• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA FIKES PN VETERAN JAKARTA TERHADAP PERINGATAN KESEHATAN PADA KEMASAN ROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA FIKES PN VETERAN JAKARTA TERHADAP PERINGATAN KESEHATAN PADA KEMASAN ROKOK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA FIKES PN VETERAN JAKARTA TERHADAP

PERINGATAN KESEHATAN PADA KEMASAN ROKOK

Apriningsih1

1Progdi S1-Kesehatan Masyarakat FIKES UPN “Veteran” Jakarta Alamat korespondensi:

Progdi S1-Kesehatan Masyarakat FIKES UPN “Veteran” Jakarta Email : apriningsih@gmail.com

ABSTRAK

Merokok merugikan kesehatan baik bagi perokok itu sendiri maupun bagi orang lain disekitarnya yang tidak merokok atau di sebut perokok pasif. Perokok memiliki risiko 2-4 kali lipat terkena penyakit jantung koroner dan risiko lebih tinggi untuk kematian mendadak. Melalui Undang-Undang N0 36 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah N0 109 Tahun 2012, pemerintah telah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mengatur peringatan bahaya merokok yang wajib dicantumkan pada kemasan rokok dan mulai diberlakukan pada tanggal 24 Juni 2014.Namun demikian hal ini perlu dikaji efektifitasnya.

Persepsi mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini tentang efektifitas peringatan kesehatan pada kemasan rokok dalam hal kemudahan membaca dan memahami maksud peringatan kesehatan pada kemasan rokok sebesar 61,1%. Sebagian besar mahasiswa tidak memperhatikan dan membaca informasi kesehatan pada kemasan rokok sebesar 85,3%, dan ukuran peringatan kesehatan yang ideal 50% sebesar 80,1%.Untuk meningkatkan efektifitas peringatan kesehatan pada kemasan rokok ukuran harus diperbesar minimal 50% dari ukuran kemasan rokok, menggunakan warna yang mencolok dan kontras sehingga menarik perhatian, serta menggunakan gambar yang lebih menyeramkan seperti organ tubuh yang rusak akibat perilaku merokok.

Kata Kunci: Perilaku Merokok, Efektifitas, Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok, Persepsi Mahasiswa

PENDAHULUAN

Saat ini, di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 1,3 milyar penduduk perokok yang menyebabkan 4,9 juta kasus kematian setiap tahun. Diperkirakan pada tahun 2010 akan ada 10 juta orang meninggal akibat rokok dan sekitar 7 juta diantaranya bermukim di negara berkembang termasuk Indonesia 1 Merokok merugikan kesehatan baik bagi perokok itu sendiri maupun bagi orang lain disekitarnya yang tidak merokok atau di sebut perokok pasif. Perokok memiliki risiko 2-4 kali lipat terkena penyakit jantung koroner dan risiko lebih tinggi untuk kematian mendadak 2.

Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)3 nasional tahun 2013 menyatakan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, bahkan cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun 2013. Dijumpai 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok pada tahun 2013. Walaupun perokok pada umumnya mengetahui bahaya merokok namun penelitian menunjukkan bahwa perokok tidak menyadari bahaya yang sesungguhnya mengancam mereka4.

Pentingnya kesadaran perokok akan bahaya merokok dan segala potensi buruk yang dapat ditimbulkan dengan merokok menjadi pokok penting yang perlu ditingkatkan. Pemerintah telah berupaya untuk menyampaikan bahaya merokok dengan mewajibkan produsen rokok menuliskan bahaya merokok di bungkus rokok dan pengiklanan. Namun, berdasarkan hasil studi Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) pada tahun 2007, walau lebih dari 90 persen masyarakat pernah membaca label peringatan

bahaya merokok terungkap bahwa 42,5 persen responden tidak percaya bahwa masalah kesehatan akan berdampak pada diri mereka, 25 persen tidak termotivasi berhenti merokok, 25 persen tidak perduli, dan 19 persen tidak mengerti5.

Studi di berbagai negara membuktikan peringatan tertulis yang disertai gambar lebih efektif daripada hanya berbentuk tulisan saja. Oleh karena itu, pesan kesehatan pada Kemasan Rokok wajib dicantumkan dalam bentuk gambar dan tulisan untuk meningkatkan kesadaran perokok dan bukan perokok akan bahayanya merokok bagi kesehatan. Agar efektif, peringatan kesehatan harus mudah dilihat, relevan dan mudah diingat serta menggambarkan aspek yang perlu diketahui oleh setiap orang1 (PP N0 109 Tahun 2012).

(2)

Tembakau Bagi Kesehatan yang mulai diberlakukan sejak tanggal 24 Juni 2014.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey cross sectional yang mengukur variabel dependen dan variabel independen dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan kuantitatif.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari kuesioner Global Youth Tobacco Survey. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa FIKES UPN”Veteran”Jakarta yang berstatus aktif yang terdistribusi di 5 Program Studi yang ada di Fakutas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES) UPN”Veteran”Jakarta. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang diambil adalah individu yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: mahasiswa Kesmas FIKES UPN”Veteran”Jakarta yang masih aktif, tidak terganggu jiwanya dan bersedia menjadi responden. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus estimasi proporsi sebanyak 211 mahasiswa.

HASIL

Mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES ) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) yang menjadi responden dalam penelitian ini berusia lebih sama dengan 20 tahun (55,9%), berada di semester empat (44,5%), dan berjenis kelamin perempuan (62,6%). Jumlah Responden perokok aktif dan mantan perokok dalam penelitian ini sebanyak 54 orang (25,1%). Jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan, hal ini disebabkan mayoritas mahasiswa FIKES UPNVJ berjenis kelamin perempuan.

Tabel 1

Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jumlah (N)

Mayoritas mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dan berstatus perokok aktif mulai merokok pada usia diatas 15 tahun, dengan status perokok aktif mulai merokok pada usia diatas 15 tahun sebesar 63%. Penyebab mulai mencoba merokok pada mahasiswa FIKES UPN Veteran Jakarta karena ada pengaruh teman/keluarga sebesar 44,4%.

Rata-rata jumlah rokok yang dihisap responden perhari kurang dari 5 batang (perokok ringan) dan memilih warung dekat rumah sebagai tempat paling sering untuk membeli rokok yaitu sebanyak 33,3%, Mayoritas perokok aktif tersebut pernah mencoba untuk berhenti merokok (55,6%). Mayoritas mahasiswa FIKES UPN Veteran Jakarta yang merokok memilih minimarket sebagai tempat paling sering membeli rokok (33,3%), namun sebanyak 25,9% memilih warung dekat kampus sebagai tempat paling sering untuk membeli rokok

Tabel 2

Karakteristik Responden Perokok aktif dan Mantan Perokok

Karakeristik Responden

Penyebab mulai mencoba merokok

Usia Berhenti Merokok (mantan Perokok n= 21) ≤19 tahun

Penyebab Berhenti Merokok (mantan Perokok n= 21)

(3)

Mayoritas mahasiswa FIKES UPN Veteran Jakarta (52,4%) yang menjadi responden merupakan mantan perokok berhenti merokok pada usia kurang dari sama dengan 19 tahun Adapun penyebab responden berhenti merokok sebagian besar disebabkan adanya kesadaran diri responden. Adanya kesadaran diri sendiri untuk berhenti merokok memang sangat diperlukan karena memang diri sendiri yang dapat menentukan apa yang baik dan buruk untuk kesehatan dirinya.

Tabel 3

Persepsi Responden Tentang Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok

Persepsi Tentang Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok

Efektif

Sebagian besar mahasiswa FIKES UPNVJ (82,5%)yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki persepsi bahwa peringatan kesehatan pada kemasan rokok kurang efektif dalam mencegah dan mengendalikan perilaku merokok.

Tabel 4

Keinginan Responden Berhenti Merokok dan Perasaan Saat Membaca Peringatan Kesehatan Pada Kemasan

Rokok Keinginan Berhenti Merokok Saat Membaca Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok

Perasaan saat membaca peringatan kesehatan pada kemasan rokok

Takut

Lebih dari setengah mahasiswa FIKES

UPNVJ (65,9%) memiliki keinginan berhenti

merokok saat membaca peringatan kesehatan pada

kemasan rokok. Sebanyak 57,8% mahasiswa FIKES

UPNVJ merasa takut saat melihat dan membaca

peringatan kesehatan pada kemasan rokok.

Tabel 5

Persepsi Responden Tentang Efektifitas Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok

Item Persepsi N %

Ukuran Gambar

Kemudahan membaca dan

memahami maksud peringatan kesehatan pada kemasan rokok

Mudah dibaca dan dipahami Sulit dibaca dan dipahami

129 82

61,1 38,9

Menemukan dan membaca Informasi Kesehatan Pada Kemasan Rokok

Ya

Ukuran Peringatan Kesehatan Yang Ideal yang menjadi responden dalam penelitian ini berpersepsi bahwa peringatan kesehatan pada kemasan rokok yang beredar saat ini mudah dibaca dan dipahami maksud peringatan kesehatan pada kemasan rokok 61,1%. Namun demikian sebagian besar mahasiswa (85,3%) tidak memperhatikan dan membaca informasi kesehatan pada kemasan rokok dan sebanyak 80,1% responden menyatakan bahwa ukuran peringatan kesehatan yang ideal adalah sebesar 50%.

Tabel 6

Saran Mahasiswa FIKES UPNVJ Terhadap Formulasi Peringatan

Saran Formulasi Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok N %

Cantumkan Gambar lebih besar

Cantumkan gambar lebih menyeramkan (organ tubuh yang rusak) Cantumkan harga rokok harus lebih mahal

Cantumkan penjelasan kandungan zat yang lebih besar Cantumkan gambar dampak rokok bagi perokok pasif Cantumkan grafik korban tewas karena rokok

Iklan “rokok mematikan” harus lebih diperbanyak

Cantumkan tulisan Rokok haram Warna harus mencolok

Merokok menghilangkan ketampanan

Cantumkan gambar beda organ sehat dengan organ yang rusak karena rokok

(4)

102 Hasil dari penelitian pada mahasiswa FIKES

UPNVJ didapatkan berbagai masukan/saran. Saran terbanyak yang diberikan oleh mahasiswa adalah agar dapat memperbesar ukuran gambar yaitu sebesar 50%

dari ukuran kemasan, selain itu, agar mencantumkan pemilihan gambar yang lebih menyeramkan seperti gambar organ tubuh yang rusak.

Tabel 7

Peringatan Kesehatan Efektif Berdasarkan Persespsi Mahasiswa FIKES UPNVJ

Jenis Gambar Jumlah Persen

Gambar Kanker mulut (gambar 1)

Gambar orang merokok dengan asap membentuk tengkorak (gambar 2) Gambar Kanker tenggorokan (Gambar 3)

Gmbar orang merokok dengan anak didekatnya (Gambar 4) Gambar paru-paru menghitam karena kanker (Gambar 5) Gambar wajah perempuan keriput karena rokok (Gambar 6)

24 11 130 18 26 2

11,4 5,2 61,6 8,5 12,3 0,9

Total 211 100

Gambar yang paling efektif menurut persepsi mahasiswa adalah gambar no 3 yaitu gambar kanker tenggorokan sebanyak 61,6%, diikuti oleh gambar paru-paru menghitam karena kanker sebanyak 12,3%, dan gambar kanker mulut sebanyak 11,4%.

PEMBAHASAN

Mayoritas mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini berusia kurang dari sama dengan 20 tahun (55,9%). Shofiya (2015) meneliti hampir seluruh mahasiswi memiliki usia kurang dari sama dengan 20 tahun (94,7%)6. Kurniawati (2013) juga meneliti bahwa sebagian responden berusia 19 tahun (67,1%)7.

Rokok ada hubungannya dengan umur, namun sebagian besar ahli setuju bahwa perkenalan dengan rokok dimulai pada usia remaja. Menurut Hurlock dalam Nadirah (2006)8 bahwa merokok dimulai pada saat anak mulai dibangku SMP. Pendapat ini didukung oleh Santrock dalam Nadirah (2006) yang mengungkapkan bahwa sebagian besar remaja mulai mencoba merokok pada saat SMP, namun merokok baru mulai menjadi kebiasaan saat mereka dibangku SMA atau Perguruan Tinggi, hal ini dapat disebabkan karena adanya proses atau tahapan yang terjadi untuk membuat seseorang menjadi seorang perokok tetap8.

Mayoritas mahasiswa FIKES UPN Veteran Jakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan sebesar 62,6%. Kurniawati (2013) meneliti lebih dari separuh (61,9%) mahasiswa berjenis kelamin perempuan7. Namun demikian, Iqbal (2008) meneliti responden yang berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 40,2%9. Gunawan (2009) meneliti responden yang berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 39,7%10. Menurut Riskesdas (2013) proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (47,5% banding 1,1%)3. Mahasiwa yang menjadi responden dalam penelitian ini hampir separuh (44,5%) berada di semester 4. Sebagian besar (74,9%) mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah perokok pasif.

Sebagian besar mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dan berstatus perokok aktif mulai merokok pada usia diatas 15 tahun. Hal ini sesuai dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menemukan bahwa 36,3 % penduduk yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai kebiasaan merokok3. Iqbal (2008) meneliti usia pertama kali merokok pada 16-20 tahun sebesar 53,1%9. Kurniawati (2013) juga meneliti umur pertama kali merokok lebih banyak pada umur lebih dari sama dengan 16 tahun sebesar 49%7.

Mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini dengan status perokok aktif mulai merokok pada usia diatas 15 tahun sebesar 63%. Penyebab mulai mencoba merokok pada mahasiswa FIKES UPNVJ karena ada pengaruh teman/keluarga sebesar 44,4%. Shofiya (2015) meneliti perokok yang mendapat pengaruh dari teman sebaya sebesar 75,1%, sedangkan pengaruh dari keluarga sebesar 55,8%. Agustina (2015) juga meneliti perokok yang mendapat pengaruh dari teman sebaya sebesar 86,7%11, sedangkan pengaruh dari keluarga hanya sebesar 35,5%. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh dari teman sebaya/keluarga cukup besar terhadap perilaku merokok. Hal ini dapat disebabkan karena adanya ajakan teman sebaya yang merokok, sedangkan keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seperti merokok. Hal ini sesuai dengan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004, menemukan bahwa 34% penduduk yang berumur 15 tahun keatas mempunyai kebiasaan merokok. Iqbal (2008) meneliti usia pertama kali merokok pada 16-20 tahun sebesar 53,1%. Kurniawati (2013) juga meneliti umur pertama kali merokok lebih banyak pada umur lebih dari sama dengan 16 tahun sebesar 49%.

(5)

meneliti perokok yang mendapat pengaruh dari teman sebaya sebesar 75,1%, sedangkan pengaruh dari keluarga sebesar 55,8%6. Agustina (2015) juga meneliti perokok yang mendapat pengaruh dari teman sebaya sebesar 86,7%, sedangkan pengaruh dari keluarga hanya sebesar 35,5%11. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh dari teman sebaya/keluarga cukup besar terhadap perilaku merokok. Hal ini dapat disebabkan karena adanya ajakan teman sebaya yang merokok, sedangkan keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seperti merokok.

Rata-rata jumlah rokok yang dihisap responden perhari kurang dari 5 batang (perokok ringan). Iqbal (2008) meneliti rata-rata jumlah rokok yang dihisap perharinya 1-5 batang sebesar 46,2%9. Kurniawati (2013) juga meneliti rata-rata jumlah rokok yang dihisap perharinya 2-5 batang sebesar 43%7. Hasil Riskesdas (2013) menyatakan bahwa rerata batang rokok yang dihisap per hari per orang di Indonesia adalah 12,3 batang3. Menurut Bustan (2007) tipe perokok menurut jumlah rokok yang dihisap dibagi menjadi tiga. Pertama, perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari. Kedua, perokok sedang apabila merokok 10-20 batang per hari. Ketiga, Perokok berat apabila merokok lebih dari 20 batang per hari12. Umar (2009) membedakan tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap menjadi dua yaitu perokok ringan apabila menghisap rokok <10 batang per hari dan perokok berat apabila menghisap rokok ≥10 batang per hari13.

Walaupun mayoritas mahasiswa FIKES UPN Veteran Jakarta yang merokok memilih minimarket sebagai tempat paling sering membeli rokok (33,3%), namun sebanyak 25,9% memilih warung dekat kampus sebagai tempat paling sering untuk membeli rokok, hal ini dapat diasumsikan adanya kemudahan akses dalam membeli rokok dalam kampus sehingga membuat mahasiswa lebih mudah untuk mendapatkan rokok. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengawasan dari pihak kampus terhadap penjualan rokok di wilayah kampus.

Sebagian besar mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki persepsi bahwa peringatan kesehatan pada kemasan rokok kurang efektif (82,5%). Dewi (2007) meneliti persepsi responden terhadap gambar yang efektif di Jakarta sebanyak 89 orang dengan mean rank sebesar 62,78 dan di Cirebon sebanyak 49 orang dengan mean rank sebesar 81,70, sedangkan gambar yang informatif di Jakarta sebanyak 89 orang dengan mean rank sebesar 60,97 dan di Cirebon sebanyak 49 orang dengan mean rank sebesar 84,9914.

Leavitt (1978) sebagaimana dikutip oleh Sobur (2003) dalam Diyono dan Anggraeni (2016)15 persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Definisi lain dari persepsi adalah menurut Aryani (2010) dalam Diyono dan Anggraeni (2016)15 mendefinisikan persepsi sebagai proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat

indra, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan. Sebagai hasil akhir dari suatu proses analisis penginderaan, maka persepsi dapat berupa keputusan akhir seseorang yang terwujud dalam bentuk pendapat, sikap, ataupun perilaku, seperti pendapat benar atau salah, positip atau negatif, takut atau berani, cemas atau biasa, perhatian ataupun apatis dan sebagainya.

Lebih dari setengah mahasiswa FIKES UPNVJ (65,9%) memiliki keinginan berhenti merokok saat membaca peringatan kesehatan pada kemasan rokok. Temuan ini sejalan dengan penelitian Wibowo (2015) menyatakan bahwa 56,0% responden menjawab menilai “sangat setuju dan setuju” dikarenakan responden memang ingin mematuhi peringatan merokok sebagai realisasi dari keinginan berhenti merokok16. Irawan (2009) membagi dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seorang perokok untuk berhenti merokok. Faktor pertama adalah dukungan moril dari orang tua/keluarga atau teman dekat dapat memotivasi dan menciptakan lingkungan yang kondusif dalam upaya memperlancar seorang perokok untuk berhenti merokok. Faktor kedua adalah lingkungan sekitar perokok, seperti adanya peraturan larangan merokok di tempat umum. Larangan merokok di tempat umum secara tidak langsung menegur para perokok bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan diri sendiri maupun kesehatan orang lain17.

Sebanyak 57,8% mahasiswa FIKES UPNVJ merasa takut saat melihat dan membaca peringatan kesehatan pada kemasan rokok. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Diyono dan Anggraeni, (2016) yang menemukan bahwa 51% responden merasa takut sat melihat dan membaca peringatan kesehatan pada kemasan rokok yang beredar saat ini15. Temuan ini bertentangan dengan penelitian Widati (2011) yang menyatakan bahwa 60,0% responden merasa biasa saja terhadap pesan bahaya rokok di bungkus rokok18. Alief (2007) mengatakan bahwa terpaan gambar bahaya merokok pada bungkus rokok mempunyai hubungan positif dengan upaya untuk berhenti merokok. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi paparan gambar bahaya merokok pada bungkus rokok maka semakin tinggi upaya untuk berhenti merokok19.

Sebanyak 61,1% mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini berpersepsi bahwa peringatan kesehatan pada kemasan rokok yang beredar saat ini mudah dibaca dan dipahami maksud peringatan kesehatan pada kemasan rokok 61,1%. Namun demikian sebagian besar mahasiswa (85,3%) tidak memperhatikan dan membaca informasi kesehatan pada kemasan rokok dan sebanyak 80,1% responden menyatakan bahwa ukuran peringatan kesehatan yang ideal adalah sebesar 50%.

(6)

samping lainnya bagi Kemasan berbentuk kotak persegi panjang dan kotak dengan sisi lebar yang sama atau pada sisi atas tutup kemasan, bagi kemasan berbentuk silinder; dan kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun produksi, serta nama dan alamat produsen yang diletakkan pada sisi bawah kemasan bagi kemasan berbentuk kotak persegi panjang dan kotak dengan sisi lebar yang sama atau pada sisi bawah kemasan bagi kemasan berbentuk silinder20.

Dalam penelitian ini ditemukan proporsi mahasiswa yang tidak memperhatikan dan membaca informasi kesehatan pada kemasan rokok cukup besar (85,3%), hal ini dapat disebabkan ukuran tulisan yang kecil serta warna yang tidak mencolok. Bach (2016) menyatakan bahwa hasil kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa peringatan kesehatan dalam bentuk tulisan/ teks tidak memiliki dampak seefektif peringatan dalam bentuk gambar,apalagi dengan ukuran yang kecil.Faktor warna juga menjadi pengaruh, penggunaan warna yang mencolok/ kontras akan lebih efektif dibandingkan warna hitam dan putih21.

Saat ini produsen rokok di Indonesia mengacu pada PMK N0.28 tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau khususnya dalam pasal 5 ditetapkan ukuran gambar sebesar 40% yang dicantumkan pada sisi depan dan belakang kemasan20. Kajian komprehensif tentang peringatan kesehatan pada kemasan rokok membuktikan bahwa peringatan kesehatan akan efektif bila ukurannya 50% atau lebih data dari beberapa negara misalnya Uruguay membuktikan bahwa meningkatkan ukuran gambar peringatan kesehatan dapat meningkatkan efektifitas termasuk keinginan berfikir akan risiko merokok dan untuk keinginan untuk berhenti merokok21 .

Gambar yang paling efektif menurut persepsi mahasiswa adalah gambar nomor 3 (tiga) yaitu gambar kanker tenggorokan sebanyak 61,6%, diikuti oleh gambar paru-paru menghitam karena kanker sebanyak 12,3%, dan gambar kanker mulut sebanyak 11,4%.

Penelitian yang dilakukan O’Hegarty (2006) menemukan sebanyak 41,0% mempersepsikan gambar “ asap rokok membahayakan bayi” sebagai gambar efektif, 38,4% responden mempersepsikan gambar “organ otak yang terkena stroke “ sebagai gambar efektif dan sebanyak 20,56% mempersepsikan gambar” pasien dengan respirator” sebagai gambar yang efektif yang di gunakan sebagai peringatan eksehatan pada kemasan rokok.

KESIMPULAN

Mayoritas mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini berusia lebih sama dengan 20 tahun (55,9%), berada di semester empat (44,5%), dan berjenis kelamin perempuan (62,6%). Jumlah Responden perokok aktif dan mantan perokok dalam penelitian ini sebanyak 54 orang (25,1%). Mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini dengan status perokok aktif mulai merokok pada usia diatas 15 tahun sebesar 63%.

Penyebab mulai mencoba merokok pada mahasiswa FIKES UPNVJ karena ada pengaruh teman/keluarga sebesar 44,4%.

Rata-rata jumlah rokok yang dihisap responden perhari kurang dari 5 batang dan memilih minimarket sebagai tempat paling sering untuk membeli rokok, Mayoritas perokok aktif tersebut pernah mencoba untuk berhenti merokok (55,6%). Persepsi mahasiswa FIKES UPNVJ yang menjadi responden dalam penelitian ini tentang efektifitas peringatan kesehatan pada kemasan rokok dalam hal kemudahan membaca dan memahami maksud peringatan kesehatan pada kemasan rokok sebesar 61,1%. Sebagian besar mahasiswa tidak memperhatikan dan membaca informasi kesehatan pada kemasan rokok sebesar 85,3%, dan ukuran peringatan kesehatan yang ideal 50% sebesar 80,1%.

SARAN

Untuk meningkatkan efektifitas peringatan kesehatan pada kemasan rokok ukuran harus diperbesar minimal 50% dari ukuran kemasan rokok, menggunakan warna yang mencolok dan kontras sehingga menarik perhatian, serta menggunakan gambar yang lebih menyeramkan seperti organ tubuh yang rusak akibat perilaku merokok.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kemristekdikti dan LPPM UPN Veteran Jakarta yang telah meberikan dukungan dana sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Peraturan Presiden RI N0.109. Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan

2.

Dewi, Nina Candra dan Damayanti Rita. 2008. Perbedaan Persepsi Gambar Peringatan Bahaya Merokok antara Masyarakat Jakarta dan Cirebon.

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 2, Oktober 2008

3.

Balitbangkes-Kemenkes RI.2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Kemenkes R.I.Jakarta

4.

TCSC-IAKMI.2011. Tobbaco Facsheet. www.tcts-indonesia.org.

5.

Pusat Penelitian Kesehatan-UI, Yayasan Jantung

Indonesia, SEATCA. 2007. Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok

dalam Upaya Peningkatan Kesehatan. Jakarta, 2007

6.

Shofiya. Via. 2015. Perilaku Merokok Mahasiwi Di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

(7)

Sekunder Survei Perilaku Sehat Tahun 2010). Depok. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

8.

Nadirah. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Menghindari Asap Rokok Pada Mahasiswa S-1 Reguler FKM UI Yang Tidak Merokok Pada Tahun 2006. Skripsi. FKM UI Depok.

9.

Iqbal,Muhammad Fariz. 2008. Perilaku Merokok Remaja Di Lingkungan RW 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Tahun 2008. Skripsi. FKM UI Depok.

10.

Gunawan, Erdi. 2009. Determinan Perilaku Merokok Karyawan RSUD Jampangkulon Kabupaten Sukabumi Tahun 2009. Skripsi. FKM UI Depok.

11.

Agustina. 2015. Determinan Motivasi Berhenti

Merokok Pada Perokok Aktif Dewasa Di RT 05 Kebayoran Lama Tahun 2015. Skripsi. FIKES Universitas Pembangunan nasional Veteran Jakarta.

12.

Bustan, M.N. 2007.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Cetakan 2. Rineka Cipta. Jakarta

13.

Umar

14.

Dewi,Nina Candra. 2007. Analisis Perbedaan Persepsi Masyarakat Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Di Jakarta dan Cirebon Tahun 2007. Skripsi FKM UI Depok.

15.

Diyono, dan Anggraeni Puji, 2016. Hubungan Persepsi Terhadap Label Peringatan Bahaya Rokok Pada Kemasan Rokok Dengan Kebiasaan Merokok Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. “KOSALA” JIK. Vol. 4 No.1 Maret 2016

16.

Wibowo, Hendri Setyo. 2015.Pengaruh Terpaan Telivisi Pictorial Warning Rokok Pada Kemasan Rokok Terhadap Sikap Untuk Berhenti Merokok Pada Perokok Dewasa Di Kota Yogyakarta. Yogyakarta. Skrpsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

17.

Irawan, dkk. 2009. Persepsi Mahasiswa Terhadap Keawasan Tanpa Asap Rokok Di Lingkungan Universitas Indonesia. Depok. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

18.

Widati, Sri. 2011. Efektifitas Pesan Bahaya Rokok Pad Bungkus Rokok Terhadap Perilaku Merokok Masyarakat Miskin.Surabaya. Tobbaco Control Support Center East Java.

19.

Alief, Bisma. 2015. Hubungan Terpaan Gambar Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok Dan Moiovasi Dari Pasangan Terhadap Upaya Untuk Berhenti Merokok. Semarang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.

20.

PMK N0.28 Tahun 2013. Pencantuman Peringatan

Kesehatan dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau.Kemenkes RI.

21.

Bach,Laura.2016. The Campaign for Tobacco-Free Kids.www.tobaccofreekids.org. diunduh 7 Agustus 2016.

22.

O’Hegarty,Michelle, PhD, Linda L. Pederson, PhD,

David E. Nelson, MD, MPH, Paul Mowery, MA, Julia M. Gable, MS, Pascale Wortley, MD, MPH.2006. Reactions of Young Adult Smokers to Warning Labels on Cigarette Packages. American

Gambar

Tabel 6
Gambar Kanker mulut (gambar 1)

Referensi

Dokumen terkait

Pompa sentrifugal isapan tunggal untuk mengalirkan air dari bak penampung awal ke bak penampung akhir, sedangkan pompa booster untuk mengalirkan air dari lantai 14 sampai lantai

Pada masa pembangunan bangsa indonesia yang bergerak pada kemajuan teknologi yang meningkat dan pesat, serta adanya keinginan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak asing,

Bandung: JICA Universitas Pendidikan

Metode penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian kualitatif (studi kasus). Penentuan informan, peneliti menggunakan teknik purposive dan snowball. Tehnik pengumpul data

Kutipan paragraf di atas, adalah salah satu bagian dari catatan Giza Arifkha Putri, siswi kelas 6 SD Negeri Bintoro 5 Demak, yang menjadi pemenang pertama Lomba Menulis Cerita

Hasil kajian menunjukkan bahawa keempat-empat pusat pendidikan awal kanak-kanak tersebut melaksanakan pendidikan awal kanak-kanak yang bersesuaian dengan asas-asas pendidikan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini merekomendasikan Ujian Proposal / Tugas Akhir mahasiswa Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro :1. Nama

Berbeda dengan perkataan Freudenthal (1981) yang menyatakan lebih menekankan proses dari pada produk dalam belajar matematika. Dari beberapa gambaran hasil pene- litian