• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Inter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Inter"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Oleh:

MUHAMMAD TIARA

02011281520391

(2)

1. Pengertian Hukum Perdata Internasional

Sebelum kita masuk ke dalam sejarah Hukum Perdata Internasional, maka dari itu kita harus tahu terlebih dahulu apa pengertian dari HPI itu sendiri. Hukum Perdata Internasional adalah seperangkat kaidah-kaidah, asas-asas, dan aturan-aturan hukum nasional yang mengatur peristiwa atau hubungan hukum yang bersifat transnational (unsur ektrateritorial).

Selain itu, ada pendapat lain dari para ahli hokum mengenai HPI ini, salahsatunya adalah Prof.Dr.Mochtar Kusumaatmaja yang mengatakan bahwa HPI itu merupakan Keseluruhan Kaidah atau Asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melewati batas Negara atau dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan antar pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum (nasional) yang berbeda.

Setelah mengetahui pengertian dari HPI tersebut, barulah kita dapat mengkaji mengenai sejarah perkembangan HPI.

2. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional

Di dalam perkembangannya, HPI melewati lima tahap perkembangan yang pada hakikatnya di setiap tahap tersebut melahirkan sesuatu hal maupun ajaran yang berbeda. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai sejarah perkembangan HPI ini dari awal hingga pada puncaknya saat masyarakat mengenal Hukum Perdata Internasional.

A. Masa Kekaisaran Romawi (Abad 2-6 Masehi)

Pada zaman romawi kuno segala persoalan yang timbul sebagai akibat hubungan antara orang romawi dengan pedagang asing diselesaikan oleh hakim pengadilan khusus yang disebut praetor peregrinis. Hukum yang digunakan oleh hakim tersebut pada dasarnya adalah hukum yang berlaku bagi para cives romawi yaitu ius civile yang telah disesuaikan dengan pergaulan antarbangsa. Ius civile yang telah digunakan untuk hubungan antarbangsa itu kemudian disebut Ius Gentium. Sebagaimana halnya Ius Civile, Ius Gentium juga memuat kaidah-kaidah yang dikategorikan kedalam ius privatum dan ius publicum. Ius Gentium yang menjadi bagian dari ius privatum berkembang menjadi HPI, sedangkan Ius Gentium yang menjadi bagian dari ius publicum berkembang menjadi Hukum Internasional publik atau territorial, yang dewasa ini dianggap sebagai asas HPI yang penting, misalnya :

a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs), yang menyatakan bahwa hukum yang harus diberlakukan atas suatu benda adalah hukum dari tempat benda tersebut berada.

b. Asas Lex Loci Contractus, yang menyatakan bahwa terhadap perjanjian-perjanjian (yang bersifat HPI) berlaku kaidah-kaidah hukum dari tempat pembutan perjanjian.

(3)

B. Masa Pertumbuhan Asas Personal HPI (Abad 6-10 Masehi)

Pada akhir abad 6 M kekaisaran romawi ditaklukkan bangsa “barbar” dari Eropa. Bekas wilayah kekaisaran romawi diduduki berbagai suku bangsa yang satu dengan yang lainnya berbeda secara geneologis. Kedudukan ius civile menjadi kurang penting, karena masing-masing suku bangsa tersebut tetap memberlakukan hukum personal, hukum keluarga serta hukum agamanya masing-masing di daerah yang didudukinya. Dengan demikian prinsip teritorial telah berubah menjadi prinsip personal.

Beberapa asas HPI yang tumbuh pada masa tersebut yang dewasa ini dapat dikategorikan sebagai asas HPI yang dibuat atas dasar asas genealogis, misalnya :

a. Asas yang menetapkan bahwa hukum yang berlaku dalam suatu perkara adalah hukum personal dari pihak tergugat.

b. Asas yang menyatakan bahwa kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum seseorang ditentukan oleh hukum personal orang tersebut. Kapasitas para pihak dalam suatu perjanjian harus ditentukan oleh hukum personal dari masing-masing pihak.

C. Masa Pertumbuhan Asas Teriotorial (Abad 11-12 Masehi) di Italia

Di kawasan Eropa Utara terjadi peralihan struktur masyarakat geneologis ke masyarakat territorial tampak dari tumbuhnya unit-unit masyarakat yang feodalistis, khususnya di wilayah Inggris, Prancis, dan Jerman sekarang.

Di kawasan Eropa bagian selatan transformasi dari asa personal genealogis ke asas teritorial berlangsung bersamaan dengan pertumbuhan pusat-pusat perdagangan khususnya di Italia. Dasar ikatan antar manusia di sini bukanlah genealogis atau feodalisme, melainkan tempat tinggal yang sama. Sistem hukum lokal sendiri yang berlainan satu dengan yang lainnya dan berbeda pula dengan hukum romawi dan Lombardi yang berlaku umum di seluruh Italia.

D. Masa Pertumbuhan Teori Statuta

1). Teori Statuta di Italia (Abad 13-15 Masehi)

Lahirnya teori statuta di italia dipicu oleh gagasan seorang tokoh post glassator yang bernama Accursius, yaitu bila seorang yang berasal dari suatu kota tertentu di Italia digugat disebuah kota lain, maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain itu karena ia bukan subjek hukum dari kota lain itu.

(4)

Ia membedakan statuta ke dalam statua yang mengijinkan sesuatu dan yang melarang sesuatu.

 Statuta personalia, statuta yang mempunyai lingkungan kuasa berlaku secara personal. Bahwa statuta itu mengikuti orang (person) dimanapun dia berada.

 Statuta realia, Statuta yang mempunyai lingkungan kuasa secara teritorial. Hanya benda-benda yang terletak di dalam wilayah pembentuk undang-undang tunduk di bawah statuta- statutanya.

 Statuta mixta, yang berlaku bagi semua perjanjian yang diadakan di tempat berlakunya Statuta itu denga segala akibat hukumnya. Sedangkan mengenai wanprestasi dengan segala akibat hukumnya diatur menurut Statuta di tempat perjanjian itu seharusnya dilaksanakan.

2). Teori Statuta di Perancis (Abad 16 Masehi)

Pada abad ke-16 provinsi-provinsi di perancis memiliki hukum tersendiri yang disebut

coutume, yang pada hakekatnya sama dengan statuta. Karena ada keanekaragaman coutume

tersebut dan makin meningkatnya perdagangan antar provinsi, maka konflik hukum antar provinsi meningkat pula. Dalam keadaan demikian beberapa ahli hukum perancis, seperti Charles Dumoulin dan Bertrand D’Argentre berusaha mendalami teori statute dan menerapkannya di perancis dengan beberapa modifikasi.

Charles Dumoulin memperluas pengertian statuta personalia hingga mencakup pilihan hukum (hukum yang dikehendaki oleh para pihak) sebagai hukum yang seharusnya berlaku dalam perjanjian. Jadi perjanjian yang dalam teori statuta dari Bartolus masuk dalam statuta realita menurut Charles Dumoulin harus masuk dalam ruang lingkup statuta personalia, karena pada hakekatnya kebebasan untuk memilih hukum adalah semacam status perseorangan.

Menurut Bertrand D’Argentre yang harus diperluas itu adalah statuta realia, sehingga yang diutamakan bukanlah otonomi para pihak melainkan otonomi provinsi. Ia tetap mengakui ada statuta yang benar-benar merupakan statuta personalia.

3). Teori Statuta di Belanda (Abad 17 Masehi)

Teori Argentre ternyata diikuti para sarjana hukum Belanda setelah pembebasan dari penjajahan Spanyol. Pada saat itu segi kedaulatan sangat ditekankan. Hukum yang dibuat negara berlaku secara mutlak di dalam wilayah negara tersebut. Prinsip dasar yang digunakan penganut teori statuta di negeri belanda adalah kedaulatan eksklusif negara.

Berdasarkan ajaran D’Argentre, Ulrik Huber mengajukan tiga prinsip dasar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan perkara-perkara HPI sebagai berikut :

1. Hukum dari suatu negara mempunyai daya berlaku yang mutlak hanya di dalam batas-batas wilayah kedaulatannya saja.

(5)

3. Berdasarkan alasan sopan santun antar negara (asas komitas=comity) diakui pula bahwa setiap pemeritah negara yang berdaulat mengakui bahwa hukum yang sudah berlaku di negara asalnya akan tetap memiliki kekuatan berlaku dimana-mana sejauh tidak bertentangan dengan kepentingan subyek hukum dari negara yang memberikan pengakuan itu

E. Masa Pertumbuhan Teori Hukum Perdata Internasional Universal

Pada abad ke-19 pemikiran HPI mengalami kemajuan berkat adanya usaha dari tiga orang pakar hukum yaitu Joseph Story, Friedrich Carl Von Savigny, dan Pasquae Machini. Titik tolak pandangan Von Savigny adalah bahwa suatu hubungan hukum yang sama harus memberi penyelesaian yang sama pula, baik bila diputuskan oleh hakim negara A maupun negara B. Maka, penyelesaian soal-soal yang menyangkut unsur-unsur asingpun hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga putusannya juga akan sama dimana-mana.

Titik tolak berfikir Von Savigny adalah bahwa HPI itu bersifat hukum supra nasional, oleh karenanya bersifat universal maka ada yang menyebut pikiran Von Savigny ini dengan istilah teori HPI universal.

Menurut Von Savigny pengakuan terhadap hukum asing bukan semata-mata berdasarkan

comitas, akan tetapi berpokok pangkal pada kebaikan atau kemanfaatan fungsi yang dipenuhinya bagi semua pihak (Negara atau manusia) yang bersangkutan.

Machini berpendapat, bahwa hukum personil seseorang ditentukan oleh nasionalitasnya. Pendapat Machini menjadi dasar mazhab Italia yang berkembang kemudian. Menurut mazhab Italia ini ada dua macam kaidah dalam setiap sistem hukum yaitu :

1. Kaidah hukum yang menyangkut kepentingan perseorangan

2. Kaidah-kaidah hukum untuk melindungi dan menjaga ketertiban umum

Berdasarkan pembagian ini dikemukakan tiga asas HPI yaitu :

1. Kaidah-kaidah untuk kepentingan perseorangan berlaku bagi setiap warga negara dimanapun dan kapanpun juga (prinsip personil)

2. Kaidah-kaidah untuk menjaga ketertiban umum bersifat teritorial dan berlaku bagi setiap orang yang ada dalam wilayah kekuasaan suatu negara (prinsip teritorial)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Kusumaatmadja, Mochtar.1978.Pengantar Hukum Internasional.Binacipta

Hukum Perdata Internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder dari fraksi etil asetat pada daun merah tanaman Pucuk Merah dengan menggunakan

Pada penelitian ini digunakan metode logika fuzzy untuk mengklasifikasi apakah lingkungan tersebut aman atau bahaya dari gas, dimana kedua sensor karbon monoksida

Bertitik tolak dari berbagai pemikiran di atas, maka penelitian ini membahas penggunaan motode kooperatif STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang

dalam kehidupan koperasi yang merupakan jati diri atau ciri khas koperasi. Koperasi sekolah merupakan koperasi yang didirikan di lingkungan sekolah yang

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 20051. Nilai kurs

Tegangan output sensor dapat diproses sebagai input analog arduino uno dan dijadikan acuan untuk pengendalian LED , buzzer dan actuator berupa exhaust fan .Kemampuan

Conqueror yang bukan berasal dari Inggris untuk menjadi raja. Baru-baru

q   Perbedaan antara satu metode dengan metode yang lain dalam metode satu langkah ini adalah perbedaan dalam menetapkan atau memperkirakan slope φ. q   Salah satu metode