• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Pakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Pakan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG

SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Disusun Oleh :

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Wonogiri memiliki daya potensi yang tinggi akan tanaman singkong. Tanaman yang tahan akan kekeringan itu sangat mudah tumbuh di kabupaten Wonogiri. Pemanfaatan singkong oleh masyarakat sekitar pun sudah cukup beragam. Sebagai pengganti makanan pokok, mayoritas masyarakat Wonogiri mengolahnya menjadi gaplek. Dari gaplek tersebut dibuatlah menjadi nasi tiwul. Nasi Tiwul itulah yang menjadi makanan khas Wonogiri. Selain itu mereka juga mengolahnya menjadi aneka jajanan maupun makanan ringan. Seperti keripik singkong, utri, gethuk, dan masih banyak lagi.

Namun dibalik itu limbah kulit singkong masih belum termanfaatkan. Melihat potensi Wonogiri yang juga mayoritas penduduknya berternak sapi maupun kambing maka salah satu pengolahan limbah singkong adalah dengan memanfaatkan kulit singkong yang biasanya terbuang percuma menjadi suatu produk yang bernilai ekonomi dan memiliki nilai tambah khususnya untuk ternak ruminansia (domba/kambing/sapi). Sehingga akan mempertinggi kualitas hasil ternak daerah Wonogiri nantinya.

Produk yang dihasilkan adalah bahan awetan kulit singkong rasa dibuat dengan berbagai bahan alami dan melalui proses yang higienis. Pembuatan pakan awetan kulit singkong untuk ternak ruminansia (domba/kambing/sapi) dengan berbagai cara teknologi inovasi baru yang perlu untuk dikembangkan. Karena pembuatan bahan pakan kulit singkong dapat megembangkan kreativitas dalam pemanfaataan limbah singkong yang pada umumnya dibuang begitu saja.

B. Tujuan

a. Mengetahui bahwa limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kulit Singkong

Singkong memiliki nama latin Manihot utilissima. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.

Singkong merupakan makanan bersumber energi yang kaya karbohidrat, demikian juga dengan daun singkong yang telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan kita karena mengandung protein dan zat besi. Hampir semua bagian dari pohon singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbi hingga daunnya. Umbi singkong biasanya hanya diambil dagingnya dan untuk digoreng atau direbus, dan daun biasanya dijadikan lalap atau direbus sebagai sayur.

Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan gaplek, tapioka, tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya. Potensi kulit singkong di Indonesia khususnya Wonogiri sangat melimpah, seiring dengan eksistensi negara ini sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di dunia dan terus mengalami peningkatan produksi dalam setiap tahunnya. Pada singkong juga memiliki spesifikasi kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi Kalori 121 kal, juga kandungan karbohidrat yang tinggi yang dapat dikonsumsi pula oleh manusia. Presentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%. Sampah kulit singkong termasuk dalam kategori sampah organik karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami.

B. Kandungan dalam kulit singkong

Kalori 121 kal Vitamin C 30,00 miligram

Air 62,50 gram Protein 1,20 gram

(4)

sifat HCN murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan lekas diserap melalui paru-paru, saluran cerna dan kulit (Dep Kes RI, 1987). HCN dikenal sebagai racun yang mematikan. HCN akan menyerang langsung dan menghambat sistem antar ruang sel, yaitu menghambat sistem cytochroom oxidase dalam sel-sel, hal ini menyebabkan zat pembakaran (oksigen) tidak dapat beredar ketiap-tiap jaringan sel-sel dalam tubuh.

(5)

BAB III PEMBAHASAN A. Pengolahan Kulit Singkong

1) Pengurangan Kadar HCN

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan HCN yang terdapat dalam singkong, yaitu dengan cara perendaman, pencucian, perebusan, pengukusan, penggorengan atau pengolahan lain. Dengan adanya pengolahan dimungkinkan dapat mengurangi kadar HCN sehingga bila singkong dikonsumsi tidak akan membahayakan bagi tubuh. Pengolahan secara tradisional dapat mengurangi/bahkan menghilangkan kandungan racun. Pada singkong, kulitnya dikupas sebelum diolah, direndam sebelum dimasak dan difermentasi selama beberapa hari.

Dengan perlakuan tersebut linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianidanya ikut terbuang keluar sehingga tinggal sekitar 10- 40 mg/kg. Asam biru (HCN) dapat larut di dalam air maka untuk menghilangkan asam biru tersebut cara yang paling mudah adalah merendamnya di dalam air pada waktu tertentu.

Kulit singkong yang berpotensi sebagai pakan ternak mengandung asam sianida. Konsentrasi glukosida sianogenik di kulit umbi bisa 5 sampai 10 kali lebih besar dari pada umbinya. Sifat racun pada biomass ketela pohon (termasuk kulitnya umbinya) terjadi akibat terbebasnya HCN dari glukosida sianogenik yang dikandungnya. Total kandungan sianida pada kulit singkong berkisar antara 150 sampai 360 mg HCN per kg berat segar. Namun kandungan sianida ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh varietas tanaman singkongnya.

Dilaporkan bahwa ternak domba mampu mentoleransi asam sianida pada konsentrasi 2,5 – 4,5 ppm per kg bobot hidup. Sedangkan Tweyongyere dan Katongole (2002), melaporkan bahwa konsentrasi asam sianida yang aman dari pengaruh toksik adalah dibawah 30 ppm. Tingginya kandungan asam sianida dalam kulit singkong ini dapat menimbulkan keracunan jika dikonsumsi oleh ternak (domba/kambing).

2) Pengolahan Limbah Kulit Singkong

(6)

a. Perendaman: dilakukan dengan cara memasukkan kulit singkong yang sudah dipotong kecil-kecil ke dalam ember yang kemudian diisi air sampai kulit singkong terendam dan dibiarkan semalaman (16 jam).

b. Pengukusan: dilakukan dengan membersihkan kulit singkong dari tanah yang melekat (dicuci) kemudian dipotong kecil-kecil selanjutnya dikukus dalam panci yang ada saranganya yang berisi air dan didihkan selama 15 menit. c. Dicampur dengan urea 3% BK: Kulit singkong dicuci kemudian dipotong

kecil-kecil selanjutnya dicampur dengan urea dengan konsentrasi 3% dari berat kering. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam plastik disimpan dalam kondisi kedap udara selama 1 minggu.

d. Fermentasi: dilakukan dengan cara kulit singkong yang sudah dicuci kemudian diiris kecil-kecil yang selanjutnya dikukus dalam panci yang berisi air mendidih selama 15 menit, setelah itu diangkat kemudian ditebar dalam nampan sampai dingin. Setelah dingin kulit singkong ini diinokulasi dengan menggunakan kapang Trichoderma resii, kemudian ditutup dengan nampan diatasnya dan dibiarkan selama 4 hari.

Hasil percobaan perlakuan terhadap kulit singkong dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa kulit singkong yang tidak diolah mempunyai kandungan HCN yang sangat tinggi (459,56 ppm).

Dengan berbagai proses pengolahan yang dilakukan pada percobaan ini terlihat bahwa kandungan HCN dapat turun secara drastis dan konsentrasi masih dibawah ambang toleransi, seperti proses fermentasi yang dapat menurunkan kadar HCN hampir hilang (0,77 ppm). Bahkan dengan proses yang paling sederhana dengan perendaman, kandungan HCN nya dalam batas yang aman Hal ini menunjukkan bahwa kapang Trichoderma mampu dengan sangat efisien mendegradasi/mendetoksikasi asam sianida

(7)

Kulit singkong memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, setelah melalui proses pengolahan kulit singkong ini dapat diberikan kepada ternak sebagai bahan pakan substitusi dan bahkan dapat dikonsumsi oleh manusia. Dalam pemberiannya limbah kulit singkong kepada ternak ada beberapa cara antara lain :

a. Dicampurkan dalam bahan pakan lainnya yang sebelumnya kulit singkong sudah dipotong kecil-kecil, dan dilayukan pemberian dengan memeliki takaran yang sesuai dengan takaran dan kebutuhan yang diinginkan,

b. Dilayukan dan dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kadar air 15-20%, agar tidak ditumbuhnya mikroorganisme (jamur). Kemudian diberikan ke ternak di siang hari

c. Pemberian pakan limbah kulit singkong pada ternak domba dicampurkan pada air minumnya (“comboran” kalau bahasa jawanya) yang tercampur dengan bahan pakan seperti dedak padi ataupun dedag jagung.

(8)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dan Saran

1) Kulit singkong merupakan limbah sampah yang belum termanfaatkan secara maksimal

2) Berdasarkan kandungan dalam limbah kulit singkong, Kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.

3) Pengolahan menjadi pakan ternak meliputi pengurangan kadar HCN dan pengolahan kulit singkong (perendaman, pengukusan, pencampuran dengan urea, dan fermentasi).

(9)

DAFTAR PUSTAKA

http://caraberternak.com/search/kulit-singkong-sebagai-pakan-ternak/ Diakses pada hari Jumat, 22 Mei 2013 pukul 10.15 WIB.

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro10-81.pdf Diakses pada hari Jumat, 22 Mei 2013 pukul 10.17 WIB.

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/521 Diakses pada hari Jumat, 22 Mei 2013 pukul 10.23 WIB.

http://www.lembahgogoniti.com/artikel/29-pakan-kambing/66-tabel-kandungan-nutrisi-bahan-pakan-ternak.html Diakses pada hari Jumat, 22 Mei 2013 pukul 10.35 WIB.

http://blog.ub.ac.id/budipangestu/2013/05/20/memanfaatkan-kulit-singkong-menjadi-pakan-alternatif-ternak-kambing-dan-domba/ Diakses pada hari Sabtu, 23 Mei 2013 pukul 09.14 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Angka Kredit Kumulatif adalah, angka kredit yang diperoleh pada periode tertentu sebagai Pejabat Fungsional Perekayasa setelah diangkat melalui inpassing sesuai dengan

penggunaan mulsa sampai 35 hst meng- hasilkan hasil yang lebih tinggi diban- dingkan dengan perlakuan tanpa mulsa pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas

Namun seiring perkembangannya yang berdasar pada hasil penelitian yang dilakukan Thomas Johann Seebeck (bahwa sebuah jarum kompas akan dibelokkan ketika sebuah rangkaian

Mengapresiasi karya seni musik 13.1 Mengidentifikasi makna dan peranan musik non tradisional Nusantara dalam konteks kehidupan budaya masyarakat. 13.2 Menunjukkan nilai-nilai dari

Teori ini kerap digunakan sebagai salah satu solusi dari permasalahan yang ditemukan saat operasi sebuah algoritma yang membutuhkan penyederhanaan eksponensiasi

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi interaksi antara strategi pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving

Objek dalam penelitian ini adalah yang menyangkut dengan permasalahan yang diangkat yaitu pola kaderisasi atau bentuk interaksi yang dilakukan oleh Kiai Wahid

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi informasi yang dihasilkan oleh sistem artinya kualitas layanan yang ada semakin baik, sehingga