I Nengah Suarmanayasa
Universitas Pendidikan Ganehsa, Singaraja, Indonesia *(suarmanayasa_undiksha@yahoo.com)
ABSTRAK
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah salah satu lembaga keuangan desa yang ada di Bali. Sejak berdirinya, LPD telah berhasil mencapai kinerja dengan baik. Seiring berjalannya waktu, peraturan terkait LPD juga mengalami perkembangan. Perda No. 3 Tahun 2017 adalah perda terbaru tentang LPD. Banyak perubahan yang ada di perda baru tersebut. Untuk itu perlu dan penting untuk disosialisasaikan kepada pengurus LPD. Melihat realita di lapangan, banyak pengurus yang belum mengatahui dan paham akan keberadaan perda terbaru tersebut. Berkaitan dengan itu, kegiatan pengbadian kepada masyarakat ini ditujukan untuk mensosialisasikan perda terbaru LPD serta pemberian pelatihan pembuatan laporan keuangan LPD. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bonyoh, Kintamani, Bangli. Kegiatan melibatkan 15 peserta yang terdiri dari pengurus LPD dari 2 desa yakni desa Bonyoh dan Desa Bayung Gede serta beberapa kelihan banjar dinas. Kegiatan ini direspon baik oleh peserta terlihat dari keseriusan peserta mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan. Peserta mengaku dan merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan ini.
Kata kunci: sistem informasi, pelayanan, pendidikan
PENDAHULUAN
Bila dirunut dari awal,
pendirian LPD di Bali tidaklah
semudah seperti membalikkan
telapak tangan. Keputusan untuk
mendirikan LPD muncul setelah
Menteri Dalam Negeri dengan surat
Nomor 412.21/2144/Bangda, perihal:
Persetujuan Rencana Diskusi dan
Seminar Kredit Pedesaan
melaksanakan seminar kredit
pedesan di Semarang Jawa Tengah
dari tanggal 20-21 Pebruari 1984.
Hasil seminar menjadi acuan
pemerintah provinsi Bali mengkaji
dan mendalami kredit pedesaan, dan
setelah melalui serangkaian diskusi,
studi banding dan pembahasan maka
diputuskan dibentuknya LPD, yang
didirikan di desa pakraman sekaligus
sebagai pengelola dan penanggung
jawab.
Untuk merealisasikan
keputusan tersebut maka Gubernur
Bali menerbitkan SK Kepala Daerah
Tingkat I Bali Nomor 1972 Tahun
1984, tanggal 1 November 1984
Suarmanayasa-Pengelola Lembaga Perkreditan Desa Melalui …
712
sebaran di masing-masing kabupaten
sebanyak 1 (satu) LPD sebagai pilot
proyek. Penentuan desa pakraman
yang menjadi pilot proyek pendirian
LPD diusulkan oleh pemerintah
daerah tingkat I (kabupaten) dan
diputuskan oleh pemerintah daerah
tingkat I (provinsi). Pilot proyek inilah
yang menjadi cikal bakal
perkembangan LPD di seluruh desa
pakraman di Bali. Berbagai tantangan dan rintangan yang menghadang
mampu dilalui oleh seluruh
komponen LPD yang didukung penuh
oleh pemerintah provinsi Bali.
Eksistensi LPD sebagai
lembaga keuangan milik desa
pakraman sejak awal pendirian
sampai saat ini dilindungi oleh
peraturan daerah (perda) provinsi Bali
tentang LPD. Perkembangan
pengaturan/peraturan tentang LPD
yang dikeluarkan oleh pemerintah
provinsi Bali, yaitu: 1) SK Kepala
Daerah Tingkat I Bali No. 1972 Tahun
1984, tanggal 1 November 1984; 2)
diganti dengan Perda Tingkat I Bali
No. 2 Tahun 1988 tentang LPD; 3)
diganti dengan Perda Provinsi Bali No.
8 Tahun 2002 tantang LPD; 4) diubah
dengan Perda Provinsi Bali No. 3
tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Perda Provinsi Bali No. 8 tentang LPD;
5) diubah dengan Perda Provinsi Bali
No. 4 Tahun 2012 tentang Perubahan
Kedua Atas Perda Provinsi Bali No. 8
Tahun 2002 tentang LPD; dan 6)
diganti dengan Perda Provinsi Bali No.
3 Tahun 2017 tentang LPD.
Perda Provinsi Bali No. 3
Tahun 2017 adalah perda terbaru
tentang LPD. Perda ini baru disahkan
dan disetujui oleh DPRD Provinsi Bali
pada tanggal 27 April 2017. Ada
beberapa perubahan yang dilakukan
dalam perda ini. Ada tambahan pasal
yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja LPD serta untuk menjaga
eksistensi LPD. Misalnya, di perda
sebelumnya tidak ada pembatasan
umur pengurus LPD, di Perda
mewajibkan LPD diaudit, tapi
sekarang sudah diatur tentang
ketentuan itu. Terkait lembaga
penjaminan simpanan nasabah LPD
juga sekarang sudah diatur. Dan
untuk meneguhkan bahwa LPD
adalah lembaga keuangan yang
berbasis adat dan budaya Bali maka
istilah-istilah yang sebelumnya
menggunakan istilah akuntansi dan
keuangan sekarang sudah diganti
mengunakan bahasa Bali. Misalnya,
modal diganti dengan udeg, denda
diganti dengan danda, dan
Bangli, Tembuku dan Kintamani.
Secara geografis Kecamatan
Kintamani merupakan Kecamatan
terluas dari empat kecamatan yang
ada di Kabupaten Bangli dengan luas
wilayah 520,8 Km2 (Bangli Dalam
Angka, 2013). Secara topografi daerah
Kecamatan Kintamani merupakan
wilayah pegunungan yang memanjang
dari ujung utara sampai ujung
selatan. Kondisi ini menyebabkan
daerah Kintamani menjadi daerah
pertanian yang sumbur dan potensial
dengan tanaman utama jeruk, kopi,
kubis, cabe, tomat, bawang, kol, dan
aneka sayuran lainnya. Tanaman
holtikultura ini ditanam oleh para
petani secara musiman, khsusnya di
musim penghujan. Sedangkan pada
musim kemarau penanaman tidak
dapat dilakukan secara maksimal,
karena membutuhkan air yang sangat
banyak. Berdasarkan pada proses
penanaman yang terjadi pada areal
pertanian yang ada di wilayah
Kecamatan Kintamani, proses
perputaran uang yang jumlahnya
besar juga biasanya terjadi secara
musiman.
Jumlah penduduk Kecamatan
Kintamani tercatat sebanyak 92,12
ribu jiwa atau 42 persen dari seluruh
penduduk Bangli. Berdasarkan Data
Statistik Kabupaten Bangli, jumlah
jumlah banjar dinas sebanyak 175
buah dan 61 buah Desa
Pakraman/Adat. Dari 61 buah Desa
Pakraman yang ada di Kecamatan
Kintamani seluruhnya memiliki
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang
dijadikan sebagai salah satu lembaga
keuangan di masing-masing desa.
Usaha yang dijalankan Lembaga
Pekreditan Desa adalah usaha
simpan pinjam. LPD dikelola oleh
Desa Adat dengan mengutamakan
modal sosial sebagai syarat untuk
memperoleh pinjaman dengan jumlah
tertentu dengan tanpa adanya
jaminan atau agunan dari peminjam.
Jika ada kredit macet, maka sanksi
yang diberikan adalah berupa sanksi
sosial dengan disampaikan pada
paruman desa pakraman. Namun
dalam perkembangan selanjutnya
LPD yang dikelola oleh Desa
Pakraman mengalami berbagai
persoalan, mulai dari bandelnya
nasabah untuk membayar cicilan,
tidak membayar pinjaman sesuai
dengan waktu yang disepakati, tidak
mau mengembalikan pinjaman,
penggelapan uang nasabah oleh
pegawai LPD, korupsi oleh pengelola
LPD dan pengelolaan LPD yang tidak
efektif. Kondisi ini menyebabkan
beberapa LPD yang ada di Wilayah
Suarmanayasa-Pengelola Lembaga Perkreditan Desa Melalui …
714
dan mengalami mati suri dengan
asset yang tidak jelas rimbanya.
Beberapa LPD di wilayah Kecamatan
Kintamani yang mengalami
permasalahan ini adalah LPD Desa
Katung, LPD Desa Bonyoh, LPD Desa
Songan, LPD Desa Pinggan dan LPD
Desa Sebaya. Bahkan persoalan LPD
Desa Katung sampai menyebabkan
ketua LPD Desa katung bunuh diri,
karena melakukan penggelapan dana
LPD dan tidak mampu
mengembalikannya, sehingga memilih
mengakhiri hidup dengan cara
menggantung diri (Harian Umum Bali
Pos, 10 Juli 2010).
Berbagai persoalan yang ada pada
LPD diwilayah Kecamatan Kintamani
disinyalir disebabkan karena
beberapa permasalahan, yaitu (1)
proses perekrutan pegawai LPD yang
tidak berdasarkan pada standar yang
bersifat objektif, (2) kurangnya
kemampuan pegawai LPD dalam
melakukan pengelolaan keuangan, (3)
lemahnya pengawasan dari lembaga
adat dan pemerintahan desa, (4) tidak
adanya lembaga pengawas yang
bersifat independen, dan (5) kurang
pahamnya pengurus LPD tentang
Perda LPD. Apalagi saat ini ada Perda
terbaru tentang LPD. Berdasarkan
pada persoalan sebagaimana di
gambarkan sebelumnya, maka
penting dilakukan sosialisasi Perda
No. 3 Tahun 2017 tentang LPD.
Dalam perda tersebut sudah diatur
berbagai hal agar LPD bisa beroperasi
dengan baik. Ketentuan-ketentuan
yang menuntut profesionalisme
pengurus juga sudah diatur sehingga
dengan dipahaminya perda terbaru
harapannya LPD akan bisa terus
bertumbuh dan bisa melaksanakan
tugasnya untuk kesejehteraan krama
Bali.
METODE
Program ini merupakan program yang
bertujuan untuk peningkatan
kemampuan dan keterampilan
pengelola LPD. Untuk kepentingan
tersebut, maka metode yang tepat
adalah sosialisasi dan pelatihan.
Sosialisasi yang dimaksud adalah
terkait perda terbaru tentang LPD.
Pelatihan diberikan pada pengelola
LPD dalam membuat laporan
pertangungjawaban keuangan LPD.
Jadwal pelaksanaan pelatihan akan
ditentukan berdasarkan kesepakatan
bersama antara pengelola LPD yang
ada di Kecamatan Kintamani dengan
tim pelaksana. Program ini akan akan
melibatkan lima belas orang pengelola
LPD di Kecamatan Kintamani, dimana
akan dipilih masing-masing 3 orang
untuk 5 desa yang ada di Kecamatan
Kintamani, sehingga pesertanya
sebanyak 15 orang. Pada akhir
program setiap peserta akan
diharapkan pengelola LPD memiliki
keterampilan yang memadai dalam
membuat laporan pertangungjawaban
keuangan LPD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ini dilaksanakan di ruang
pertemuan kantor Desa Bonyoh,
Kecamatan Kintamani. Kegiatan
diikuti oleh 15 orang yang terdiri dari
pengurus LPD Bayung Gede dan LPD
Bonyoh serta diikuti oleh perangkat
desa dan kelihan banjar dinas.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan
dalam 2 kegiatan yaitu sosialisasi
perda dan pelatihan pembuatan
laporan keuangan LPD. Penentuan
pelaksanaan kegiatan didasarkan
kesepakatan antara panitia pelaksana
dengan peserta. Mengingat saat
observasi awal, di desa tersebut
sedang persiapan upacara pitra
yadnya. Agar kegiatan tidak
mengganggu upacara yang akan dan
sedang berlangsung, maka disepakati
pelakasaan kegiatan bulan Agustus
2017. Pemilihan tempat juga
disepakati bersama agar tidak
memberatkan peserta. Setelah
dilakukan musyawarah maka
disepakati tempat pelaksanaan di
ruang pertemuan Desa Bonyoh.
Sehingga peserta dari Bayung Gede
datang ke lokasi kegiatan.
dapat dilakasanakan. Kegiatan
dilaksanakan dari jam 09.00 wita
sampai dengan 15.00 wita. Diawali
dengan acara pembukaan oleh kepala
desa Bonyoh, selanjutnya diisi
dengan pemberian materi terkait
sosialisasi perda terbaru LPD yakni
Perda No. 3 Tahun 2017 tentang LPD.
Materi tersebut disampaikan oleh tim
dengan memberikan materi terkait
perubahan-perubahan yang ada pada
perda tersebut. Banyak perubahan
yang terjadi seperti, istilah akuntansi
yang awalnya sudah digunakan
seperti denda, modal dan sejenisnya
sekarang sudah diganti dengan
mengadopsi istilah yang biasa dikenal
di masyarakat Bali seperti udeg,
danda, panureksa dan sebagainya. Respon peserta sangat bagus. Peserta
sebelumnya ada yang sudah
mengenal perda LPD dan ada juga
yang baru mengenal dan tahu tentang
keberadaan perda LPD. Rata-rata
kepala LPD sudah mengetahui
tentang Perda tetapi pegawai bahkan
kelihan banjar dinas ada yang belum
mengenal keberadaan LPD. Acara
semakin menarik pada saat dibuka
sesi tanya jawab. Saat sesi ini,
banyak peserta yang bertanya terkait
apa saja yang diatur di dalam perda.
Kegiatan sosialisasi perda terbaru
Suarmanayasa-Pengelola Lembaga Perkreditan Desa Melalui …
716
Setelah kegiatan sosialisiasi
perda dilakukan, dilanjutkan dengan
pengenalan tata cara pembuatan
laporan keuangan LPD. Laporan
keuangan LPD yang dimaksud adalah
neraca, laporan laba rugi dan laporan
perubahan modal. Sebelum ke materi
inti tentang laporan keuangan,
instruktur juga memberikan
pengetahuan tentang dasar-dasar
akuntansi. Pemahaman ini penting
agar nantinya pengurus dan pihak
terkait dengan LPD tahu dan dapat
memahami filosofi serta kegunaan
laporan keuangan. Kegiatan ini juga
direspon sangat baik oleh peserta,
Awalnya peserta bingung dengan
istilah akuntansi yang relatif asing
didengar, namun setelah dijelaskan
dengan sabar akhirnya peserta dapat
memahami. Kegiatan ini juga diisi
dengan sesi tanya jawab. Banyak
pertanyaan yang disampaiakan
peserta. Ini mencerminkan bahwa
peserta mengikuti kegiatan dengan
serius. Keseriusan peserta juga
terlihat dari bobot pertanyaan yang
disampaikan. Instruktur yang
bertugas juga merasakan bahwa
pemahaman akuntansi terutama
laporan keuangan peserta sudah
makin baik.
Pemberian materi terkait
laporan keuangan LPD berakhir
pukul 12.00 wita. Selanjutnya
istirahat dan setelah istirahat
dilanjutkan dengan praktik
pembuatan laporan keuangan.
Peserta diberikan waktu untuk
mengerjakan atau membuat laporan
keuangan. Hal ini penting agar
peserta semakin memahami dan
mampu membuat laporan keuangan
LPD. Pengerjaan Laporan keuangan
kurang lebih menghabiskan waktu 1
jam. selanjutnya diisi tanya jawab
serta kesan dan pesan dari peserta.
Dari kesan dan pesan yang
disampaikan peserta dapat
disimpulkan bahwa: 1) peserta
merasa berterima kasih atas
kehadiran tim dan merasakan
kebermanfaatan atas tambahan ilmu
yang diberikan, 2) peserta berharap
agar ada kegiatan lanjutan sehingga
pemahaman masyarakat makin baik,
3) peserta juga meminta salinan
Kegiatan pengabdian pada
masyarakat dapat berjalan sesuai
rencana. Kegiatan ini terdiri dari 2
agenda yaitu, sosialisasi perda
terbaru tentang LPD dan pelatihan
pembautan laporan keuangan LPD.
pemahaman akan isi dan ketentuan
mutlak diperlukan agar pengurus
mampu menjalankan tugas dengan
baik. Selain pemahaman akan perda,
kemampuan teknis terkait laporan
keuangan LPD juga sangat penting.
Kehadiran tim beserta materi yang
disampaikan menjadikan pengurus
LPD lebih percaya diri menjadi
pengurus LPD. Peserta merasa
mendapat suntikan energi untuk
menjadikan LPD makin baik sehingga
misi pembangunan perdesaan akan
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2008. Lembaga
Keuangan Mikro: Institusi,
Kinerja dan Sustainabilitas.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Bank Indonesia, The & GTZ. 2000.
Legislation, Regulation and
Supervision of Microfinance
Institutions in Indonesia,
Project ProFi. Jakarta: Bank
Indonesia
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor
8 Tahun 2002 tentang
Lembaga Perkreditan Desa
Kaplan, Robert and David P. Norton.
1996. The Balance
Scorecard. Havard Business
School Press
dalam Menanggulangi
Kemiskinan terkait dengan
Kebijakan Otonomi Daerah.
www.ekonomirakyat.org
Sutopo, Wahyudi. 2005. Hubungan
antara Lembaga Keuangan
Mikro dan Kontribusi Usaha
Kecil dalam Penanggulangan
Kemiskinan. Usahawan No.
01 Tahun XXXIV, Januari.
Wiwin, 2012. Pengaruh Institusi
(Good Governance) Terhadap
Kinerja Perusahaan (Studi
Kasus LPD di Bali). Jurnal
Piramida, Vol. VIII. No.