• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJPn TNTC 2018 Final ok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RPJPn TNTC 2018 Final ok"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

BALAI BESAR TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

(2)

i

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

BALAI BESAR TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

E-mail : telukcenderawasih@gmail.com; Web : telukcenderawasih-nationalpark.org

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PENDEK

TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

TAHUN 2018

KABUPATEN TELUK WONDAMA PROVINSI PAPUA BARAT

KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA

Disusun Oleh :

Topo Budi Dhanarko,S.Pi,M.Si Samsul Rahman,S.Hut

Jahuda J.J.Satia,A.Md Oktovianus Max Asyerem

Umar Ali Maruapey Asep Taufik

La Hamid Soleman Kapitarauw

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih 2017

(3)
(4)

iii

GAMBAR PETA SITUASI

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PENDEK TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

TAHUN 2018

KABUPATEN TELUK WONDAMA PROVINSI PAPUA BARAT KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA

(5)

iv

K

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan atas karunia-Nya

sehingga penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek Taman

Nasional Teluk Cenderawasih (RPJ Pendek TNTC) Tahun 2018 dapat

berjalan dengan baik. RPJ Pendek TNTC Tahun 2018 ini merupakan salah

satu dokumen yang menjabarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang

TNTC Tahun 2010.

Rencana pengelolaan ini berisikan tentang petunjuk teknis dan

operasional dalam rangka pengelolaan kawasan TNTC pada tahun 2018.

RPJ Pendek 2018 ini disusun dengan melihat dan memadukan beberapa

kebijakan pengelolaan TNTC oleh beberapa pemangku kepentingan

sehingga tercapai sinergisitas dalam pengelolaan kawasan TNTC.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada

Kepala Balai Besar TNTC dan semua pihak yang telah memberikan

dukungan dalam penyusunan RPJ Pendek TNTC Tahun 2018. Semoga

Rencana Pengelolaan ini dapat memberikan manfaat dalam pengelolaan

TNTC secara lestari dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

baik di dalam maupun luar kawasan.

Manokwari, 2017

(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PETA SITUASI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Sasaran 3

D. Ruang Lingkup 3

E. Batasan Pengertian 4

II. KEMAJUAN KEGIATAN TAHUN SEBELUMNYA 7

III. RENCANA KEGIATAN 16

IV. PENUTUP 40

DAFTAR PUSTAKA 41

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matrik Rencana kegiatan dalam Rencana Pengelolaan Jangka

(8)

vii

Lampiran 3. Gambar Peta Wilayah Kerja Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN) / Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) / Resort lingkup Balai Besar Taman Nasional

Teluk Cenderawasih 45

Lampiran 4. Gambar Peta Jenis Tanah Taman Nasional Teluk

Cenderawasih 46

Lampiran 5. Gambar Peta Bathimetri dan Kelas Kelerengan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih 47

Lampiran 6. Gambar Peta Tutupan Vegetasi, Terumbu Karang, dan

Padang Lamun Taman Nasional Teluk Cenderawasih 48 Lampiran 7. Gambar Peta Sebaran Flora dan Fauna Taman Nasional

Teluk Cenderawasih 49

Lampiran 8. Gambar Peta Penggunaan Lahan di sekitar Taman

Nasional Teluk Cenderawasih 50

Lampiran 9. Gambar Peta Indikasi Tingkat Kerawanan Gangguan

Taman Nasional Teluk Cenderawasih 51

Lampiran 10. Gambar Peta Sarana dan Prasarana Taman Nasional

Teluk Cenderawasih 52

Lampiran 11. SK Penunjukan Kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih 53

Lampiran 12. SK Perubahan Fungsi Kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih 56

(9)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Taman nasional sebagai salah satu bentuk kawasan konservasi

mempunyai fungsi dan peranan yang paling lengkap, bila dibandingkan

dengan bentuk kawasan konservasi lainnya. Kawasan ini berfungsi sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah

satu taman nasional yang terletak di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi

Papua Barat dan Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Kawasan ini, memiliki

kedudukan dan peranan yang strategis bagi perkembangan pembangunan

dan kehidupan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan tersebut.

Kawasan ini, ditunjuk sebagai kawasan konservasi berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 472/Kpts-II/1993 dengan luasan

1.453.500 ha dan merupakan kawasan taman nasional laut (perairan) yang

terluas di Indonesia. Dan baru ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan Nomor : 8009/Kpts-II/2002 tanggal 29 Agustus 2002.

Kawasan ini secara geografis terletak pada tepi Samudra Pasifik dan

merupakan daerah pertemuan antara lempengan Benua Australia dan

lempengan Samudra Pasifik, sehingga jalur TNTC memiliki kekayaan

sumber daya alam berupa keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.

Luas kawasan TNTC sebesar 1.453.500 ha, terdiri dari luas daratan

pesisir pantai (pulau induk) sebesar 12.400 ha (0,9 %) dan luas daratan

pulau sebesar 55.800 ha, sedangkan luas lautan/perairan sebesar

1.305.000 ha (89,9 %) dengan luas terumbu karang 80.000 ha (5,5 %).

Sebagai salah satu taman nasional laut di Indonesia, kawasan TNTC

mempunyai kandungan potensi sumberdaya alam hayati yang sangat

tinggi, antara lain yaitu berbagai jenis karang, spesies ikan yang terdiri dari

ikan muara, ikan mangrove, ikan karang dan ikan pelagik; moluska; burung

(10)

2

Sebelum kawasan ini ditunjuk sebagai kawasan pelestarian alam,

masyarakat setempat telah bermukim di dalam dan sekitar kawasan,

pemukimannya tersebar di sepanjang pesisir dan pulau-pulau di dalam

kawasan. Masyarakat ini memiliki nilai pranata sosial dan kearifan budaya

yang beragam dan khas. Selain itu, tingkat ketergantungan masyarakat

dalam memanfaatkan sumber daya alam hayati dan ekosistem kawasan

cukup tinggi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan

sumberdaya alam hayati dan ekosistem oleh masyarakat dilakukan

berdasarkan pengetahuan lokal dan kearifan budaya masyarakat setempat.

Rencana Jangka Panjang Pengelolaan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih telah dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Taman

Nasional (RPTN) 2010 – 2029. Sampai dengan tahun 2017, pelaksanaan

RPTN telah berlangsung kurang lebih selama 7 (tujuh) tahun. Dalam rangka

pengelolaan kawasan konservasi yang optimal, telah disusun dokumen

Rencana Jangka Panjang Pengelolaan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih Periode 2010-2029. Dalam rangka pelaksanaannya

Rencana Jangka Panjang Pengelolaan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih Periode 2010-2029 tersebut, maka sesuai Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka

Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, perlu dijabarkan dalam Rencana

Pengelolaan Jangka Pendek Taman Nasional Teluk Cenderawasih (RPJ

Pendek TNTC) yang disusun tiap tahun. Pada tahun 2017 ini disusun RPJ

Pendek TNTC Tahun 2018, yang digunakan sebagai rencana teknis dan

operasional kegiatan pengelolaan kawasan TNTC pada tahun 2018,

sehingga diharapkan RPJ Pendek TNTC Tahun 2018 yang dibuat dapat

mengakomodir berbagai kegiatan yang telah direncanakan dalam RPJ

Panjang TNTC tersebut.

B. Tujuan

Penyusunan RPJ Pendek TNTC tahun 2018 bertujuan untuk

memberikan pedoman dan arahan teknis dan operasional yang bersifat

(11)

3

kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya

dan mengantisipasi dinamika sosial serta kebijakan pembangunan wilayah.

C. Sasaran

Sasaran penyusunan RPJ Pendek TNTC tahun 2018 adalah

terkelolanya potensi sumber daya alam dan lingkungan pada kawasan

TNTC secara optimal dan terarah sesuai fungsi kawasan, yaitu

terlindunginya kawasan TNTC sebagai sistem penyangga kehidupan,

terawetkannya keanekaragaman hayati dan ekosistem TNTC, dan

termanfaatkannya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara

lestari dan berkelanjutan.

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Wilayah Kajian

Lingkup wilayah kajian penyusunan RPJ Pendek ini adalah

kawasan TNTC seluas 1.453.500 ha dan sekitarnya. Secara administratif

TNTC berada di 2 (dua) wilayah provinsi dan kabupaten yaitu Kabupaten

Teluk Wondama Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Nabire Provinsi

Papua.

2. Lingkup Penyusunan Dokumen

Lingkup penyusunan RPJ Pendek TNTC tahun 2018 adalah

mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:

P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pengelolaan pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam, sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penyusunan dokumen,

tujuan, sasaran yang ingin dicapai, ruang lingkup dan batasan pengertian

(12)

4

b. Kemajuan Kegiatan Tahun Sebelumnya

Bab ini berisi deskripsi dan hasil capaian kegiatan tahun

sebelumnya terkait dengan rencana pengelolaan.

c. Rencana Kegiatan

Bab ini berisi rencana kegiatan selama 1 (satu) tahun, antara lain

berisi volume kegiatan dan anggaran, serta tata waktu pelaksanaannya.

d. Penutup

Bab penutup berisikan kesimpulandan saran-saran.

e. Lampiran

Bab ini berisi lampiran-lampiran yang menjelaskan data spasial

yang merupakan penggambaran tentang data numerik yang diperoleh dan

dianalisa, yang tertuang dalam bentuk peta. RPJ Pendek TNTC tahun

2018 ini minimal memuat peta-peta:

1. Peta penunjukan/penetapan kawasan TNTC yang dilengkapi dengan

informasi sebaran pemukiman, daerah penyangga/batas administrasi

pemerintahan;

2. Peta Penataan Zona TNTC;

3. Peta wilayah kerja Bidang Pengelolaan Wilayah Taman Nasional

(BPTN)/ SeksiPengelolaan TN (SPTN)/ Resort;

4. Peta Rencana Pengelolaan TNTC (peta-peta yang merupakan hasil

kajian/ analisa berupa peta nilai penting kawasan, potensi kerawasan,

tutupan lahan dan lain-lain).

E. Batasan Pengertian

1. Kawasan Suaka Alam yang selanjutnya disingkat KSA adalah kawasan

dengan cirikhas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga

berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

2. Kawasan Pelestarian Alam selanjutnya disingkat KPA adalah kawasan

dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang

mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,

(13)

5

pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

3. Taman Nasional yang selanjutnya disebut TN adalah KPA yang

mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system zona yang

dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

4. Pengelolaan KSA dan KPA adalah upaya sistematis yang dilakukan

untuk mengelola kawasan melalui kegiatan perencanaan,

perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, pengawasan, dan

pengendalian.

5. Rencana Pengelolaan KSA dan KPA adalah panduan yang memuat

tujuan, kegiatan, dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan

KSA dan KPA.

6. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJ Panjang) adalah rencana

pengelolaan makro yang bersifat perspektif, indikatif disusun

berdasarkan kajian aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dengan

memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat, dan rencana

pembangunan daerah/wilayah.

7. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJ Pendek) adalah rencana

pengelolaan yang bersifat teknis operasional, kualitatif, dan kuantitatif.

8. Kolaborasi pengelolaan KSA dan KPA adalah pelaksanaan suatu

kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu

meningkatkan efektifitas pengelolaan KSA dan KPA secara bersama

dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan

bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Kolaborasi dalam rangka pengelolaan KSA dan KPA adalah proses

kerjasama yang dilakukan oleh para pihak yang bersepakat atas dasar

prinsip-prinsip saling menghormati, saling menghargai, saling percaya

(14)

6

10. Para pihak adalah semua pihak yang memiliki minat, kepedulian atau

kepentingan dengan upaya konservasi KSA dan KPA, antara lain

Pemerintah, LSM, BUMN/BUMD/BUMS, perorangan, masyarakat

internasional, Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan/ Lembaga Ilmiah.

11. Masyarakat setempat adalah kesatuan komunitas sosial yang terdiri

dari warga negara kesatuan RI yang tinggal di dalam dan atau sekitar

KSA dan KPA, yang mata pencaharian bergantung pada sumberdaya

alam di KSA dan KPA baik langsung maupun tidak langsung, hubungan

kesejarahan, keterikatan budaya, dan tempat tinggal, serta masih

terdapat pranata sosial dalam pengaturan tata tertib kehidupan

(15)

7

II. KEMAJUAN KEGIATAN TAHUN SEBELUMNYA

Balai Besar TNTC bersama dengan para pihak terkait

(stakeholders) telah melakukan perencanaan berapa kegiatan dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Teluk

Cenderawasih pada kurun waktu 20 tahun (2010 – 2029) seperti yang

tertuang dalam dokumen RPJP TNTC Periode 2010 – 2029. Tahun 2017

adalah tahun sebelum disusunnya RPJ Pendek TNTC Periode Januari –

Desember 2018 ini dan merupakan tahun kedelapan dari RPJ Panjang

TNTC tersebut. Adapun kegiatan-kegiatannya telah direncanakan sebagai

berikut :

A. Inventarisasi Sumber Daya Alam

Kegiatan inventarisasi sumber daya alam yang direncanakan

dalam tahun 2017 antara lain :

1. Inventarisasi populasi Hiu Paus.

2. Inventarisasi populasi Kima.

3. Monitoring populasi Lumba-lumba.

4. Monitoring populasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) pada site monitoring di Pulau Wairundi.

5. Inventarisasi kerusakan habitat Penyu Hijau (Chelonia mydas) pada di Pulau Wairundi.

6. Pembinaan Habitat penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pulau Wairundi. Dari kegiatan yang direncanakan dalam tahun 2017 tersebut,

terdapat kegiatan yang terakomodir dalam DIPA Balai Besar TNTC tahun

2017, yaitu:

1. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Penyu di Anggromeos.

2. Monitoring Populasi Penyu (Chelonia Mydas) di site pengamatan Spesies Prioritas Wairundi.

(16)

8

4. Pembinaan Habitat Penyu (Chelonia Mydas) di site pengamatan spesies prioritas Pulau Wairundi.

5. Inventarisasi Jenis penyu dan Penyebarannya di Pulau Iweri BPTN

Wilayah II Wasior.

Beberapa kegiatan yang terakomodir dalam DIPA BBTNTC tahun

2017 tersebut telah menghasilkan data dan informasi inventarisasi dan

identifikasi TSL yang sangat berguna bagi pengelolaan kawasan TNTC ke

depan.

B. Pengukuhan Kawasan

Kegiatan pengukuhan kawasan dalam rencana kegiatan tahun

2017 sesuai yang tertera dalam RPJ Panjang adalah sebagai berikut:

1. Rekonstruksi tanda batas (titik referensi dan rambu suar) yang rusak

dan atau hilang.

2. Sosialisasi tanda batas kawasan TNTC.

3. Pemeliharaan tanda batas TNTC.

Dari ketiga kegiatan yang direncanakan dalam tahun 2017 tersebut

tidak ada kegiatan yang terakomodir dalam DIPA Balai Besar TNTC tahun

2017. Salah satu penyebabnya karena keterbatasan anggaran.

C. Penataan Zona Kawasan TNTC

Dalam rangka penataan zona kawasan TNTC pada tahun 2017

telah merencanakan beberapa kegiatan, yaitu :

1. Review zonasi TNTC

2. Sosialisasi batas zona TNTC

DIPA Balai Besar TNTC tahun 2017 ini telah mengakomodir kegiatan

yang terkait dengan Review Zonasi TNTC. Kegiatan tersebut secara rinci

dapat tersaji sebagai berikut :

1. Pencermatan Zonasi Kawasan dalam rangka reviuw Zonasi TNTC.

2. Penyusunan/Penyempurnaan Dokumen Review Zonasi dan RPJP

TNTC.

(17)

9

Oleh karena masih dalam tahap review zonasi TNTC, maka

kegiatan yang dilakukan masih terfokus pada review zonasi sehingga

kegiatan sosialisasi zonasi TNTC belum dapat terakomodir pada DIPA

BBTNTC tahun 2017.

D. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Dalam menunjang pengelolaan TNTC, pada tahun 2017 juga telah

merencanakan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan seperti

yang tertera sebagai berikut:

1. Patroli bersama Masyarakat Mitra Polhut

2. Patroli fungsional perairan

3. Patroli gabungan perairan

4. Sosialisasi peraturan perundang-undangan kepada masyarakat

Dari keempat kegiatan yang telah direncanakan dalam Rencana

Kegiatan tahun 2017, hanya kegiatan operasi perlindungan dan

pengawasan saja yang terakomodir dalam DIPA BBTNTC tahun 2017, yaitu

Patroli bersama Masyarakat Mitra Polhut, Patroli Fungsional, Patroli

Gabungan. Sedangkan untuk kegiatan sosialisasi peraturan perundangan

kepada masyarakat tidak dapat terlaksana karena keterbatasan anggaran.

E. Pengawetan Keanekaragaman Hayati

Pada tahun 2017, BBTNTC juga telah merencanakan kegiatan

pengawetan keanekaragaman hayati, yaitu :

1. Pembinaan habitat penyu hijau (Chelonia mydas) di Pulau Wairundi 2. Operasionalisasi demplot penetasan telur penyu hijau (Chelonia

mydas) di Isenebuai.

Namun dalam pelaksanaannya, hanya kegiatan pembinaan habitat

Penyu hijau di Pulau Wairundi saja yang terakomodir dalam DIPA BBTNTC

(18)

10

F. Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam

a. Pemanfaatan untuk Penelitian, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan.

Dalam mendukung pemanfaatan untuk penelitian dan ilmu

pengetahuan dan pendidikan, BBTNTC juga merencanakan beberapa

kegiatan pada tahun 2017, antara lain:

1. Pengembangan kerjasama dalam program penelitian dan ilmu pengetahuan

2. Kegiatan penelitian dasar dan terapan

3. Diseminasi hasil kegiatan penelitian dan ilmu pengetahuan

4. Identifikasi obyek dan lokasi untuk kegiatan pendidikan dan kesadaran

konservasi

5. Pembuatan jalur interpretasi lingkungan

6. Pembuatan buku interpretasi lingkungan

7. Pendidikan pengenalan lingkungan melalui out bond

8. Pameran dan Perlombaan konservasi

Dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan dalam tahun 2017

tersebut, hanya kegiatan pameran dan perlombaan konservasi saja yang

terakomodir dalam DIPA BBTNTC tahun 2017 melalui kegiatan kampanye

pelestarian penyu, satwa liar dan tumbuhan alam melalui lomba mewarnai

dan puisi /essay tingkat SD, dan SMP. Salah satu penyebab tidak

terakomodirnya beberapa kegiatan tersebut dalam DIPA BBTNTC tahun

2017 adalah keterbatasan anggaran. Namun demikian kegiatan

pengembangan kerjasama dalam program penelitian dan ilmu

pengetahuan, kegiatan penelitian dasar dan terapan, serta kegiatan

desiminasi hasil kegiatan penelitian dan ilmu pengetahuan tetap

dilaksanakan melalui penandatangan Perjanjian Kerjasama dengan WWF

Indonesia dan UNIPA, penerbitan SIMAKSI untuk penelitian dan lain

sebagainya.

b. Pemanfaatan untuk Rekreasi dan Pariwisata Alam

Dalam pengembangan pemanfaatan kegiatan untuk rekreasi dan

pariwisata alam TNTC tahun 2017, Balai Besar TNTC merencanakan

(19)

11

a) Promosi dan publikasi paket-paket wisata alam

b) Studi analisis daya dukung wisata alam,

c) Penyusunan desain tapak pengelolaan pariwisata alam TNTC

Dari beberapa kegiatan yang direncanakan dalam tahun 2017

tersebut, hanya kegiatan penyusunan desain tapak pengelolaan pariwisata

alam TNTC yang terakomodir dalam DIPA Balai Besar TNTC tahun 2017.

Kegiatan ini merupakan rangkaian tahapan proses pembentukan desain

tapak pariwisata alam TNTC yang nantinya bermanfaat dalam penggunaan

ruang publik dan usaha dalam pemanfaatan pariwisata alam tanpa

mengurangi keharmonisan dan keselarasan kegiatan di dalam kawasan

TNTC.

c. Pemanfaatan untuk Menunjang Budidaya

Dalam pemafaatan sumberdaya alam untuk kegiatan budidaya,

BBTNTC tahun 2017 merencanakan beberapa kegiatan, diantaranya

adalah :

1. Identifikasi potensi jenis tumbuhan berkhasiat obat

2. Identifikasi tumbuhan hias

3. Identifikasi teripang

4. Identifikasi jenis ikan hias dan ikan kerapu

Dari kedua kegiatan yang direncanakan dalam tahun 2017

tersebut, hanya kegiatan identifikasi teripang saja yang terakomodir yaitu

kegiatan Inventarisasi Populasi Teripang dan Penyebarannya di BPTN

Wilayah I Nabire. Penyebab tidak terakomodirnya beberapa kegiatan

tersebut dalam DIPA BBTNTC tahun 2017 adalah keterbatasan anggaran.

G. Pembangunan Sarana dan Prasarana

a. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan

Sarana dan prasarana pengelolaan merupakan sarana dan

prasarana yang direncanakan untuk diadakan dalam rangka pengelolaan

sumber daya alam dan ekosistemnya di kawasan TNTC, antara lain: kantor

(20)

12

menara pengawas/tower, speed boat, garasi speed boat, rubber boat,

dermaga speed boat, stasiun penangkaran, dan pusat informasi.

Sampai dengan bulan Juli 2017, hanya speed boat sebagai sarana

prasarana pengelolaan di ketiga BPTN saja yang terpenuhi. Sedangkan

untuk pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan yang lain belum

dapat terpenuhi. Hal ini disebabkan antara lain keterbatasan anggaran.

b. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pemanfaatan

Sarana dan prasarana pemanfaatan adalah sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam dan

ekosistem di kawasan TNTC meliputi pemanfataan untuk penelitian, ilmu

pengetahuan dan pendidikan, serta pemanfaatan untuk kegiatan rekreasi

dan pariwisata alam. Rencana pembangunan dan pengadaan sarana dan

prasarana pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistemnya di TNTC

antara lain homestay, Gedung Pusat Informasi, pintu gerbang, stasiun penelitian.

Sampai dengan bulan Juli 2017, belum semua sarana dan

prasarana pengelolaan terpenuhi. Hal ini disebabkan antara lain

keterbatasan anggaran.

H. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Penyangga

Daerah penyangga adalah daerah yang berada di luar kawasan

konservasi, baik sebagai kawasan hutan lain, tanah negara bebas maupun

tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan

kawasan konservasi. Daerah penyangga pada kawasan konservasi TNTC

secara nomenklatur belum ditentukan, tetapi dalam kawasan TNTC yang

dikatakan sebagai daerah penyangga (buffer zone) terhadap kawasan TNTC sendiri adalah berada di sepanjang pesisir pantai Pulau Induk Papua.

Rencana kegiatan dalam rangka pembinaan dan pengembangan

daerah penyangga BBTNTC tahun 2017 adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan rancangan pembinaan dan pengembangan daerah

penyangga

(21)

13

3. Pelatihan ketrampilan dan studi banding masyarakat

Ketiga kegiatan tersebut yang direncanakan pada tahun 2017 , dapat

terakomodir dalam DIPA BBTNTC tahun 2017. Kegiatan penyuluhan

konservasi dilakukan di lingkup SPTN melalui sosialisasi dan penyebarab

informasi KSDAE , kegiatan pelatihan ketrampilan dan studi banding

masyarakat terakomodir dalam DIPA Balai Besar TNTC tahun 2017 melalui

kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat melalui Peningkatan kapasitas

masyarakat melalui pelatihan Pembuatan dan Reparasi Jaring ikan di BPTN

Wilayah I Nabire dan Pelatihan pemanfaatan dan pengelolahan produk dari

bahan Kelapa, Sagu dan Pinang untuk kelompok masyarakat desa Binaan

di BPTN Wilayah II. Sedangkan untuk penyusunan rancangan pembinaan

dan pengembangan daerah penyangga dilakukan di wilayah BPTN III

Yembekiri.

I. Pengembangan Kerjasama/Kolaboratif Pengelolaan Kawasan

Rencana kegiatan dalam rangka pengembangan

kerjasama/kolaborasi pengelolaan kawasan TNTC yang direncanakan

dalam tahun 2017 antara lain:

1. Penguatan kelembagaan forum kolaborasi untuk menyusun

program kerja.

2. Studi banding forum kolaborasi.

3. Rapat evaluasi dan review MoU kolaborasi.

Dari ketiga kegiatan yang direncanakan dalam tahun 2017

tersebut, hanya kegiatan penguatan kelembagaan forum kolaborasi untuk

menyusun program kerja telah terakomodir dalam DIPA Balai Besar TNTC

tahun 2017 melalui kegiatan Pembangunan jejaring kerjasama dalam

rangka pengembangan Ekonomi Produktif Desa sekitar TNTC.

J. Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat

Melalui rencana kegiatan tahun 2017 dalam rangka untuk

meningkatkan peran serta masyarakat dan pemberdayaan masyarakat,

seperti kegiatan sebagai berikut:

(22)

14

b) Budidaya jenis Tumbuhan dan satwa

c) Pembentukan Pam Swakarsa

d) Pembentukan Kader Konservasi

e) Monitoring dan evaluasi kegiatan pemberdayaan masyarakat

Dari kegiatan yang direncanakan dalam tahun 2017 tersebut,

kegiatan peningkatan kapasitas SDM melalui Diklat kepada masyarakat

telah terakomodir dalam DIPA Balai Besar TNTC tahun 2017 melalui

kegiatan Peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan Pembuatan

dan Reparasi Jaring ikan di BPTN. Wilayah I Nabire dan Pelatihan

pemanfaatan dan pengelolahan produk dari bahan Kelapa, Sagu dan

Pinang untuk kelompok masyarakat desa Binaan di BPTN Wilayah II.

K. Peningkatan Koordinasi dan Integrasi

Dalam menunjang pengelolaan kawasan Taman Nasional teluk

Cenderawasih yang lebih baik dan terarah, maka Balai Besar TNTC secara

aktif dan konsisten dalam berkoordinasi dengan para pihak/stakeholders

terkait. Koordinasi secara rutin dan berkala menjadi kegiatan yang harus

sering dilakukan untuk meningkatkan sinergisitas dengan para pihak dalam

mengelola kawasan TNTC.

L. Pengelolaan Database Kawasan

Sebagai penunjang dalam rangka penyebarluasan data dan

informasi TNTC, beberapa kegiatan telah disusun dalam rencana kegiatan

tahun 2017, yaitu :

1. Pengelolaan website TNTC.

2. Pengadaan sarana dan prasarana yang pendukung sistem database

dan informasi

3. Perancangan dan penyusunan sistem informasi manajemen

database

4. Buku informasi, bulletin, leaflet, dan brosur

Dari keempat kegiatan yang direncanakan dalam tahun 2017

tersebut, kegiatan pengelolaan website dan bulletin yang telah terakomodir

(23)

15

kegiatan yang terakomodir dalam DIPA BBTNTC tahun 2017 tersebut

sedang dilaksanakan.

M. Pengembangan Investasi Pemanfaatan, dan Pengusahaan Jasa

Lingkungan

Rencana kegiatan tahun 2017 dalam rangka pengembangan

investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan dalam kawasan

TNTC seperti yang tertuang dalam RPJ Pendek TNTC tahun 2017 adalah

sebagai berikut :

1. Sosialisasi peraturan pemanfaatan jasa lingkungan.

2. Identifikasi potensi jasa lingkungan (sumberdaya air, karbon,

keindahan alam, budaya/religi).

3. Partisipasi dalam kegiatan pameran-pameran (Indogreen, dll).

Dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan tersebut, terdapat

kegiatan yang terakomodir dalam DIPA Balai Besar TNTC tahun 2017 yaitu

Sosialisasi Pungutan Tarif Masuk untuk Wisata di Taman Nasional Teluk

Cenderawasih dan kegiatan partisipasi di beberapa ajang pameran

konservasi dan wisata alam. Salah satu penyebab tidak terakomodirnya

semua kegiatan tersebut dalam DIPA BBTNTC tahun 2017 adalah

keterbatasan anggaran.

N. Perancangan dan Strategi Pendanaan

Sesuai RPJ Panjang TNTC Periode 2010 – 2029, dalam rangka

perancangan dan strategi pendanaan untuk rencana kegiatan tahun 2017

adalah Kegiatan penyusunan rencana pengelolaan taman nasional jangka

pendek kurun waktu 1 (satu) tahun. Kegiatan tersebut dapat terakomodir

dalam DIPA BBTNTC tahun 2017 melalui kegiatan penyusunan RPJ

Pendek tahun 2018. Untuk strategi pendanaan dalam pengelolaan dan

pemanfaatan kawasan TNTC, selain berasal dari dana APBN juga

diharapkan adanya dukungan dana yang berasal dari stakeholders mitra

(24)

16

III. RENCANA KEGIATAN

Menurut UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, di dalam salah satu ketentuan

umumnya menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan

pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan

system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa konservasi sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan : (1) perlindungan sistem

penyangga kehidupan, (2) pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan

dan satwa beserta ekosistemnya, (3) pemanfaatan secara lestari sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman Nasional Teluk

Cenderawasih (TNTC) termasuk salah satu kawasan pelestarian alam

tersebut dan terus berupaya melaksanakan pengelolaan kawasan sesuai

dengan kaidah-kaidah konservasi.

Penyusunan dokumen RPJ Pendek tiap tahun oleh TNTC

merupakan turunan dari rencana kegiatan yang telah disusun pada

dokumen RPJ Panjang TNTC Periode 2010 – 2029. Hal ini dilakukan sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang pengelolaan

KPA dan KSA sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 108 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa rencana pengelolaan

KPA dan KSA terdiri dari rencana pengelolaan jangka panjang dan rencana

pengelolaan jangka pendek. Penyusunan dokumen RPJ Pendek TNTC

Tahun 2018 dituangkan dalam rencana kerja yang berisi uraian rencana

kegiatan yang akan dilakukan dan mengacu kepada dokumen RPJ Panjang

TNTC Periode 2010 – 2029 dan diselaraskan kebutuhan pengelolaan

kawasan.

Seperti yang tertuang dalam dokumen RPJP TNTC Periode 2010 –

2029, Balai Besar TNTC bersama dengan para pihak (stakeholders) telah merencanakan berapa kegiatan dalam rangka pengelolaan kawasan

konservasi TNTC pada kurun waktu 20 tahun (2010 – 2029). Dengan

(25)

17

Nomor P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam maka kegiatan pokok yang akan dikembangkan dalam

pengelolaan TNTC jangka pendek untuk tahun 2018 adalah sebagai

berikut:

1. Inventarisasi Sumber Daya Alam;

2. Pengukuhan Kawasan;

3. Penataan Zona Kawasan TNTC;

4. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan;

5. Pengawetan Keanekaragaman Hayati;

6. Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam;

7. Pembangunan Sarana dan Prasarana;

8. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Penyangga;

9. Pengembangan Kerjasama/Kolaborasi Pengelolaan Kawasan;

10. Peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat;

11. Peningkatan Koordinasi dan Integrasi;

12. Pengelolaan Data Base Potensi Kawasan;

13. Pengembangan Investasi Pemanfaatan dan Pengusahaan Jasa,

Lingkungan;

14. Perencanaan dan Strategi Pendanaan.

Rencana kegiatan pada RPJ Pendek TNTC Tahun 2018 bersifat

rencana operasional kegiatan yang disusun dengan mengacu kepada

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang dengan rincian yang terdiri dari jenis

kegiatan, biaya yang dibutuhkan, volume kegiatan, stakeholders yang terlibat, tata waktu pelaksanaan serta tingkat prioritas sebagaimana

terlampir pada Tabel 1. Bab ini lebih lanjut akan menjelaskan lebih detil

sub-sub kegiatan yang tercakup dalam kegiatan-kegiatan pokok tersebut. RPJ

Pendek TNTC tahun 2018 ini merupakan tahun kedelapan dari RPJ

Panjang TNTC dan telah merencanakan kegiatan-kegiatan pokok sebagai

(26)

18

1. Inventarisasi Sumber Daya Alam

Berbagai kegiatan survey maupun inventarisasi potensi SDA baik

fisik maupun biologi yang dilakukan oleh Balai Besar TNTC maupun

bekerjasama dengan UNIPA, CI, TNC hingga tahun 2014, telah

menghasilkan data dan informasi yang cukup memadai. Berbagai jenis

tumbuhan dan satwa serta potensi fisik dan wisata bahkan nilai ekonomi

kawasan secara kualitatif sebagian telah teridentifikasi. Walaupun data dan

informasi yang ada belum menyajikan data secara keseluruhan namun

secara bertahap akan terus dilakukan untuk memperkaya data potensi SDA

dalam kawasan TNTC.

Selain kegiatan inventarisasi juga dilakukan kegiatan monitoring

untuk mengetahui trend/grafik dan atau sebagai informasi up to date dari informasi yang tersedia, dan juga dapat digunakan sebagai bahan

pengambilan keputusan. Kegiatan monitoring ini meliputi monitoring potensi

biologis kawasan dan potensi fisik kawasan. Kegiatan Inventarisasi SDA

yang direncanakan dalam tahun 2018 antara lain :

a. Monitoring populasi hiu paus.

b. Monitoring populasi kima.

c. Inventarisasi dan identifikasi jenis lamun.

d. Inventarisasi dan identifikasi terumbu karang.

e. Inventarisasi biota laut (Periglypta reticulata).

f. Monitoring populasi penyu hijau (Chelonia mydas) pada Site Monitoring di Pulau Wairundi.

g. Inventarisasi kerusakan habitat penyu hijau (Chelonia mydas) di Pulau Wairundi.

h. Inventarisasi populasi burung Junai Mas (Chaloenas nicobarica) di Pulau Kumbur.

i. Identifikasi dan pemetaan tumbuhan Pandanus sp di Pulau Wairundi,Pulau Kuwom,dan Pulau Kumbur.

(27)

19

2. Pengukuhan Kawasan

Pengukuhan kawasan merupakan tahapan-tahapan kegiatan yang

mencakup: penunjukan, penataan batas, pengukuran, pemetaan dan

penetapan kawasan untuk penegasan status hukum kawasan. Pengukuhan

kawasan TNTC sudah final dengan ditetapkannya sebagai taman nasional

berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.8009/Kpts-II/2002 tanggal 29

Agustus 2002 dengan luas ± 1.453.500 Ha. Karena kawasan taman

nasional yang hampir ± 89 % wilayah laut/perairan sehingga penataan

batas dilakukan pada bagian pulau terluar dari batas kawasan TNTC, pal

batas berupa 8 titik referensi dan 4 buah rambu suar. Penataan batas

tersebut dengan melibatkan pihak BPKH Wilayah X Papua, Pemerintah

Daerah Kabupaten Nabire dan Pemerintah Daerah Manokwari (sebelum

pemekaran wilayah Kabupaten Teluk Wondama).

Kondisi saat ini sampai dengan penyusunan RPJ Pendek Tahun

2018, semua titik referensi dalam keadaan rusak/retak dan belum dilakukan

rehabilitasi. Sedangkan Rambu Suar, 3 (tiga) buah hilang (dicuri) dan hanya

sebuah rambu suar yang terletak di Pulau Nutabari dalam kondisi baik,

sehingga dalam rencana pengelolaan jangka panjang semua titik referensi

diharapkan dapat diperbaiki dan dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

Rencana kegiatan tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Rekonstruksi tanda batas (titik referensi dan rambu suar) yang rusak

dan atau hilang.

b. Sosialisasi tanda batas kawasan TNTC.

c. Pemeliharaan tanda batas TNTC.

d. Monitoring dan evaluasi kegiatan pengukuhan kawasan TNTC.

3. Penataan Zona Kawasan TNTC

Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan

Konservasi Alam pada tanggal 5 Juli 2009 tentang zonasi Taman Nasional

Teluk Cenderawasih telah menetapkan zona dalam kawasan TNTC, yaitu

zona inti, zona perlindungan bahari, zona rimba, zona pemanfaatan

(28)

20

khusus. Proses penataan zona ini tentunya telah mempertimbangkan

kajian-kajian dari aspek ekologis, aspek sosial ekonomi dan budaya

masyarakat. Penataan zona tersebut merupakan upaya penataan ruang

untuk optimalisasi fungsi dan peruntukan potensi sumberdaya alam hayati

dan ekosistem pada setiap ruang wilayah kawasan TNTC, serta penerapan

dan penegakan ketentuan hukum yang dilaksanakan atas sanksi

pelanggaran di setiap zona dalam kawasan TNTC secara tegas dan pasti.

Dengan adanya pemekaran wilayah kabupaten (Kabupaten Teluk

Wondama) yang wilayah lautnya 100 % masuk dalam kawasan TNTC dan

untuk mengakomodir tata ruang wilayah daerah tersebut maka penataan

zonasi merupakan prakondisi yang harus diprioritaskan dalam kegiatan

pemantapan kawasan, sebelum kawasan TNTC tersebut dapat

dikembangkan, dimanfaatkan, dan dikelola secara efektif sesuai fungsinya.

Diharapkan tata ruang zona yang sudah ditetapkan harus sejalan dengan

tata ruang wilayah, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan yang

mengarah kepada konflik. Selain tujuan pengelolaan kawasan TNTC

dengan potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, guna

memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari serta masyarakat

sejahtera juga diharapkan dapat mendukung pengembangan

pembangunan daerah.

Penataan zona tentunya telah melibatkan para pihak seperti

BPKH/Planologi, Ditjen PHKA, Pemerintah Daerah, Bappeda, DKP,

Pariwisata, Dinas Kehutanan, Perhubungan Laut, LSM, Akademisi dan

Masyarakat. Program penataan zona TNTC merupakan proses

kesepakatan dan penyelesaian permasalahan ruang di dalam kawasan

TNTC.

Zonasi yang telah ditetapkan, secara berkala dalam rentang waktu

dua sampai tiga tahun dilakukan pemantauan dan evaluasi efektifitas

penggunaan ruang berdasarkan zonasi yang ada. Apabila dalam

perkembangan pengelolaan kawasan ditemukan adanya ketidaksesuaian

pengaturan penggunaan ruang, maka zona kawasan TNTC dapat ditinjau

(29)

21

Peninjauan kembali zonasi ini dilakukan berdasarkan kajian ilmiah terhadap

aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat dengan

menggunakan metode-metode tertentu berdasarkan konsep analisa

spasial.

Pengelolaan kawasan TNTC selalu dinamis. Sejak ditetapkan pada

tahun 2009, tentunya terdapat perubahan-perubahan kondisi baik aspek

ekologi ekonomi maupun sosial budaya masyarakat di kawasan TNTC,

sehingga zona yang telah ditetapkan tersebut perlu dievaluasi. Evaluasi

zonasi TNTC telah dilaksanakan tahun 2015 dan hasilnya telah dilaporkan

ke Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem melalui Direktur

Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA). Berdasarkan hasil

evaluasi dan arahan Direktur PIKA tersebut, maka BBTNTC perlu

menindaklanjutinya dengan melakukan perubahan zonasi TNTC tersebut

melalui review zonasi. Dalam mendukung kesinambungan review zonasi

tersebut, maka kegiatan-kegiatan yang direncanakan pada tahun 2018

dalam rangka penataan zona TNTC adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi zonasi TNTC hasil review di Nabire,Wasior,dan Ransiki.

b. Monitoring dan evaluasi kegiatan penataan zona kawasan TNTC.

4. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Upaya perlindungan dan pengamanan kawasan TNTC dilakukan

dengan berbagai tingkatan/tahapan, yaitu antara lain tahapan pre-emtif,

tahap preventif dan secara represif. Beberapa bentuk gangguan terhadap

kawasan TNTC, antara lain: penangkapan/pengambilan satwa yang

dilindungi, illegal fishing, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, penebangan liar, pengeboman terumbu karang, pembuangan

sampah, dan lain-lain.

Identifikasi daerah rawan gangguan di dalam kawasan TNTC sudah

dilakukan, dan ada beberapa daerah/wilayah yang merupakan daerah yang

sangat rawan, sehingga dalam rencana pengelolaan jangka panjang ini

akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pengamanan dan perlindungan

kawasan guna mengurangi tingkat kerawanan yang ada. Tahapan

(30)

22

perundang-undangan kepada masyarakat di sekitar kawasan. Sasaran

utama dalam kegiatan ini masyarakat yang berada dekat atau di sekitar

daerah yang memiliki tingkat kerawanan paling tinggi.

Selain perlindungan dan pengamanan yang dilakukan oleh personil

aparat, masyarakat sekitar didorong untuk dapat melakukan kegiatan

perlindungan dan pengamanan hutan secara mandiri.Untuk mewadahi hal

ini, serta agar perlindungan dan pengamanan oleh masyarakat lebih tertib

dan terkoordinir maka perlu dibentuk sebuah lembaga pengaman

masyarakat yang dikenal dengan Pengamanan Hutan Swakarsa (Pamhut

Swakarsa) dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP).

Kemudian untuk meningkatkan keterampilan masyarakat yang

tergabung dalam Pamhut Swakarsa dan MMP, maka perlu difasilitasi

adanya pelatihan-pelatihan tentang perlindungan dan pengamanan hutan

serta pendampingan.Hal ini sangat berguna sebagai upaya pembinaan

terhadap masyarakat, sehingga merasa diperhatikan.

Beberapa tindakan/kegiatan yang perlu dan senantiasa harus

dilakukan adalah kegiatan patroli rutin dan penjagaan kawasan serta

pemasangan papan-papan peringatan dan himbauan.Kegiatan ini terutama

dilakukan pada daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi.

Sehubungan dengan terbentuknya UPT Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK) Wilayah

Maluku Papua maka BBTNTC tidak memiliki wewenang untuk melakukan

penyidikan kasus-kasus pelanggaran hukum LHK, Kegiatan operasi

represif perlu dilaksanakan bersama dengan BPPHLHK Wilayah Maluku

Papua. Kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan yang

direncanakan selama tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Patroli bersama Masyarakat Mitra Polhut

b. Patroli rutin pengamanan kawasan

c. Patroli fungsional perairan

d. Patroli gabungan perairan

(31)

23

f. Monitoring dan evaluasi kegiatan perlindungan dan pengamanan

kawasan TNTC.

5. Pengawetan Keanekaragaman Hayati

Pengawetan keragaman hayati adalah suatu usaha untuk menjaga

agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya

tidak punah. Usaha ini dapat dilakukan di dalam kawasan konservasi

(konservasi in situ) dan di luar kawasan konservasi (konservasi ex situ). Usaha ini tentunya dilaksanakan berdasarkan data dan informasi yang

akurat yang telah diperoleh pada kegiatan-kegiatan inventarisasi sumber

daya alam di atas serta dengan memperhatikan jenis endemik dalam

kawasan TNTC. Upaya pengawetan keanekaragaman hayati dilakukan

dengan tetap menjaga keaslian habitat alami tumbuhan dan satwa serta

melakukan pembinaan terhadap populasinya (pembinaan habitat dan

populasi).

Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pembinaan habitat dan

populasi antara lain: rehabilitasi habitat, pengayaan jenis tumbuhan

penghasil pakan bagi satwa liar, restorasi jenis tumbuhan dan satwa liar.

Kegiatan pembinaan habitat dan populasi tumbuhan dan satwa dalam

kawasan TNTC lebih diarahkan pada kawasan pulau yang merupakan

tempat atau bersarangnya jenis satwa seperti tempat peneluran penyu,

sarang burung junai mas dan lainnya.

Upaya pengawetan keanekaragaman hayati lain yang dilakukan

yaitu dengan membangun kandang penangkaran tumbuhan dan satwa liar.

Kegiatan penangkaran diarahkan bagi jenis-jenis endemik TNTC dan atau

jenis-jenis yang dilindungi. Kegiatan pengawetan keanekaragaman hayati

yang direncanakan selama tahun 2018 sebagai berikut:

a. Pembinaan habitat penyu hijau (Chelonia mydas) di Pulau Wairundi. b. Pembinaan populasi penyu hijau (Chelonia mydas) di Isenebuai c. Operasionalisasi demplot penetasan telur penyu hijau (Chelonia

mydas) di Isenebuai.

d. Prakondisi kegiatan pemulihan ekosistem pada zona rehabilitasi

(32)

24

e. Penyusunan rencana pemulihan ekosistem.

f. Penanganan pemanfaatan kawasan non prosedural di BPTN I,II,III.

g. Monitoring dan evaluasi kegiatan pengawetan keanekaragaman

hayati.

6. Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam

Taman nasional daratan maupun perairan memiliki ciri khas

tertentu, dan mempunyai multi fungsi yaitu perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari jenis tumbuhan

dan satwa serta ekosistemnya. Selain itu, Taman nasional dimanfaatkan

untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

budidaya, kebudayaan dan pariwisata/rekreasi alam.

Dengan melihat potensi sumberdaya alam kawasan TNTC, maka

kegiatan pemanfaatannya yang direncanakan dalam tahun 2018 antara

lain:

6.1. Pemanfaatan untuk Penelitian, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan.

Dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk penelitian

dan ilmu pengetahuan dan pendidikan ini dapat dilakukan kegiatan

penelitian dasar dan penelitian untuk kepentingan pengelolaan dan

budidaya. Untuk mendukung kegiatan ini maka perlu dilakukan kerjasama

dengan lembaga ilmu pengetahuan seperti Perguruan Tinggi (PT),

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ataupun dengan Balai

Penelitian Kehutanan (BPK) Manokwari. Kerjasama dengan LIPI atau

dengan PT diarahkan untuk kegiatan penelitian dasar, sementara kerja

sama dengan BPK diarahkan untuk penelitian terapan bagi kepentingan

pengelolaan kawasan.

Beberapa kegiatan yang mendukung pemanfaatan untuk penelitian

dan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang direncanakan dalam tahun

2018 antara lain :

a) Diseminasi hasil kegiatan penelitian dan ilmu pengetahuan.

b) Monitoring kerjasama dalam program penelitian dan ilmu pengetahuan.

6.2. Pemanfaatan untuk Rekreasi dan Pariwisata Alam

Potensi lainnya yang terdapat dalam kawasan TNTC yaitu obyek

(33)

25

optimal. Sejak tahun 2010 sampai tahun 2016 kunjungan wisatawan ke

kawasan TNTC sebanyak 16.487 orang. Berdasarkan pengamatan di Balai

Besar TNTC bahwa data pengunjung dari tahun 2010 sampai 2016 tiap

tahun mengalami peningkatan dengan total penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP) sebesar Rp. 2.071.486.000,-. Selain karena keindahan alam

dan keanekaragman hayatinya yang menjadi daya tarik para wisatawan

datang ke kawasan TNTC, peningkatan jumlah wisatawan ini kemungkinan

disebabkan karena adanya atraksi wisata kemunculan hiu paus (whale shark) di perairan Kwatisore, Nabire. Hiu paus ini dapat dijumpai setiap hari. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan TNTC seharusnya perlu

didukung oleh para pihak inverstor dibidang pariwisata. Kegiatan

pariwisata di kawasan TNTC sebagian besar dikelola oleh operator yang

berasal dari luar Papua dan Papua Barat, sedangkan operator lokal hanya

ada satu unit yang beroperasi di wilayah Nabire yaitu Papua Pro yang

memiliki resort di Kali lemon, Kwatisore. Untuk meningkatkan pengelolaan

pariwisata alam di kawasan TNTC perlu menarik minat investor bidang

pengusahaan sarana wisata dan jasa wisata.

Penggalian potensi obyek daya tarik wisata (ODTWA) dalam

kawasan TNTC belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga masih harus

dilakukan identifikasi dan inventarisasi obyek daya tarik wisata alam dan

analisis potensi pasar wisata alam (pasar lokal/domestik) serta analisis

daya dukung wisata alam. Kemudian hasilnya dapat disajikan ke dalam

paket-paket wisata dan dipromosi serta dipublikasikan melalui berbagai

media, baik cetak maupun elektronik, bahkan dengan

pertemuan-pertemuan seperti seminar atau workshop. Rencana kegiatan untuk pemanfaatan rekreasi dan pariwisata alam TNTC tahun 2018 adalah

sebagai berikut:

a) Promosi dan publikasi paket-paket wisata alam.

b) Penyusunan desain tapak pariwisata alam TNTC.

6.3. Pemanfaatan untuk Menunjang Budidaya

Kegiatan penunjang budidaya dilakukan dalam bentuk

pengambilan, pengangkutan, dan atau penggunaan plasma nutfah

(34)

26

TNTC memiliki potensi jenis yang dapat dipakai untuk menunjang kegiatan

budidaya atau pun untuk kegiatan restocking di dalam kawasan.

Setidaknya, dalam kawasan terdapat beberapa jenis tumbuhan dan satwa

yang berpotensi untuk dikembangkan di luar kawasan.

Rencana kegiatan tahun 2018 untuk menunjang budidaya antara

lain:

a. Survey potensi biota laut (Periglypta reticulata). b. Identifikasi pemanfaatan mangrove oleh masyarakat.

7. Pembangunan Sarana dan Prasarana

Dalam pengelolaan taman nasional, terdapat dua kelompok sarana

dan prasarana yaitu sarpras pengelolaan (sarpras yang menunjang

pengelolaan) dan sarpras pemanfaatan (sarpras yang menunjang kegiatan

pemanfaatan). Keseluruhan sarana dan prasarana ini saling terkait satu

sama lain, dan dilain sisi terdapat keterbatasan dalam penyediaan

anggaran untuk pemenuhannya, sehingga dibutuhkan kecermatan dalam

menentukan skala prioritas pengembangan sarana dan prasarana tersebut.

Sarana prasarana yang direncanakan tahun 2018 antara lain:

7.1. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan

Sarana dan prasarana pengelolaan merupakan sarana dan

prasarana yang direncanakan untuk diadakan dalam rangka pengelolaan

sumber daya alam dan ekosistemnya di kawasan TNTC, antara lain: Kantor

SPTN, rumah jabatan, dermaga speed boat, dan pusat informasi

pengunjung (visitor centre).

7.2. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pemanfaatan

Sarana dan prasarana pemanfaatan adalah sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam dan

ekosistem di kawasan TNTC meliputi pemanfataan untuk penelitian, ilmu

pengetahuan dan pendidikan, serta pemanfaatan untuk kegiatan rekreasi

dan pariwisata alam. Rencana pembangunan dan pengadaan sarana dan

prasarana pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistemnya di TNTC

(35)

27

8. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Penyangga

Daerah penyangga adalah daerah yang berada di luar kawasan

konservasi, baik sebagai kawasan hutan lain, tanah negara bebas maupun

tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan

kawasan konservasi. Daerah penyangga pada kawasan konservasi TNTC

secara nomenklatur belum ditentukan, tetapi dalam kawasan TNTC yang

dikatakan sebagai daerah penyangga (buffer zone) terhadap kawasan TNTC sendiri adalah berada di sepanjang pesisir pantai Pulau Induk Papua.

Keberadaan dan kondisi daerah penyangga TNTC belum

teridentifikasi secara menyeluruh, sehingga perlu dilaksanakan identifikasi

daerah penyangga. Dari kegiatan indentifikasi ini akan diperoleh gambaran

umum mengenai kondisi riil daerah penyangga TNTC, baik secara sosial

budaya masyarakat maupun kondisi riil tata guna lahannya.

Beberapa kegiatan survei yang dapat dilakukan untuk mendukung

kegiatan identifikasi daerah penyangga ini adalah survey bentang alam

daerah penyangga, survey bentuk interaksi masyarakat dengan kawasan

TNTC dan survey mata pencaharian alternatif pada daerah penyangga.

Data yang terkumpul dari indentifikasi daerah penyangga ini akan

mendasari penyusunan rancangan pembinaan dan pengembangan daerah

penyangga.

Langkah selanjutnya adalah merancang strategi pembinaan dan

pengembangan daerah penyangga. Dalam penyusunan rancangan ini

harus melibatkan masyarakat dan semua pemangku kepentingan sehingga

dapat bersinergi dengan sektor pembangunan lainnya. Beberapa tahapan

pembahasan dalam rangka penyusunan rancangan pembinaan dan

pengembangan daerah penyangga antara lain: pembahasan tingkat

kampung/kelurahan, pembahasan tingkat distrik dan pembahasan tingkat

kota. Rencana kegiatan pembinaan dan pengembangan daerah penyangga

tahun 2018 adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan kelompok masyarakat desa binaan di kampung

(36)

28

b. Penyusunan rencana Pembinaan Desa penyangga (RKL dan RKT

2019) di kampung Kwatisore, kampung Aisandami, dan kampung

Kaprus.

c. Penyuluhan konservasi

d. Pelatihan ketrampilan bagi masyarakat

9. Pengembangan Kerjasama/Kolaboratif Pengelolaan Kawasan

Kerjasama secara kolaborasi pengelolaan TNTC adalah

pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam

rangka membantu meningkatkan efektifitas pengelolaan TNTC secara

bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan

kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pengelolaan kolaboratif dengan para pihak menjadi sangat

diperlukan mengingat kawasan TNTC di dalamnya terdapat pemerintah

daerah yang 89 % wilayah laut/perairannya masuk wilayah kawasan TNTC.

Kedepan diharapkan dapat terjalin kerjasama yang baik antara para pihak

dengan kesepakatan atas dasar saling percaya (mutual trust), saling menghargai (mutual respect), saling menguntungkan (mutual benefit) dalam pengelolaan kawasan TNTC yang lebih optimal.

Bentuk kelembagaan pengelolaan kolaborasi (Forum Kolaborasi)

dalam rangka pengelolaan kawasan TNTC secara kelembagaan belum

terbentuk, walaupun selama ini sering dilakukan koordinasi dengan para

pihak, sudah dituangkan dalam MoU (Memorandum of Understanding)

namun inplementasi programnya belum berjalan maksimal. Untuk meningkatkan kolaborasi dengan pihak stakeholders perlu dilakukan identifikasi para pemangku kepentingan dan analisis perannya dalam

pengelolaan kolaborasi, yang hasilnya kemudian dituangkan dalam MoU

yang ditandatangani oleh semua pemangku kepentingan dan menjadi

dasar para pemangku kepentingan untuk berperan serta dalam

pengelolaan TNTC. Rencana kegiatan pengelolaan jangka pendek TNTC

tahun 2018 dalam rangka pengembangan kerjasama/kolaborasi

pengelolaan kawasan TNTC mengacu pada kegiatan yang direncanakan

(37)

29

a. Pembentukan forum kolaborasi pengelolaan TNTC.

b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama lingkup BBTNTC.

10. Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat

Sebelum ditunjuk sampai ditetapkan wilayah Teluk Cenderawasih

menjadi kawasan TNTC bahwa masyarakat sudah sejak lama

tinggal/mendiami wilayah Teluk Cenderawasih, sehingga di dalam

pengelolaan harus benar-benar memperhatikan kehidupan dan kebutuhan

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk lebih meningkatkan

taraf hidup mereka. Kehidupan masyarakat yang sebagian besar masih

bergantung dan berinteraksi dengan laut yaitu sebagai nelayan, untuk itu

diperlukan pengelolaan yang bertujuan untuk tetap menjaga keberlanjutan

sumberdaya alam laut dengan kaidah-kaidah konservasi.

Tingkat kesejahteraan di wilayah pantai dan pesisir pulau,

mayoritas dikatakan relatif cukup rendah bila dibandingkan dengan

masyarakat yang berada di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena

adanya keterbatasan aksesbilitas, sarana dan prasarana lain yang

mendukung peningkatan taraf hidup mereka seperti sarana pendidikan,

sarana kesehatan, sarana penerangan dan lainnya. Pihak pengelola dalam

hal ini Balai Besar TNTC bersama-sama Pemda dengan instansi terkait

serta LSM melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat yang terdapat di dalam kawasan

TNTC.

Rencana program tahun 2018 yang akan dilakukan adalah dengan

meningkatkan peran serta masyarakat dan pemberdayaan masyarakat,

dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Peningkatan kapasitas SDM melalui diklat kepada masyarakat.

b) Budidaya jenis Tumbuhan dan satwa.

c) Pembentukan dan Pembinaan Kader Konservasi.

d) Monitoring dan evaluasi kegiatan pemberdayaan masyarakat

11. Peningkatan Koordinasi dan Integrasi

Pengelolaan dan pembangunan kawasan konservasi merupakan

(38)

30

nasional. Setiap kegiatan di dalam kawasan konservasi maupun kegiatan

pembangunan sektor lain di luarnya harus dapat dikoordinasikan dan

diintegrasikan sedemikian rupa agar kegiatan tersebut dapat terselenggara

secara selaras, serasi dan seimbang.

Sinergisitas pengelolaan TNTC bersama para pihak, koordinasi

yang mantap untuk pengembangan kolaborasi perlu dilakukan secara

konsisten dan kontinyu berkelanjutan dalam pengembangan pengelolaan

TNTC. Pihak-pihak terkait, terutama kalangan birokrat serta kalangan

swasta, Akademisi, LSM/NGO dan masyarakat perlu terlibat secara aktif

dalam pengembangan pengelolaan.

Dengan demikian, pihak Balai Besar TNTC perlu secara proaktif

melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak tersebut. Rapat/pertemuan

rutin secara berkala menjadi kegiatan yang harus sering dilakukan untuk

meningkatkan koordinasi dan integrasi dengan para pihak serta pemangku

kepentingan lain.

12. Pengelolaan Database Potensi Kawasan

Sistem database dan informasi yang terkait dengan TNTC dan

segala aspek pengelolaannya dapat diakses dengan mudah oleh seluruh

pihak yang berkepentingan, diperlukan suatu media yang tepat dan efisien.

Dengan perkembangan teknologi informasi yang telah begitu pesat saat ini,

situs website merupakan media yang tepat. Karena data dan informasi

mudah dan dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja dan kapan pun

diperlukan. Selain mudah diakses juga merupakan basis/bahan

pengambilan keputusan dalam pengelolaan kawasan.

Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi dengan

pengembangan pembangunan database manajemen sistem bukan suatu

hal yang mudah, melainkan memerlukan proses yang cukup lama serta

ketersediaan berbagai sumberdaya pendukungnya. Sangat diharapkan

berbagai jenis data dan informasi dapat terintegrasi ke dalam suatu sistem

perdataan yang dapat diakses dengan mudah. Pada tahapan selanjutnya,

penyempurnaan dan pemutakhiran data dan informasi pada sistem basis

(39)

31

Media-media manajemen dan penyebarluasan data dan informasi

seperti yang telah disebutkan di atas masih mempunyai

kelemahan-kelemahan, terutama terkait dengan kebutuhan perangkat kerasnya serta

belum familiernya teknologi informasi kepada seluruh lapisan masyarakat.

Oleh karenanya, penyebarluasan data dan informasi secara manual berupa

buku informasi/ majalah/ brosur/leaflet/bulletin.

Rencana kegiatan tahun 2018 yang menunjang penyebarluasan

data dan informasi yang up to date, antara lain sebagai berikut : a. Pengelolaan website TNTC.

b. Pengadaan sarana dan prasarana yang pendukung sistem database

dan informasi.

c. Perancangan dan penyusunan sistem informasi manajemen

database.

d. Buku informasi, bulletin, leaflet, dan brosur.

13. Pengembangan Investasi Pemanfaatan dan Pengusahaan Jasa Lingkungan

Pengembangan pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan

(sumberdaya air, karbon, panas bumi, keindahan alam, budaya/religi)

merupakan upaya pemanfaatan dan pendayagunaan potensi jasa

lingkungan dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara

kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam. Dalam rangka

pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dalam kawasan TNTC,

terutama jasa lingkungan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi

bagi kepentingan masyarakat. Sehingga secara langsung maupun tidak

langsung lebih meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada di dalam

kawasan.

Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dalam kawasan

TNTC agar dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka tahun 2018

dibutuhkan suatu rencana kegiatan antara lain sebagai berikut :

a. Sosialisasi peraturan pemanfaatan jasa lingkungan.

b. Identifikasi potensi jasa lingkungan (sumberdaya air, karbon, panas

(40)

32

c. Partisipasi dalam kegiatan pameran-pameran konservasi dan wisata

alam skala regional mapun nasional.

14. Perencanaan dan Strategi Pendanaan

Perancangan dan strategi pendanaan di dalam setiap rencana

kegiatan perlu mendapatkan perhatian, hal ini akan mempengaruhi

keberhasilan pengelolaan TNTC yang lestari dan berkesinambungan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengacu Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan

kawasan Pelestarian Alam bahwa Rencana Pengelolaan Jangka Panjang

atau RPTN berlangsung selama 10 (sepuluh) tahun. Untuk kegiatan

perencanaan pada tahun 2018 adalah Penyusunan Rencana Pengelolaan

Jangka Pendek (RPJ Pendek) TNTC Tahun 2019.

Kemudian untuk strategi pendanaan dalam pelaksanaan

pengelolaan dan pemanfaatan kawasan TNTC adalah berasal dari dana

APBN, selain itu hubungan kerjasama dengan para pihak terus diupayakan

dan diharapkan adanya support dana dari LSM maupun PEMDA. Rencana

Kegiatan Pengelolaan TNTC yang dituangkan di dalam Dokumen RPJ

Pendek Tahun 2018 disusun secara berkala dengan jumlah rincian dapat

(41)

33

Tabel 1. Matrik Rencana Kegiatan dalam Rencana Pengelolaan Jangka Pendek TNTC Tahun 2018

No. Rencana Jenis Kegiatan

Volume Jangka Waktu Pelaksanaan Tahun 2018

Estimasi Biaya

3 Inventarisasi dan identifikasi jenis lamun

4 Inventarisasi dan identifikasi terumbu karang Monitoring di Pulau Wairundi

3 Keg 120,000,000 BBTNTC,

UNIPA, WWF, DKP

Tinggi

5 Inventarisasi kerusakan habitat penyu hijau (Chelonia mydas) di Pulau Wairundi

1 Keg 45,000,000 BBTNTC,

UNIPA, WWF, DKP

Tinggi

6 Inventarisasi populasi burung

Junai Mas (Chaelonas

nicobarica) di Pulau Kumbur

1 Keg 45,000,000 BBTNTC,

UNIPA, WWF,

Sedang

7 Identifikasi dan pemetaan

tumbuhan Pandanus sp di Pulau Wairundi, Pulau Kuwom, dan Pulau Kumbur

3 Keg 135,000,000 BBTNTC,

UNIPA, WWF,

Sedang

7 Monitoring dan evaluasi kegiatan inventarisasi sumber daya alam

(42)

34

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

B PENGUKUHAN KAWASAN 200,000,000

1 Rekonstruksi tanda batas (titik referensi dan rambu suar) yang rusak dan atau hilang

1 Keg

2 Sosialisasi tanda batas kawasan TNTC

3 Pemeliharaan tanda batas

TNTC

4 Monitoring dan evaluasi kegiatan pengukuhan kawasan

1 Sosialisasi zonasi TNTC hasil review di Nabire,Wasior,dan

2 Monitoring dan evaluasi kegiatan penataan zona

1 Patroli bersama Masyarakat Mitra Polhut

(43)

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

5 Sosialisasi peraturan perundang-undangan kepada

6 Monitoring dan evaluasi kegiatan perlindungan dan

1 Pembinaan habitat penyu hijau (Chelonia mydas) di Pulau

2 Operasionalisasi demplot penetasan telur penyu hijau (Chelonia mydas) di Isenebuai.

12 Bln

3 Prakondisi kegiatan pemulihan ekosistem pada zona rehabilitasi di TNTC

1 Keg 45,000,000 BBTNTC,LSM,

PEMDA, Masyarakat

4 Penyusunan rencana pemulihan

ekosistem

1 Keg 45,000,000 BBTNTC,LSM,

PEMDA, Masyarakat

5 Penanganan pemanfaatan

kawasan non prosedural di BPTN I,II,III

3 Keg 135,000,000 BBTNTC,LSM,

KKP,PEMDA, Masyarakat 6 Monitoring dan evaluasi

kegiatan pengawetan kehati

(44)

36

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

2 Monitoring kerjasama dalam program penelitian dan ilmu pengetahuan

1 Promosi dan publikasi paket-paket wisata alam

2 Penyusunan desain tapak

pengelolaan pariwisata alam

1 Survey potensi biota laut (Periglypta reticulata)

1 Keg

2 Identifikasi pemanfaatan mangrove oleh masyarakat

1 Pembangunan dermaga speed

boat (BLN)

2 Pembangunan Gedung Pusat

(45)

37

6 Pembangunan pos apung 1 Unit 350,000,000 BBTNTC,KKP

PUPERA

Sedang

H PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH PENYANGGA 450,000,000

1 Pembentukan Kelompok

masyarakat desa binaan di kampung Kwatisore dan

2 Penyusunan rencana

pembinaan desa penyangga

4 Pelatihan ketrampilan bagi masyarakat

I PENGEMBANGAN KERJASAMA /KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN 110,000,000

1 Pembentukan forum kolaborasi

(46)

38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

2 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama lingkup

1 Peningkatan kapasitas SDM

melalui diklat kepada

2 Budidaya jenis Tumbuhan dan

satwa

3 Pembentukan dan Pembinaan

Kader Konservasi

4 Monitoring dan evaluasi kegiatan pemberdayaan

Gambar

GAMBAR PETA SITUASI
Tabel 1. Matrik Rencana Kegiatan dalam Rencana Pengelolaan Jangka Pendek  TNTC Tahun 2018

Referensi

Dokumen terkait

Dengan cara yang sama, tabel 4.3 berikut ini merupakan tabel untuk nilai asimtotik dari amplitudo gelombang kiri dan gelombang tengah, dengan F = 0.3, untuk beberapa

In this research, the possibility source of H 2 S at the Patra Jasa Bali resort & villas were detected such kitchen of the restaurant, main kitchen, cafeteria, organic

Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu

Agar pembangunan fisik kota dapat lebih terarah sesuai dengan penataan ruang, kepada masyarakat sebelum membangun atau mendirikan bangunan dapat meminta penjelasan- penjelasan

Analisis potensi bahaya yang paling sering digunakan di lingkungan kerja merupakan upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja dengan menggunakan metode Job Safety

Sedangkan kendala yang dihadapi dalam menjaga semangat kolektivitas antar anggota koperasi yaitu kesibukan para anggota sehingga tidak bisa menghadiri forum RAT dan kajian,

2.4 Model Kesantunan Bahasa Rancangan realiti Yuttha Medai memainkan peranan yang penting dengan memberi kesan kepada pendengar melalui penggunaan bahasa.. Hal ini demikian

Karakteristik siswa yang akan me— nempuh program pembelajaran, perlu diketahui oleh guru untuk memudahkan dalam menentukan tujuan, metode, dan media pembelajaran, serta