• Tidak ada hasil yang ditemukan

materitis dan risiko audit (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "materitis dan risiko audit (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh hendrawan

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

PENGERTIAN MATERIALITAS

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, auditor harus menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

A. TINJAUAN UMUM MATERIALITAS

FASB (Financial accounting standards board) mendefinisikan materialitas (materiality) sebagai: “Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang diluar keadaan di sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut.”

Materialitas menguukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui bahwa hal–hal tertentu, terpisah atau tergabung, penting untuk pembuat keputusan ekonomis berdasarkan laporan keuangan tersebut. Contoh keputusan ekonomis : menanam modal dalam entitas itu, bertransaksi bisnis dengannya meminjamkan uang kepadanya , dan lain – lain.

Bab ini membahas penggunaan meteriality dalam auditing secara umum. Ketika salah saji (terpisah atau tergabung) cukup signifikan untuk mengubah atau mempengaruhi keputusan seseorang yang memahami entitas tersebut (informed person), salah saji yang material telah terjadi. Di bawah ambang batas (threshold) tersebut , salah saji tersebut umumnya tidak dianggap material. Jika ambang batas ini dilampaui , laporan keuangan akan disalahsajikan secara material. Ambang batas ini disebut “materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh”.

Materialitas digunakan untuk membuat dan mengaudit laporan keuangan, materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (materialitas yang menyeluruh) sering kali dijelaskan, misalnya dalam kerangka pelaporan keuangan

(2)

keputusan ekonomis dianggap material jika secara terpisah atau tergabung, yang secara wajar dapat mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai yang mendasarkan keputusannya pada laporan keuangan tersebut

Situasi yang ada Pertimbangan (judgements) mengenai materialitas dibuat dengan mamperhatikan situasi yang ada (surrounding circumstances), dan mempengaruhi oleh ukuran atau sifat salah saji atau keduanya (ukuran dan sifat salah saji)

Kebutuhan pemakai laporan secara

umum Judgements mengenai hal yang materialbagi pemakai laporan keuangan di dasarkan pada kebutuhan akan informasi umum dari pemakai laporan sebagai satu kelompok. Dampaknya salah saji pada masing – masing pemakai, yang kebutuhannya bisa sangat bervariasi, tidak ikut diperhitungkan

Auditor menentukan materialitas berdasarkan persepsinya mengenai kebutuhan pemakai (laporan). Dalam menerapkan kearifan profesionalnya (profesional judgement), layak bagi auditor mengasumsikan pemakai laporan keuangan:

1. Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan akuntansi, dan punya keinginan untuk mempelajari informasi dalam laporan keuangan dengan cukup cermat

2. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas (dan mengabaikan yang tidak material)

3. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgement, dan pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari (seperti potensi resesi ekonomi, potensi bangkrut, potensi nasabah besar tidak bisa membayar, dan lain – lain)

4. Membuat keputusan ekonomis ekonomis yang wajar (reasonable economic decisions) atas dasar informasi dalam laporan keuangan.

B. TAHAP-TAHAP MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT

(3)

Risk assessment (penilaian risiko)

 Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas pelaksanaan)

 Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan

 Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material.

Risk response (menanggapi risiko)

 Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent) prosedur audit slanjutnya (further audit procedures).

 Merevisi angka materialitas karena adanya

perubahan situasi (change in circumstances) selama audit berlangsung.

Reporting (pelaporan)  Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu.

 Merumuskan pendapat auditor.

C. KONSEP MATERIALITAS PADA DUA TINGKAT

Istilah “overall” dan “specific” yang digunakan dalam gambar 8-2 dan dalam pembahasan yang lain digunakan semata-mata untuk pembahasan dalam buku ini, dan bukan merupakan istilah yang digunakan ISA. Dalam pembahasan ini “overall” materiality adalah materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Sedangkan “specific” materiality adalah materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau pengungkapan (disclosures) tertentu.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut:

 Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan.

 Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.

1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan

(4)

mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Dalam membuat suatu pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas, auditor mula-mula menentukan tingkat agreat (keseluruhan) materialitas untuk setiap laporan. Sebagai contoh, diperkirakan bahwakekliruan berjumlah $100.000 untuk laporan laba-rugi dan $200.000 untuk neraca akan materialitas. Dalam kasus ini tidak tepat bagi auditor untuk menggunakan materialitas neraca dalam merencanakan audit karena jika salah saji dalam neraca yang berjumlah hingga $200.000 juga mempengaruhi laporan laba-rugi, laporan labar-rugi akan mengandung salah saji yang material. Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakaan tingkat agregat terkecil dari salah saji yang dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporan keuangan. Peraturab keputusan ini tepat karena (1) laporan keuangan saling berkaitan dan (2) banyak prosedur audit berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan. 2. Materialitas pada tingkat saldo akun

Materialitas saldo akun (account balance materiality) adalah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji yang dapat ditolerir (torerable misstatement).

Dalam membuat pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas pada tingkat saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan. Pertimbangan ini harus mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang mungkin tidak material secara individual, tetapi apabila diagregasi dengan salah saji pada saldo akun lainnya, mngkin akan material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.

D. KONSEP MATERIALITAS

Empat Konsep Materialitas

“Overall” materiality Overall materiality didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak terhadap keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. Jika auditor memperoleh informasi yang menyebaban ia menentukan angka materialitas yang berbeda dari yang ditetapkannya semula, angka materialitas semuala seharusnya direvisi

(5)

Performance materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian resiko tertentu (tanpa mengubah overall materiality), dan menurunkan ke tingkat rendah yang tepat (appropriately low level) probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi secara agregat (aggregate of uncorrected and undetected misstatements) melampui overall materiality. Performance materiality perlu diuba berdasarkan temuan audit

“Specific” materiality Specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu dimana jumlah salah sajinya akan lebih rendah dari overall materiality

“Specific” performance materiality Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari specific materiality. Hal ini memungkin auditor menanggapi penilaian resiko tertentu, dan memperhitungkan kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material, yang secara agregat dapat berjumlah materiality.

E. RISIKO AUDIT

Materialitas seperti dibahas di atas, berkaitan erat dengan risiko audit (audit risk). Keduanya menjadi bahan pertimbangan penting dalam proses audit.

Resiko audit adalah kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru (inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang mengandung asalah saji yang material.

Komponen Risiko Audit

(6)

tingkat asersi berkaitan dengan jenis transaksi (classes of transaction), saldo akun (account balances), dan pengungkapan (disclosure). RMM merupakan kombinasi dari risiko bawaan atau inherent risk (IR) dan resiko pengendalian atau control risk (CR), atau dirumuskan sebagai IRxCR= RMM.

Detection Risk Detection Risk adalah risiko dimana auditor gagal mendeteksi suatu salah saji dalam asersi yang bisa berdampak material. Detection risk (DR) ditangani melalui:

 Perencanaan audit dengan baik (sound audit planning)

 Pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap RMM yang diidentifikasi

 Pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit

 Supervisi dan review atas pekerjaan audit

Detection risk tidak pernah dapat diturunkan sampai ke angka nol, karena adanya kendala bawaan (inherent limitations) dalam prosedur audit, masih diperlukannya professional judgments (yang dibuat oleh manusis, yang secara alamiah bisa berbuat salah), dan sifat dari bukti yang diperiksa.

Risiko audit atau audit risk (AR) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Materialitas dan risiko audit rik terus diperhatikan sepanjang audit, dengan:  Mengidentifikasi dan menilai RMM

 Menetukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lanjutan

 Menetukan revisi atas materialitas (overall materiality maupun performance materiality) dengan informasi baru yang diperoleh selama audit. Ini berarti,

(7)

informasi baru itu membuat auditormenetapkan angka materialitas yang berbeda dari apa yang ditetapkan nya pada awal audit

 Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements), terhadap laporan keuangan dan merumuskan pendapat auditor

Menggunakan analogi sederhana dari cabang atletik loncat tinggi, materialitas ekuivalen dengan tingginya tongkat yang harus dilampui atlet. Risiko audit ekuivalen dengan tingkat kesulitan yang inheren pada ketinggian tertentu (RMM), digabungkan dengan risiko tambahan berupa kesalahan strategi loncatan atau kesalahan dalam meloncat (detection risk).

F. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Ada tiga prosedur penilaian risiko yang terdiri atas:

a. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of management and others);

b. Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection); and c. Prosedur analytical (analytical procedures).

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan yang sering dilakukan oleh kebanyakan remaja baik remaja putra maupun remaja putri mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi misalnya seperti es, coklat,

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2014. TANGGAL 16 JANUARI

Pada penelitian ini didapatkan stadium klinis pada penderita polip hidung sebelum mendapatkan terapi fluticasone furoate berdasarkan tampilan overekspresi

Pembelajaran sejarah berbasis situs-situs sejarah Bima dengan menggunakan metode Inkuiri pada siswa kelas XI IPS 1 MAN 2 Kota Bima yang dilaksanakan dalam tiga siklus

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan

Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen satu terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan,. Sekolah

Setelah melihat kegiatan-kegiatan tarekat Muqtadiriyah yang biasa dilakukan oleh Khalifah Hadi beserta jamiyahnya beliau memiliki pandangan bahwa apa yang dilakukan