• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nadiya Rizki Haryani 1815162738 PERAN GU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nadiya Rizki Haryani 1815162738 PERAN GU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN IPS di SD

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN IPS di SEKOLAH DASAR SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER

PESERTA DIDIK

Oleh:

Nadiya Rizki Haryani (1815162738)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN

PEMBELAJARAN IPS di SEKOLAH DASAR SEBAGAI

SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Nadiya Rizki Haryani

PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

e-mail : nadiyarizki10@gmail.com

Abstrak

Guru merupakan kunci utama dalam proses belajar mengajar. Peranan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran menempati posisi yang secara langsung sangat menentukan keberhasilan, mengingat guru sebagai figur yang secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Saat ini, pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Mengingat banyaknya hal – hal yang menyebabkan merosotnya nilai – nilai yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia pada diri siswa. Sehingga mata pelajaran IPS yang berlandaskan pendidikan karakter menjadi sarana yang dapat

dikembangkan oleh seorang guru atau pendidik dalam mebentuk karakter siswa dengan menggunakan strategi – strategi dan mengimplementasikan pemahaman karakter hingga pada akhirnya terlaksanakannya pendidikan karakter yang benar – benar mengembangkan karakter siswa SD.

Kata Kunci: peran guru, pembelajaran ips, karakter

PENDAHULUAN

(3)

memberikan pengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter anak didik. Sejak dini anak – anak sudah merasa tidak percaya diri dan rasa tidak mampu karena tuntutan akademis yang tinggi. Kurang percaya diri dan rasa tidak mampu yang berkepanjangan dapat membentuk pribadi yang tidak baik sehingga dapat mendorong anak – anak berperilaku negatif.

Sebagai seorang pendidik, guru harus mengetahui bahwa profesionalisme

seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi peserta didiknya. Pengetahuan yang bermakna akan diperoleh peserta didik melalui pesan nilai karakter yang terdapat pada setiap materi pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang terdapat di sekolah dasar adalah mata pelajaran IPS. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik siswanya ditentukan apabila guru tersebut telah mewujudkan konsep Ki Hajar Dewantara. Konsep

pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu, “Ing ngarso sung tulodo” yang artinya di depan dapat memberi teladan, “ing madya mangun karso” yang artinya di tengah dapat memberi motivasi, dan “tut wuri handayani” yang artinya di belakang dapat

mengawasi (Aryani, 2010: 9)

Untuk itu, suasana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing – masing anggotanya. Dan bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan kepribadian, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna. Idealnya lulusan satuan pendidikan memiliki kompetensi sikap yang meliputi sikap spiritual (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa), dan sikap sosial (berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, bertanggung jawab), pengetahuan (berilmu) dan keterampilan (cakap dan kreatif).

(4)

perilaku cerdas dan sikap yang brilian serta kurang mempunyai mental kepribadian yang baik (Aunillah, 2011). Pernyataan tersebut dibuktikan dengan banyaknya persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, penyalah gunaan narkoba, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain sebagainya.

PEMBAHASAN

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik.

Seorang guru tidak hanya sekedar dituntut untuk bisa mengajar atau memaparkan materi dengan baik di dalam ruangan kelas, tapi guru harus bisa memikul tugasnya sebagai seorang pendidik dengan amanah. Seorang guru profesional tidak hanya bisa mengajar di dalam kelas, tapi bisa juga memahami dan mengimplementasikan apa yang tertuang dalam Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Di dalam proses pembelajaran, hal terpenting terletak pada interaksi guru dengan siswa.

Sebelum membahas mengenai peran guru dalam pembelajaran, adapun pengertian guru itu sendiri menurut Uno (2007:15), guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Secara definisi kata guru bermakna sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal (Danim, 2011:5). Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang

(5)

Menurut Wrightman (dalam Usman 2013), peran guru merupakan terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dan dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Sedangkan menurut Sardiman (2014) peran guru adalah gambaran pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun

dengan staf yang lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka peran guru adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru yang saling berhubungan dalam

suatu proses membelajarkan siswa di dalam situasi dan kondisi tertentu dengan tujuan pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan.

Setelah mengetahui dan memahami pengertian guru dan peran guru dalam pembelajaran. Kita juga perlu memahami hakikat dari pembelajaran IPS. PP No 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk tingkat SD/MI bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI maka pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Lalu, menurut Sapriya (2009) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan pengetahuan dan nilai – nilai sosial yang ada di masyarakat.

Pembentukan karakter peserta didik sangat penting dilakukan karena, Murphy (2009) menyatakan bahwa: That character education: will help young

people understand such core ethical values as fairness, honesty, responsibility,

respect, tolerance of others, fortitude, selfdiscipline, teamwork, and leadership.

(6)

Penanaman karakter yang baik harus dimulai dari usia dini agar setelah anak dewasa prilaku yang baik itu sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu usaha untuk membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal – hal yang menyesatkan dan menjerumuskan. Selain itu, pentingnya membentuk karakter diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kesuksesan dan kegagalan seseorang disegala aspek kehidupan tidak ditentukan semata – mata oleh

pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi lebih pada faktor kepribadian atau sikap. Hasil penelitian yang dimaksud antara lain; hasil penelitian di Universitas

Standford menyimpulkan bahwa kesuksesan ditentukan oleh 87,5% attitude (sikap) dan hanya 12,5% karena kemampuan akademik seseorang (Mardiansyah dan Senda, 2011).

Setiap karakter yang ingin ditanamkan kepada peserta didik memerlukan sebuah proses yang simultan dan berkesinambungan. Menurut Lickona (1997), terdapat tiga komponen pembentukan karakter baik, yaitu mengetahui hal yang baik (Moral Knowing), keinginan untuk melakukan yang baik (Moral Feeling), dan melakukan hal yang baik (Moral Behavior). Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan dan membentuk pendewasaan moral. Adapun 18 nilai – nilai dalam pendidikan karakter menurut Kemdiknas adalah: 1)Religius; 2)Jujur; 3)Toleransi; 4)Disiplin; 5) Kerja Keras; 6)Kreatif; 7)Mandiri; 8)Demokratis; 9) Rasa ingin Tahu; 10)Semangat Kebangsaan; 11)Cinta Tanah Air; 12)Menghargai Prestasi; 13)Bersahabat/Komunikatif; 14)Cinta Damai; 15)Gemar Membaca; 16)Peduli Lingkungan; 17)Peduli Sosial; dan 18)Tanggung Jawab.

Dalam membentuk karakter peserta didik mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi dilaksanakan melalui semua mata pelajaran, salah satunya dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena IPS memberikan tempat

(7)

sosial, sehingga siap untuk hidup, menghadapi gejala – gejala sosial dan permasalahannya dengan tetap mempertahankan budi pekerti yang luhur.

Secara umum, tujuan pembelajaran IPS dapat dirumuskan antara lain untuk mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik agar: (1) menjadi warga negara (dan juga warga dunia) yang baik; (2) mengembangkan pemahaman mengenai pengetahuan dasar kemasyarakatan, (3) mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dengan penuh kearifan dan keterampilan inkuiri untuk dapat memahami, menyikapi, dan mengambil langkah – langkah untuk ikut memecahkan masalah sosial kebangsaan, (4) membangun komitmen terhadap nilai

– nilai kemanusiaan dan menghargai serta ikut mengembangkan nilai – nilai luhur dan budaya Indonesia, dan (5) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, baik lokal, regional maupun internasional.

Untuk itu guru harus memiliki kompetensi dan peran yang sesuai dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada proses pembelajaran guru harus memiliki kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pendidikan karakter sebelum dapat mengajarkan dan menanamkan karakter kepada peserta didik mereka. Guru juga harus mampu membangkitkan minat peserta didik untuk menggali sendiri secara lebih dalam pelajaran yang diterimanya dengan menerapkan metode belajar aktif, tidak hanya sekedar memberikan peserta didik berbagai materi dan teori. Guru harus bisa berperan sebagai motivator, mediator, dan fasilitator pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari, membangun, dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupannya.

Selain itu, guru juga perlu memiliki kompetensi pedagogis agar dapat mengenali karakteristik peserta didiknya sehingga dapat memberikan pembelajaran

(8)

yang terbaik dalam kiprahnya di dunia pendidikan (Nurchaili, 2010). Proses pembelajaran melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini guru, membutuhkan seorang guru yang dapat menjadi role model yang tepat maka dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang baik.

Adapun dalam proses pembelajaran terdapat faktor yang mendukung peran guru melalui pembelajaran IPS dalam pembentukan karakter peserta didik adalah

pemahaman guru terhadap tugas dan fungsinya, memahami visi dan misi sekolah, kesungguhan dalam menjalankan pekerjaan sebagai guru, memiliki empat kompetensi dasar seorang guru, kerja sama dengan seluruh pihak sekolah, serta dukungan dari orang tua peserta didik, sedangkan faktor penghambat peran guru dalam pembentukan karakter peserta didik adalah terjadi miskomunikasi dengan pihak sekolah terkait ketegasan guru dalam membentuk karakter siswa, selain itu orang tua peserta didik tidak mendukung sepenuhnya yang dilakukan oleh guru disekolah dalam membentuk karakter baik dalam diri peserta didik.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwaguru atau pendidik memiliki peranan penting dalam mengembangkan nilai – nilai karakter untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan seiring berkembangnya zaman. Selain itu guru merupakan seorang yang hubungannya paling dekat dengan peserta didik. Sebagian besar interaksi yang terjadi di sekolah adalah interaksi guru dengan peserta didik. Di sekolah guru merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik anak yang berkarakter, berbudaya dan bermoral.

Dalam pelaksaan pembelajaran, seorang guru atau pendidik bukan hanya sekedar memberikan teori kepada peserta didik akan tetapi juga harus mampu

(9)

dalam kehidupan sehari – hari baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah, salah satunya melalui materi atau bahan ajar pembelajaran IPS yang berperan sebagai sarana penanaman budaya dan karakter bangsa pada peserta didik sebagai generasi bangsa.

Dalam membentuk karakter peserta didik harus dilakukan sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen) serta mempunyai filter sebagai benteng untuk memperthankan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

 Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Rajawali pers.

 Ali, Muhammad. 2014. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

 Ardy, Novan. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

 Aunillah, Isna Nurla. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.

 Aqib, Zainal dan Sujak. 2012. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

 Danin. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.  Darmadi, H. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta  Daryant. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta:

Gava Media.

 Jatmiko dan Mariyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Bangga Menjadi Insan Berwawasan Lingkungan untuk SD/MI Kelas I. Jakarta

 Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta.

 Lickona, Thomas. 2013. Education For Character. PT Bumi Aksara: Jakarta.  Koesoema A. 2007. Pendidikan karakter. Jakarta: Grasindo.

 Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN Maliki Press  Mulyasa, Enco. 2008. Menjadi Guru profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.  Prayitno. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta:

Gramedia Widiasarana

(11)

 Rusyan. 1990. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

 Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran Hasil Evaluasi dan Hasil belajar IPS. Bandung.

 Siska, Yulia. 2018. Pembelajaran IPS di SD/MI. Yogyakarta: Garudhawaca  Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Peran Moral, Intelektual,

Emosional, Dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.

Jakarta: Bumi Aksara.

 Sudarmi, Sri. Muatan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar..

 Sumatri, Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Rosdakarya

 Supardan, Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Bumi Aksara

 Suradi. 2017. Pembentukan Karakter Siswa melalui Penerapan Disiplin Tata Tertib Sekolah. Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4,

November 2017

 Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di SD. Jakarta: Kencana.

 Toro, Arisman. 2008. Tinjauan Berbagai Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.

 Undang – Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.  Waspodo, Sangar. 2011. Peran Pendidikan IPS Dalam Membangun Budaya

dan Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi. Diposting pada tanggal 17

April 2011

 Zuhdi, Darmiyati. 2013. Model Pendidikan Karakter, Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur sekolah. Yogyakarta: Multi

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 11, pengujian mesin pengkondisian udara hibrida dengan penambahan kondensor dummy dan beban pendingin 3000 Watt, temperatur refrigeran maksimum yang

Dalam hal penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam (tentu saja termasuk di dalamnya hasil kayu eboni), sektor kehutanan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan lama perendaman urine sapi berpengaruh nyata terhadap peubah kecepatan muncul tunas,

Meskipun kehadiran sosok ayah hanya dapat dirasakan pada Sabtu sore, nyatanya nilai-nilai yang disampaikan oleh tokoh Bapak dalam video tersebut berpengaruh besar bagi

Dari kajian ini diperoleh beberapa kendala yang mungkin saja dapat terjadi dalam implementasi UU ini antara lain yaitu: Perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting baik

Kandou Manado, dapat ditarik kesimpulan yaitu: responden terbanyak berumur 20-30 tahun, tingkat pendidikan responden paling banyak adalah diploma tiga (DIII), dan

berupa materi namun berupa kerjasama dengan guru yang baik, serta memberikan perlindungan terhadap guru tersebut dan keluarganya. Motivasi Ektrinsik SD Negeri 08 Kayu Bunga

Berdasarkan data wawancara kepada Ibu Dhian Purbaningrum pada hari kamis tanggal 09 Mei 2019 pukul 09.00 WIB dijelaskan sebagai berikut : “Aset biologis pada perusahaan berupa