• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Komunikatif Dalam Proses Pemb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan Komunikatif Dalam Proses Pemb"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB

Oleh : Drs. Adi Kasman1

ABSTRAK

Bahasa merupakan alat komunikasi satu sama lain, sehingga apabila seseorang melakukan interaksi komunikasi tentu harus saling memahami objek yang sedang dibicarakan itu sehingga tujuan yang ingin dicapai akan lebih terarah kepada sasarannya. Namun apabila dalam interaksi itu tidak komunikatif oleh karena tidak faham apa yang dibicarakan itu karena tidak faham akan bahasa yang digunakan, akhirnya tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai. Kecintaan kapada bahasa Arab menjadi sebuah harga mati sebagai sarana untuk meraih kesuksesan dalam mempelajarinya. Seseorang yang memiliki kecintaan kepada sesuatu atau kepada seseorang pasti dia akan mengelu-elukannya, dan terus berusaha untuk bisa mendapatkannya walaupun harus berkorban, baik waktu, biaya maupun tenaga. Orang yang senang dengan salah satu mata kuliah pasti dia akan rajin masuk kelas walau kadang lagi sakit, merasa rugi kalau ketinggalan, merasa mudah dan cepat memahaminya serta hari-harinya pun tidak terlepas dari pembicaraan isi mata kuliah tersebut.

Kata Kunci: Pendekatan, Komunikatif dan Pengangajaran

Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Quran Fiman Allah s.w.t dalam Surat Yusuf ayat 2:2

نولقعت مكلعل ّاييبرع ّاناءرق هنلزنأ ّانإ

: فسوي )

2

)

Dalam Surat Thaaha ayat 113:3

1 . Dosen Bahasa Arab/Ketua Prodi PAI pada STAI Tengku Dirundeng Meulaboh 2 . Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan Bahasa Arab,

agar kamu memahaminya.

3 . Artinya: Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Quran dalam Bahasa Arab, dan Kami

(2)

مهلعل ديعولا نم هيفّانفرصو ّايبرع ّاناءرق هنلزنأ كلذكو

:هط) اركذ مهل ثدحي وأ نوقتي

3

)

Manusia diciptakan oleh Allah swt berpasang-pasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu sama lain sekaligus makhluk sosial ( human sociality ) tentu tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya maupun lingkungan sekitarnya.Firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat 13:4

ّابوعششش مششكنلعجو ىثنأو ركذ نم مكنقلخ ّانإ سّانلا ّاهيأي

: تارجحلا )...اوفرّاعتل لئّابقو

13

(

Sarana yang paling aktual dan efektif yang harus dimiliki dan dikuasai dalam berkomunikasi dan berinteraksi adalah bahasa, baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat..

Sebagai alat atau sarana tentu bahasa dapat dipelajari, ditiru, dibelajarkan serta bahkan diwariskan secara turun temurun ( dari satu generasi kegenerasi berikutnya).

Dilandasi atas kebutuhan tersebut, tentu pengajaran dan pembelajaran bahasa harus dilandasi dengan sikap kesadaran bahwa orang yang sedang dan akan belajarlah yang sangat memerlukan bahasa dalam kehidupannya. Dilandasi nilai kesadaran inilah sang pengajar, guru atau dosen dapat memilih salah satu dari

berbagai macam bentuk pendekatan ( -

لخدم

approach ) yang harus

disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan anak didik terhadap bahasa yang sedang dipelajari termasuk bahasa Arab.

Bila dilihat perkembangan mahasiswa yang masuk keperguruan Tinggi Islam baik negeri maupun swasta pada umumnya mereka kurang memiliki kemampuan dasar bahasa Arab baik dari MA, SMA maupun Pesantren, mereka masih minim menguasai mufradat atau vocab bahasa tersebut sehingga dalam proses

4. Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

(3)

perkuliahan masih banyak didapati hambatan dan kesulitan dalam pembelajaran, lebih-lebih bila ditinjau dari segi Gramatikal atau kaidah Nahwiyahnya (

دعاوقلا

).

Bahasa Arab sebagai tujuan adalah sesuatu yang diungkapkan dan

dikomunikasikan. Sebagai mana yang diucapakan Oleh Syech Mustha Ghalayaini

ةغللاو مهدصّاقم نع موق لك ّاهب ربيعي ظّافلأ يه ةغللا

مهضارعأ نع برعلا ّاهب ربعي يتلا تّاملكلا يه ةيبرعلا

5

Maksudnya adalah : Bahasa adalah suatu lafadh yang diungkapkan oleh suatu kaum tentang tujuan mereka, sedangkan bahasa Arab itu adalah kata-kata yang diungkapkan oleh orang-orang Arab tentang tujuan yang ingin meraka sampaikan.

Sehubungan dengan hal diatas, William Moulton dari Universitas Princeton mengatakan: “ Bahasa adalah ujaran. Suatu bahasa adalah seperangkat kebiasaan. Ajarkanlah bahasa bukan sesuatu mengenai bahasa. Bahasa adalah yang dikatakan oleh penutur asli” ( Dahlan, 1992: 122 )6

Ungkapan tersebut memberikan suatu isyarat bahwa berbicara dengan bahsa Arab tentu harus memahami benar qaidah-qaidahnya sehingga tujuan yang akan dibicarakan betul-betul dapat difahami oleh si-mustami’ dalam artian tata bahasanya dijelaskan ditengah-tengah proses pembelajaran dan tidak terlalu memberikan penekanan kepada qaidah itu, namun kalau terjadi kesalahan termasuk baris/harakahnya sehingga dapat merobah maknanya, maka pada saat itu perlu dibetulkan sehingga tidak terulang lagi kesalahan pada kesempatan berikutnya.

5. Syech Musthafa Ghalayaini, Jaami’ud Durus Al-Arabiyah ( Bairut, 1997 ) Hal. 7

6. Ahmad Muradi, Jurnal Metode Drill Dalam pembelajaran Bahasa

(4)

Rasulullah menyuruh ummatNya untuk belajar bahasa Arab :

مكنيد ةغل ّاهنإف ةيبرعلا ةغللا اومليعت

Maksudnya: Pelajarilah oleh kalian bahasa Arab karena bahasa Arab itu adalah bahasa agamamu.

Ini memberikan suatu isyarat pentingnya belajar bahasa Arab itu, karena dengan mempelajarinya akan dapat lebih mudah memahami Al-Quran dan Hadist beliau dalam teks aslinya serta kitab-kitab mu’tabar yang disusun oleh para ulama baik ulama mutaqaddimin maupun ulama mutaakhirin. Disamping itu dituntut kepada ummat islam untuk selalu mempelajari ilmu agama dari sumbernya yang asli dan alangkah baik dan indahnya lagi apabila kita khususnya ummat Islam dapat berkomunikasi dengan bahasa Arab tersebut.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam berkomunikasi, terutama bahasa asing termasuk bahasa Arab, sangat erat hubungan (relation) nya dengan berbagai macam faktor penunjang antara lain : (1) Basic kompetensi tenaga pengajar yang profesional, (2) Basic kompetensi bahasa Arab mahasiswa, (3) Buku referensi yang memadai, (4) Media belajar dan (5) Tujuan mempelajarinya.

Adapun pendekatan (approach) dalam mengajarkan bahasa Arab ada empat macam, sebagaimana pendapat Drs. Moh.Mansyur dkk yaitu“humanistic approach”maksudnya adalah “pendekatan manusiawi”, “media based approach” pendekatan Sarana-Tehnik “analytical and analytical approach” pendekatan “analisis” dan “non analisis” dan communicative approach”7 pendekatan

komunikatif. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut diharapkan kepada pengelola pendidikan baik Sekolah, Madrasah maupun Pesantren harus benar-benar memperhatikan faktor-faktor tersebut.

A. PENGAJARAN BAHASA ARAB

1.Mempelajari suatu bahasa, baik bahasa nasional maupun bahasa asing lainnya termasuk bahasa Arab, adalah merupakan suatu proses yang berkesinambungan.

7. Moh. Mansyur, Drs. dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Modul 2,( Dirjen Binbaga

(5)

Sedangkan bangsa Indonesia mayoritas menganut agam Islam, bahasa Arab adalah sebagai bahasa agama hal ini dapat dibuktikan dimana petunjuk dan pedoman hidup orang muslim adalah Al-Quran dan Hadist bahkan Al-Quran itu sendiri telah mulai diajarkan kepada anak-anak semenjak mereka masih kecil. Akan tetapi bila kita lihat dan perhatikan dengan seksama pengajaran bahasa Arab dimana-mana pada umumnya masih menitik beratkan pada gramatikal method

( فرصلاو وحنلاوا دعاوقلا ) dan terjemah. Diantara indikator-indikator pengajaran bahasa arab yang masih kurang tepat untuk diterapkan adalah : 1. Guru atau pengajar dalam memberikan materi pelajaran masih terikat sekali dengan kaidah tata bahasa dimana para siswa diharuskan untuk menghafalnya, 2.Siswa diperintahkan untuk menghafal kata-kata yang sesuai dengan kaidah, 3. enerjemahan kalimat (kata-kata) atau jumlah (kalimat) kedalam bahasa pelajar, dan 4. Pengajaran dan pembelajarannya tidak didukung dengan alat peraga atau alat bantu lainnya”8. Sehingga pada akhirnya

walaupun sudah pernah belajar bahasa Arab sekian lama, akan tetapi kenyataannya masih sangat sulit untuk memahami dan menguasai bahasa Arab. Ahmad Muradi mengatakan metoda9 Sedangkan metoda-metoda pembelajaran

bahasa kedua lainnya,terutama bahasa asing, masih minim yang digunakan dan diterapkan. Diantaranya adalah : Metoda Langsung “direct method”, Metoda Alamiah “natural method”, Metoda Psikologi “Psychological method”, Metoda Membaca dan “reading method”10.

Sementara itu menurut analisa Mochtar Affandi, bahwa dari segi metode pembelajaran yang dimuat Az-Zarnuji dalam kitabnya itu meliputi dua kategori.

8. H. Ridlo Masduki,Prof,Dr. Makalah Pengajaran Bahasa Arab, disampaikan pada acara

pelatihan Bahasa Arab untuk Guru MAK se-Indonesia di Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Th . 2000.

9. Dalam pengajaran bahasa salah satu segi yang sering disoroti adalah segi

metode. Suksestidaknya suatu program pengajaran bahasa seringkali dinilai dari segi metode yangdigunakan. Sebab metodelah yang menentukan isi dalam mengajarkan bahasa. Demikikian pendapat Ahmad Muradi, Jurnal Metode Drill Dalam pembelajaran Bahasa Arab,Tenaga Pengajar Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjannasimdan Staf Bahasa Arab pada Pusat Pelayanan Bahasa IAIN Antasari Banjarmasin2

(6)

Pertama, metode yang bersifat etik, dan yang kedua metode yang bersifat strategi. Metode yang bersifat etik antara lain mencakup niat dalam belajar; sedangkan metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar11.

Oleh karena itu diharapkan kepada semua guru sedapat mungkin menggunakan metoda-metoda tersebut dalam melaksanakan atau menginternalisasikan materi pelajaran kepada peserta didik, menentukan materi pelajaran yang sesuai, menganjurkan memilih teman yang selalu berusaha untuk dapat memahami dan selalu berusaha untuk berkomunikasi aktif agar dapat lebih cepat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

2. Pendekatan, Metoda danTeknik Pengajaran Bahasa

Dalam pengajaran bahasa ada empat macam kemampuan dasar pokok

berbahasa, antara lain : (1) Menyimak (

عامتإسلا

) atau memperhatikan (2)

Komunikasi ( 3) {

ةثداحملا

) Membaca (

ةءارقلا

) dan (4) Menulis (

ةباتكلا

) Seseorang yang ingin belajar bahasa Arab dengan tujuan dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, maka pendekatan, metoda (

ةققيرطلا

) dan tehnik pembelajarannya (method study) akan terdapat perbedaan dengan orang yang belajar hanya sekedar untuk mampu membaca (

ةءارقلا

) dan memahami makna, terjemah dan munulis bahasa tersebut. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil dalam pembelajaran Bahasa Arab yang mula-mula sekali harus diprediksikan dan ditetapkan oleh tenaga pengajar adalah apa tujuan pembelajarannya dan kemampuan apa pula yang ingin dicapai oleh objek pembelajaran.

Selanjutnya seorang guru, tenaga pengajar atau orang yang terlibat langsung dengan proses belajar mengajar bahasa Arab diharapkan sering mengadakan

11 . H. Abuddin Nata, Dr, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian

(7)

interaksi yang komunikatif dengan sasaran supaya peserta didik dapat berkomuniksi secara aktif dan praktis dengan kalimat yang sederhana.

Lebih jauh Ibnu Taimiyah menganjurkan agar mewajibkan penggunaan bahasa Arab dalam pengajaran dan percakapan. Hal ini didasarkan pada pandangannya bahwa penguasaan secara mendalam dan teliti terhadap bahasa Arab merupakan tuntutan Islam dan sesuatu yang fardhu ‘ain hukumnya di kalangan ulama salaf. Orang-orang salaf mewajibkan anak-anaknya agar berbahasa Arab dan memandang bahasa Arab sebagai bahasa yang paling mulia. Ketika Allah mewahyukan kitab-Nya dengan menggunakan bahasa Arab, maka Rasulullah, s.a.w. juga menyampikannya(mengajarkannya) wahyu tersebut kepada orang-orang mukmin dengan menggunakan bahasa Arab dan memgajak ummat agar mengucapkan wahyu dengan bahasa Arab.12

Ini memberikan sautu gambaran, bahwa dalam mengajarkan bahasa Arab sedapat mungkin membiasakan oleh guru melatih peserta didik berbasa Arab secara aktif dan komunikatif, sehingga akan memperoleh hasil apa yang telah dirumuskan dalam rencana program pembelajaran.

Interaksi komunikatif ini merupakan suatu terobosan atau pembaharuan yang sangat strategis dalam proses pengajaran bahasa lebih-lebih bahasa asing termasuk Bahasa Arab dimana pendekatan ini sangat integral serta ciri-cirinya cukup jelas. Diharapkan kepada tenaga pendidik (guru) jangan terlalu fokus atau

memperhatikan tentang kesalahan baris (

ةكرحلا

) bila mendengar murid membaca ,berbicara atau bertanya, apabila kesalahan-kesalahan yang dilakukan itu tidak mempengaruhi makna atau maksudnya. Akan tetapi guru harus hati-hati dan teliti bahkan kalau perlu dicatat kesalahan tersebut untuk diadakan perbaikan dan pembahasan pada waktu dan kesempatan yang lain.

Untuk mencapai tujuan dan hasil yang maksimal dalam pengajaran bahasa asing termasuk bahasa arab sebagai bahasa kedua second language bagi bangsa Indonesia yang beragama islam setelah bahasa Nasional, ustaz dan ustazah yang mengajar di Madrasah-madrasah, baik Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan bahkan sampai Perguruan Tinggi sekalipun harus betul-betul faham perbedaan antara

(8)

pendekatan, metoda dan teknik penyampaian dalam proses interaksi belajar-mengajar.

Pendekatan itu merupakan terjemahan dari kata approach dalam bahasa Inggris diartikan diartikan dengan come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan) dalam pengertian inidapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu. HM. Chabih Thaha, mendefinisikan pendekatan adalah cara pemprosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bias berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, dimana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas13

Hal ini karena ketiga faktor yang telah disebutkan itu satu sama lain hubungannya sangat erat dan saling keterkaitan. Teknik merupakan penjabaran dari metoda, sementara metoda adalah penjabaran dari pendekatan, sementara pendekatan itu merupakan penjabaran dari hakekat/tujuan belajar.

Pengertian dari pada pendekatan, metode dan tehnik pengajaran bahasa adalah :

1) Pendekatan Komunikatif ( -

لخدم

approach ) adalah “suatu pandangan

secara filosofis tentang praduga mengenai hakikat bahasa dan pengajarannya yang sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang ingin diperoleh dalam pembelajarannya”14. “ Pendekatan komunikatif juga dijelaskan” Mengajarkan

bahasa dengan sasaran mampu berkomunikasi aktif dan praktif”15 Seperti

mempelajari suatu bahasa umpamanya bahasa Arab sebagai sarana bantu untuk memahami ilmu-ilmu yang ditulis dalam bahasa tersebut, metoda dan tekniknya sungguh banyak sekali terdapat perbedaan- perbedaan dengan belajar bahasa sebagai sarana berkomunikasi. Namun apabila belajar bahasa Arab itu untuk mendengar, memahami dan bercakap-cakap apa yang didengar dan diucapkan maka pendekatannya ( approach ) dalam pengajarannya hanya mendengar dan memahami saja apa yang didengar dan diucapkan.Dengan demikian pendekatan

hanya terbatas pada materi (

ةداملا

) yang diperlukan untuk mengungkapkan

dan interaksi komunikasi saja.

13 . Ramayulis, Prof. Dr. Metodologi Pendidikan Agama Islam, ( Kalam Mulia, Jakarta,

1990) Hal. 127

(9)

2) Metoda (

ةقيرطلا

) adalah perencanaan komperehensif ( menyuluruh )

yang mempunyai relasinya dalam mengaplikasikan materi pelajaran secara teratur dan tidak bertolak belakang berdasarkan atas suatu pendekatan ( approach –

لخدم

). Karena metoda pembelajaran ini bersifat proseduril. Dengan demikian seseorang dalam mengadakan proses interaksi pembelajaran dapat saja

memilih berbagai macam motoda (

ةقيرطلا

), asalkan sesuai dengan

tujuan pendekatan ( approach –

لخدم

) –nya itu. Bercorak ragamnya metoda

ini karena erat sekali hubungannya dengan faktor-faktor yang dapat mempengruhi proses pembelajaran, antara lain adalah :

a.Latar belakang bahasa asing yang pernah dipelajari. Dalam hal ini dapat

dianalisis terhadap latar belakang pendidikan mahasiswa apakah mereka pernah mempelajari bahasa asing, umpamanya bahasa Arab. Setelah diketahui maka metoda pengajarannya jauh berbeda dengan pengajaran bahasa Arab untuk orang arab sendiri atau untuk orang ‘ajam.

b.Latar belakang kebudayaan ( sosio kultural )16.

c.Pengalaman belajar bahasa Arab atau bahasa asing lainnya.

d.Tujuan pengajaran, apakah untuk sekedar dapat membaca, berbicara , terjemah atau hanya sebagai pengetahuan bahasa tioritis saja.

III. Penggunaan Pendekatan Komunikasi

Banyak pendekatan (

لخدملا

, approach ) yang dapat dipergunakan dalam pengajaran bahasa Arab atau bahasa asing lainnya antara lain

pendekatan komunikasi (

ىلاصإتلا

لخدملا

). Pendekatan ini dilandasi

dengan tujuan agar para siswa dapat memiliki kemampuan interaksi komunikasi dengan mewujutkan penggunaan bahasa Arab dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Dengan metoda pendekatan semacam ini diharapkan seseorang yang

(10)

belajar bahasa Arab dapat menggunakan pola-pola yang seseuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu. ”Pendekatan pembelajaran dengan bagaimana (how top) membelajarkan atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik”17

Untuk dapat berkomunikasi ada empat macam kemampuan dasar ( Basic Competensi ) yang perlu dikuasai oleh seseorang yang belajar bahasa Arab, yaitu :

1.Kemampuan dasar tata bahasa / gramatika(

دعاوقلا

).

2.Kemampuan memahami konteks sosial yang melandasi dimana ia

berkomunikasi ( sosio linguistik/

ةيعامتإجلا

ةغللا

).

3.Memahami / sanggup menganalisa percakapan dan atau pernyataan teman bicara, yaitu mampu menganalisis susunan kalimat dan hubungan antar kalimat serta metoda melafalkan suatu makna.

4.Kemampuan strategik, cekatan dalam memilih metoda dan strategi agar suatu

percakapan (

ةثدّاحملا

) dapat berlansung dengan lancar. Artinya mampu

memilih gaya bahasa yang sesuai ketika memulai dan atau menutup suatu pembicaraan serta mampu mengalihkan perhatian teman bicara. Disamping itu guru hendaknya tidak memberlakukan peserta didiknya sebagai penonton saja melainkan harus mengikutsertakan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dengan guru. Dengan demikian , pengembangan dan pendayagunaan berbagai macam metoda dapat dioptimalisasikan. Artinya metoda pengajaran bahasa termasuk bahasa Arab perlu diterapkan dengan pendekatan kultural18 partisipatifdan kreatif.

17 .At-Ta’dib,Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam,(Volume.I,No.I, 2009),Hal 43 18. Pendekatan kultural (Kultur Nasional) terdapat dimensi-dimensi keluarga, pendidkan,

(11)

Untuk mencapai interaksi dalam pembelajaran dibutuhkan komunikasi antara keduanya, yang memadukan dua kegiatan, yaitu kegiatan mengajar (usaha guru) dan kegiatan belajar (tugas peserta didik). Guru perlu mengembangkan komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran karena seringkali kegagalan pengajaran disebabkan oleh lemahnya sistem komunikasi19

Untuk adanya suatu perobahan dan pengembangan dalam berkomunikasi ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan dan dicermati, antara lain :

1. Adanya informasi yang belum diketahui oleh dirinya atau lawan bicaranya sehingga mendorongnya untuk bertanya atau membicarakan dan membahas sesamanya sehingga memperoleh informasi yang jelas dan sesuai dengan tujuannya.

2. Memiliki kemampuan dalam memilih kosakata yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan situasi serta lawan bicaranya. Umpanya saat terjadi percakapan dengan sapaan كلاح فيك ia dapat memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang dialaminya, antara lain adalah : هلل دمحلا ،ريخب , atau ريخب saja سأبل , atau هللدمحلا

3. Adanya umpan balik ( feedback, ةققعإجارةققيذغإت ) yaitu reaksi dari ةبطاخم/بطاخم.20

Tentu saja hal itu harus dilandasi aplikasi latihan yang bermuara kepada mengubah kosa kata ( ةملكب ةملك رييغإت ) atau menyempurnakan kalimat (

ليمكإت

ةلمإج

ةنييعم ), atau bentuk latihan lain yang tidak membangkitkan reaksi lawan bicara.

Dalam proses pembelajaran pengajaran bahasa Arab dengan pendekatan komunikasi dapat dikemukakan beberapa prinsip atau indikator antara lain : 1. Menggunakan teks-teks arab yang asli, seperti materi yang diambil atau dikutip dari buku pelajaran, majalah atau koran yang berbahasa Arab.

2. Pembelajaran di dalam kelas, bahasa Arab diaplikasikannya sebagai alat/ sarana percakapan ( berkomunikasi )

(12)

3.Melatih dan membiasakan peserta didik supaya secara otomatis mampu menggunakan bahasa Arab dalam berbagai bentuk ungkapan percakapan untuk mengungkapkan suatu maksud, seperti bertanya sesuatu, menyangkal dan menegur lawan bicara ( ةبطاخم/بطاخم ) dalam berbagai bentuk susunan kalimat.

4.Peserta didik diberi waktu dan kesempatan untuk mengungkapkan kesan /pesan, komentar dan ide-idenya berkenaan dengan materi yang telah mereka baca dan dengar, meskipun dengan ungkapan yang sangat sederhana dan masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam aplikasinya. Melalui penerapan seperti ini yang pada akhirnya sedapat mungkin siswa dapat diharapkan akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

5.Peserta didik dilatih dan diarahkan untuk mampu berkomunikasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. “ Dalam interaksi ini guru-guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing”21. Hal ini karena suatu bahasa tidak terlepas dengan keadaan

alam sekitarnya pada saat mereka berinteraksi dengan sesamanya. Rasulullah s.a.w dalam mengajarkan para sahabatnya menggunakan berbagai macam metode ”(1) metode ceramah (2) dialog (3) diskusi (4) metode demontrasi (5) metode demontrasi, misalnya Hadist Rasulullah,”Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang (6) metode eksperimen, sosiodrama dan bermain peranan”22. Disamping itu latihan demi latihan yang dilakukan dalam

pengungkapan berbahasa muthlak harus dilakukan karena dengan pembiasaan latihan ( ةبيرجإت) akan memperoleh target ketercapaian tujuan.

6.Guru memberikan motivasi dan bimbingan kepada peserta didik untuk dapat mengaplikasi bahasa yang hidup dalam berinteraksi sesamanya sesuai dengan kebutuhan dan keperluan, maksudnya mereka jangan hanya sekedar dilatih untuk mengulangi dan menghafal kata-kata maupun kalimat saja, artinya guru/dosen memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk berperan serta

(13)

dalam kegiatan pembelajaran di dalam maupun diluar ruangan, sehingga mereka terdorong memiliki perhatian dan percaya diri yang besar dalam belajar.

7.Guru berusaha dengan berbagai macam cara dan metoda untuk dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam interaksi komunikasi melalui aktifitas yang mungkin dapat dipahami dan dihayati, seperti sandiwara pendek ( ةريصق ةيليثمإت ), berdiskusi dan memecahkan masaalah yang aktual.

IV. PRINSI-PRINSIP METODE MENGAJAR

Metode ta’lim yang diterapkan oleh seorang tenaga pengajar dalam proses pembelajaran banyak jenisnya, baik secara tradisional maupun metode modern, disini akan lebih penting diperhatikan dalam mengaplikasikan metode-metode tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah ”Individu adalah manusia orang seorang yang memiliki pribadi/jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain, tiap-tiap manusia mempunyai jiwa sendiri”23 Dalam konteks ini guru sebagai sumber belajar24

Memahami prinsip-prinsip mengajar25 Yaitu menanamkan pengetahuan dan

kecakapan dengan cara yang cepat dan tepat memerlukan penguasaan tiori-tiori. Disamping itu harus berorientasi pada tujuan ”dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”26. Ini menunjukan

betapa pentingnya seorang guru atau dosen harus betul-betul memahami serta

23. Zakiah Darajat Dr. dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Ismam, Hal. 118

24. Khusus dalam mengimplementasikan seorang sebagai sumber belajar dalam proses

pembelajaran, Dr. Wina Sanjaya mengatakan: Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

25 . Proses pembelajaran dalam pendidkan Islam selalu memperhatikan perbedaan

individu (furq al-fardiyyah) peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya, sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang menyenangkan dan sekaligus mendorong kepribadiannya berkembang secara optimal. Demikian pendapat Pro. Dr. Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam

26. Wina Sanjaya, Dr.M.Pd, StrategiPembelajaran Berorientasi Standar Proses

(14)

menguasai tiori-tiori mengajar dan metode-metodenya, seperti metode hiwar Qurani, hiwar adalah ”Percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan”27

Dengan demikian peserta didik akan lebih berkesan dan mantap dalam menerima bahan ajarnya.Jika kita bandingkan antara seorang mahasiswa yang pada dasarnya dia pandai dengan mahasiswa yang kurang pandai, maka akan dapat ditemukan beberapa perbedaan antara lain: cepat menangkap isi pembelajaran, tahan lama memusatkan perhatian pada pembelajaran dan kegiatan, dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif, cepat memahami prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian memiliki minat yang luas, sedangkan mahasiswa yang kurang pandai berlaku keadaan sebaliknya28

Keadaan seperti itu memberikan suatu tafsiran dimana seorang guru atau dosen juga harus betul-betul memahami kondidsi peserta didik sehingga dapat mensinerjikan langkah-langkah dalam memformulasikan proses belajar mengajar, sehingga pada akhirnya dapat mengatasi kesulitan yang ditimbulkan akibat perbedaan basic kompetensi peserta didik, khususnya bahasa Arab.

Kemudian seorang tenaga pengajar harus selalu mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran tersebut dan harus dapat dipertanggung jawabkannya kepada publik. ”Dalam pertanggungjawaban hasil yang telah dicapai, pihak pengembang perlu mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari sistem yang sedang dikembangkannya serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut”29 sehingga benar-benar dapat diketahui secara

nyata perbedaan kompetensi peserta didik tersebut

Dalam mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran, dimana guru sebagai sumber belajar (learning resources) bagi siswa, dimana siswa akan belajar apa yang keluar dari mulut guru. Oleh karena itu ada pepatah mengatakan

27 . Ramayulis, Ibid. Hal. 252

28 Zakiah Darajat, Dr. dkk, Ibid. Hal. 120

(15)

“bagaimanapun pintarnya siswa, maka tidak mungkin dapat mengalahkan pintarnya guru”30. Namun demikian pembelajaran itu dapat memberikan suatu

pengertian membelajarkan siswa. Membelajarkan siswa31.

Lebih jauh Prof.Dr.Oemar Hamalik mengatakan; ”Guru dengan sengaja menciptkan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar kepada para siswa untuk mencapai tunjuan tertentu, dilakukan dengan cara tertentu, dan diharapkan memberikan hasil tertentu pula kepada siswa (pelajar)”32

Hal ini sesuai dengan ”Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional” didalamnya terdapat pernyataan ” bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana” dimana suatu perencanaan yang matang, profesionalitas guru memilih metode mengajar, didukung sarana dan prasarana yang memadai ”sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya”33.Karena

sebagai mana telah disebutkan belajar bahasa Arab adalah belajar bahasa agama, maka nilai kekuatan keagamaan tidak terlepas dari penguasaan bahasa Arab yang baik pula.

Kemudian langkah-langkah yang ditempuh harus berorientasi pada prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut dapat dikemukakan beberapa hal, antara lain ”berorientasi pada tujuan” karena dalam proses pembelajaran tersebut, guru harus menetapkan suatu strategi untuk memperoleh hasil yang lebih baik yang telah direncanakan sebelumnya. ”Tujuan

30. Wina Sanjaya, M.Pd, Dr. Ibid. Hal. 147

31 . Dalam Konteks ini Wina Sanjaya dalam bukunya Pembelajaran dalam Implementasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi mendeskripsikan tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana sisewa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.

32. Oemar Hamalik, Prof.Dr. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem

(PT. Bumi Aksara, 2001) Hal.155

(16)

pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru”. Ini dapat dilihat dalam praktek sehari-hari dimana guru/dosen lebih banyak menggunakan bahkan senang berceramah. ” Guru yang senang berceramah, hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian , seakan-akan dia berpikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian”34.

Penggunaan berbagai macam strategi dalam proses pembelajaran itu merupakan langkah yang sangat tepat untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam rencana pembelajaran, demikian juga halnya dalam proses pembelajaran bahasa Arab sangat dituntut kepada seorang guru/dosen untuk menggunakan berbagai macam thariqah sehingga dengan demikian dapat mengurangi kebosanan peserta didik dalam proses pembelajaran dan diharapkan tidak selalu mengandalkan metode ceramah.

V. Penutup

Pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran, terutama bahasa asing termasuk didalamnya bahasa Arab sangat dituntut bagi seorang guru, karena dengan interaksi komunikasi yang aktif dapat menumbuhkembangkan semangat pembelajaran bagi peserta didik, lebih-lebih dalam bermuhadasah, sehingga antara guru/dosen dalam proses pembelajaran dapat terjadi komunikasi yang aktif meskipun dalam ungkapan-ungkapan yang sederhana.

Penggunaan berbagai macam metode sangat perlu dikuasai oleh seorang ustaz/ustazah dan diaplikasikan pada saat proses pembelajaran. Guru/dosen yang profesional selalu berusaha untuk dapat memahami bagaimana keadaan peserta didiknya, apakah mereka telah dapat memahami dan dapat dipraktekkan sesamanya apa yang telah disampaikan, apakah mereka telah mengalami proses belajar, apakah dars sesuai dengan tingkat pemahaman mereka (peserta didik), demikian juga dalam proses pembelajaran bahasa Arab, sejauh mana kemampuan mereka dalam penguasan materi pembelajarannya. Disamping itu apakah telah

(17)

memenuhi prinsip-prinsip belajar, dimana manusia adalah orang seorang yang memiliki pribadi/jiwa sendiri, sehingga dalam proses belajar mengajar bahasa Arab itu dapat terjadi interaksi komunikasi yang aktif dan progresif.

(18)

عإجارملا

. Ahmad Muradi, Jurnal Metode Drill Dalam pembelajaran Bahasa Arab,Tenaga Pengajar Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjannasmdan Staf Bahasa Arab pada Pusat Pelayanan Bahasa IAIN Antasari Banjarmasin2

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, ( PT. Raja Grafindo Persada, 2001) Hal. 109

At-Ta’dib,Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam,(Volume.I,No.I, 2009),Hal 43

Daryanto, Evaluasi Pendidikan (PT Rineka Cipta, Jakarta, 2008) Hal.17

Moh. Mansyur, dkk, Materi Pokok Bahasa Arab I, Modul 2, ( Dirjen Binbaga Islam, Departemen Agama, 1994/1995), h. 67

Musthafa Ghalayaini, Jaami’ud Durus Al-Arabiyah ( Bairut, 1997 ) Hal. 7

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (PT. Bumi Aksara, 2001) Hal.155

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, ( Kalam Mulia, Jakarta, 1990) Hal. 127

Ridlo Masduki, Makalah Pengajaran Bahasa Arab, disampaikan pada acara pelatihan Bahasa Arab untuk Guru MAK se-Indonesia di Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Th . 2000

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Prenada Media, 2007) Hal.16

Wina Sanjaya, StrategiPembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Prenada Media Grop, Jakarta, 2006) Hal. 131

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan coverline yang bagus (nama untuk kata-kata dalam cover, yang kadang-kadang disebut barkers atau screamers) adalah.. suatu ketrampilan individual. Diperlukan

Pola spasial indikator pembangunan berkelanjutan dapat diketahui dengan cara menghitung nilai autokorelasi spasial indikator pembangunan berkelanjutan antar daerah, dan

(4) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata,

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga Sensor Film;.. Peraturan

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi , sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah di gunakan

Hasil penelitian ini adalah motivasi belajar mahasiswa dalam mempelajari asuhan kebidanan persalinan menunjukkan sebagian besar motivasi belajar yang cukup yaitu sebanyak

yang terletak di Universitas Indonesia, serta efisiensi waktu kerja alat diesel hammer pada proyek Perluasan Balairung Universitas Indonesia ditambah dengan data alat

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberi segala berkatnya dapat menyelesaikan Karya Tulus Ilmiah dengan judul “Hubungan