• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Air Kawasan Karst pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengelolaan Air Kawasan Karst pdf"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1 Mata Kuliah : Analisis Sistem Lingkungan

Jenis Tugas : Kelompok

Susunan Anggota : (1) Bramanto Geritno / NPM.1406527324 (2) Rahmi Yetri Kasri / NPM.1306503525 (3) Robby Cahyanto / NPM.1406598554 Dosen Pengampu : (1) Dr. dr. Trie Budhie Soesilo, M.Si.

(2) Dr. Ir. Mahawan Karuniasa, M.M. Tema Tugas : Kerusakan Lingkungan

Model Pengelolaan Air Kawasan Karst Berkelanjutan

(Contoh Kasus: Kawasan Karst di Kecamatan Palimanan,

Kabupaten Cirebon)

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan. Air dipakai untuk metabolisme mahluk hidup,

dan berbagai proses utama industri. Salah satu proses industri yang

menggunakan air cukup besar adalah industri semen. Selain air, bahan baku

utama lainnya bagi industri semen adalah batu kapur. Batu kapur dengan jumlah

besar hanya dapat diperoleh pada kawasan karst (Gorys, 2002; Hanang, 2001).

Kawasan karst sendiri menurut RAMSAR masuk dalam kategori kawasan yang

dilindungi (ESDM, 2012). Kawasan karst memiliki karakteristik relief dan drainase

yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya yang

intensif (Ford dan Williams, 1989).

Kawasan karst merupakan sebuah aset dan sekaligus catatan panjang dari

sebagian sejarah bumi di suatu wilayah. Sebagai suatu aset, kawasan ini memiliki

berbagai keistimewaan. Bentang alamnya yang unik merupakan sisi luar

(eksokarst) yang paling mudah dikenali, berbeda dengan bentang alam lainnya. Di bawah permukaannya (endokarst), keunikan-keunikan lain semakin banyak dijumpai. Ragam bentukan gua, lorong-lorong sungai bawah tanah, dan

ornamen-ornamen batuan yang indah hanya dapat dijumpai di kawasan ini.

Bahkan salah satu sumber kehidupan kita, yaitu air yang tersimpan di

sungai-sungai dan telaga-telaga bawah tanah, memiliki tatanan yang spesifik di kawasan

(2)

2

penyimpan air yang sangat menentukan kehidupan di atasnya, baik di kawasan

karst itu sendiri maupun di kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Kawasan karst

memiliki fungsi penyedian dan sumber cadangan air (Hanang, 2001; Cahyo,

2012).

Luas kawasan karst di Indonesia adalah 15,4 juta ha. Pulau Jawa memiliki luas

kawasan karst 506,8 ribu ha atau 4% dari luas Pulau Jawa. Salah satu kawasan

karst di Jawa, ada di Provinsi Jawa Barat, yaitu di Kabupaten Cirebon, Kec.

Palimanan dengan luas 580 ha (Bruce, 2007; Rachmadi, 2012). Kawasan karst

tersebut menjadi sumber dan cadangan air bagi kehidupan masyarakat

Kecamatan Palimanan dan sebagian besar Kab.Cirebon. Selain sebagai sumber

dan cadangan air, kawasan tersebut juga sebagai bahan baku utama industri

semen oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) (Brinkman, 2011; Bruce,

2007). Berdasarkan SK AMDAL 835/MPP/4/1996 dan revisi RKL dan RPL

disebutkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) unit Palimanan

memperoleh hak penambangan batu kapur di kawasan tersebut seluas 346 ha

dari 580 ha. Kegiatan Penambangan kars dimulai tahun 2009, dan mulai

berproduksi tahun 2010. sampai 2059 (jangka panjang 50 tahun) (RKP, AMDAL

dan Proper PT Indocement, 2013).

Gambar 1. Kawasan Karst di Pulau Jawa dan Operator Pengelola

(3)

3

Kecamatan Palimanan tahun 2010 memiliki populasi 28.217 jiwa. Palimanan yang

masuk sebagai bagian Kabupaten Cirebon, berdasarkan sosial budayanya

sebagian besar masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian dan

perkebunan. Luas sawah produktif di kabupaten Cirebon tahun 2010 adalah

88.699 ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 42,3 ribu kwintal per tahun

(BPS Kab. Cirebon, 2014).

Secara geomorfologis, kawasan karst memiliki sumberdaya air di bawah

permukaan berupa sungai-sungai bawah tanah dan aquiver yang potensinya cukup besar. Pemanfaatan potensi air bawah tanah secara proporsional dan

terkendali akan mampu mengatasi kekurangan ketersediaan air permukaan

(Rahmadi, 2011; Risyanto, 2001). Kawasan karst di kecamatan Palimanan,

Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat memiliki potensi aquiver bawah tanah sebesar ±25 juta m3 (Hanang, 2001). Air dari aquiver tersebut mampu memberi pasokan air 5,8 juta m3/tahun yang ditampung dan dialiri melalui dam-dam

pengendali dan sarana lain untuk konsumsi masyarakat dan berbagai kegiatan

ekonomi (BPS, 2014; Brinkman, 2011).

Gambar 2. Aquiver dan Pembagian Wilayah Karst

(4)

4

Selain untuk kegiatan pertanian dan konsumsi dasar masyarakat, sebagian air

dari aquiver juga dipakai oleh industri semen untuk proses pengolahan bahan (raw mill), unit pembakaran (burning unit), dan unit penggilingan dan packing

sebagai materi pembersih

(http://mheea-nck.blogspot.com/2011/06/industri-pembuatan-semen.html).

PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) menggunakan rata-rata sebesar 90 m3

air per ton semen yang dihasilkan setiap tahunnya. PT Indocement Tunggal

Prakarsa (Tbk) mampu memproduksi rata-rata 3,9 juta ton semen per-tahunnya

dengan rata-rata kebutuhan air aquiver sebesar 5,8 juta m3 per tahunnya (RKL dan Proper PT Indosemen, 2013).

Gambar 3. Proses Industri Semen dan Penggunaan Air dalam Proses

Sumber: http://blogs.britannica.com/wp-content/uploads/2010/10/cement-making.gif

Kab. Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum

rata-rata 22,3 oC dan maksimun rata-rata 33,0 OC dan banyaknya curah hujan

22.351-22.600 mm per tahun dengan hari hujan 186 hari. Keadaan air tanah pada

(5)

5

masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber dari pasokan

perusahaan air minum dan air tanah yang sumber mata airnya berasal dari

Kecamatan Palimanan dan Sumber (kawasan karst), Majalengka dan dari

Kabupaten Kuningan (pegunungan Ciremai). Berdasarkan kapasitas curah hujan

tersebut, dan ditambah dengan aktivitas air permukaan lain yang ada wilayah

Kab. Cirebon melewati kawasan karst, serta luas dan kemampuan batuan karst

dalam menangkap air, maka kemampuan untuk mengisi kembali aquiver bawah

tanah rata-rata sebesar 22.600 m3/ha/tahun (BPS Kab. Cirebon, 2014).

Tabel 1. Lahan Potensi Karst, Kapasitas Aquiver, Populasi, Produksi Semen, dan Produksi Beras Kabupaten Cirebon Tahun 2010-2014.

Tahun

Lahan Potensi Karst

(ha)1)

Kapasitas Aquiver Kawasan Karst

(m3)2)

Populasi (orang)3)

Produksi Semen (ton/tahun) 4)

Produksi Beras (kw)3) 2010 346,00 25.000.000,00 28.217 3.900.000 42.325,50 2011 327,65 26.012.720,16 28.220 3.900.000 42.371,83 2012 309,72 27,838.118,83 28.248 3.900.000 42.388,19 2013 291,11 36.404.582,28 28.257 3.900.000 42.388,63 2014 278,62 36.247.441,18 28.291 3.900.000 42.392,82 Sumber: 1) Bruce,2007; Rachmadi, 2012;

2) BPS Kab. Cirebon, 2014; Soenarto, 2002. 3) BPS Kab. Cirebon 2014.

4) Dokumen AMDAL dan RKP PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) 2013.

2. Masalah Permodelan

Kars adalah jenis batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan

dengan batuan asam karbonat dan asam lainnya sebagai hasil dari proses

pembusukkan sisa-sisa tumbuhan di atasnya. Bentang lahan karst memiliki peran

yang sangat penting bagi lingkungan, sebagai penyedia jasa ekosistem

air.(Brinkmann, 2011). Karakteristik wilayah ekosistem karst yang sangat spesifik

memiliki berbagai keragaman jenis dengan besarnya kandungan batu gamping.

Gamping sendiri merupakan bahan baku utama dalam industri semen yang

mencapai 70-75% (Herry et.all, 2011).

Tingginya kebutuhan semen akan terus dilakukannya penambangan batu

(6)

6

karst. Hal ini akan menimbulkan berkurangnya sumber air dan berkurangnya

cadangan air tanah.

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah permodelan yang akan diangkat

adalah terancamnya ketersediaan air tanah kawasan karst dengan adanya

keberadaan industri semen di Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon Provinsi

Jawa Barat.

Sehubungan masalah tersebut permodelan, maka beberapa pertanyaan

penelitian yang diajukan adalah:

a. Sampai sejauh mana kondisi kapasitas aquiver di Kawasan Karst Kabupaten Cirebon dapat mendukung kebutuhan air berbagai aktivitas masyarakat

pada periode 2010-2014 (kondisi existing)?

b. Apa sajakah variable-variabel yang signifikan dalam pengelolaan air yang

berkelanjutan untuk industri semen dan masyarakat jangka panjang?

c. Bagaimanakah proyeksi ke depan secara Business As Ussual (BAU) Jangka

Panjang (2014-2060) keamanan ketersediaan pasokan air dari aquiver bagi seluruh aktivitas masyarakat di Kabupaten Cirebon?

d. Bagaimanakah model pengelolaan air yang berkelanjutan untuk industri

semen, masyarakat, dan PDAM di Kabupaten Cirebon?

3. Tujuan Permodelan

Tujuan permodelan adalah menganalisis dan menggambarkan kondisi persediaan

air bawah tanah di kawasan karst di Kec. Palimanan, Kabupaten Cirebon secara

jangka panjang. Kondisi persediaan air sangat dipengaruhi oleh keberadaan

lahan potensi karst, populasi, dan industri semen serta pertanian yang ada di

wilayahnya.

Adapun tujuan khusus pemodelan adalah:

a. Memperlihatkan kondisi kapasitas aquiver di Kawasan Karst Kabupaten Cirebon untuk dapat mendukung kebutuhan air berbagai aktivitas

(7)

7

b. Memprediksi variable-variabel yang signifikan dalam pengelolaan air yang

berkelanjutan untuk industri semen, masyarakat, dan PDAM dalam jangka

panjang.

c. Memproyeksi kedepan secara Business As Ussual (BAU) Jangka Panjang (2014-2060) keamanan ketersediaan pasokan air dari aquiver bagi seluruh aktivitas masyarakat di Kabupaten Cirebon.

d. Membuat model pengelolaan air kawasan karst yang berkelanjutan untuk

untuk industri semen, masyarakat, dan PDAM di Kabupaten Cirebon.

Diagram Simpal Kausal (CLD)

Mengacu pada pendahuluan dan variabel digunakan, dapat dirumuskan diagram

simpal kausal model pengelolaan air kawasan karst yang berkelanjutan di

Kabupaten Cirebon (Gambar 4). Hubungan sebab akibat tersebut digambarkan

dalam diagram simpal kausal (causal loop diagram/CLD) yang dibuat dengan aplikasi Powersim Studio 8 Enterprise. Diagram simpal kausal tersebut menggambarkan hubungan sebab akibat dari seluruh variable dalam model.

Menurut Muhammadi et al. (2001), diagram simpal kausal adalah pengungkapan

tentang kejadian hubungan sebab-akibat ke dalam bahasa gambar tertentu.

Bahasa gambar dimaksud adalah panah yang saling mengait sehingga

membentuk sebuah diagram simpal, di mana hulu panah mengungkapkan sebab

dan ujung panah mengungkapkan akibat.

1. Variabel

(8)

8

Tabel 2. Variabel Utama dan Variabel Pendukung dalam Model Pengelolaan Air

Kawasan Karst yang berkelanjutan

No Nama Variabel Definisi Operasional Satuan

1 Potensi Karst Total Luas berpotensi karst yang dikelola oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) dalam bentuk luas potensi yang ditambang berdasarkan Ijin AMDAL dan RKP Perusahaan Tahun 2013.

ha

1.1 Eksploitasi Karst Jumlah karst yang dapat dieksploitasi (ditambang) setiap tahun sebagai bahan baku utama semen dari lahan potensi karst yang teralokasi.

ha/tahun

1.2 Nilai Potensi Rata-rata volume batu gamping yang ditambang setiap hektar (ha) luasan karst.

ton/ha 1.3 Kap Produksi Kemampuan produksi yang ada sesuai

dengan kapasitas terpasang industri PT Indocement Tunggal Prakarsa (Tbk) existing (tetap) walaupun demand pasar tumbuh.

ton/tahun

2 Industri Semen Kemampuan simpan sementara dari gudang. Namun kemampuan simpat hanya bersifat singkat. Semen hasil proses langsung disalurkan keseluruh pen-supply (distributor).

ton/tahun

2.1 Input Input hasil proses semen yang masuk ke gudang sementara untuk packing sesuai dengan kapasitas terpasangnnya.

ton/tahun

2.2 Output Output dari semen yang telah dilakukan packing yang kemudian langsung didistribusikan.

(9)

9

No Nama Variabel Definisi Operasional Satuan

Kemampuan Recharge Aquiver

Total kemampuan lahan karst untuk untuk dapat menangkap dan mengalirkan air melalui polor/rongga dari curah hujan setiap ha per tahun untuk disalurkan ke dalam aquiver.

m3/tahun

KAPASITAS AQUIVER

KAWASAN KARST

Kapasitas air bawah tanah (aquiver) yang tertampung di lahan karst.

m3

Laju Input Aquiver Laju penambahan input berupa air hasil dari tangkapan lahan karst yang berasal dari hujan ke dalam aquiver untuk ditampung sebagai air dalam tanah setiap tahun.

m3/tahun

Laju Konsumsi Air Total

Total laju pengurang air aquiver yang berasal dari kegiatan industri semen, populasi (rumah tangga) dan pertanian setiap tahunnya.

m3/tahun

POPULASI Jumlah populasi di Kec. Palimanan sebagai masyarakat yang berdampak langsung terhadap keberadaan industri semen dan yang mengkonsumsi air tanah untuk kehidupan sehar-hari.

orang

Angka Kelahiran Rata-rata penambahan penduduk Kec. Palimanan setiap tahun dari peristiwa kelahiran (natalitas) terhadap populasinya.

%/tahun

Laju Kelahiran Jumlah laju penambahan penduduk Kec. Palimanan setiap tahun dari peristiwa kelahiran (natalitas) terhadap jumlah populasi tahunannya.

orang/tahun

Angka Kematian Rata-rata pengurangan penduduk Kec. Palimanan setiap tahun dari peristiwa kematian (mortalitas) terhadap jumlah populasinya.

%/tahun

Angka Urbanisasi Rata-rata pengurangan penduduk Kec. Palimanan setiap tahun dari peristiwa penduduk yang pindah ke kota besar terhadap jumlah populasinya.

%/tahun

Laju Pengurang Penduduk

Jumlah laju pengurang penduduk Kec. Palimanan setiap tahun dari peristiwa kematian (mortalitas) dan penduduk yang pindah ke kota besar terhadap jumlah populasi tahunannya.

orang/tahun

Fraksi Konsumsi Air Penduduk

Rata-rata angka konsumsi air per orang setiap tahunnya untuk keperluan dasar.

m3/orang/tahun Laju Konsumsi Air

Penduduk

Total laju konsumsi masyarakat di Kec. Palimanan setiap tahunnya yang dipakai untuk keperluan dasar hidupnya.

m3/tahun

PRODUKSI SEMEN EXISTING

Kapasitas produksi semen terpasang (kemampuan berdasarkan mesin) setiap tahun secara terus menerus.

ton/tahun

(10)

10

No Nama Variabel Definisi Operasional Satuan

Industri Semen untuk proses pembuatan setiap ton semen. Laju Kebutuhan Air

Industri Semen

Jumlah volume kebutuhan air yang

dikonsumsi untuk proses pembuatan semen setiap tahunnya.

m3/tahun

LUAS LAHAN PERTANIAN EXISTING

Luas lahan pertanian existing yang ada di Kab. Cirebon yang pengairan bersumber dari aquiver kawasan karst.

ha

Fraksi Kebutuhan Air Pertanian

Rata-rata volume kebutuhan air yang dikonsumsi untuk kegiatan pertanian setiap kwintal padi hasil panen.

m3/kwintal (kw)

Laju Konsumsi Air Pertanian

Jumlah volume kebutuhan air yang dikonsumsi untuk produksi panen padi setiap tahunnya.

m3/tahun

Fraksi Produktivitas Lahan Pertanian

Rata-rata kemampuan lahan pertanian untuk memproduksi panen padi setiap tahunnya dalam 1 ha.

kw/ha/tahun

Laju Produktivitas Lahan Pertanian

Jumlah hasil panen yang dihasilkan lahan pertanian dalam satu tahun.

kw/tahun STOCK BAHAN

BAKU AIR PDAM

Jumlah stock bahan baku air yang akan diolah PDAM menjadi air kebutuhan rumah tangga masyarakat yang diperoleh dari sebagian kapasitas aquiver kawasan karst.

m3

Fraksi Pengambilan Air Aquiver oleh PDAM

Rata-rata pengambilan air dari aquiver setiap tahun oleh PDAM Kab. Cirebon.

%/tahun

Laju Suplai Air PDAM

Jumlah air dipasok dari aquiver kawasan karst untuk diolah menjadi air baku.

m3/tahun Fraksi Penduduk

yang memakai Air PDAM

Rata-rata penduduk yang menggunakan Jasa Air dari PDAM Kab. Cirebon

berdasarkan pelanggan terdata.

%/tahun

Laju Konsumsi PDAM Masyarakat

Jumlah air PDAM Kab. Cirebon yang dikonsumsi masyarakat yang terdata.

m3/tahun PENDAPATAN

PDAM KABUPATEN CIREBON

Pendapatan berupa keuntungan yang diperoleh PDAM Kab. Cirebon dari penjualan jasa air setiap tahunnya.

Rp

Laju Pendapatan PDAM

Laju pendapatan yang diperoleh PDAM Kab. Cirebon setiap tahun dari penjualan air.

kw/tahun Nilai Keuntungan

Penjualan Air

Nilai keuntungan per meter kubik air yang dijual pada masyarakat sesuai SK Bupati Kab. Cirebon Nomor 74/2014

Rp/m3/tahun

2. Diagram Simpal Kausal

Diagram simpal kausal dalam model ini terdiri atas 3 (tiga) simpal utama dan 10

(sepuluh) simpal pendukung lainnya seperti terlihat pada gambar 1. Ketiga

(11)

11

Tabel 3. Variabel Utama dan Variabel Pendukung dalam Model Pengelolaan Air

Kawasan Karst yang berkelanjutan.

Simpal Uraian Simpal Keterangan Simpal

B1 Laju Eksplitasi Industri Semen – Lahan Potensi Karst – Laju Eksploitasi Industri Semen

Laju Eksploitasi Industri Semen (yang meningkat akan mengurangi Lahan Potensi Karst) – Lahan Potensi Karst (berkurang disebabkan Laju Eksploitasi Industri Semen yang meningkat).

R2 Kelahiran – Populasi – Kelahiran Kelahiran (yang meningkat akan meningkatkan Populasi) – Populasi (meningkat disebabkan Kelahiran yang meningkat).

B3 Laju Pengurang Penduduk – Populasi – Laju Pengurang Penduduk

(12)

12

Gambar 2. Diagram Simpal Kausal Skenario Awal

Model Pengelolaan Air Kawasan Karst Berkelanjutan di Kabupaten Cirebon

4. Asumsi Model

Asumsi yang digunakan dalam model pengelolaan air kawasan karst yang

berkelanjutan di Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

adalah:

a. Luas lahan karst yang masih memiliki fungsi alami berkorelasi positif dalam

menangkap dan menyalurkan air dari hutan dan sumber lain ke dalam LAHAN POTENSI

KARST Laju Eksploitasi

Industri Semen

-+ KAW ASAN KARST

-Laju Supplay Air PDAM

(13)

-13 aquiver bawah tanah menjadi kapasitas aquiver. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hanang (2001), Risyanto (2001), dan Soenarto (2002).

b. Laju konsumsi air total yang meliputi konsumsi untuk industri semen,

pertanian, dan masyarakat langsung. Sumber air untuk kebutuhan tersebut

berasal dari aquiver kawasan karst yang ditampung dan dialiri melalui dam-dam pengendali, tempat penampungan, dan unit pengeboran air tanah.

c. Populasi adalah populasi kecamatan dengan asumsi angka kelahiran,

kematian, dan urbanisasi sebagai pengurang tetap.

d. Lahan pertanian, produktivitas, produksi semen, laju kebutuhan air, jumlah

konsumen, dan curah hujan adalah tetap dalam periode waktu selama satu

tahun secara rata-rata.

e. Potensi kawasan karst yang memiliki berbagai fungsi dan manfaat belum

diketahui.

Hasil Simulasi

Berdasarkan diagram simpal kausal yang disampaikan, selanjutnya dibuat

diagram alir (stock flow diagram/SFD) model pengelolaan air kawasan karst berkelanjutan di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan

perangkat aplikasi powersim studio 8 Enterprise (Gambar 2.11.2). Pada diagram alir tersebut terdapat 7 (tujuh) stock, 8 (delapan) flow, 5 (lima) auxiliary dan 11 (sebelas) constant. Analisis konsistensi dimensi tidak dilakukan secara terpisah karena menggunakan perangkat powersim studio 8 Enterprise yang secara otomatis melakukan uji konsistensi dimensi. Seluruh persamaan powersim model

(14)

14

Gambar 3. Diagram Alir Skenario Awal

Model Pengelolaan Air Kawasan Karst Berkelanjutan di Kabupaten Cirebon

Hasil simulasi awal selanjutnya dituangkan dalam Gambar 3 dan Tabel 4.

Berdasarkan informasi yang tercantum dalam Gambar 3 dan Tabel 4, terlihat

bahwa di kapasitas air di aquiver di kawasan karst Kabupaten Cirebon pada tahun 2010-2014 cenderung mengalami penigkatan di empat tahun pertama,

namun kemudian pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan kapasitas

aquiver. Penurunan kapasitas aquiver berkorelasi positif terhadap berkurangnya

lahan potensi karst sebagai tangkapan air, kemampuan recharge aquiver. Laju suplai air PDAM pada empat tahun pertama belum mengalami penurunan,

namun pada awal 2014 mengalami sedikit penurunan suplai air. Sementara laju

konsumsi air total terus mengalami peningkatan akibat populasi penduduk yang

mengalami peningkatan.

LAHAN POTENSI KARST

Laju Eksploitasi Industri Semen

Fraksi Eksploitasi Industri Semen

KAPASITAS AQUIVER KAWASAN KARST

Laju Input Aquiver Laju Konsumsi AirTotal Kemampuan Recharge

Aquiver Fraksi Tangkapan Air

Hujan

Fraksi Konsumsi Air Industri Semen

POPULASI Laju Konsumsi Air

Penduduk

Laju Kelahiran Laju Pengurang Penduduk

Angka Kelahiran Angka Kematian

Fraksi Konsumsi Air Penduduk

Angka Urbanisasi LUAS LAHAN PERTANIAN

EXISTING

Laju Kebutuhan Air Industri Semen PRODUKSI SEMEN

EXISTING

Laju Produktivitas Lahan Pertanian Fraksi Produktivitas

Lahan Pertanian

Laju Konsumsi Air Pertanian

Fraksi Kebutuhan Air Pertanian

STOCK BAHAN BAKU AIR PDAM

Laju Supply Air PDAM

Fraksi Pengambilan Air Aquiver oleh PDAM

Laju Konsumsi PDAM Masyarakat

Fraksi Penduduk yg memakai Air PDAM PENDAPATAN PDAM KABUPATEN

CIREBON

Laju Pendapatan

PDAM Nilai Keuntungan

(15)

15

Gambar 3. Simulasi Perubahan Kapasitas Aquiver, Kemampuan Recharge Aquiver, Laju Konsumsi Air Total, dan Laju Supply Air PDAM Tahun 2010-2014

Namun demikian, penurunan kapasitas aquiver, kemampuan recharge aquiver, dan konsumsi total tidak berpengaruh pada kapasitas produksi semen dan

produktivitas padi. Produksi semen dan produktivitas mengalami kestabilan

produksi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena industri semen dan

pertanian masih menggunakan sumber input bahan baku air dari tempat lain

selain sumber air tanah aquiver karst. Berbeda dengan kebutuhan air untuk populasi yang selalu bertambah dan sumber air bersih yang terjamin.

2.010 2.011 2.012 2.013 0

1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 8.000.000 9.000.000 10.000.000 11.000.000 12.000.000 13.000.000 14.000.000 15.000.000 16.000.000 17.000.000 18.000.000 19.000.000 20.000.000 21.000.000 22.000.000 23.000.000 24.000.000 25.000.000 26.000.000 27.000.000 28.000.000 m 3/tahun

Kem am puan Recharge Aquiver KAPASITAS AQUIVER KAWASAN KARST Laju Konsum si Air Total

(16)

16

Gambar 4. Simulasi Laju Kebutuhan Air Industri Semen, Laju Konsumsi Air Pertanian, dan Laju Konsumsi Ari Penduduk yang ketiga menjadi Laju Konsumsi

Air Total Tahun 2010-2014

Tabel 4. Variabel Utama dan Variabel Pendukung dalam Model Pengelolaan Air Kawasan Karst yang berkelanjutan.

Perubahan lahan potensi karst yang terjadi akibat dari penambangan batu kapur

untuk bahan baku utama semen akan merubahan tutupan lahan karst dan fungsi

dari lahan karst. Eksploitasi lahan karst tidak dapat dikembalikan lagi fungsinya,

karena lahan karst yang alaminya adalah berbukit dengan struktur kapur akan

hilang (Gambar 5). Jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon juga mengalami

peningkatkan, walaupun tidak terlalu besar. Peningkatan jumlah penduduk akan

meningkatkan konsumsi air di masa mendatang (Gambar 6). Penambahan

2 .0 1 0 2 .0 1 1 2 .0 1 2 2 .0 1 3

tahunITAS AQUIVER KAWASmampuan Recharge aju Konsumsi Air PenKebutuhan Air Indusaju Konsumsi Air PerLaju Supply Air PDA

(17)

17

populasi juga diyakini memberikan tekanan kebutuhan air yang disediakan

perusahaan air minum.

Gambar 5

Simulasi Lahan Potensi Karst Tahun 2010-2014

Gambar 6

Simulasi Jumlah Penduduk Tahun 2010-2014

Peristiwa berkurang kapasitas equiver dan kemampuan recharge, serta meningkatnya kebutuhan air dan populasi belum berpengaruh negative pada

pendapatan dan laju pemenuhan konsumsi air masyarakat sampai tahun 2014.

Peristiwa tersebut justru masih memberikan tambahan keuntungan bagi

perusahaan air minum daerah (Gambar 7, 8 dan Tabel 5).

Gambar 7

Simulasi Laju Konsumsi Air PDAM Tahun 2010-2014

Gambar 8

Simulasi Pendapatan PDAM dan Keuntungan dari Penjualan Air

Tahun 2010-2014

2.010 2.011 2.012 2.013 0

2.010 2.011 2.012 2.013 24.000

2.010 2.011 2.012 2.013 0

(18)

18

Tabel 5. Variabel Utama dan Variabel Pendukung dalam Model Pengelolaan Air

Kawasan Karst yang berkelanjutan.

Validasi Model

Uji validitas model dilakukan untuk melihat perilaku model terhadap kenyataan

yang ada dunia. Tujuan validasi model adalah untuk memperoleh keyakinan

antara simulasi yang dibuat melalui alat bantu aplikasi Powersim 8 Enterprise

menyerupai dengan fakta dilapangan. Untuk memperoleh keyakinan bahwa

perilaku model sesuai dengan perilaku data empiris, maka dilakukan uji statistik.

Salah satunya dengan Absolut Mean Error (AME) (Budhi, et al., 2014; Muhammadi et al., 2001).

Tidak semua variable dalam model dilakukan uji validasi, yang dilakukan validasi

adalah variable yang berhubungan erat dengan variable utama masalah

permodelan. Variabel yang diuji validitasnya, yaitu: (1) kemampuan recharge aquiver; (2) kapasitas aquiver kawasan karst; (3) laju konsumsi air total; (4) laju

supply air PDAM; (5) potensi lahan karst; (6) populasi; (7) laju konsumsi PDAM

masyarakat; (8) pendapatan PDAM; (9) laju pendapatan PDAM; dan (10) laju

konsumsi air penduduk. Pengujian validasi dilakukan dengan dua tahap, yakni:

1. Validasi Visual

Perilaku visual antara pola data referensi (real) dan data simulasinya untuk: (1) kemampuan recharge aquiver; (2) kapasitas aquiver kawasan karst; (3) laju konsumsi air total; (4) laju suplai air PDAM; (5) potensi lahan karst; (6) populasi;

(7) laju konsumsi PDAM masyarakat; (8) pendapatan PDAM; (9) laju pendapatan

PDAM; dan (10) laju konsumsi air penduduk (Gambar 9) cenderung serupa atau

secara visual dapat dianggap valid. Berdasarkan hasil uji visual tersebut, maka

selanjutnya dapat dilakukan pengujian validasi secara statistik untuk mengetahui

berapa nilai derajat ketepatan validitasnya.

tahun PENDAPATAN PDAM KABUPATEN CIREBON (RpLaju Pendapatan PDAM (Rp/tahun)Laju Konsumsi PDAM Masyarakat (m3) 2.010

2.011 2.012 2.013 2.014

22.100.000.000,00 22.113.204.770,00 22.862.963.768,60 23.640.790.901,30 24.434.715.763,03

13.204.770,00 749.758.998,60 777.827.132,70 793.924.861,73 798.637.715,78

(19)

19 Gambar 4. Perbandingan Data Referensi (Riil) dengan Hasil Simulasi

(1) kemampuan recharge aquiver; (2) kapasitas auiver kawasan karst;

(3) laju konsumsi air total; (4) laju supply air PDAM; (5) potensi lahan karst; (6) populasi; (7) laju konsumsi PDAM masyarakat;

(8) pendapatan PDAM; (9) laju pendapatan PDAM; dan (10) laju konsumsi air penduduk

-

20.000.000.000,00 21.000.000.000,00 22.000.000.000,00 23.000.000.000,00 24.000.000.000,00 25.000.000.000,00

2010 2011 2012 2013 2014 1.000.000.000,00

(20)

20

2. Validasi Statistik

Setelah hasil pengujian secara visual dianggap cukup valid, selanjutnya dilakukan

uji validitas secara statistik. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung Absolute Mean Error (AME) pada 10 (sepuluh) variable diatas. Hasil uji AME seperti

tercantum pada Tabel 6, menunjukkan nilai AME setiap variabel berada pada

kisaran 0,0033-0,1165 (0,3-11%). Nilai-nilai AME tersebut masih ≤0,30 (secara

kesepakatan para ahli statistik untuk validitas sosial), sehingga model ini

dinyatakan valid. Valid dari uji visual dan uji statistik.

Tabel 6. Hasil Validasi Statistik terhadap Sepuluh Variabel Model.

Tahun

(1) Kemampuan Recharge Aquiver

(m3/tahun) (2) Kapasitas Aquiver Kawasan Karst (m3)

Riil Simulasi Riil Simulasi

2010 7.819.600,00 7.819.600,00 25.000.000,00 25.000.000,00 2011 7.186.020,00 7.428.620,00 24.044.210,16 25.935.635,80 2012 6.724.589,00 7.057.189,00 23.838.118,83 26.472.258,22 2013 6.328.729,55 6.704.329,55 22.404.582,28 26.629.384,93 2014 6.126.513,17 6.369.113,07 21.247.441,18 26.425.556,03 Rata-rata 34.185.451,72 35.378.851,62 116.534.352,45 130.462.834,98

Nilai AME 0,0349 0,1195

Tahun (3) Laju Konsumsi Air Total (m3/tahun) (4) Laju Suplai Air PDAM (m3/tahun)

Riil Simulasi Riil Simulasi

2010 6.883.964,20 6.883.964,20 5.000.000,00 5.000.000,00 2011 6.782.417,26 6.891.997,58 4.627.714,62 5.187.127,16 2012 6.792.517,41 6.900.062,29 4.392.011,18 5.294.451,64 2013 6.702.011,88 6.908.158,45 4.112.852,40 5.325.876,99 2014 6.718.201,48 6.916.286,19 4.087.329,51 5.285.111,21 Rata-rata 33.879.112,23 34.500.468,71 22.219.907,71 26.092.567,00

Nilai AME 0,0183 0,1743

Tahun (5) Potensi Lahan Karst (ha) (6) Populasi (orang)

Riil Simulasi Riil Simulasi

2010 346,00 346,00 28.217 28.217

2011 327,65 328,70 28.232 28.327

2012 309,72 312,27 28.341 28.438

2013 291,11 296,65 28.412 28.548

2014 278,62 281,82 28.516 28.660

Rata-rata 1.553,10 1.565,44 141.718 142.190

Nilai AME 0,0079 0,0033

Tahun

(7) Laju Konsumsi PDAM Masyarakat

(m3/tahun) (8) Pendapatan PDAM (Rp)

Riil Simulasi Riil Simulasi

2010 88.031,80 88.031,80 22.100.000.000,00 22.100.000.000,00 2011 4.940.600,00 4.998.393,32 22.741.090.000,00 22.113.204.770,00 2012 4.959.675,00 5.185.514,22 22.743.951.250,00 22.862.963.768,60 2013 4.972.100,00 5.292.832,41 22.745.815.000,00 23.640.790.901,30 2014 4.990.300,00 5.324.251,44 22.748.545.000,00 24.434.715.763,03 Rata-rata 19.950.706,80 20.889.023,19 113.079.401.250,00 115.151.675.202,93

(21)

21 Tahun (9) Laju Pendapatan PDAM(Rp/tahun)

(10) Laju Konsumsi Air Penduduk (m3/tahun)

Riil Simulasi Riil Simulasi

2010 13.204.770,00 13.204.770,00 2.059.841,00 2.059.841,00 2011 741.090.000,00 749.758.998,60 2.060.936,00 2.067.874,38 2012 743.951.250,00 777.827.132,70 2.068.893,00 2.075.939,09 2013 745.815.000,00 793.924.861,73 2.074.076,00 2.084.035,25 2014 748.545.000,00 798.637.715,78 2.081.668,00 2.092.162,99 Rata-rata 2.992.606.020,00 3.133.353.478,81 10.345.414,00 10.379.852,71

(22)

22

Tabel 6. Simulasi Perluasan Model dari Skenario Awal yang telah Divalidasi (2010-2014) dan BAU dari 2014 sampai Tahun 2060 (Jangka Panjang)

tahunuan Recharge AquiveTAS AQUIVER KAWASANKonsumsi Air Total (mu Supply Air PDAM (m3AHAN POTENSI KARSPOPULASI (orangKonsumsi PDAM MasyarATAN PDAM KABUPATEN Consumsi Air Penduduk (

(23)

23

Lanjutan.

tahunuan Recharge AquiveTAS AQUIVER KAWASANKonsumsi Air Total (mu Supply Air PDAM (m3AHAN POTENSI KARSPOPULASI (orangKonsumsi PDAM MasyarATAN PDAM KABUPATEN Consumsi Air Penduduk (

(24)

24

Gambar 5

Grafik Hasil Simulasi BAU untuk Model Pengelolaan Air Kawasan Karst Tahun 2010-2060

2 .0 1 02 .0 1 12 .0 1 22 .0 1 32 .0 1 42 .0 1 52 .0 1 62 .0 1 72 .0 1 82 .0 1 92.0 2 02 .0 2 12 .0 2 22 .0 2 32 .0 2 42 .0 2 52 .0 2 62 .0 2 72 .0 2 82 .0 2 92 .0 3 02 .0 3 12 .0 3 22 .0 3 32 .0 3 42 .0 3 52 .0 3 62 .0 3 72 .0 3 82 .0 3 92 .04 02 .0 4 12 .0 4 22 .0 4 32 .0 4 42 .0 4 52 .0 4 62 .0 4 72 .0 4 82 .0 4 92 .0 502 .0 5 12 .0 5 22 .0 5 32 .0 5 42 .0 5 52 .0 5 62 .0 5 72 .0 5 82 .0 5 9 0

1 .0 0 0 .0 0 0 2 .0 0 0 .0 0 0 3 .0 0 0 .0 0 0 4 .0 0 0 .0 0 0 5 .0 0 0 .0 0 0 6 .0 0 0 .0 0 0 7 .0 0 0 .0 0 0 8 .0 0 0 .0 0 0 9 .0 0 0 .0 0 0 1 0 .0 0 0 .0 0 0 1 1 .0 0 0 .0 0 0 1 2 .0 0 0 .0 0 0 1 3 .0 0 0 .0 0 0 1 4 .0 0 0 .0 0 0 1 5 .0 0 0 .0 0 0 1 6 .0 0 0 .0 0 0 1 7 .0 0 0 .0 0 0 1 8 .0 0 0 .0 0 0 1 9 .0 0 0 .0 0 0 2 0 .0 0 0 .0 0 0 2 1 .0 0 0 .0 0 0 2 2 .0 0 0 .0 0 0 2 3 .0 0 0 .0 0 0 2 4 .0 0 0 .0 0 0 2 5 .0 0 0 .0 0 0 2 6 .0 0 0 .0 0 0 2 7 .0 0 0 .0 0 0 2 8 .0 0 0 .0 0 0 m 3 /ta h u n

Ke m a m p u a n R e ch a rg e Aq u ive r

KAP ASI T AS AQ U I VER KAW ASAN KAR ST La ju Ko n s u m s i Air T o ta l

(25)

25

Simulasi Business as Usual (BAU)

Setelah model dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan simulasi model dari tahun

2014 sampai dengan tahun 2060 dengan kondisi business as usual. Penetapan simulasi sampai dengan tahun 2060 adalah didasarkan pada konsesi dan kontrak

kerja PT Indosemen Tunggal Prakasa (Tbk) yang baru membuka unit usahanya

di Kawasan Karst Kec. Palimanan Kab. Cirebon. Berdasarkan konsesi dalam

dokumen AMDAL Nomor 835/MPP/4/1996 dan revisi RKL dan RPL disebutkan

lama waktu eksploitasi 2009-2057. Berdasarkan jangka waktu tersebut, ingin

dilihat kondisi setelah tahun 2014, yakni pada tahun 2015-2060.

Kondisi yang akan dilihat adalah kondisi aquiver yang menjadi sumber dan cadangan air di Kab. Cirebon dari keberadaan karst. Apakah kondisi kapasitas

aquiver di Kawasan Karst masih dapat mendukung kebutuhan air berbagai aktivitas masyarakat selama periode kegiatan industri.

Pada kondisi business as usual, model yang dibangun menunjukkan perilaku yang cenderung sama dengan perilaku pada kondisi riil terutama pada periode

2010-2013. Perubahan lahan potensi karst yang terjadi akibat dari penambangan

batu kapur untuk bahan baku utama semen akan merubahan tutupan lahan karst

dan fungsi dari lahan karst. Eksploitasi lahan karst tidak dapat dikembalikan lagi

fungsinya, karena lahan karst yang alaminya adalah berbukit dengan struktur

kapur akan hilang. Jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon juga mengalami

peningkatkan, walaupun tidak terlalu besar. Peningkatan jumlah penduduk akan

meningkatkan konsumsi air di masa mendatang. Penambahan populasi juga

diyakini memberikan tekanan kebutuhan air yang disediakan perusahaan air

minum.

a. Secara ekologis dan lingkungan, Kemampuan recharge aquiver di kawasan

karst sangat bergantung dari kondisi lahan potensi karst yang ada di

atasnya. Kondisi recharge mengalami penurunan sebesar 88,40% selama

45 tahun (2015-2057). Kemampuan recharge aquiver langsung mengalami

(26)

26

di kawasan karst. Hilang lahan potensi karst sebesar 250,77 ha berkorelasi

positif dengan hilangnya kemampuan recharge aquiver sebesar

5.348.888,73 m3 dengan.

b. Hilangnya lahan potensi karst dan kemampuan recharge berdampak pada kegiatan sosial masyarakat dan ekonomi. Secara ekonomi, dampak terjadi

perusahaan air minum daerah (PDAM) Kab. Cirebon. Suplai air ke

perusahaan air minum, dan pasokan PDAM ke masyarakat berkurang.

Berkurangnya suplai air mengakibatkan turunnya pendapatan dan

kekayaan perusahaan air minum.

Suplai air mulai turun di tahun 2013-2014, dari 5.325.876,99 m3/tahun di

tahun 2013, menjadi 5.285.111,21 m3/tahun di tahun 2014. Berdasarkan

BAU, PDAM akan kehilangan suplai airnya dari aquiver tanah di tahun 2026-2027 (286.901,57 s.d -428.040,97 m3/tahun).

Hilangnya suplai air, berdampak pada menurunnya pendapatan dan

kekayaan perusahaan. Kekayaan perusahaan baru mengalami penurunan

ditahun 2028-2029, dari nilai kekayaan+pendapatan sebesar

Rp31.765.387.949,60,- menjadi 31.700.924.316,40,-.

c. Suplai air yang berkurang dari aquiver kawasan karst untuk bahan baku air bersih bagi PDAM berdampak pada berkurangnya suplai air PDAM ke

masyarakat. Berdasarkan BAU, kemampuan PDAM menyuplai air ke

masyarakat akan habis di tahun 2027-2028, dari 285.191,65 m3/tahun

menjadi 0 m3/tahun (dengan mengandalkan air dari aquiver). Sedangkan kebutuhan air masyarakat meningkat 2,209 juta m3/tahun di tahun 2028

menjadi 2,217 juta m3/tahu di tahun 2029 (0,3%/tahun).

Dengan besarnya kebutuhan air, secara sosial masyarakat akan mengalami

berbagai dampak, mulai dari kesehatan, aktivitas keseharian dan ekonomi.

Berkurangnya suplai air ke PDAM juga akan membuat PDAM beralih ke

sumber lain. Beralihnya PDAM untuk mencari sumber baru akan berdampak

(27)

27

Simulasi Skenario ke Depan

Kondisi berkurangnya kapasitas aquiver kawasan karst, dan habisnya lahan

potensi karst akan memberikan dampak pada ketersediaan air dan ekonomi,

serta aktivitasnya liannya di Kab. Cirebon pada tahun 2060.

Kondisi perubahan aquiver kars dan lahan berubah saat kegiatan industri

dilakukan pertama kali. Skenario dimulau pada awal 2015 dalam business as usual. Berdasarkan BAU, untuk mempertahankan konsumsi air masyarakat di angka 2,1 juta m3/tahun maka diperlukan supply air dari aquiver ke PDAM

sebesar 1,6 juta m3/tahun. Supply air ke PDAM sebesar 1,6 juta m3/tahun dapat

diperoleh bila cadangan air aquiver sebesar 8 juta m3 dengan laju recharge

aquiver sebesar 3,8 juta m3/tahun. Seluruh kemampuan ekologis tersebut dapat

diperoleh bila luas potensi karst di Kab. Cirebon 168,74 ha. Berdasarkan BAU,

luas ideal tersebut akan didapat pada tahun 2024.

Namun, dengan demand semen yang tinggi dan kapasitan produksi yang masih

dihitung normal (3,9 juta ton per tahun), serta keberadaan industri tersebut

memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, terutama penyumbang

lapangan pekerjaan, tidak mungkin industri dihentikan pada tahun 2024.

Cara mempertahankan cadangan air aquiver sebesar 8 juta m3 dengan laju

recharge aquiver sebesar 3,8 juta m3/tahun dapat dilakukan dengan

memberikan suplly baru ke PDAM sebagai pengganti air aquiver. Selain itu

kegiatan konservasi sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan

berkurangnya kemampuan serapan air.

Secara model, cara pertaman diatas dikategorikan sebagai intervensi

struktural, karena menambah treatment baru untuk memberikan cadangan dan

supply baru ke PDAM daerah. Sedangkan cara kedua merupakan Intervensi

(28)

28

Kedua Intervensi tersebut dilakukan pada model SFD refrensi sebagai berikut :

a. Intervensi Fungsional

a.1. Mengurangi konsumsi air untuk industri semen yang selama ini

dilakukan, dari 20 m3/ton semen yang diambil dari sumber air tanah,

dikurang sebanyak 17,5 m3/ton. Sebesar 2,5 m3/ton masih

diperkenankan menggunakan air dari sumber aquiver, 17,5

m3/ton-nya diambil dari air olahan di dalam industri yang bersumber dari

bendungan yang sudah ada.

a.2. Mengurangi ketergantungan konsumsi air untuk pertanian dari

aquiver menjadi dari irigasi yang bersumber dari bendungan.

Konsumsi air pertanian dari 115 m3/kwintal, dialihkan ke irigasi yang

bersumber dari bendungan sebanyak 100 m3/kw dan 15 m3/kw dari

aquiver.

a.3. Mengurangi pengambilan air dari aquiver tanah sebagai supply PDAM

untuk bahan baku air dari 20% pertahun menjadi 2,5%. Sisanya

17,5% bersumber dari bendungan.

b. Intervensi Struktural

b.1. Membuat struktur baru berupa tambahan stok. Tambahan stok dalam

model, secara nyata berupa keberadaan bendungan sebagai

pensupply air permukaan yang menggantikan fungsi cadangan

aquiver.

b.2. Menambahkan auxillary baru berupa kegiatan konservasi lahan karst.

Dilapangan, konservasi lahan karst dilakukan oleh Perusahan PT

Indocement Tunggal Prakasa (Tbk) dalam bentuk sumur resapan,

reboisasi, pembangungan saluran2 baru yang menuju aquiver, dan

(29)

29

Gambar 7 SFD model Intervensi Pengelolaan Kawasan Karst

# LAHAN POTENSI KARST

Laju Eksploitasi Industri Semen

Fraksi Eksploitasi Industri Semen

KAPASITAS AQUIVER KAWASAN KARST

Laju Input Aquiver Laju Konsumsi Air Total Kemampuan Recharge

Aquiver Fraksi Tangkapan Air

Hujan

Fraksi Konsumsi Air Industri Semen

POPULASI Laju Konsumsi Air

Penduduk

Laju Kelahiran Laju Pengurang Penduduk Angka Kelahiran Angka Kematian

Fraksi Konsumsi Air Penduduk Angka Urbanisasi LUAS LAHAN PERTANIAN

EXISTING

Laju Kebutuhan Air Industri Semen PRODUKSI SEMEN

EXISTING

Laju Produktivitas Lahan Pertanian Fraksi Produktivitas Lahan Pertanian

Laju Konsumsi Air Pertanian

Fraksi Kebutuhan Air Pertanian

STOCK BAHAN BAKU AIR PDAM

Laju Supply Air PDAM

Fraksi Pengambilan Air Aquiver oleh PDAM

Laju Konsumsi PDAM Masyarakat

Fraksi Penduduk yg memakai Air PDAM PENDAPATAN PDAM KABUPATEN

CIREBON

Laju Pendapatan

PDAM Nilai Keuntungan

Penjualan Air Bendungan

Laju Input Air

Laju Out Air Fraksi In Air

Fraksi Out Air

Laju Butuh Air Semen dari Bendungan

Fraksi Pengambilan dari Bendungan

Laju Konsumsi Air Tani Dari Bendungan Fraksi Pengambilan

Constant_3 Treatment Lingkungan

(30)

30

Tabel 7 Simulasi Model dengan Skenario Intervensi Fungsional

(31)

31

Lanjutan

(32)

32

Kesimpulan

1. Kawasan karst kabupaten Cirebon merupakan sumber air yang digunakan

oleh masyarakat, industri, dan pertanian untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Sampai dengan tahun 2014, kawasan karst kecamatan Palimanan, Kabupaten

Cirebon masih memiliki kapasitas Aquiver sebesar 25 juta m3, yang masih mampu memenuhi kebutuhan berbagai aktivitas hingga 2026.

3. Lahan potensi karst merupakan variabel kunci dalam penyediaan air.

Berkurangnya lahan potensi karst, terutama oleh industri semen, akan

mengurangi kapasitas dan cadangan equiver air di kawasan karst serta keanekaragaman hayati.

4. Berdasarkan Business as Usual (BAU), model ini memproyeksikan cadangan air equiver akan habis di 2026-2027 karena kawasan karst yang ada telah kehilangan fungsinya untuk menyediakan cadangan air. Lahan potensi karts

akan habis total pada tahun 2060.

5. Untuk mencegah atau mengurangi kerusakan kawasan wilayah karst dan

memperlambat menurunnya kapasitas aquiver perlu dicari beberapa cara, seperti mengurangi eksploitasi karst, mengurangi konsumsi air, dan

menggunakan sumber air selain aquiver karst, baik untuk industri semen, masyarakat, pertanian, maupun PDAM di kabupaten Cirebon.

Saran

1. Pengelolaan air di kawasan kars perlu dilakukan dengan terencana dan

hati-hati dengan mengarusutamakan prinsip keberlanjutan.

2. Pengelolaan air perlu dilakukan dengan mengutamakan prinsip 4R, yang

terdiri dari reduce (mengurangi pemakaian air), reuse (memanfaatkan air dari kolam konservasi milik industri maupun dengan teknologi yang dimiliki

PDAM), recycle (menggunakan teknologi yang ada untuk memanfaatkan kembali air maupun limbah dari industri sebagai sumber air baku), dan

recovery (membuat kolam-kolam konservasi, mengamankan daerah

tangkapan air, dan kegiatan konservasi lain kawasan kars untuk

(33)

33 Diperlukan upaya yang kuat dari berbagai pihak yang berkepentingan untuk

DAFTAR PUSTAKA

____________, 2006, Karakterisasi potensi unggulan daerah karst

(batugamping) untuk pengembangan ekonomi secara berkelanjutan dan ramah lingkungan di Kabupaten Gunungkidul, Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, Jakarta.

____________, 2004, Bisnis plan kawasan sentra produksi Kabupaten Gunungkidul, Bappeda Kab. Gunungkidul. Jogjakarta.

____________, 2004, Penyusunan database dan rencana aksi pengelolaan kawasan karst Kabupaten Gunungkidul, Bappeda Kab. Gunungkidul. Jogjakarta.

Badan Pusat Statistik Kab. Cirebon Tahun 2014

Brinkman, R., Garren, S., J., 2011. Karst and Sustainability. Karst Management. DOI : 10.1007/978-94-007-1207-2_16.

Bruce, Setiawan dan Dwita. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ferreira, R.L. and Horta, L.C.S..2001. Natural and Human Impacts on Invertebrate Communities in Brazilian Caves. Rev. Brasil. Biol., 61(1):7‐17pp.

Gorys, A. Keraf. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas.

http://jakarta.indymedia.org, Kronologi Kasus Rencana Pendirian Pabrik PT Semen Gresik di Pati - Nasional Sosial Kemasyarakatan - Jakarta IMC”, Diunduh tanggal 19 Oktober 2010 pukul 20.00 WIB

Hanang Samodra, 2001, Nilai strategis kawasan karst di Indonesia, Pusat Penelitian da Pengembangan Geologi, Publikasi khusus, Bandung .

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst.

Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst.

Poulson, T.L. 1972. Bat Guano Ecosystem. Bull. Natl. Speleol. Soc. 34: 55‐59. Rahmadi, C., Y.R.Suhardjono, J. Subagja. 2002. Komunitas Collembola Guano

Kelelawar di Gua Lawa Nusakambangan, Jawa Tengah. Biologi 2(14): pp. 861‐875.

Rahmadi, Cahyo. 2012. Ekosistem Karst dan Gua: Gudangnya keanekaragaman Hayati yang Unik. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Cibinong.

Ringkasan Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan, Proper Hijau, 2013.

(34)

34

Propinsi Jawa Timur, Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Fakultas Geografi UGM Tahun 2001. Fakultas Geografi UGM.

Soenarto, B., 2002. Penaksiran Debit Daerah Pengaliran Gabungan Sungai Permukaan dan Bawah Permukaan Bribin-Baron Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi. ITB. Bandung.

Vermaullen, J. and Whitten, T. 1999. Biodiversity and Cultural Property in the Management of Limestones Resources. The World Bank. Washington.

Whitten, T., Soeriatmadja, R.I and Afif, S.A. 1996. The Ecology of Indonesian Series: TheEcology of Java and Bali. Vol. III. Periplus Peditron. Singapore

http://www.kompas.com. Warga Pati tolak Survei BLH Jateng. Diunduh 19 Oktober 2011 pukul 20.00 WIB.

http://www.kompas.com. Pembangunan Pabrik Semen Gresik di Pati Dihentikan Sementara. Diunduh 19 Oktober 2010 pukul 20.00 WIB.

http://www.kompas.com. Warga Pati tolak Survei BLH Jateng. Diunduh 19 Oktober 2011 pukul 18.30 WIB.

http://renggo.blog.friendster.com/2009/0/dukung penolakan pendirian-pabrik-semen-di-Sukolilo-Pati-Jawa-Tengah/. Diunduh 16 Juni 2011 pukul 08.00 WIB.

(35)

35

Lampiran 2.6.1. Persamaan dalam Powersim Model

No Nama Variabel Satuan Logika Matematika

1 LAHANS POTENSI KARST

ha 346

1.1 Laju Eksploitasi Industri Semen

ha/tahun ('LAHAN POTENSI KARST'*'Fraksi Eksploitasi Industri Semen') 1.2 Fraksi Eksploitasi

Industri Semen

%/tahun 5,0 1.3 Fraksi Tangkapan

Air Hujan

m3/ha/tahun 22.600 1.4 Kemampuan

Recharge Aquiver

m3/tahun ('LAHAN POTENSI KARST'*'Fraksi Tangkapan Air Hujan')

2 KAPASITAS AQUIVER

KAWASAN KARST

m3 25.000.000,00

2.1 Laju Input Aquiver m3/tahun ('Kemampuan Recharge Aquiver') 2.2 Laju Konsumsi Air

Total

m3/tahun ('Laju Konsumsi Air Pertanian'+'Laju Kebutuhan Air Industri Semen'+'Laju Konsumsi Air Penduduk')

3 POPULASI orang 28.217

3.1 Angka Kelahiran %/tahun 0,48

3.2 Laju Kelahiran orang/tahun (POPULASI*'Angka Kelahiran') 3.3 Angka Kematian %/tahun 0,07

3.4 Angka Urbanisasi %/tahun 0,02 3.5 Laju Pengurang

Penduduk

orang/tahun (POPULASI*'Angka

Kematian')+(POPULASI*'Angka Urbanisasi')

3.6 Fraksi Konsumsi Air Penduduk

m3/orang/tahun 73 3.7 Laju Konsumsi Air

Penduduk

m3/tahun (POPULASI*'Fraksi Konsumsi Air Penduduk')

4 PRODUKSI SEMEN EXISTING

ton/tahun 3.900.000 4.1 Fraksi Konsumsi Air

Industri Semen

m3/ton 20 4.2 Laju Kebutuhan Air

Industri Semen

m3/tahun ('PRODUKSI SEMEN

EXISTING'+'PRODUKSI SEMEN

EXISTING')*'Fraksi Konsumsi Air Industri Semen'

5 LUAS LAHAN PERTANIAN EXISTING

ha 88.699

5.1 Fraksi Kebutuhan Air Pertanian

m3/kwintal (kw) 115 5.2 Laju Konsumsi Air

Pertanian

m3/tahun ('Fraksi Kebutuhan Air Pertanian'*'Laju Produktivitas Lahan Pertanian') 5.1 Fraksi Produktivitas

Lahan Pertanian

kw/ha/tahun 32 5.2 Laju Produktivitas

Lahan Pertanian

kw/tahun ('LUAS LAHAN PERTANIAN

EXISTING'*'Fraksi Produktivitas Lahan Pertanian')

6 STOCK BAHAN BAKU AIR PDAM

(36)

36

No Nama Variabel Satuan Logika Matematika

6.1 Fraksi Pengambilan Air Aquiver oleh PDAM

%/tahun 20

6.2 Laju Supply Air PDAM

m3/tahun ('KAPASITAS AQUIVER KAWASAN KARST'*'Fraksi Pengambilan Air Aquiver oleh PDAM')

6.3 Fraksi Penduduk yang memakai Air PDAM

%/tahun 20

6.4 Laju Konsumsi PDAM Masyarakat

m3/tahun 'STOCK BAHAN BAKU AIR PDAM'-(POPULASI*'Fraksi Penduduk yg

memakai Air PDAM'*'Fraksi Konsumsi Air Penduduk')

7 PENDAPATAN PDAM KABUPATEN CIREBON

Rp 22.100.000.000,00

7.1 Laju Pendapatan PDAM

kw/tahun ('Laju Konsumsi PDAM Masyarakat'*'Nilai Keuntungan Penjualan Air')

7.2 Nilai Keuntungan Penjualan Air

(37)

37

(38)

Gambar

Gambar 1. Kawasan Karst di Pulau Jawa dan Operator Pengelola
Tabel 3. Variabel Utama dan Variabel Pendukung dalam Model Pengelolaan Air
Gambar 2. Diagram Simpal Kausal Skenario Awal
Gambar 3. Diagram Alir Skenario Awal Model Pengelolaan Air Kawasan Karst Berkelanjutan di Kabupaten Cirebon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Thojib (1978: 437) dalam disertasi beliau mengatakan tentang kajian bahasa Perancis yang dituturkan oleh beberapa penutur Indonesia. Beliau menyimpulkan bahawa mereka

34 Ketika secara sepihak melakukan judicial review atas Judiciary Act 1789 (yang memuat writ of mandamus) pada tahun 1803 ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat John

(Bandung: ALFABETA,2010) hlm: 140.. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan cara dialog atau berkomunikasi secara langsung di depan dengan salah satu pelaku usaha

Hal ini diduga LCPKS dosis 5 liter yang diaplikasikan kedalam lubang biopori tidak mengurangi jumlah udara dalam tanah sehingga tidak menghambat akar dalam

: Mata Kuliah Ini Membahas Tentang Falsafah,Perspektif dan Paradigmakeperawatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak, fokus utama pada

Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4-15 dapat diketahui perbandingan antara nilai koefisien debit mercu Ogee dengan dengan puncak tipe deret. sinusoida 1 dan

 Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2015 tertinggi dicapai oleh pertambagan biji logam, jika tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, ekonomi Provinsi NTB selama

Jumlah Perkiraan Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang per 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010 sebesar Rp750.030.794.479.804 dan Rp702.836.007.101.463 merupakan