelolaan lahan kering. Oleh karena itu, inovasi teknologi pengelolaan air dan iklim sangat diperlu- kan, meliputi teknik panen hujan (water harvesting), irigasi suplemen, prediksi iklim, serta penentuan masa tanam dan pola tanam. Pemanenan air dapat dilakukan dengan menampung air hujan atau aliran permukaan pada tempat penampungan sementara atau permanen, untuk diguna- kan mengairi tanaman (Subagyono et al. 2004). Oleh karena itu, pemanenan air selain berfungsi menyediakan air irigasi pada musim kemarau, juga dapat mengurangi risiko banjir pada musim hujan.

(17)

2.7 Solusi Permasalahan 1. Perbaikan irigasi

Pada lahan kering di wilayah beriklim basah ketersediaan air juga seringkali menjadi faktor pembatas. Pada musim hujan, air seringkali berlebih namun pada musim kemarau sering terjadi kekurangan air, sehingga pada musim kemarau sebagian besar lahan kering di wilayah beriklim basah dalam kondisi bera. Pengelolaan sumberdaya air lebih difokuskan untuk mengkonservasi lengas tanah (soil moisture) dan bukan mengkonservasi air, serta menambah cadangan air tanah (water storage) (Irianto et al. 2001). Teknologi panen hujan melalui embung sudah digunakan sebagai salah satu sumber irigasi di lahan kering ataupun pada saat musim kemarau sejak tahun.

(18)

dapat diterapkan, maka masalah kekurangan air, sebagai akibat perubahan iklim akan dapat diatasi.

2. Perbaikan sifat kimia

Beberapa hasil penelitian menunjukan penggunaan pupuk organik juga dapat mensubstitusi kebutuhan kapur pada lahan kering (Basri dan Zaini 1992). Hasil penelitian Subiksa et al. (2014) menunjukkan formula pembenah tanah berbahan dasar kompos dari berbagai sumber bahan organik (diperkaya senyawa humat) efektif dalam meningkatkan pH tanah.

3. Perbaikan sifat fisik

Rehabilitasi sifat fisik tanah pada lahan kering mempunyai arti penting dari aspek peningkatan kemampuan tanah memegang air. Hal ini bukan hanya dibutuhkan pada kondisi air terbatas seperti pada lahan kering iklim kering, pada lahan kering beriklim basah peningkatan kemampuan tanah memegang air juga sangat penting.

III. PENUTUP III.1 Kesimpulan

(19)

tersebut kepada tengkulak dan biasanya menjual dengan harga 35 ribu per satu kilogram, terkadang 40 ribu per satu kilogram. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah masalah irigasi yang hanya mengandalkan tadah hujan dan hanya dapat menanam tanaman tertentu saja. Dari hasil semua pengamatan yang dilakukan kami memberikan solusi pada lahan bapak X yaitu kami menawarkan pembuatan embung, menggunakan pupukl organik dan pengolahan lahan yang lebih baik lagi guna memperbaiki sifat fisik tanahnya.

III.2 Saran

Sebaiknya praktikum manajemen agroekosistem dilakukan ditempat yang dekat dengan kampus guna menghindari hal hal yang buruk dapat terjadi pada mahasiswa. Dan untuk mengefektifkan waktu mengerjakan laporan dan penelitian ulang jika ada beberapa pengamatan yang kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1991. Pengujian waktu tanam kedelai (Glycine max (L.) Merrill) dan pemupukan TSP pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung (Zea mays L.) . Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Arsyad, S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Bogor: Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Ciptanto, S. dan U. Paramita. 2011. Mendulang Emas Hitam melalui Budidaya Cacing Tanah. Lily Publisher. Yogyakarta.

Dailami, A., Husna Y., S. Yoseva. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Var saccharata Sturt). JOM Faperta Vol. 2 No. 2.

Jumin, H. B. 2002. Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan yang Berbeda di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

(20)

Lahan Departemen Ilmu Tanah Dan Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor.

Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition in Higher Plants. Acdemic Press. New York

Menuju Sistem Produksi PadiPemkab Malang. 2010.Selayang Pandang. Pemerintahan Kabupaten Malang. Malang. Padi gogorancah dan walikjerami di lahan sawah tadah hujan. p.: 150-159 Dalam Pane, H., P. Bangun dan S.Y. Jatmiko, 1999. Pengendalian gulma pada pertanamn

Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius. Yogyakarta.

Raja, C.P. 2009. Hantaran Hidrolik Jenuh dan Kaitannya dengan Beberapa Sifat Fisik Tanah Pada Tegalan dan Hutan Bambu. Bogor: Skripsi Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Setyaningsih, H., Kurniatun H., Widyatmi S. D. 2014. Respon Cacing Penggali Tanah Ponthoscolex Corethrurus terhadap Berbagai Kualitas Seresah. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 63-72.

Sianturi, D. 2009. Komposisi dan Distribusi Mesofauna Tanah di Perekebunan Kelapa Sawit PT Moeis dan Perkebunan Rakyat di Desa Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara.Skripsi.Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

Subagyono, K., U. Haryati, dan S.H. Talao'ohu. 2004. Teknologi konservasi air pada pertani- an lahan kering. hlm. 151−188. Dalam Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Wiryono dan Darmi. 2003. Preferensi jenisseresah dan Kecepatan Dekomposisi

Seresah oleh Cacing Tanah Pontoscolex corethrurus. Jurnal Penelitian UNIB. 9(3): 138-141.

(21)

Mucuna Bracteata di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Riau. JOM FAPERTA Vol. 2 No. 2.

LAMPIRAN 1. Perhitungan Berat Isi (BI)

Vt = 1/4 x π x d² x p

= 1/4 x 3,14 x (5,5)² x 12,5 = 296,8 cm³

W = MaMp

= (Tb+P)−(¿+P) (¿+P)−P

=

509,1389,4−389,4−56

=

333,4119,7

=

0,36 gram

Mp = Tb 1+W

= 1+0,36453,1

= 333, 2 gram

BI = MpVt

= 333,2 296,8

= 1,1 cm-

³

Keterangan: d = Diameter ring p = Tinggi ring

(22)

To = Massa tanah oven P = Massa pipa

W = Kadar air massa Ma = Massa air Mp = Massa padatan 2. Perhitungan Berat Jenis (BJ)

Mp = (L + To) - L = 70,1– 50,4 = 19,7 gram

Vp = 100 – ((L + To + A) - (L + To)) = 100 – (161,23 – 70,1)

= 100 – 91,13 = 8,87 cm³

BJ = Mp Vp

=

19,78,87

= 2,2 g.cm-

³

Keterangan: L = massa labu To = massa tanah oven A = massa air

Gambar

Gambar 1. Biologi tanah (A) keberadaan cacing tanah, (B) pengamatan sifat
Gambar 2. Kascing tanah yang ditemukan pada lahan pengamatan.
Gambar 3. Gejala defisiensi unsur N pada lahan pengamatan
Gambar 4. Gejala defisiensi unsur Ca pada lahan pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pemutusan orang tua angkat dengan anak angkatnya karena anak angkat tersebut, sudah tidak lagi berkedudukan sebagai anak kandung sehingga segala

Pada variabel pendapatan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap intensi muzakki, yang artinya pendapatan yang

Parameter yang biasa digunakan untuk menentukan efisiensi dari modifikasi daun intaran adalah % pengurangan warna (% R), % free fatty acid (% FFA), dan peroxide value

Perbandingan dengan angka SR untuk kelompok umur ‘tetanggga terdekatnya’ kedua angka SR yang tidak logis itu tampaknya terkait dengan kesalahan pelaporan umur

pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar melalui kegiatan beraneka segi yang mengikutsertakan kegiatan observasi; membuat pertanyaan; memeriksa buku

Dalam Perkembangan pasar global sekarang ini, semua perusahaan yang bergerak dibidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang

aktual tidak berbeda signifikan yang artinya metode SLD dapat memprediksi formula optimum dan respon bobot jenis, viskositas, pH, serta persen alkali bebas sabun cair

produktivitasnya.Untuk dapat membuat produk atau jasa yang memiliki mutu dan kualitas yang baik, perusahaan bergantung pada kemampuan manajemen dalam melaksanakan