• Tidak ada hasil yang ditemukan

59 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "59 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT

KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI

M. Ikhwan K*,Imro’atul Khasanah**

*) Dosen Akper Pamenang Pare–Kediri

**) Perawat Puskesmas Purwoasri–Kediri

In the age of modernization the relationship between young people with parents (elderly) are increasingly tenuous, so they have little time to think about the elderly. The objective of the research was to know the relation of social support for families with elderly grade independent in the fulfillment of daily activities at Sub-village of kudu, village of Jantok district of Purwoasri Kediri regency in 2011.

The research design used analytic with approach of cross sectional. The population was the entire family that had the elderly in the sub village of kudu, village of Jantok district of Purwoasri Kediri regency, amount to 65 respondents. Sample amount to 56 respondents who fulfilled the criteria for inclusion and exclusion. Intake of sample used simple random sampling. The research instrument used a questionnaire, and then analyzed by using Spearman's correlation

Based on the research results, most families provide social support to the elderly amount to 30 respondents (53.6%) and has a degree of independence of elderly with a total amount to 32 respondents (57.1%). From the results of Spearman's correlation test found significant value 0.000 <0.05, which means Ho was rejected. This means that there was relation of social support for families with elderly grade independent in the fulfillment of daily activities

Knowledge was one of the factors that affect social support and social support was one of factor that affects the independence of the elderly. The existence of a good knowledge about the importance of social support to the elderly will be able to improve the provision of social support of elderly families, and good social support can increase the independence of elderly

Keyword : Social support of family, elderly independence

Latar Belakang

Pada lanjut usia (lansia), akan terjadi perubahan fisik/biologis, psikologis, sosial dan ekonomi, yang mengakibatkan penurunan kemampuan lansia dalam beraktivitas, sehingga akan berpengaruh pada kemandirian lansia (S.Tamher & Noorkasiani, 2009). Adanya perubahan-perubahan tersebut akan menjadi suatu masalah bagi lansia. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika lansia menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peranan penting dalam menentukan bagaimana mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh lansia serta mengintensifkan perasaan sejahtera. Kenyataanya, di zaman modernisasi ini hubungan orang muda dengan orang tua (lansia) semakin renggang, kesibukkan yang melanda kaum muda hampi rmenyita seluruh waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua (lansia). Kondisi seperti ini menyebabkan

kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak, kurangnya perhatian dan perawatan terhadap lansia (Radit & Biyan, 2009).

(2)

tahun 2010 yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Oktober 2010, dari 10 keluarga yang mempunyai lansia, ada 6 keluarga (60%) yang memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, sedangkan 4 keluarga (40%) lainnya kurang memberikan dukungan sosial kepada lansia, seperti perhatian dari keluarga, kasih sayang, pengarahan atau nasehat, saran, kepercayaan, penghargaan, peralatan atau obat yang dibutuhkan lansia, dan lain-lain.

Pemberian dukungan sosial dari keluarga kepada lansia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pentingnya dukungan sosial, keluarga kurang sensitif terhadap sekitarnya, tidak adanya sumber daya untuk menolong, keluarga sedang menghadapi stress atau karena lansia tidak mampu memahami maksud dukungan sosial, sehingga tidak menerima dukungan sosial dari keluarga (Safarino, 2006). Sedangkan keluarga yang memberikan dukungan sosial kepada lansia, mayoritas tingkat spiritualnya tinggi/baik, kondisi ekonominya baik, berjiwa sosial, dan mengetahui perannya sebagai keluarga terhadap lansia. Efek dari dukungan sosial dari keluarga adalah meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan lansia (Setiadi, 2008). Disamping itu, dukungan sosial dari keluarga adalah penopang atau penyokong kehidupan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, sehingga lansia akan mencapai kemandirian. Dukungan sosial keluarga juga penangkal dari stres, jadi jika kurang mendapatkan dukungan sosial keluarga, lansia bisa jatuh kedalam kondisi stres (S.Tamher & Noorkasiani, 2009).

Melihat pentingnya dukungan sosial bagi lansia, maka hendaknya keluarga selalu memberikan dukungan sosial kepada lansia dengan memberikan perhatian, kasih sayang, menghormati, memberi penghargaan, kepercayaan, dan lain-lain, sehingga lansia akan terhindar dari dampak kurangnya dukungan sosial. Pemerintah juga telah mengupayakan program Bina Keluarga Lansia (BKL) yang merupakan wadah kegiatan keluarga yang memiliki lansia untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keakraban, dan kemampuan keluarga dalam membina kondisi dan masalah lansia. Sebagai perawat, diharapkan sering melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada keluarga tentang pentingnya memberikan dukungan sosial kepada lansia, sehingga keluarga menjadi lebih tahu tentang bagaimana merawat lansia yang baik di rumah.

Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis

tertarik untuk meneliti “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2011”

Rumusan Masalah

Adapun pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2011?

Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui dukungan sosial keluarga pada lansia di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

b. Mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

c. Menganalisa hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

Metode Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik crosssectional yaitu setiap subyek penelitian yang hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat penelitian diamati pada waktu yang sama. (Notoatmodjo, 2005)

(3)

Penelitian dilaksanakan di di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri, pada bulan April 2011.

Populasi penelitian ini adalah semua pasien semua keluarga yang mempunyai lansia di dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri sejumlah 65 keluarga. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah keluarga yang memiliki lansia yang sesuai dengan kriteria baik inklusi maupun eksklusi. Dengan cara pengambilan sampel adalah dengan

teknikSimple random sampling.

Cara pengumpulan data adalah dengan memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner. Membagikan kuesioner kepada Keluarga yang mempunyai lansia di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri, yang kemudian dilakukan analisis data. Instrumen dirancang oleh peneliti berdasarkan kajian teori.

Analisis data dilakukan, melalui tahapan pemeriksaan data (editing), proses pemberian identitas data (coding), tabulating dan scoring. Analisis menggunakan uji statistik Spearman’s rank. Disini peneliti membuat taraf kesalahan = 0,05. Apabila didapatkan P Value >= 0,05 maka HOditerima yaitu tidak ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas segari-hari. Apabila P Value ≤ = 0,05 maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Alat Bantu yang digunakan software computer program SPSS.

Hasil Penelitian

a. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Lansia

Dari gambar diatas dapat diketahui dari 56 responden yang diteliti, lebih dari separuh respoden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, yaitu 30 responden (53,6%).

b. Tingkat Kemandirian lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa dari 56 responden yang diteliti, lebih dari separuh responden memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik, yaitu 32 responden (57,1%)

c. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari

Kriteria Dukungan

Keluarga

Skor tingkat Kemandirian Lansia

Total (%) Baik

(%)

Cukup (%)

Kurang (%) Baik

Cukup Kurang

27 (90) 5 (25,3) 0 (0)

3 (10) 12 (68,2)

2(28,6)

0 (0) 2 (10,5) 5 (78,4)

30 (100) 19 (100) 7 (100)

Total 32 17 7 56 (100)

Uji Korelasi Spearmen p (0,000) <α(0,05)

Berdasarkan tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa 30 responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia dengan memiliki lansia yang tingkat kemandirian baik sebanyak 27 responden (90%) dan cukup sebanyak 3 responden (10%). Sedangkan yang kurang memberikan dukungan sosial kepada lansia sebanyak 7 responden dengan memiliki lansia yang tingkat kemandiriannya cukup sebanyak 2 responden (28,6%) dan kurang sebanyak 5 responden (71,4%).

Sedangkan dari uji korelasi spearman’s rho

diperoleh nilai signifikasi yaitu 0,000. Jadi P (0,000)< α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak berarti ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Pembahasan

(4)

Berdasarkan hasil analisa data dukungan sosial keluarga terhadap lansia menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memberikan dukungan sosial baik kapada lansia, yaitu 30 responden (53,6%).

Dukungan sosial merupakan suatu fungsi pertalian/ikatan sosial, dari segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasehat atau informasi, pemberian bantuan material (Nursalam, 2007). Menurut Safarino (2006), dukungan sosial dipengaruhi oleh faktor penerima dukungan, yaitu suka/tidaknya lansia bersosialisasi, suka/tiaknya lansia saling menolong, dan ada/tidaknya perasaan membutuhkan orang lain, dan faktor pemberi dukungan, yaitu pengetahuan, kurang sensitif, ada/tidaknya sumber daya atau sedang menghadapi stres. Tingkat pendidikan mutlak mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya, dan akan baik pula dalam memberikan dukungan sosial kepada lansia. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang dukungan sosial keluarga terhadap lansia yang diberikan kepada responden dengan berbagai tingkat pendidikan. Responden dengan pendidikan SMA sebanyak 21 responden (37,5%) dan sebagian besar mendapat hasil skor dukungan sosial yang baik yaitu sebanyak 18 responden (32,1%).

Menurut peneliti, pemberian dukungan sosial keluarga kepada lansia dipengaruhi oleh pengetahuan seperti yang sudah dijalaskan di atas, faktor ekonomi, sosial, dan agama. Seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi lebih, biasanya lebih bisa memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan lansia. Dalam agama Islam juga telah diajarkan agar senantiasa menghormati orang tua (Q.S Al-Lukman : 14-15). 100% responden beragama islam dan lebih dari separuh responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. 50% responden yang bermata pencahariaan sebagai petani juga mempengaruhi pemberian dukungan sosial yang baik kepada lansia, mereka lebih punya banyak waktu untuk lansia karena tempat kerjanya tidak jauh dari rumah dan kerjanyapun tidak satu hari penuh, sehingga mereka dapat memberikan dukungan sosial yang baik kepada lansia. Selain itu masyarakat pedesaan

juga masih menjunjung tinggi norma - norma yang berlaku yang ada di masyarakat dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, salah satunya adalah dengan menghormati orang tua. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, yaitu 30 responden (53,6%).

2. Tngkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari

Dari Berdasarkan hasil analisa tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada diagram 4.6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik yaitu 32 responden (57,1%).

Kemandirian pada lansia yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (S.Tamher & Noorkasiani, 2009). Kemandirian lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tanggung jawab, mandiri, pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan, otonomi, kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan praktis, kebutuhan akan kesehatan baik, dan dukungan sosial.

Menurut peneliti bahwa sebagian besar responden memiliki lansia yang tingkat kemandiriannya baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga kepada lansia. Lansia yang medapatkan dukungan sosial baik dari keluarga akan mempunyai tingkat kemandirian yang baik pula. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang dukungan sosial keluarga terhadap lansia dan kuesioner tentang kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang diberikan kepada responden dengan berbagai tingkat umur, pendidikan, dan berbagai macam pekerjaan. Responden yang memberikan dukungan sosial baik kepada lansia sebanyak 30 responden (53,6%) dan sebagian besar memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik pula, yaitu sebanyak 27 responden (48,2%).

(5)

Dari hasil Uji Statistik Spearman’s Rho

didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kemandirian lansia dengan nilai signifiksi (P)

adalah 0,000 dan tingkat kesalahan (α) 0,05 atau

istilah lain 0, 000< 0,05. Dengan demikian P < α

berarti H0 ditolak, artinya ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Correlation coefficient menunjukkan angka +0,555 artinya hubungan antara kedua variabel termasuk kategori sedang.

Menurut Setiadi (2008), efek dari dukungan sosial keluarga adalah meningkatnya status kesehatan dan kesejahteraan lansia. Dengan demikian lansia tidak akan mudah sakit-sakitan dan terhindar dari stres. Efek dari semua itu adalah lansia dapat melakukan aktivitasnya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, dukungan sosial keluarga adalah penopang atau penyokong kehidupan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Dukungan sosial keluarga juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia. Sehingga dengan adanya dukungan sosial yang baik dari keluarga, lansia akan bisa mencapai atau mempertahankan kemandiriannya.

Menurut peneliti faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga adalah pengetahuan, faktor ekonomi, sosial, dan agama seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan dukungan sosial keluarga. Sedangkan kemandirian lansia dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga terhadap lansia.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tamat SMA, yaitu 21 responden (37,5%) dan sebanyak 18 responden (32,1%) memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. 28 responden (50%) bermatapencahariaan sebagai petani dan sebanyak 12 responden (21,4%) memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. Penelitian ini dilakukan di pedesaan yang masyarakatnya masih menjunjung tinggi norma -norma yang berlaku yang ada di masyarakat, yang salah satunya adalah menghormati orang tua, dan sebagian besar responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, yaitu 30 responden (53,6%). 56 responden (100%) beragama Islam dan sebanyak 30 responden (53,6%) memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. Dan sebanyak

30 responden yang memberikan dukungan sosial baik kepada lansia dengan memiliki lansia yang tingkat kemandirian baik sebanyak 27 responden (90%) dan cukup sebanyak 3 responden (10%). Sedangkan yang kurang memberikan dukungan sosial kepada lansia sebanyak 7 responden dengan memiliki lansia yang tingkat kemandiriannya cukup sebanyak 2 responden (28,6%) dan kurang sebanyak 5 responden (71,4%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pekerjaan, faktor sosial dan agama mempengaruhi pemberian dukungan sosial keluarga terhadap lansia, dan dukungan sosial keluarga akan mempengaruhi kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Kesimpulan

1. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Lansia Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia , yaitu 30 responden (53,6%). 2. Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan

Aktivitas Sehari-hari

Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh responden memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik, yaitu sebanyak 32 responden (57,1%).

3. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari

Dari hasil uji korelasi spearman’s diketahui bahwa

() 0,000 < () 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Saran

1. Ciptakan lingkungan yang positif baik secara fisik maupun psikis oleh keluarga dalam mendukung tercapainya secara optimal perkembangan lansia, terutama pada lansia yang mengalami penurunan tingkat kemandiriannya

(6)

3. lakukan tindak lanjut hasil penelitian dengan melakukan penelitian lanjutan,

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2002). Konsep Kepatuhan. http://spiritia.or.id (Download tanggal 07 Nopember 2009)

Anonim. (2008). Kepatuhan perawat. http://blogspot.com (Download tanggal 07 Nopember 2009)

Anonim (2005). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan Cetakan II. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM&PL

Anonim. (2008). What Are Universal Precautions. http:www.ccohs.caloshanswers/

prevention/ppe/universal.html (Download : 01 Desember 2009)

Anonim (2008). Infeksi Nosokomial dan

Kewaspadaan Universal.

http://www.spiritia.org (Download : 01 Desember 2009)

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Alport. (1971). Kosep Kepribadian. http: //kepribadian.com (Download 20 Juni 2010)

Eko. (2008). Konsep Penting Motivasi. http://motivasi.com.(Download :21 Juni 2010)

Fauzi, A (2008). Konsep Kepatuhan. http://www.wikipedia.com (Download 01 Desember 2009)

Notoatmodjo, S. (1993). Ilmu kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

Logcid. (2003). Ilmu kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

Logcid (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam dan Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Logcid. (2003). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Lukman, Rohimin. (2008). Faktor-faktor Kepatuhan. http://www.wikipedia.com (Dowload : 20 Juni 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Model Simulasi Pertumbuhan Populasi untuk Pengelolaan kupu-kupu Ekor Walet (Papilio memnon L.) di Penangkaran: Studi Kasus Penangkaran Kupu-kupu di Wana

Sistem pembelajaran konvensional masih sangat terbatas pada media pembelajaran sehingga membuat siswa mudah jenuh, untuk memudahkan guru dan siswa dalam mempelajari

“Konsep pemasaran, yang mementingkan kepentingan masyarakat merupakan sebuah orientasi pasar yang menyatakan bahwa tugas pokok organisasi adalah menetapkan kebutuhan,

ini, maka isikan/pilih sesuai dengan gambar tersebut.. c) Apabila Proses install MSSQL ini gagal, berarti ada masalah dengan windows 7-nya. Lalukan point 2 Metode ke-1 atau kalau

Sedangkan pada rasio Diameter gonad dengan Panjang tubuh terdapat nilai yang sama pada TKG III dan IV namun hal yang berbeda dapat dilihat pada Diameter Perut

REJANG

Penelitian tentang seni pertunjukan yang kedua oleh Apriani (2000) yang berjudul “Seni Pertunjukan di Taman Mini Indonesia Indah Suatu Kajian Tentang Pelestarian