• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penampilan dan Nilai Duga Parameter Gene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penampilan dan Nilai Duga Parameter Gene"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

I.1. Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogeaL.) merupakan salah satu tanaman pangan penting setelah padi, jagung, dan kedelai di Indonesia. Hasil komoditas ini

umumnya digunakan dalam pembuatan kacang goreng, kacang rebus, bumbu

pecal, kue dan aneka industri lainnya. Permintaan domestik terhadap kacang tanah

terus meningkat di Indonesia seiringdengan pertambahanjumlah penduduk dan

berkembangnya berbagai sektor agroindustri (Rukmana, 1999).Menurut Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan (2012), kebutuhan akan kacang tanah terus meningkat

dengan rata-rata setiap tahun mencapai 900.000 ton, namun produksi rata-rata

setiap tahun hanya mencapai783.110 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu

adanya usaha dalam meningkatkan produksi kacang tanah guna memenuhi

kebutuhan dalam negeri.

Menurut Suprapto (2000), rendahnya produksi kacang tanah disebabkan

oleh beberapa faktor seperti tidak optimalnya pengolahan tanah, pemeliharan

tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit, mutu benih dan

penggunaan varietas kacang tanah yang berproduksi rendah serta terjadi periode

kekeringan yang lama pada fase pengisian polong tanaman kacang tanah.

Cekaman kekeringan menjadi masalah yang perlu diperhatikan dalam budidaya

kacang tanah di lahan kering mengingat ketersediaan air yang tidak selalu

terjamin sepanjang musim apalagi menjelang musing kemarau. Oleh karena itu,

dalam upaya meningkatkan produktivitas, perakitan dan penggunaan varietas

tahan atau toleran terhadap kondisi lingkungan bercekaman dengan tetap

(2)

2

mempertahankan daya hasil tinggi menjadi salah satu target dalam kegiatan

pemuliaan kacang tanah (Yudiwanti et al., 2008).

Peningkatan hasil tanaman kacang tanah harus dimulai dari perbaikan

potensi genetik melalui pemuliaan tanaman dan disusul oleh perbaikan lingkungan

melalui tindak agronomi yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman. Perbaikan

potensi genetik melalui pemuliaan ditempuh dalam lima langkah yang berurutan,

meliputi : (1) penentuan parameter genetik, (2) membuat persilangan, (3)

melakukan seleksi, (4) uji daya hasil dan multilokasi, serta (5) pelepasan dan

perlindungan varietas. Penentuan parameter genetik karakter kuantitatif tanaman

kacang tanah merupakan langkah awal dalam kegiatan pemuliaan tanaman (Nasir,

2010).

Penentuan parameter genetik ini dilakukan dengan menggunakan komponen

ragam dari tabel sidik ragam. Komponen ragam dipilah menjadi ragam genetik,

ragam lingkungan dan ragam fenotipe (Singh dan Chaudhary, 1987). Selanjutnya

dari nilai duga ketiga jenis ragam ini dapat ditentukan beberapa parameter genetik

yang diinginkan.

Nilai duga parameter genetik yang diamati meliputi : (1) koefisien

keragaman genetik (KKG), (2) heritabilitas dalam arti luas, (3) kemajuan genetik

harapan (KGH), dan (4) korelasi antar sifat. Semua nilai duga ini sangat penting

artinya bagi langkah-langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan pemuliaan

tanaman kacang tanah selanjutnya (Nasir, 2010). Nilai duga koefisien keragaman

genetik sangat berguna dalam menentukan apakah individu yang ada dalam

(3)

Kegiatan pemuliaan tanaman baru dapat dimulai bila sudah tersedia materi

genetik yang beragam. Sebaliknya, bila nilai duga KKG rendah

mengindikasikanbahwa individu dalam populasi tersebut cenderung seragam.

Pada kondisi seperti ini kegiatan pemuliaan tanaman lebih lanjut pada populasi ini

belum dapat dilakukan (Nasir, 2010).

Informasi nilai duga heritabilitas dalam arti luas sangat bermanfaat bagi

pemulia tanaman kacang tanah. Nilai duga ini menyajikan informasi apakah suatu

karakter tertentu lebih dikendalikan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan.

Suatu karakter memiliki nilai duga heritabilitas dalam arti luas bermakna bahwa

ekspresi karakter tersebut lebih dikendalikan oleh faktor genetik dibandingkan

dengan faktor lingkungan. Karakter yang cenderung dikendalikan oleh faktor

lingkungan tidak memiliki makna apa-apa dalam perbaikan karakter tersebut

dengan pemuliaan. Hal ini disebabkan karena karakter lebih dikendalikan oleh

faktor lingkungan tidak diwariskan dari induk kepada keturunannya. Dalam

pemuliaan tanaman karakter yang diinginkan adalah karakter yang lebih

dikendalikan oleh faktor genetik dan biasanya karakter tersebut memiliki nilai

duga heritabilitas dalam arti luas tinggi (Nasir, 2010).

Nilai duga kemajuan genetik harapan (KGH) mengindikasikan perbaikan

kemajuan genetik yang dapat diharapkan terjadi pada populasi yang sedang

ditangani setelah satu siklus seleksi dilakukan pada populasi tersebut. Dengan

demikian, makin besar nilai duga kemajuan genetik harapan, maka makin besar

pula kemajuan genetik yangakan dicapai pada populasi yang dicobakan

(4)

4

sangat penting dalam menentukan metode seleksi yang akan digunakan

padakarakter tertentu. Pada dasarnya ada dua macam metode seleksi yaitu metode

seleksi langsung dan metode seleksi tidak langsung.

Metode seleksi langsung adalah kegiatan yang ditujukan pada karakter yang

akan diperbaiki secara langsung.Metode seleksi tidak langsung diterapkan pada

karakter lain yang berkorelasi positif dengan karakter yang ingin diperbaiki. Jadi

pedoman panerapan metode seleksi yang akan digunakan sangat ditentukan oleh

nilai duga korelasi antar sifat yang diamati (Jain, 1989).

Peningkatan produksi kacang tanah seringkali kurang berhasil jika

dihadapkan pada kondisi lahan mengalami cekaman, khususnya cekaman

kekeringan. Pada lahan yang mengalami cekaman kekeringan jumlah air dalam

rongga mikro tanah tidak memadai dengan kebutuhan tanaman. Ketersediaan air

yang cukup merupakan prasyarat penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman

kacang tanah.Menurut Turner (1979), setiap tanaman dapat menghindari kondisi

kekeringan dengan cara mempertahankan serapan air. Mekanisme ini ditunjang

oleh sistem perakaran yang mampu menyerap air tanah lebih banyak oleh setiap

tanaman.Namun demikian, setiap genotipe tanaman memiliki respon yang

berbeda menghadapi cekaman kekeringan ini.

Pembentukan genotipe kacang tanah yang respon terhadap cekaman

kekeringan mutlak diperlukan sekarang ini. Hal ini disebabkan karena jumlah luas

lahan tercekam kekeringan semakin lama semakin luas. Oleh karena itu

pendugaan parameter genetik pada kondisi lahan tercekam kekeringan sangat

diperlukan sehingga memudahkan untuk merakit varietas kacang tanah unggul

(5)

I.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan tampilan karakter kuantitatif beberapa genotipe

kacang tanah dengan berbedanya kondisi kekeringan tanah. Genotipe

manakah yang menunjukkan penampilan terbaik pada kedua kondisi

lingkungan yang berbeda.

2. Berapa besaran nilai duga parameter genetik karakter kuantitatif beberapa

genotipe kacang tanah pada kondisi normal dan tercekam kekeringan,

genotipe manakah berpotensi secara genetik untuk dijadikan calon tetua

dalam kegiatanpemuliaan lebih lanjut.

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui penampilan karakter kuantitatif terbaik dari beberapa genotipe

kacang tanah yang dicobakan pada kondisi cekaman kekeringan yang

berbeda.

2. Menemukan nilai duga parameter genetik karakter kuantitatif terbaik,

sehingga berpotensi dijadikan calon tetua dalam kegiatan persilangan lebih

lanjut.

I.4. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini meliputi :

1. Ada perbedaan penampilan karakter kuantitatif dengan berbeda genotipe dan lingkungan yang dicobakan.

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Parameter Genetik

Pada dasarnya upaya perbaikan genetik dapat dilakukan melalui dua

prosedur yaitu seleksi dan persilangan. Kedua sistem tersebut dapat

digunakan secara terpisah maupun dalam suatu kombinasi. Untuk

menentukan program pemuliaan yang akurat pada suatu populasi,

sebaiknya diketahui terlebih dahulu parameter genetik dari populasi

tersebut (Warwick et al., 1995).

Parameter genetik meliputinilai variabilitas genetik, ragam genotipe,

ragam fenotipe, ragam lingkungan, nilai heritabilitas, kemajuan genetik,

dan korelasi genetik pada sifat-sifat produksi yang memiliki nilai

ekonomis penting (Warwick et al., 1995). Nilai heritabilitas dapat digunakan sebagai dasar kebijakan dalam melakukan seleksi, karena nilai

heritabilitas yang tinggi akan memberikan respon seleksi yang tinggi pula. Sebaliknya apabila nilai heritabilitas relatif rendah, maka program

seleksi tidak akan efektif sehingga program persilangan akan lebih baik

(Cameron, 1997). Korelasi genetik dapat dimanfaatkan untuk menentukan

sifat produksi lain yang dapat dijadikan kriteria seleksi apabila sifat

pertama yang dipilih sebagai kriteria seleksi terlalu sulit atau terlalu mahal

untuk dilakukan (Martojo, 1992).

Pendugaan parameter genetik merupakan informasi dasar bagi upaya

perbaikan suatu karakter tanaman melalui seleksi atau kegiatan pemuliaan

lainnya. Dikemukakan bahwa penampilan fenotipik suatu karakter

tanaman merupakan hasil dari faktor genetik, lingkungan, dan interaksi

antara faktor genetik dan lingkungan (Falconer dan Mackay, 1996). Dalam

(7)

pendugaan parameter genetik, nilai ragam genotipe, fenotipe, dan

lingkungan dapat dipisahkan dan dapat diduga antara satu dan lainnya,

sehingga mudah mengukur nilaivariabilitas, heritabilitas, dan kemajuan

genetik.

Pendugaan parameter genetik dalam kaitankarakterisasi sifat-sifat

tanaman merupakan komponen utama dalam upaya perbaikan sifat

tanaman sesuai dengan yang dikehendaki. Keberhasilan seleksi tanaman

dalam pemuliaan bergantung pada seberapa luas variabilitas genetik yang

ada dari suatu materi yang akan diseleksi (Akhtar et al., 2007). Variabilitas genetik menunjukkan perbedaan nilai genotipe individu-individu dalam

suatu populasi sehingga mengindikasikan besarnya potensi dan peluang

keberhasilan dalam suatu seleksi (Murdaningsih et al., 1990).

II.2. Botani Tanaman Kacang Tanah II.2.1. Sistematika

Menurut Suprapto (2001) menyatakan bahwa dalam dunia

tumbuh-tumbuhan, kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatopyta

Sub-Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L.

(8)

8

Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus hingga

kedalaman 40 cm. Menurut Pitojo (2005) bagian akar tunggang tersebut

akan ditumbuhi oleh akar cabang dan diikuti oleh akar serabut, pada

bagian ini terdapat bintil-bintil akar yang berisi bakteri Rhizobium. Akar

tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri rhizobium yang

terdapat pada bintil akar. Bakteri rhizobium ini dapat mengikat nitrogen

yang terdapat diudara dan memfiksasi nitrogen ke tanah yang digunakan

untuk pertumbuhan dan meningkatkan hasil kacang tanah (Marsono dan

Sigit, 2001).

II.2.2.2. Batang

Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus.

Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm tetapi ada juga yang mencapai 80

cm. Berdasarkan adanya pigmentasi antosianin pada batang, warna batang

kacang tanah dibagi menjadi dua, yaitu warna merah atau ungu dan tidak

berwarna dalam hal ini hijau.

Kacang tanah mempunyai dua cara tumbuh yang berbeda, yaitu

tegak (bunch type) dan menjalar (runner type). Biasanya kacang tanah dengan pertumbuhan tipe tegak dipanen pada umur 100 – 130 hari setelah

penanaman, sedangkan tipe menjalar dipanen pada umur 130 – 150 hari

setelah penanaman (Purwono dan Purnamawati, 2009).

II.2.2.3. Daun

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat

anak daun sedikit berbulu dengan tangkai daun agak panjang. Permukaan

(9)

debu. Menurut Suprapto (2001) helaian anak daun ini bertugas

mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Pada kacang tanah

tanah daun bagian atas biasanya lebih besardibandingkan dengan yang

dibawah. Begitu pula yang terletak pada batang utama lebih besar

dibandingkan dengan yang muncul pada cabang.

II.2.2.4. Bunga

Bunga kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning atau

kuning kemerahan. Suprapto (2001) menyatakan bahwa kacang tanah

mulai berbunga kirakira pada umur 4 sampai 5 minggu. Bunga keluar dari

ketiak daun dan mahkota bunganya (corolla) kuning. Umur bunga hanya satu hari, mekar dipagi hari dan layu pada sore hari.

Bunga kacang tanah melakukan penyerbukan sendiri artinya bunga

jantan menyerbuki bunga betina dari satu bunga yang sama dan terjadi

sebelum bunga mekar. Penyerbukan terjadi saat malam menjelang pagi

hari, pada pagi harinya bunga yang telah diserbuki akan mekar. Karena

penyerbukannya yang tertutup, maka kemungkinan penyerbukan yang

dilakukan oleh alam dapat terjadi tetapi dalam jumlah yang sangat kecil

kira-kira 0.5%.

II.2.2.5. Buah

Kacang tanah berbuah polong dimana polong terbentuk setelah

terjadi pembuahan. Polong kacang tanah bervariasi dalam ukuran, bentuk,

paruh, dan kontiksinya. Bakal buah tumbuh memanjang yang disebut

ginofor yang nantinya menjadi tangkai polong, tapi buah yang terbentuk

(10)

10

Selanjutnya Purwono dan Purnamawati (2009)menambahkan setelah

menembus tanah ginofor tumbuh mendatar, membengkak, dan membentuk

polong. Panjang ginofor tergantung letak/jarak bunga dengan permukaan

tanah. Jika panjangnya lebih dari 15 cm maka ginofor akan

berhentitumbuh.

II.2.2.6. Biji

Varietas lokal kacang tanah umumnya mempunyai ukuran biji kecil

lebih kecil bila dibandingkan dengan varietas unggul seperti badak, gajah,

singa dan varietas yang lain-lain. Warna biji kacang tanah

bermacam-macam, yaitu putih, merah, ungu, dan merah muda. Kacang tanah yang

paling baik berwarna merah muda.

II.3. Cekaman Kekeringan

Kekeringan merupakan suatu kondisi dimana ketersediaan air

didalam tanah tidak mencukupi kebutuhan air tanaman sehingga

pertumbuhan tanaman cenderung tetap atau dapat menyebabkan tanaman

mati. Periode kritis tanaman kacang tanah terhadap cekaman kekeringan

adalah pada stadia kecambah dan stadia reproduktif (Boote et al., 1982). Air merupakan unsur penting bagi produksi, maka efisiensi

penggunaanya harus memberikan produksi yang tinggi. Tanaman

mengalami cekaman kekeringan bila terjadi kekurangan air baik di dalam

tanaman maupun di dalam tanah (Levit, 1980). Kurangnya air selama

masa pertumbuhan tanaman umumnya menghambat proses pertumbuhan

dan menyebabkan gangguan pada fotosintesis. Tanaman yang toleran

(11)

morfologis dan fisiologis yang berbeda dibandingkan dengan tanaman

yang peka.

Menurut Levit (1980), terdapat tiga mekanisme toleransi tanaman

terhadap cekaman kekeringan air, yaitu : (a) penghindaran (avoidance), tanaman memiliki kemampuan untuk mengatur status air jaringan agar

tetap hidup dan berproduksi pada kondisi potensial air jaringan tanaman

rendah, (b) toleran, sebagaian tanaman memiliki respon pertahanan

terhadap cekaman kekeringan, sebagian tanaman ada yang mati dan ada

yang dapat bertahan hidup walaupun pada kondisi cekaman kekeringan,

dan (c) lolos (escape), tanamanmemiliki kemampuan untuk melengkapi siklus hidupnya sebelumtanah mencapai batas kritis, dan tanaman berumur

genjah biasanya memiliki mekanisme ini.

Tanaman memiliki kemampuan untuk mengatur status air jaringan

agar tetap hidup dan berproduksi pada kondisi dan potensial air jaringan

tanaman yang rendah. Keuntungan tanaman yang toleran terhadap

kekeringan adalah: (a) mempertahankan perpanjangan sel, (b)

mempertahankan terbukanya stomata (c) mempertahankan laju

fotosintesis, dan (d) bertahan hidup pada kondisi dehidrasi (Turner, 1986).

Cekaman kekeringan dapat menurunkan tingkatproduktivitas

tanaman, karena menurunnya metabolisme primer, penyusutan luas daun

dan aktivitas fotosintesis. Penurunan akumulasi biomassa akibat cekaman

air untuk setiap jenis tanaman besarnya tidak sama. Hal tersebut

dipengaruhi oleh tanggap masing-masing jenis tanaman terhadap kondisi

lingkungan cekaman kekeringan (Rahardjo et al., 1999). Allard (1960)

(12)

12

pengaruh keadaan lingkungan yang ada, karena tanaman dalam

pertumbuhannya merupakan fungsi dari genotipe dan lingkungan.

II.4. Hubungan Air dengan Tanaman

Kebutuhan air bagi tumbuhan berbeda-beda,tergantung jenis

tumbuhan dan fasepertumbuhannya. Pada musim kemarau, tumbuhan

sering mendapatkan cekaman air (water stress) karena kekurangan pasokan air di daerah perakaran dan laju evapotranspirasi yang melebihi

laju absorbsi air oleh tumbuhan (Levitt, 1980). Sebaliknya pada musim

penghujan, tumbuhan sering mengalami kondisi jenuh air.Menurut

Gardner et al., (1991) air yang dapatdiserap dari tanah oleh akar tumbuhan disebut air yang tersedia. Air yang tersedia merupakan perbedaan antara

jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang dan jumlah air dalam tanah

pada persentase pelayuan permanen.

Air seringkali membatasi pertumbuhan danperkembangan tanaman

budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada

aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau

produktivitasnya. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling

sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi

turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis protein,

dan sintesis dinding sel (Gardner et al., 1991).

Mubiyanto (1997) menjelaskan kehilangan air pada jaringan

tanaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro

molekul serta senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah,

mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air dalam

(13)

konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada

tanaman tidak hanya berkaitan dengan aspek produksi tetapi juga kualitas

hasil. Dalam kondisi kekurangan air, produksi hasil tanaman tidak akan

(14)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh yang berlangsung

Desember 2013 sampai Maret 2014.

III.2. Bahan dan Alat III.2.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Benih

Benih kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 5

genotipe yaitu : Genotipe lokal Kuala Batee, Genotipe lokal Babah Rot,

Genotipe lokal Baet – Cadek, Genotipe lokal Ulee Kareeng, dan Genotipe

Badak. Semua genotipe kacang tanah merupakan koleksi Laboratorium

Genetika dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah

Kuala.

b. Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah lapisan atas (top soil) yang berasal dari Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

c. Polibag

pupuk dasar digunakan pupuk kandangdengan dosis anjuran 2 ton ha-1.

Penggunaan pupuk kandang hanya sebagai campuran media tanam, dimana

tanah dan pupuk kandang dicampur menjadi satu bagian dengan perbandingan

volume campuran 1 : 1 (tanah : pupuk kandang). e. Pestisida

(15)

Untuk mengendalikan hama dan patogen masing-masing digunakan

insektisida Decis dengan konsentrasi 2 cc per liter air dan fungisida

Dithane M- 45 dengan konsentasi 2 gper liter air.

f. Rumah Plastik

Untuk tanaman dalam kondisi cekaman kekeringan ditempatkan didalam

rumah plastik. Rumah plastik berguna untuk melindungi tanaman kacang tanah

dari cahaya matahari dan air hujan secara langsung. Rumah plastik yang

digunakan berukuran 3 m x 2 m yang dibuat dengan menggunakan rangka kayu

serta atap dan dinding plastik transparan dengan intensitas 50 %. III.2.2.Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul,

gembor, jangka sorong, timbangan analitik, meteran, ayakan, kamera serta

alat tulis.

III.3. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) pola

non-faktorial yang terdiri dari 2 set percobaan. Setiap perlakuan terdiri

dari 5 genotipe untuk masing-masing kondisi, yaitu kondisi lingkungan

normal dan cekaman kekeringan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3

kali, sehingga diperoleh 15 satuan percobaan untuk setiap set

percobaan.Adapun susunan genotipekacang tanahdapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Susunan genotipe kacang tanah

(16)

16

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F menggunakan model

matematika sebagai berikut :

Yijk = µ + βi + Gj + Kk + (GK)jk + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan untuk jenis genotipe (G) pada taraf ke-j dan kondisi lingkungan (K) pada taraf ke-k pada ulangan ke-i

µ = Rata-rata umum

βi = Pengaruh kelompok k-i (i = 1, 2, 3)

Gj =Pengaruh jenis genotipe (G) taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5) Kk =Pengaruh kondisi lingkungan (K) taraf ke-k (k= 1, 2)

(GK)jk = Pengaruh interaksi jenis genotipe (G) taraf ke-j dan kondisi

linkungan (K) taraf ke-k εijk = Galat percobaan

Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata antar perlakuan,

maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %

(BNT0.05).

Untuk mengetahui nilai duga parameter genetik untuk setiap

karakter pertumbuhan bibit kacang tanah menggunakan rumus dari Singh

(17)

σ2 g = KTp−KTg

= keragaman genetiknya sempit (Pinaria et al., 1995). b. Nilai heritabilitas dalam arti luas dapat dihitung dengan rumus:

Kriteria nilai duga heritabilitas dapat dikelompokkan sebagai barikut: 0% < h2< 20% = heritabilitas rendah

20% ≤ h2< 50% = heritabilitas sedang 50% ≤ h2< 100% = heritbilitas tinggi

c. Kemajuan Genetik Harapan (KGH) didapat berdasarkan persamaan :

KGH = k. h2bs. σ p

KG (%) = KGH ´

x × 100%

Dalam hal ini :

k = 1,4 ( intensitas seleksi 20%)

KG (%) = kemajuan genetik dalam persen

´

x = rata-rata populasi

h

2

bs

=σ

2g

(18)

18

Kriteria nilai duga persentase kemajuan genetik (KG) (%) munurut Lestari

dan Nugraha (2007) adalah : > 14,1 = tinggi, 7,1-14 = sedang, dan 0-7 = rendah

d. Korelasi genetik antar sifat diperoleh dengan menggunakan teknik

pengolahan data microsof excel. III.4. Pelaksanaan Penelitian

III.4.1. Persiapan Perlakuan

Penelitian ini dilakukan dalam dua set percobaan yaitu pada kondisi

tanam lingkungan normal dan cekaman kekeringan. Lingkungan normal

adalah tanaman kacang tanah ditanam di bedengan dengan penyiraman

dilakukan setiap hari sekali, kecuali bila hari hujan.

Lingkungan tercekam kekeringan dibuat dengan membuat rumah

plastik bening transparan di samping perlakuan lingkungan normal.

Tanaman kacang tanah dalam lingkungan tercekam kekeringan ditanam

dalampolibaghitam. Untuk menimbulkan efek cekaman kekeringan,

tanaman disiram 5 hari sekali dengan jumlah air yang diberikan sebanyak

1 liter per tanaman sampai tanaman mengeluarkan bunga dan 2 liter air per

tanaman setelah tanaman mengeluarkan bunga sampai panen .

III.4.2. Persiapan Media Tanam

Percobaan dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu penanaman di

bedengan untuk lingkungan normal dan polibag untuk cekaman kekeringan. Penanaman tanaman kacang tanah dilingkungan normal dimulai

dengan pembuatan bedengan. Luas bedengan 130 cm x80 cm dengan jarak

tanam 25 cm x 25 cm, serta dalam setiap bedengan terdapat 15 batang

tanaman. Pengolahan tanah di bedengan dilakukan tiga kali. Pengolahan

tanah pertama dilakukan untuk pembalikan tanah. Pengolahan tanah yang

(19)

menjadi lebih kecil dan gembur. Pengolahan tanah ketiga dimaksudkan

untuk menghaluskan butiran tanah dan meratakan permukaan bedengan. Penanaman tanaman kacang tanah dilingkungan cekaman

kekeringan dimulai dengan memasukkan tanah ke dalam polibag plastik

berwarna hitam dengan ukuran 20 cm x 30 cm. Tanah yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Unsyiah.Tanah lapisan atas dikeringanginkan dan ditumbuk halus.

Selanjutnya tanah tersebut diayak dengan ayakan 5 mm. Tanah yang telah

diayak tersebut dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan

volume 1 : 1. Setiap polibag diisi sarnpai penuh dengan campuran tanah

tersebut.

III.4.3. Penanaman

Penanaman kacang tanah pada kondisi lingkungan normal dan

cekaman kekeringan setiap lubang tanam ditanamn dua benih kacang

tanah. Lubang tanam dibuat dengan tugal dengan ukuran lubang 5 cm dan

kedalaman 5 cm. Setelah lubang tanam diisi dengan duabenih kacang

tanah ditutup kembali dengan tanah. Penjarangan tanaman kacang tanah

dilalukan setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam dengan

menyisakan satu tanaman per lubang tanam baik untuk kondisi lingkungan

normal maupun cekaman kekeringan. 3.4.4. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman terdiri dari:

a. Penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuan percobaan. Jumlah air yang

diberikan relatif sama pada setiap polibag dan tanaman yaitu 1liter, dan 2

liter per polibag dan tanaman ketika tanaman telah berumur 1 bulan setelah

(20)

20

b. Pemupukan dilakukan dua kali, masing-masing sebagai pupuk dasar dan

pupuk susulan. Ada 3 macam pupuk yang digunakan sebagai pupuk dasar

masing-masing Urea 300 kg ha-1 atau (7,5 g/polibag),SP-36 200 kg ha-1 (5

g/polibag), dan KCl 100 kg ha-1 (2,5 g/polibag). Sedangkan untuk dosis

masing- masing pupuk dibedengan adalah Urea 31,2 g/bedengan, SP-36

20,8 g/bedengan, dan KCl 10,4 g/bedengan. Semua dosis pupuk SP-36 dan

KCl diberikan pada saat tanam, sedangkan pupuk Urea diberikan setengah

dosis pada saat tanam dan setengah dosis lagi diberikan pada saat tanaman

berumur 30 HST. Pupuk Urea, SP-36 dan KCI dicampur merata terlebih

dahulu dan diberikan secara melingkar batang tanaman dalampolibag.

Pemberian pupuk Urea susulan dilakukan dengan cara yang sama.

c. Pengendalian gulma dilakukan pencabutan secara manual. Pengendalian

hama dilakukankan dengan insektisida Decis dengan konsentrasi 2 cc per

liter air. Pengendalian penyakit dilakukan dengan menggunakan fungisida

Dithane M- 45 dengan konsentasi 2 gram per liter air. Pengendalian

dilakukan apabila tanaman kacang tanah ada yang terserang hama dan

penyakit. III.5. Pengamatan

Adapun parameter yang diamati sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang sudah ditandai sampai ke ujung daun. Pengukuran dilakukan pada umur 20

dan 40 hari setelah tanam (HST).

2. Jumlah cabang. Jumlah cabang dihitung pada setiap tanaman sampel pada umur 20 dan 40 HST.

(21)
(22)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Karakter Kuantitatif Beberapa Genotipe Kacang Tanah

4.1.1. Penampilan Karakter Kuantitatif Beberapa Genotipe Kacang Tanah pada Kondisi Lingkungan Normal

Hasil uji F (Tabel Lampiran 3, 7, 11, 15, 19, dan 23) menunjukkan

bahwa karakter kuantitatif genotipe kacang tanah tidak berpengaruh

terhadap jumlah cabang umur 20 HST, dan 40 HST, jumlah polong per

tanaman, dan bobot biji kering per tanaman. Karakter tinggi tanaman

berpengaruh sangat nyata pada umur 20 HST dan 40 HST. Adapun

tampilan karakter pertumbuhan dan hasil beberapa genotipe tanaman

kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakter kuantitatif pertumbuhan dan hasil beberapa genotipe kacang tanah pada kondisi lingkungan normal

Penampilan pertumbuhan dan hasil

Rata-rata karakter pertumbuhan dan hasil beberapa

genotipe kacang tanah BNT0,05

tanaman 43,67 42,00 40,53 46,60 46,87

-Bobot biji kering per

tanaman (g) 34,65 34,51 29,82 33,05 34,81

-Keterangan :

- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata (uji BNT pada peluang 0,05).

- Genotipe lokal Kuala Batee (G1), Genotipe lokal Babah Rot (G2), Genotipe lokal Baet-Cadek (G3), Genotipe lokal Ulee Kareeng (G4), Genotipe Badak (G5)

(23)

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman umur 20

HST terbaik terdapat pada genotipe G5 yang berbeda nyata dengan genotipe G1,

G2, G3, dan G4. Genotipe G2 tidak berbeda nyata dengan G1 namun berbeda

sangat nyata dengan G3 dan G4. Genotipe G4 tidak berbeda nyata dengan G3.

Rata-rata rata tinggi tanaman umur 40 HST terbaik terdapat pada genotipe G5

yang berbeda nyata dengan genotipe G1, G2, G3, dan G4. Genotipe G1 tidak

berbeda nyata dengan G2 dan G3 namun berbeda sangat nyata dengan G4.

Rata-rata jumlah cabang umur 20 dan 40 HST, jumlah polong per tanaman,

dan bobot biji kering per tanaman nilai tertinggi didapat pada genotipe G5, namun

secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan genotipe lainnya.

4.1.2. Penampilan Karakter Kuantitatif Beberapa Genotipe Kacang Tanah pada Kondisi Lingkungan Cekaman Kekeringan

Hasil uji F (Tabel Lampiran5, 9, 13, 17, 21, dan 25) menunjukkan

bahwa karakter kuantitatif genotipe kacang tanah tidak berpengaruh

terhadap tinggi tanaman umur 20 HST, 40 HST, jumlah cabang umur 20

HST, dan 40 HST, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji kering per

tanaman. Adapun tampilan karakter pertumbuhan dan hasil beberapa

genotipe tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman

umur 20 HST, jumlah cabang umur 20 dan 40 HST, jumlah polong per

tanaman, dan bobot biji kering per tanaman tertinggi didapat pada

perlakuan genotipe G5, sedangkan tinggi tanaman pada umur 40 HST nilai

tertinggi di dapat pada perlakuan genotipe G2 namun secara statistik tidak

berbeda nyata dengan perlakuan genotipe lainnya.

(24)

24

Penampilan

pertumbuhan dan hasil

Rata-rata karakter pertumbuhan dan hasil

beberapa genotipe kacang tanah BNT0,05

G1 G2 G3 G4 G5

Tinggi tanaman umur

20 HST (cm) 10,57 11,33 10,9 11,87 14,85

-Tinggi tanaman umur

40 HST (cm) 28,17 30,27 28,50 27,73 29,83

-Jumlah cabang umur

20 HST 3,00 3,00 3,00 3,33 3,67

-Jumlah cabang umur

40 HST 7,00 7,33 8,33 6,67 9,00

-Jumlah polong per

tanaman 5,33 7,33 9,33 8,00 9,33

-Bobot biji kering per

tanaman (g) 2,36 2,52 3,55 3,06 4,14

-Keterangan :

- Genotipe lokal Kuala Batee (G1), Genotipe lokal Babah Rot (G2), Genotipe lokal Baet-Cadek (G3), Genotipe lokal Ulee Kareeng (G4), Genotipe Badak (G5).

Periode kekeringan yang berkepanjangan pada tanaman akan

menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan mengalami stagnasi

(berhenti tumbuh). Turunnya pertumbuhan tanaman ini adalah akibat dari

respon tanaman terhadap cekaman kekeringan.Terjadinya cekaman

kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: suplai air

di perakaran sudah mulai berkurang sehingga akar harus memperpanjang

untuk mendapatkan suplai air, dan terjadinya laju evaporasi yang lebih

tinggi dari pada proses absorbsi air tanah (Lapanjang et al., 2008).

Hal ini sesuai pendapat Mulyani (2006) bahwa Setiap tanaman akan

memberikan respon yang berbeda-beda untuk menghadapi cekaman,

semua tergantung pada jenis tanamannya. Apabila tanaman mampu dalam

menghadapi cekaman yang terjadi maka tanaman itu bisa dikatakan

(25)

terhadap cekaman kekeringan.Cekaman kekeringan dapat diatasi melalui

dua cara, yaitu dengan mengubah lingkungan agar cekamannya dapat

diminimumkan serta memperbaiki genotipe tanaman agar tahan terhadap

cekaman kekeringan (Levitt, 1980).

4.2. Keragaman Genetik

Keragaman genetik merupakan sumber info bagi setiap progam

pemuliaan tanaman.Variasi ini dimanfaatkan dalam progam persilangan

untuk mendapatkan kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan 2

individu yang mempunyai faktor lingkungan yang sama dapat diukur,

maka perbedaan ini berasal dari variasi genotipkedua tanaman tersebut,

sehingga besar kecilnya nilai keragamanan genetik suatu populasi

menentukan tingkat keberhasilan dalam kegiatan pemuliaan tanaman.

Apabila semakin tinggi nilai keragaman genetik menunjukan semakin

besar peluang untuk mendapatkan varietas baru yang lebih unggul(Welsh,

1991).Nilai keragaman genetik beberapa genotipe kacang tanah pada

kondisi lingkungan normal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keragaman genetik beberapa genotipe kacang tanah pada kondisi lingkungan normal

No Karakter σ2

g σ2f KKG σσ2g 2σσ2g Kriteria

1 Tinggi tanaman 20

HST 3,18 3,87 14,65 1,97 3,94 Sempit

2 Jumlah cabang 20 HST 0,23 1,16 10,16 0,34 0,68 Sempit

3 Tinggi tanaman 40

HST 21,62 24,03 17,05 12,95 25,90 Sempit

4 Jumlah cabang 40 HST 0,84 1,81 10,15 0,69 1,37 Sempit

5 Jumlah polong per

tanaman 2,49 7,26 3,59 2,49 4,92 Sempit

6 Bobot biji kering per

(26)

26

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien

keragaman genetik beberapa genotipe kacang tanah untuk kondisi

lingkungan normal yang dicobakan menunjukkan kriteria sempit (rendah),

baik untuk karakter tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong per

tanaman, dan bobot biji per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa

beberapa genotipe kacang tanah yang dicobakan relatif seragam satu sama

lain, sehingga langkah pemuliaan untuk tahap seleksi selanjutnya tidak

dapat dilanjutkan. Untuk nilai keragaman genetik pada lingkungan

cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Keragaman genetik beberapa genotipe kacang tanah pada kondisi cekaman kekeringan

N

o Karakter σ2g σ2f KKG σσ2g 2σσ2g Kriteria

1 Tinggi tanaman 20

HST 1,60 4,26 10,68 1,49 2,98 Sempit

2 Jumlah cabang 20

HST 0,07 0,63 7,45 0,17 0,34 Sempit

3 Tinggi tanaman 40

HST 0,22 3,16 1,62 0,82 1,64 Sempit

4 Jumlah cabang 40

HST 0,52 1,80 9,38 0,58 1,16 Sempit

5 Jumlah polong per

tanaman 1,13 6,00 13,53 1,75 3,50 Sempit

6 Bobot biji kering per

tanaman 0,31 1,02 17,68 0,33 0,66 Sempit

Tabel 5menunjukkan bahwa nilai koefisien keragaman genetik

beberapa genotipe kacang tanah yang dicobakan menunjukkan kriteria

sempit (rendah), baik untuk karakter tinggi tanaman, jumlah cabang,

jumlah polong per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman, sehingga

untuk tahap seleksi selanjutnya tidak dapat dilanjutkan karena populasi

(27)

Menurut Rachmadi et al. (1996)bahwa seleksi terhadap karakter yang mempunyai keragaman genetik sempit sulit ditingkatkan potensi

genetiknya. Rendahnya nilai keragaman genetik berimplikasi terhadap

seleksi yang akan dilakukan. Seleksi belum dapat dilakukan pada populasi

yang seragam satu sama lain. Populasi dengan nilai keragaman genetik

yang rendah perlu diperbaiki agar dapat dilakukan seleksi. Upaya yang

dilakukan dalam memperbaiki populasi yang seragam dapat ditempuh

melalui mutasi, bioteknologi dan polipoidi (Nasir, 2010).

4.3. Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Harapan

Nilai duga heritabilitas penting diketahui karena dapat memberikan

informasi genetik yang diperlukan dalam proses seleksi, yaitu menentukan

karakter mana yang akan digunakan sebagai penentu seleksi. Heritabilitas

dalam arti luas merupakan proporsi ragam genetik terhadap ragam fenotipe

suatu tanaman (Nasir, 2010), sehingga apabila nilai dari heritabilitas

diketahui maka kegiatan pemuliaan lebih lanjut dapat dilakukan.Nilai

heritabilitas dalam arti luas pada kondisi lingkungan normal dan

kekeringan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kemajuan genetik harapan dan heritabilitas dalam arti luas beberapa genotipe kacang tanah pada kondisi normal dan kekeringan

No Karakter Normal Kekeringan

KGH KG% H²bs Kriteria KGH KG% H²bs Kriteria

1 Tinggi tanaman 6,17 22,63 89,96 Tinggi 0,17 0,60 6,93 Rendah

2 Jumlah cabang 0,19 2,12 46,32 Sedang 0,54 7,03 28,7 Sedang

3 Jumlah polong

per tanaman 0,14 0,31 34,31 Sedang 0,65 8,23 18,89 Rendah

4

Bobot biji Kering per tanaman

(28)

28

KGH = kemajuan genetik harapan, KG = kemajuan genetik, h2bs = heritabilitas dalam arti luas

Nilai duga heritabilitas pada kondisi lingkungan normal dan

cekaman kekeringan menunjukkan setiap karakter dari beberapa genotipe

kacang tanah yang diuji memiliki nilai heritabilitas rendah, sedang dan

tinggi. Pada kondisi lingkungan normal nilai heritabilitas tinggi didapat

pada karakter tinggi tanaman, sedangkan untuk karakter jumlah cabang,

jumlah polong per tanaman dan bobot biji kering per tanaman didapati

nilai heritabilitas sedang (Tabel 6).

Pada kondisi cekaman kekeringan, nilai heritabilitas yang didapat

yaitu rendah dan sedang. Nilai heritabilitas rendah didapat pada karakter

tinggi tanaman dan jumlah polong per tanaman. Nilai heritabilitas sedang

pada kondisi cekaman kekeringan didapat pada karakter jumlah cabang

dan bobot biji kering per tanaman (Tabel 6).

Karakter tinggi tanaman pada kondisi lingkungan normal memiliki

nilai heritabilitas tinggi, ini berarti mencerminkan besarnya peranan faktor

genetik terhadap fenotipnya. Kondisi seperti ini menandakan faktor

genetik lebih dominan dibandingkan faktor lingkungan sehingga

karakter-karakter ini diharapkan dapat diwariskan dari tetua kepada keturunannya

jika kedua tersebut disilangkan.

Karakter jumlah cabang, jumlah polong per tanaman dan bobot biji

kering per tanaman untuk kondisi normal menunjukkan nilai heritabilitas

dalam arti luas sedang. Pada kondisi cekaman kekeringan nilai heritabilitas

dalam arti luas sedang didapat pada karakter jumlah cabang dan bobot biji

kering per tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa karakter-karakter

(29)

lingkungan yang seimbang. Karakter-karakter tersebut tidak semua

diekspresikan karena faktor lingkungan, maupun faktor genetik.

Hal ini memberikan implikasi bahwa perbaikan karakter tersebut

melalui seleksi akan mengalami beberapa hambatan. Penundaan seleksi

sampai generasi lanjut memberikan peluang yang cukup untuk terjadinya

rekombinasi gen akibat persilangan dalam populasi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Basuki (1995), bahwa untuk karakter-karakter dengan nilai duga

heritabilitas dalam arti luas sedang sangat sesuai diterapkan seleksi pada

generasi lanjut. Sehingga untuk memperbaiki karakter tersebut, maka

keterlibatan faktor genetik dan lingkungan memiliki peluang yang

besarnya sama dalam mengekspresi kedua karakter tersebut.

Karakter yang menunjukkan nilai duga heritabilitas dalam arti luas

rendah mengindikasikan bahwa pengendalian karakter-karakter tersebut

lebih besar disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu terdapat pada kondisi

lingkungan cekaman kekeringan untuk karakter tinggi tanaman dan jumlah

polong per batang. Konsekuensi untuk kondisi seperti ini adalah

karakter-karakter tersebut tidak diharapkan akan dimiliki oleh keturunannya. Oleh

karena itu, persilangan dan seleksi karakter-karakter tersebut dalam

program pemuliaan tanaman tidak mungkin dilakukan.

Nilai kemajuan genetik harapan pada karakter yang diuji

berdasarkan kriteria Lestari dan Nugraha (2007) menunjukkan nilai

kemajuan genetik tinggi, sedang dan rendah pada intensitas seleksi 20 %.

Pada kondisi lingkungan normal karakter tinggi tanaman memiliki nilai

kemajuan genetik yang tinggi. Karakter jumlah cabang, jumlah polong per

tanaman dan bobot biji kering per tanaman menunjukkan nilai kemajuan

(30)

30

Kemajuan genetik harapan pada kondisi kekeringan menunjukkan

nilai yang sedang untuk karakterjumlah cabang, jumlah polong per

tanaman dan bobot biji kering per tanaman. Sedangkan untuk karakter

tinggi tanaman menunjukkan nilai kemajuan genetik yang rendah. Nilai

kemajuan genetik harapan pada kondisi lingkungan normal dan kekeringan

dapat dilihat pada Tabel 6.

Kemajuan genetik harapan adalah suatu nilai duga yang berkaitan

dengan besaran perbaikan untuk suatu karakter tertentu jika diterapkan

pada populasi. Martono (2009) menyatakan nilai duga kemajuan genetik

yang tinggi didukung oleh nilai heritabilitas dan keragaman yang tinggi

yang mengindikasikan faktor genetik lebih dominan pada karakter tersebut

sehingga seleksi akan efisien dan efektif. Nilai dengan kemajuan genetik

harapan tinggi memiliki peluang yang besar dalam memperbaiki karakter

melalui seleksi. Sebaliknya jika nilai kemajuan genetik harapan rendah

maka kegiatan seleksi dapat dihentikan atau dilanjutkan pada satu kali

generasi yang membentuk populasi yang seragam.

4.4. Korelasi Antar Karakter

Korelasi genetik antar sifat merupakan hubungan antara dua sifat

yang dievaluasi yang menandakan keeratan hubungan antara kedua sifat

tersebut. Pada kondisi lingkungan normal tinggi tanaman berkorelasi

positif dan sangat nyata terhadap jumlah cabang dan bobot biji kering per

tanaman. Tinggi tanaman juga berkorelasi positif dan tidak nyata terhadap

jumlah polong per tanaman. Jumlah cabang berkorelasi positif dan sangat

(31)

tanaman. Jumlah polong per tanaman berkorelasi positif terhadap bobot

biji kering per tanaman. Nilai korelasi beberapa genotipe kacang tanah

pada kondisi lingkungan normal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai korelasi beberapa genotipe kacang tanah pada kondisi lingkungan normal

Karakter Tinggi

tanaman

Jumlah cabang

Jumlah polong

Bobot biji kering per tanaman

Tinggi tanaman 1,00 0,74** 0,41tn 0,92**

Jumlah cabang 1,00 0,75** 0,87**

Jumlah polong 1,00 0,74**

Bobot biji kering

per tanaman 1,00

Ket : tn = Tidak nyata, * = Nyata (>5%<1%), ** = Sangat nyata (>5%).

Nilai korelasi genetik pada kondisi lingkungan cekaman

kekeringan untuk karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dan nyata

terhadap jumlah cabang. Tinggi tanaman juga berkorelasi positif dan tidak

nyata terhadap jumlah polong per tanaman dan bobot biji kering per

batang. Jumlah cabang berkorelasi positif dan sangat nyata terhadap

jumlah polong per tanaman dan bobot biji kering per tanaman. Jumlah

polong per tanaman berkolersi positif dan sangat terhadap bobot biji

kering per tanaman.Nilai korelasi beberapa genotipe kacang tanah pada

(32)

32

Tabel 8. Nilai korelasi beberapa genotipe kacang tanah pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

Tinggi tanaman 1,00 0,51* 0,24tn 0,18tn

Jumlah cabang 1,00 0,72** 0,84**

bahwa adanya keeratan hubungan antara dua karakter tersebut. Artinya,

setiap peningkatan suatu karakter yang berkorelasi positif akan

meningkatkan karakter lain, sebaliknya apabila suatu karakter berkorelasi

negatif berarti setiap peningkatan karakter tersebut akan menyebabkan

penurunan karakter lain. Apabila nilai duga korelasi genetik sama dengan

nol, berarti tidak ada korelasi di antara kedua sifat tersebut (Brim dan

Burton, 1979). Nilai duga dengan korelasi positif diperkirakan letak kedua

gen yang mengendalikan kedua sifat tersebut terletak pada kromosom

yang sama, atau dengan kata lain kedua gen tersebut terpaut satu sama lain

dan cenderung diturunkan secara bersama (Martono, 2009).

Apabila satu karakter dan karakter lain mempunyai respon

berkorelasi maka jika ingin memperbaiki karakter yang susah diamati kita

dapat menyeleksi karakter lain yang mudah diamati (Falconer dan

(33)

koefisien korelasi karena koefisien tersebut merupakan ukuran keeratan

hubungan antar karakter yang dianalisis.

Pada penelitian ini, karater jumlah cabang, jumlah polong per

tanaman serta bobot biji kering per tanaman pada setiap kondisi baik

kondisi lingkungan normal maupun cekaman kekeringan berkorelasi

positif dan sangat nyata. Hal ini mengindikasikan adanyan hubungan yang

erat antara karakter tersebut. Peningkatan karakter yang saling berkorelasi

akan diikuti oleh meningkatnya hasil yang saling berkorelasi. Sehingga

untuk mendapatkan jumlah polong per hektar yang lebih tinggi dapat

ditentukan dasar seleksi dengan karakter jumlah polong per

tanaman.Peningkatan jumlah polong per tanaman akan meningkatkan

(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan

1. Karakter kuantitatif untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah

terbaik dijumpai pada genotipe Badak, baik untuk kondisi lingkungan

normal maupun cekaman kekeringan.

2. Secara umum semua nilaiduga parameter genetik yang diamati tergolong

dalam kriteria rendah, sehingga seleksi lebih lanjut belum dapat dilakukan

pada populasi yang seragam. V.2. Saran

Nilai duga parameter genetik pada populasi kacang tanah yang diuji

menunjukkan nilai koefisien keragaman genetik rendah, heritabilitas

rendah, maka pada populasi ini belum dapat dilakukan seleksi pada

generasi awal. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan ragam genetik

dan heritabilitas dengan cara koleksi plasma nutfah lokal dan introduksi,

melakukan mutasi buatan, dan memanfaatkan bioteknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, M.S., Y. Oki, T. Adachi, and Md. H.R. Khan. 2007. Analyses of genetic parameters (variability, heritability, genetic adavanced, relationship of yield and yield contributing characters) for some plant traits among Brassica cultivars under phosphorus starved environmental cues. J. Faculty Environ. Sci. Tech. 12(12):91-98.

Allard, R, B. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons Inc. New York. 485 p.

(35)

Boote, K.J., J.R. Stansel, A.M. Stuber, and J.F. Stone. 1982. Irrigation, water use, and water relations. In Pattee, H.E. and C.T. Toung (Eds.). Peanut Sci. and Techn. American Groundnut Res. And Education Socieaty, Inc. Yoakum, Texas, USA. p.164-205.

Brim, C. A. and J. W. Burton. 1979. Recurrent selection in soybeans. II. Selection for increased percent protein in plat breeding. Crop Science 9 (3) : 257-262.

Cameron, D. 1997. Selection Indices and Prediction of genetic Merit in animal Breeding. Roslin Institute. Edinburg, UK.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Road Map Peningkatan Produksi Kacang Tanah dan Kacang Hijau Tahun 2010 – 2014. Kementerian Pertanian. 72 hlm.

Falconer, D.S. and T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetic. 4th Edition. Addison Wesley Longman, Essex, UK.

Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants.. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Gardner, F.P., Perace, R.B., dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. Jakarta: UI Press.

Hallauer, A.R. dan F. Miranda. 1988. Quantitative Genetics in Maize Breeding. Iowa State Univ. Press. Ames.

Jain, J.P. 1989. Statistical Teqniques in Quantitative Genetics. Indian Agricultural Research Institute. New Delhi.

Lapanjang, Iskandar, B. S. Purwoko, Haryadi, S.W. Budi R., dan M. Melati. 2008. Evaluasi Beberapa Ekotipe Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) untuk Toleransi Cekaman Kekeringan. Buletin Agro. 36 (3): 263 – 269.

Lestari, A. P., dan Y. Nugraha. 2007. Keragaman genetik hasil komponen hasil galur-galur padi hasil kultur anter. Pertanian Tanaman Pangan. 26(1)8-13.

Levit, J. 1980. Response of plant to environments stress, II. Water radiation, salt, and other stress. Acad. Press, New York. 6007p.

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar. Jakarta. Redaksi Agromedia.

(36)

36

Martono, B. 2009. Keragaman genetik, heritabilitas dan korelasi antar karakter kuantitatif nilam (Pogostemon sp.) hasil fusi protoplas. Jurnal Listri. 15(1):9-15.

Mubiyanto, B.M. 1997. Tanggapan Tanaman Kopi Terhadap Cekaman Air. Warta Puslit Kopi dan Kakao 13(2): 83-95.

Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Murdaningsih, H.K., A. Baihaki, G. Satari, T. Danakusuma, dan A.H. Permadi. 1990. Variasi genetik sifat-sifat tanaman bawang putih di Indonesia. Zuriat 1(1):32-36.

Nasir, M. 2010. Pengantar Pemuliaan Tanaman. CV. Puga Cipta Mandiri. Banda Aceh. 286 hlm.

Pinaria, A., A. Baihaki, R. Setiamihardja, dan A. A. Dradjat. 1995. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomassa 53 genotipe kedelai. Zuriat 6 (2):88-92.

Pitojo. 2005. Benih Kacang Tanah. Jakarta. Kanisius.

Purwono dan Purnamawati, 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta. Penebar Swadaya.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2014. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Badak. http:// puslittan. bogor.net/index.php?bawaan= varietas/varietas_detail&komoditas=05026&id=Badak&pg=1&

varietas=1. Diakses tanggal 4 Desember 2014.

Rachmadi, M.A., A. Baihaki, R. Setiamihardja, dan S. Djakasutama. 1996. Seleksi beberapa genotipe kedelai untuk lingkungan tercekam tumpang sari dengan singkong. Zuriat: 7(2): 68-76.

Rahardjo, M., S.M.D. Rosita, R. Fathan, dan Sudiarto. 1999. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L.). Jurnal Littri 5 (3): 92-97.

Rukmana, R. H. 1999. Budidaya Kacang Tanah. Yogyakarta. Kanisius.

Singh, R.K., and Chaudhary B.D. 1987. Biometrical Methods in Quantitative GeneticAnalysis. Ed. Rev. New Delhi.

(37)

___________. 2001. Bertanam Kacang Tanah (Cetakan ke 19). Depok. Penumbra Swadya.

Turner, N. C. 1979. Drought Resistance and adaptation to water deficits in crops plants. Pp. 343-367 in Mussel, H., and R. C. Staples (ed.). Stress Physiology in Crop Plant. John Wiley and Sons. New York.

_________. 1986. Crop water deficits. A. decadr of Progress. Adv. In Agron. 34:1-30.

Warwick, E.J., M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Welsh J. R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Mogea J. P. Erlangga. Jakarta.

(38)
(39)

Lampiran 2. Rata-rata Nilai Tinggi Tanaman Umur 20 HST pada Lingkungan Normal

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 10,78 10,90 13,14 34,82 11,61

G2 10,30 11,18 15,76 37,24 12,41

G3 10,22 9,94 11,64 31,80 10,60

G4 10,06 9,84 13,14 33,04 11,01

G5 13,52 14,36 17,86 45,74 15,25

Total 54,88 56,22 71,54 182,64 12,18

Lampiran 3. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 20 HST pada Lingkungan Normal

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 40,94 10,23 14,84** 3,84 7,01

Ulangan 2 34,27 17,14 24,84 4,46 8,65

Galat 8 5,52 0,69

Total 14 80,72 5,77

KK = 6.82 %

(40)

40

Lampiran 4. Rata-rata Nilai Tinggi Tanaman Umur 20 HST pada Cekaman Kekeringan

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 9,30 13,20 9,20 31,70 10,57

G2 11,40 10,20 12,40 34,00 11,33

G3 9,20 12,40 11,20 32,80 10,93

G4 10,80 12,40 12,40 35,60 11,87

G5 13,40 17,80 12,40 43,60 14,53

Total 54,10 66,00 57,60 177,70 11,85

Lampiran 5. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 20 HST pada Cekaman Kekeringan

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 29,86 7,47 2,80tn 3,84 7,01

Ulangan 2 14,96 7,48 2,81 4,46 8,65

Galat 8 21,31 2,66

Total 14 66,14 4,72

KK = 13.78 %

(41)

Lampiran 6. Rata-rata Jumlah Cabang Umur 20 HST pada Lingkungan Normal

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 3,80 4,00 5,00 12,80 4,27

G2 4,00 4,20 6,80 15,00 5,00

G3 4,20 4,40 3,40 12,00 4,00

G4 3,80 6,20 5,20 15,20 5,07

G5 6,00 3,80 6,40 16,20 5,40

Total 21,80 22,60 26,80 71,20 4,75

Lampiran 7. Analisis Ragam Jumlah Cabang Umur 20 HST pada Lingkungan Normal

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 4,14 1,04 0,81tn 3,84 7,01

Ulangan 2 2,89 1,44 1,13 4,46 8,65

Galat 8 10,21 1,28

Total 14 17,24 1,23

KK = 23.80 %

(42)

42

Lampiran 8. Rata-rata Nilai Jumlah Cabang Umur 20 HST pada Cekaman Kekeringan

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 2,00 4,00 3,00 9,00 3,00

G2 3,00 2,00 4,00 9,00 3,00

G3 2,00 4,00 3,00 9,00 3,00

G4 3,00 3,00 4,00 10,00 3,33

G5 3,00 4,00 4,00 11,00 3,67

Total 13,00 17,00 18,00 48,00 3,20

Lampiran 9. Analisis Ragam Jumlah Cabang Umur 20 HST pada Cekaman Kekeringan

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 1,07 0,27 0,47tn 3,84 7,01

Ulangan 2 2,80 1,40 2,47 4,46 8,65

Galat 8 4,53 0,57

Total 14 8,40 0,60

KK = 23.52 %

(43)

Lampiran 10. Rata-rata Nilai Tinggi Tanaman Umur 40 HST pada Lingkungan Normal

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 25,32 24,74 27,28 77,34 25,78

G2 24,62 24,18 28,72 77,52 25,84

G3 24,28 24,04 29,28 77,60 25,87

G4 21,20 25,54 23,38 70,12 23,37

G5 33,72 35,00 37,88 106,60 35,53

Total 129,14 133,50 146,54 409,18 27,28

Lampiran 11. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 40 HST pada Lingkungan Normal

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 269,10 67,28 27,89** 3,84 7,01

Ulangan 2 32,79 16,39 6,80 4,46 8,65

Galat 8 19,30 2,41

Total 14 321,19 22,94

KK = 5.69 %

(44)

44

Lampiran 12. Rata-rata Nilai Tinggi Tanaman Umur 40 HST pada Cekaman Kekeringan

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 28,30 29,80 26,40 84,50 28,17

G2 34,40 29,10 27,30 90,80 30,27

G3 30,20 27,70 27,60 85,50 28,50

G4 28,60 27,70 26,90 83,20 27,73

G5 30,50 28,40 30,60 89,50 29,83

Total 152,00 142,70 138,80 433,50 28,90

Lampiran 13. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 40 HST pada Cekaman Kekeringan

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 14,39 3,60 1,22tn 3,84 7,01

Ulangan 2 18,40 9,20 3,13 4,46 8,65

Galat 8 23,53 2,94

Total 14 56,32 4,02

KK = 5.93 %

Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata ** = Berbeda Sangat Nyata

(45)

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 10,00 8,60 9,40 28,00 9,33

G2 7,40 10,00 9,40 26,80 8,93

G3 8,20 8,00 6,40 22,60 7,53

G4 9,40 9,00 8,00 26,40 8,80

G5 10,00 11,60 10,00 31,60 10,53

Total 45,00 47,20 43,20 135,40 9,03

Lampiran 15. Analisis Ragam Jumlah Cabang Umur 40 HST pada Lingkungan Normal

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 13,96 3,49 3,59tn 3,84 7,01

Ulangan 2 1,61 0,80 0,83 4,46 8,65

Galat 8 7,78 0,97

Total 14 23,35 1,67

KK = 10.93 %

Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata ** = Berbeda Sangat Nyata

(46)

46

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 6,00 8,00 7,00 21,00 7,00

G2 8,00 8,00 6,00 22,00 7,33

G3 10,00 8,00 7,00 25,00 8,33

G4 7,00 7,00 6,00 20,00 6,67

G5 8,00 9,00 10,00 27,00 9,00

Total 39,00 40,00 36,00 115,00 7,67

Lampiran 17. Analisis Ragam Jumlah Cabang Umur 40 HST pada Cekaman Kekeringan

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 11,33 2,83 2,21tn 3,84 7,01

Ulangan 2 1,73 0,87 0,68 4,46 8,65

Galat 8 10,27 1,28

Total 14 23,33 1,67

KK = 14,78 %

Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata ** = Berbeda Sangat Nyata

(47)

Genotipe Ulangan Total Rerata

I I III

G1 42,40 41,00 45,60 129,00 43,67

G2 40,80 40,80 42,40 124,00 42,00

G3 43,20 43,60 42,80 129,60 40,53

G4 48,20 40,40 42,20 130,80 46,60

G5 47,20 47,00 46,40 140,60 46,87

Total 207,80 228,80 222,40 654,00 43,93

Lampiran 19. Analisis Ragam Jumlah Polong per Tanamanpada Lingkungan Normal

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 48,99 12,25 2,57tn 3,84 7,01

Ulangan 2 8,69 4,34 0,91 4,46 8,65

Galat 8 38,17 4,77

Total 14 95,84 6,85

KK = 4,97 %

(48)

48

Lampiran 20. Rata-rata Jumlah Polong per Tanaman pada Cekaman Kekeringan

Genotipe Ulangan Total Rerata

I II III

G1 5,00 6,00 5,00 16,00 5,33

G2 7,00 8,00 7,00 22,00 7,33

G3 5,00 10,00 13,00 27,00 9,33

G4 10,00 7,00 7,00 24,00 8,00

G5 10,00 9,00 9,00 28,00 9,33

Total 37,00 40,00 41,00 118,00 7,87

Lampiran 21. Analisis Ragam Jumlah Polong per Tanaman padaCekaman Kekeringan

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 30,40 7,60 1,85tn 3,84 7,01

Ulangan 2 1,20 0,60 0,15 4,46 8,65

Galat 8 32,80 4,10

Total 14 64,40 4,60

KK = 25,96 %

(49)

Lampiran 22. Rata-rata Berat Biji Kering per Tanaman pada Lingkungan Normal

Genotipe Berat Biji Kering Total Rerata

I II III

G1 36,56 32,20 35,18 103,94 34,65

G2 32,22 35,80 35,52 103,54 34,51

G3 28,52 33,56 27,38 89,46 29,82

G4 34,58 33,92 30,66 99,16 33,05

G5 37,96 34,16 32,32 104,44 34,81

Total 169,84 169,64 161,06 500,54 33,37

Lampiran 23. Analisis Ragam Berat Biji Kering per Tanaman pada Lingkungan Normal

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 53,17 13,29 1,94tn 3,84 7,01

Ulangan 2 10,05 5,02 0,73 4,46 8,65

Galat 8 54,80 6,85

Total 14 111,02 8,43

KK = 7,84%

(50)

50

Lampiran 24. Rata-rata Berat Biji Kering per Tanaman pada Cekaman Kekeringan

Genotipe Berat Biji Kering Total Rerata

I II III

G1 2,12 2,42 2,53 7,07 2,36

G2 2,90 2,51 2,15 7,56 2,52

G3 2,42 3,70 4,54 10,66 3,55

G4 4,51 2,21 2,46 9,18 3,06

G5 4,32 3,89 4,20 12,41 4,14

Total 16,27 14,73 15,88 46,88 3,13

Lampiran 25. Analisis Ragam Berat Biji Kering per Tanaman pada Cekaman Kekeringan

SK db JK KT Fhit Ftable

0,05 0,01

Perlakuan 4 6,50 1,63 2,29tn 3,84 7,01

Ulangan 2 0,26 0,13 0,18 4,46 8,65

Galat 8 5,68 0,71

Total 14 12,44 0,89

KK = 26.96%

(51)

Lampiran 26. Rumus perhitungan parameter genetik

KTp (M1) = Kuadrat tengah perlakuan KTg (M2) = Kuadrat tengah galat

U (r) = Ulangan

KKG = Koefisien keragaman genetik ´

x = Nilai rata-rata umum

σσ g

2 = Standar deviasi ragam genetik

g = Genotipe

h2bs = Heritabilitas dalam arti luas KGH = Kemajuan genetik harapan K = Intensitas seleksi

KG = Kemajuan genetik dalam persen

h

2

bs

=σ

2g

(52)

52

Lampiran 27. Deskripsi beberapa genotipe kacang tanah

1. Genotipe Kuala Batee

Rata-rata hasil kacang tanah per runpun : 48 Polong/rumpun Rata-rata hasil kacang tanah : 2,02 ton/ha

Umur tanaman kacang tanah : 90 hari

2. Genotipe Babahrot

Rata-rata hasil kacang tanah per runpun : 51 Polong/rumpun Rata-rata hasil kacang tanah : 2,01 ton/ha

Umur tanaman kacang tanah : 90 hari

3. Genotipe Baet Cadek

Rata-rata hasil kacang tanah per runpun : 54 Polong/rumpun Rata-rata hasil kacang tanah : 1,85 ton/ha

Umur tanaman kacang tanah : 90 hari

(53)

Nama : Ulee Kareng

Rata-rata hasil kacang tanah per runpun : 58 Polong/rumpun Rata-rata hasil kacang tanah : 2,11 ton/ha

Umur tanaman kacang tanah : 90 hari

Sumber : Azmi (2013).

5. Varietas Badak

Nama Varietas : Badak

SK : 111/Kpts/TP.240/3/91 tanggal 9 Maret 1991

Tahun : 1991

Tetua : Persilangan No. 726 dengan FESR 12

Potensi Hasil : 2,0 (1,5-2,6) ton/ha biji nersih

Pemulia : Sri Astuti Rais, Astanto Kasno, Sumarno, Lasimin Sumarsono, Muchridansyah Sino, Purwantoro

Nomor seleksi : 726/875-2B-14-0

Nomor galur : GH 469

Mulai berbunga : 28-31 hari

Umur polong tua : 95-103 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Bentuk daun : Berempat

Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau gelap

Warna bunga : Bagian tepi bendera kuning muda, pusat bendera kuning pucat, matahari merah

warna ginofora : Hijau

Warna kulit biji : Merah muda Kontruksi polong : Tidak berpinggang Lukisan jaring : Tidak jelas

Jumlah polong/pohon : 15-20

Berat 1000 biji : 350-400 g

Berat 1000 polong : 1200-1300 g

Kadar lemak : 47,0%

(54)

54

Rendemen : 70,0%

Ketahanan terhadap penyakit : Toleran penyakit layu, bercak daun, dan tahan karat

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan (2014)

Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Tinggi tanaman kacang tanah umur 30 HST pada kondisi lingkungan normal dan cekaman kekeringan

(55)

Gambar 3. Hasil tanaman kacang tanah genotipe badak pada kondisi lingkungan normal dan cekaman kekeringan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 September 1990 di Lhok

Pawoh Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Penulis merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tarkawi Ar. dengan Ibu Azmarni.

Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan di SD Negeri Lhok Pawoh,

Sawang. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1

Sawang, Kabupaten Aceh Selatan. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Unggul Aceh Selatan dan selesai pada tahun 2008. Pada tahun

2009 penulis diterima menjadi mahasiswa pada Fakultas Pertanian Jurusan

Agroteknologi Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, melalui jalur

Gambar

Tabel 1. Susunan genotipe kacang tanah
Tabel 2. Karakter kuantitatif pertumbuhan dan hasil beberapa genotipe kacangtanah pada kondisi lingkungan normal
Tabel 4. Keragaman  genetik  beberapa  genotipe  kacang  tanah  pada  kondisilingkungan normal g
Tabel 5. Keragaman  genetik  beberapa  genotipe  kacang  tanah  pada  kondisicekaman kekeringan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa single parent (ibu) menerapkan authoritative parenting dengan cara-cara kreatif sehingga mengembangkan

Secara umum gerusan yang paling dalam terjadi pada daerah tengah pilar, Sedangkan sedimentasi terjadi di hilir jembatan, Dari hasil pengamatan dan perhitungan

Melan tapaturma-aineiston (2004–2013) perusteella eniten loukkaantumisia on tapahtunut viljelijöiden sormissa, jopa 40 prosenttia kaikista tapaturmista (kuva 17).. 0 50 100 150

Penyusunan lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Penilaian Siswa (LPS) Penyusunan LKS dan LPS dilakukan peneliti bersama guru bahasa Indonesia. Hasil catatan yang

nampak dari kebiasaannya melakukan darma dan bertapa. Dia juga tidak mudah terbawa hawa nafsu duniawi yang berlebihan kecuali makan dan tidur. Kumbakarna juga

(2012) menyatakan bahwa pronomina relatif whom digunakan jika anteseden yang diterangkan oleh klausa relatif pada suatu kalimat adalah nomina atau frasa nomina yang

Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya karena pada panelitian saya ini memfokuskan terhadap upaya yang dilakukan oleh