• Tidak ada hasil yang ditemukan

jiptummpp gdl istinurulj 50362 3 babii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "jiptummpp gdl istinurulj 50362 3 babii"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

8

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendidikan Karakter

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Dewasa ini, wacana mengenai pendidikan karakter semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak. Banyaknya fenomena yang mencerminkan degradasi moral dalam konteks kebangsaan telah membuat semua pihak khawatir dan prihatin. Tidak bisa dimungkiri, kini perilaku tercela seolah menjadi suatu yang biasa terjadi. Situasi ini sesungguhnya memberikan ancaman tersendiri bagi perkembangan generasi muda (Budiharjo, 2015). Menyikapi hal ini, banyak pihak, terutama kalangan pendidikan menyampaikan pentingnya diterapkan pendidikan karakter sebagai solusinya. sebab salah satu fungsi pendidikan adalah pembentukan sikap dan karakter manusia (Sultoni, 2016).

(2)

pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita.

Pendidikan karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestik) sesuai falsafah hidup pancasila (Kemendikbud, 2016). Pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif dan stabil dalam diri individu (Koesoema, 2011).

(3)

Berdasarkan pengertian pendidikan karakter di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang transformatif pengetahuan dan nilai-nilai luhur yang bersumber dari agama, budaya dan kebangsaan.

2.1.1.2 Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Menurut Kemendikbud, (2016) ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

2.1.1.2.1 Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuki dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksa kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

2.1.1.2.2 Nasionalis

(4)

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompokknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

2.1.1.2.3 Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2.1.1.2.4 Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

2.1.1.2.5 Integritas

(5)

meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi, dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal (Kemendikbud, 2016).

Menurut Achmad (2016) isi pendidikan karakter adalah nilai-nilai karakter positif menurut moral universal, terdapat tujuh nilai karakter esensial atau karakter inti yang harus dikembangkan pada siswa. Nilai-nilai karakter tersebut adalah: Honesty (kejujuran), compassion (belas kasih), courage (keberanian), kidness (baik hati), self-control (kontrol diri), cooperation (kerjasama), dan diligence (rajin) atau hard work (kerja keras). Matin (2015) menyebutkan bahwa nilai-nilai karakter yang diharapkan adalah nilai-nilai yang bersifat aktual dalam berperilaku (behavior values) yaitu sikap jujur (benar), adil, amanah, arif , rasa malu tanggung jawab, berani, disiplin, mandiri, kasih sayang, toleran, cinta tanah air atau cinta bansa atau kewarganegaraan.

(6)

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan, serta kebangsaan.

2.1.1.3 Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab (Yaqin, 2016). Menurut kemendikbud, 2016 pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan, 2) membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21,3) mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestik), 4) merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter, 5) membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah. 6) melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

(7)

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki fokus pada pengembangan potensi peserta didik secara keseluruhan, untuk menjadi individu yang berakhlak mulia, mampu hidup mandiri dan siap untuk menghadapi tantangan di zaman yang akan datang.

2.1.1.4 Implementasi Pendidikan Karakter

(8)

seperti upacara, kegiatan spontan seperti penggalangan dana kematian, dan keteladanan warga sekolah.

Berdasarkan pengertian di atasdapat disimpulkan bahwa pengimplementasian pendidikan karakterdapat dilakukan melalui tiga cara yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat.

2.1.2 Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA

2.1.2.1Definisi IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP lampiran 3 menyebutkan bahwa IPA dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam, melakukan penyelidikan, dan sebagai kumpulan pengetahuan. Menurut Wibowo (2016)IPA adalah suatu mata pelajaran yang memuat kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Collete dan Chiappetta (1994) yang menyatakan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan; kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (method of thinking), dan cara untuk penyelidikan (method of investigating).

(9)

eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tau, jujur, terbuka dan sebagainya.

2.1.2.2. Karakteristik dan Ruang Lingkup IPA

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi (Kurikulum, 2013). Peraturan Menteri No. 58 tentang Kurikulum SMP lampiran 3 menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam terkait dengan kompetensi produktif dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Biologi

Meliputi objek IPA, klasifikasi makhluk hidup, organisasi kehidupan energi dalam kehidupan, interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, pencemaran lingkungan, pemanasan global, sistem gerak pada manusia, struktur tumbuhan, sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem reproduksi, hereditas, dan perkembanga produk.

b. Kimia

(10)

c. Fisika

Meliputi energi dalam kehidupan, suhu, pemuaian, dan kalor, gerak lurus, gaya dan Hukum Newton, pesawat sederhana, tekanan zat cair, getaran, gelombang dan bunyi, cahaya dan alat optik, listrik statis dan dinamis, kemagnetan dan induksi elektromagnetik.

d. Bumi dan Alam Semesta

Meliputi struktur bumi, tata surya, gerak edar bumi dan bulan.

2.1.2.3. Pembelajaran IPA

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Susanto (2013) pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, serta membentuk sikap dan keyakinan pada peserta didik. Berdasarkan pegertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan juga keterampilan, di lingkungan belajar yang baik.

(11)

terjadi di lingkungan dan masyarakat. Dengan demikian pembelajaran IPA harus pula mendukung proses pembudayaan peserta didik sebagai warga masyarakat. Hal ini sejalan dengan penadapat Bruner (dalam Kurikulum, 2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran dan jenis pengetahuan yang dianggap penting adalah yang terkait erat dengan nilai-nilai masyarakat dan yang berguna dalam konteks masyarakat.

Berdasarkan pengertian pembelajaran IPA di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang tarjadi di alam dengan melakukan sikap ilmiah seperti observasi dan eksperimen.

2.1.2.4Tujuan Pembelajaran IPA

(12)

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi.

Menurut lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a)Memiliki sikap rasa ingin tahu, logis, kritis, analisis, jujur dan tanggung jawab melalui IPA. (b) Mengajukan pertanyaan tentang fenomena IPA, melaksanaan percobaan mencatat dan menyajikan hasil penyelidikan dalam bentuk tabel dan grafik, menyimpulkan, serta melaporkan hasil penyelidikan secara lisan maupun tertulis untuk menjawab pertanyaan tersebut, (c) Memahami konsep dan prinsip IPA saling keterkaitannya dan diterapkan dalam penyelesaian masalah, (d) Memahami konsep dan prinsip IPA serta saling keterkaitannya dan diterapkan dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan.

Dari tujuan pembelajaran IPA tersebut, diharapkan pendidik dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan kondusif, untuk mendapatkan hasil yang maksimal sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pembelajaran IPA di atas.

2.1.3 Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA

(13)

sekolah, dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh (Kemendikbud, 2016).

Pendidikan karakter terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, tidak terkecuali pada pelajaran IPA. Berdasarkan pengertian di atas pengimplementasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA meliputi pengintegrasian pendidikan karakter dalam kurikulum, melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran, dan melalui manajemen kelas.

2.1.3.1 Pengintegrasian pendidikan karakter dalam kurikulum

Melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran. Kompetensi dasar dan materi pembelajaran hanya diambil satu contoh dari masing-masing kelas yakni, kelas 7, 8 dan 9.

Tabel 2.1 Kompetensi dasar dan materi pembelajaran IPA SMP/MTs berdasarkan Permendikbud Nomor 24 tahun 2016

benda-benda di sekitar serta pentingnya penggunaan satuan

standar (baku) dalam

pengukuran.

4.1 Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri sendiri,

makhluk hiduplain, dan

(14)

menjaga kesehatan sistem

reproduksi pada manusia dan

gangguan pada sistem

2.1.3.2 Melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran

Pendidikan karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru harus pandai memilih, agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik, beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual, antara lain: (a) Saintific learning, (b) inquiry atau discovery learning, (c) problem based learning, (d) project based learning, (e) cooperative learning (Kemendikbud, 2016).

(15)

dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan atau penelitian (discovery atau inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Sejalan dengan Malawi (2013) pembelajaran dengan kontekstual mencakup beberapa strategi yaitu: (1) pembelajaran berbasis masalah, (2) pembelajaran kooperatif, (3) pembelajaran berbasis proyek, (4) pembelajaran pelayanan dan (5) pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan pengalaman karakter siswa.

(16)

mengumpulkan informasi tentang suatu topik, (2) menyusun proposal (merumuskan masalah, menuliskan latar belakang masalah dan memprediksi penyelesaian masalah, (3) melakukan pratikum atau kegiatan untuk mengetahui pemecahan permasalahan, (4) menyusun laporan atau produk, (5) mempresentasikan hasil kerja dan seluruh langkah dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok.

2.1.3.3 Melalui Manajemen Kelas

Pengelolaan kelas merupakan usaha untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha tersebut diarahkan pada persiapan materi pembelajaran, menyiapkan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi pembelajaran dan pengaturan waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai secara efektif efisien. Guru sebagai tenaga profesional dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran, maka kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru. Selanjutnya pengelolaan kelas didefinisikan juga sebagai: a) Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan, b) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif, c) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Kadir, 2014).

(17)

dirancanakan dengan subjek dan objek peserta didik, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul saat proses belajar mengajar, dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru, karena dengan mitivasi kerja guru ini akan terlihat sejauh mana motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan kepemimpinan guru yang tepat digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut (Kadir, 2014).

Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran. Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas dapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter. Contohnya, sebelum memulai pelajaran pendidik bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk karakter (Kemendikbud, 2016).

Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan optimalisasi kelas sebagai tempat yang mampu menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang efektif, dan pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk karakter peseta didik.

2.1.4 Kajian Penelitian yang Relevan

(18)

a). Tesis Kamal (2012) bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pendidikan nilai karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1, apa saja nilai-nilai yang ditanamkan dan kendala yang dihadapi guru dalam pendidikan karakter beserta solusinya. Hasil penelitian ini menitikberatkan pada pembahasan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter anak yang mengacu pada pendidikan akhlak mulia yang dipadukan dengan konsep Kemetrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), di mana konsep pendidikan karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 diimplementasikan ke dalam beberapa aspek yaitu kurikulum mata pelajaran, budaya madrasah, dan program pengembangan diri. Persamaan penelitian Rahmat Kamal dengan penelitian yang akan peneliti teliti yaitu keduanya sama-sama membahas tentang pendidikan karakter, serta menggunakan metode penelitian yang sama yakni penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaan dua penelitian ini adalah pada penelitian Rahmat Kamal terfokus pada proses pelaksanaan pendidikan nilai karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1, sementara penelitian ini terfokus pada implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 3 Malang, serta lokasi penelitiannya juga berbeda.

(19)

penelitian Muslim mata pelajaran yang diteliti yaitu pelajaran Sejarah sedangkan mata pelajaran yang akan peneliti teliti yaitu pelajaran IPA, dan juga berbeda pada metode penelitiannya yakni penelitian Muslim, menggunakan metode penelitian Eksperimen sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian Lapangan (Field research).

2.1.5 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian “ Implementasi Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaan IPA di SMP Negeri 3 Malang” dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(20)

Gambar

Tabel 2.1 Kompetensi dasar dan materi pembelajaran IPA SMP/MTs berdasarkan Permendikbud Nomor 24 tahun 2016
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer adalah diklat yang diwajibkan bagi PNS yang akan memangku Jabatan Fungsional Pranata Komputer pada jenjang tertentu, kecuali

Diaries, letters, journals, biographies, newspaper reports, historical

perilaku pengasuhan orang tua yang mempengaruhi kekambuhan pada anak. yang menderita

Membantu Kepala BPS atau pejabat lain (serendah-rendahnya eselon II) yang ditunjuk dalam menetapkan Angka Kredit bagi Pranata Komputer Pelaksana Pemula sampai dengan Pranata

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

DESAIN INTERIOR GOLDEN RET CLUB RESORT SOLO Dengan Pendekatan Konsep British Colonial Style. Kristina Niken Pramesthi

Account yang sudah diapatkan bisa digunakan untuk login ke Akses Point, sehingga proses autentifikasi bisa dilakukan dengan memasukkan username dan password. Selamat, customer

Orientation atau pengenalan yaitu memberikan informasi tentang siapa, dimana, dan kapan peristiwa atau kegiatan itu terjadi di masa lampau.