• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mencontek dan masa depan. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mencontek dan masa depan. docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh generasi mudanya. Menurut McClelland ( Windarti & Indati, 2002) dinegara berkembang muncul gejala bahwa remaja kurang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi dan bertanggung jawab yang menyebabkan pembangunan dinegara tersebut tidak maju dan akan mengalami Lost generation. Terlepas dari dunia pendidikan SMA, beberapa dari siswa SMA meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Pengembangan diri individu melalui pendidikan dapat menjadi salah satu alternatif dalam mempersiapkan individu menghadapi persaingan global. Di sisi lain, pendidikan terus melakukan peningkatan standar, sehingga lulusannya mampu bersaing dalam pasar global. Hal ini secara tidak langsung mensyaratkan individu untuk lebih mengembangkan kemampuannya, agar pencapaian prestasi akademik dapat optimal.

Untuk itu, individu sebagai mahasiswa selayaknya memiliki keyakinan yang kuat dalam pencapaian prestasi akademik. Konsep ini disebut efikasi diri (Self efficacy) akademik. Efikasi diri (Self Efficacy) akademik dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level kemampuan dirinya (Baron & Byrne, 2003).

(2)

terhadap efikasi diri, dimana saat seseorang sudah membiasakan dirinya untuk menyontek akan terbiasa menyontek dan akan memiliki efikasi diri yang kurang.

Permasalahan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena akan memberikan dampak pada kualitas Sumber Daya Manusia khususnya bagi peserta didik diwilayah kalimantan selatan, selain itu apabila permasalahan itu dibiarkan maka akan terbentuk seorang pribadi dengan self efficacy yang rendah yang tidak yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas ataupun perkerjaan serta bersaing diera globalisasi ditambah lagi dengan tantangan MEA( Masyarakat Ekonomi Asean) dimana kita harus “Menyerang” bukan “Bertahan” dalam mengahadapi para pesaing dari luar dengan disiplin kerja yang tinggi. Seorang dengan Self efficacy yang rendah akan memiliki employability yang rendah, karena untuk turun kedunia kerja rasa percaya diri merupakan faktor yang sangat penting.

Goleman (Pool dan Sewel, 2007) mengatakan orang dengan kepercayaan diri menjadi lebih pasti dan terasa kehadirannya. Digunakannya kepercayaan diri ialah karena kepercayaan diri lebih bersifat yang mudah dilihat secara spesifik dalam suatu situasi jika dibandingkan faktor lainnya yaitu efikasi ( Efficacy) dan harga diri. Bahkan Norman dan Hylan (Pool dan Sewel, 2007) menyatakan poin utama dari kepercayaan diri ialah terlihat sebagai prilaku yang stabil dan ternyata efikasi diri juga tercerminkan atau terefleksikan melalui kepercayaan diri. Begitu pentingnya kepercayaan diri dalam mempengaruhi kesiapan kerja lebih dikarenakan aspek-aspek yang membentuk kesiapan kerja seperti pemahaman, ilmu pengetahuan, keterampilan dan atribusi kepribadian dapat terlihat dengan kepercayaan diri yang cukup.

(3)

belajar mengajar, namun ironisnya jarang mendapat perhatian yang serius dari praktisi pendidikan di Indonesia. Perilaku menyontek masih dipandang sebagai masalah yang ringan dan ”sepele”, sehingga perilaku ini sering ditolerir oleh kebanyakan masyarakat. Menurut Alhadza (2005) perilaku menyontek atau cheating adalah suatu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang yang merupakan hasil belajar dari interaksi dengan lingkungannya.

Lunturnya nilai pendidikan karakter merupakan suatu hal yang tidak dapat dianggap remeh. Terutama tentang hilangnya dan tidak dianggap pentingnya lagi niali kejujuran pada masyarakat. Lunturnya nilai pendidikan karakter ini bukan hanya dapat membuat Indonesia diam ditempat, yang dapat terjadi bahkan adalah kemunduran. Karena efek dari lunturnya nilai karater itu sendiri tidak hanya membuat anak bangsa menjadi tidak produktif akan tetapi memungkinkan menghasilkan generasi yang akan merusak bangsanya. Dalam makalah ini penulis mencoba membahas hubungan employability, self efficacy, dan juga kebiasaan menyontek serta menemukan solusi untuk menghilangkan kebiasaan menyontek khususnya didaerah Kalimantan Selatan guna peningkatan kualitas sumber daya manusia.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana kondisi pendidikan di Kalimantan selatan saat ini?

b. Apa yang dimaksud dengan self efficacy, employability dan menyontek? c. Bagaimana hubungan kebiasaan menyontek terhadap self efficacy dan

employability?

d. Bagaimana cara menghilangkan kebiasaan menyontek, khususnya di Kalimantan Selatan?

1.3. Metode Penulisan

(4)

1.4. Tujuan

a. Mengetahui masalah pendidikan dikalimantan selatan

b. Mengetahui pengertian dari self efficacy, employability dan menyontek c. Mengetahui hubungan kebiasaan menyontek terhadap self efficacy dan

employability

d. Mengetahui solusi untuk menghilangkan kebiasaan menyontek khususnya di Kalimantan selatan

(5)

A. Pendidikan di Kalimantan Selatan

Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, diperlukan perjuangan seluruh lapisan masyarakat. Dalam UU 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada kenyataannya, fungsi pendidikan yang tercantum dalam undang-undang tersebut belum sepenuhnya tercapai. Saat ini banyak sekali masalah-masalah dalam pendidikan di Indonesia termasuk kalimantan selatan. Banyak anak-anak di Indonesia yang kurang mendapatkan pendidikan karena keterbatasan biaya. Adanya subsidi pendidikan dari pemerintah terasa tidak ada pengaruhnya. Biaya sekolah mungkin sudah gratis untuk sekolah dasar, tetapi bukan berarti siswa sekolah dasar tidak mengeluarkan uang untuk sekolah. Buku pokok yang berbeda dengan buku angkatan sebelumnya menjadikan siswa harus membeli buku agar dapat membantu kegiatan belajar. Buku tersebut juga tidak begitu lengkap sehingga harus ada buku pendamping yang sebenarnya isinya hanya itu-itu saja dan harganya juga biasanya lumayan mahal.

(6)

mengelurkan berbagai biaya, mulai dari biaya administrasi, biaya uang gedung yang tiap tahun naik, dan masih ada biaya-biaya lainnya. Saat ini seleksi untuk masuk perguruan tinggi juga dirasa semakin sulit karena biaya masuk yang mahal, belum lagi biaya untuk hidup bagi orang yang kuliah di luar daerah. Ada beasiswa yang bisa didapatkan oleh para mahasiswa yang berprestasi. Tetapi, beasiswa tersebut jumlahnya terbatas dan mengurusnya lumayan rumit. Belum lagi masalah metode pengajaran yang dilakukan pendidik. Terkadang pendidik memberikan metode belajar yang membosankan sehingga materi yang disampaikan oleh pendidik kurang bisa diserap oleh para siswa. Ada juga pendidik yang hanya memberikan tugas saja tanpa memberikan materi.

Pendidikan akan sulit untuk berkembang apabila para pendidik tersebut kurang mengerti apa tujuan dari pendidikan nasional Salah satu masalah yang susah untuk dihilangkan dari pendidikan saat ini adalah budaya menyontek yang dilakukan oleh peserta didik di Indonesia termasuk Kalimantan Selatan. Menyontek sudah biasa dilakukan oleh para siswa sekolah dasar hingga para mahasiswa di perguruan tinggi. Padahal menyontek tidak dapat digunakan untuk memajukan pendidikan di Indonesia, termasuk Kalimantan selatan. Menyontek justru akan menurunkan moral bangsa dan akan menciptakan generasi-generasi yang akan merusak bangsa sendiri. B. Pengertian Menyontek, Self efficacy, dan Employability

Menyontek adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, menyontek lebih sarat dengan muatan aspek moral daripada muatan aspek psikologis

(7)

mencuri hasil pekerjaan orang lain dan menyontek membuat seseorang tidak berusaha untuk mengoptimalkan usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mendapatkan sesuatu. Menyontek merupakan budaya yang harus ditinggalkan karena dapat menurunkan moral para generasi penerus bangsa. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi siswa untuk menyontek antara lain:

a. Dari diri sendiri

Kebiasaan menyontek dapat muncul dari diri sendiri disebabkan karena seorang siswa kurang percaya diri dalam mengerjakan sesuatu. Menyontek juga sudah menjadi kebiasaan dari siswa tersebut. Siswa juga takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai yang bagus sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik, termasuk dengan cara menyontek.

b. Dari Guru

Alasan untuk menyontek juga bisa berasal dari para pendidik. Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga kurang adanya variasi dalam mengajar sehingga siswa malas untuk belajar. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book sehingga siswa beranggapan bahwa apabila jawaban mereka tidak sama dengan buku maka nilai mereka akan berkurang.

c. Dari orang tua atau keluarga

Kebiasaan orang tua dalam memaksakan agar anaknya mendapat nilai yang baik menyebabkan seorang anak dalam tekanan dan berpotensi untuk menyontek. Para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh seorang anak daripada proses bagaimana anak tersebut memperoleh hasil tersebut.

d. Dari sistem pendidikan

(8)

menjadi bodoh karena kebosanan.

Self efficacy (kemampuan diri) sendiri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan diri yang ada pada dirinya untuk melakukan sesuatu. Self Efficacy sendiri merupakan sebuah bentuk kepercayaan diri seseorang dalam melakukan berbagai hal. Self efficacy (kemampuan diri) merupakan evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Bandura dan Wood menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemapuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. (dalam Baron dan Byrne, 1991).

Bandura (1986) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan diri seseorang akan kemampuan-kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu hal. Keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan. Efikasi diri diartikan sebagai evaluasi diri tentang kemampuan dan kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan, kemampuan mencapai suatu tujuan, dan kemampuan individu dalam menghadapi hambatan yang ada.

(9)

keberhasilan individu masingmasing. Lebih lanjut Bandura (1997) menunjukkan ada tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu: (a) Magnitude, berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas. (b) Generality, berhubungan luas bidang tugas atau tingkah laku. (c) Strength, berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap keyakinannya.

Gist dan Mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa pada perilaku yang berbeda di antara individu dengan kemampuan yang sama karena efikasi diri mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan kegigihan dalam berusaha (Gufron dan Rini, 2011).

(10)

C. Hubungan kebiasaan menyontek terhadap Self efficacy dan Employability

Menyontek dilakukan oleh seorang peserta didik karena beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya rasa percaya diri untuk melakukan suatu pekerjaan ataupun menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya, ini yang disebut dengan Self efficacy. Self efficacy yang rendah dapat menyebabkan sesorang menyontek, menyontek akan menciptakan suatu “kebiasaan” menyontek yang akhirnya akan menyebabkan seorang peserta didik memiliki Self efficacy yang rendah.

Seseorang yang telah terinfeksi kebiasaan menyontek akan kehilangan self efficacy-nya, dan kebiasaan itu akan melekat pada dirinya sehingga dia akan tumbuh sebagi orang yang tidak percaya pada dirinya sendiri terutama dalam mengerjakan suatu tantangan, perkerjaan ataupun tugas yang diberikan. Sebenarnya sangat banyak dampak yang disebabkan oleh kebiasaan buruk menyontek, dalam tulisan ini hanya dibahas beberapa dari sekian banyak dampak yang ada diantaranya adalah rendahnya self efficacy, yang merupakan bagian dari kepribadian yaitu self confidence (Self efficacy dan self esteem). Seseorang yang telah terbiasa menyontek akan malas belajar dan akan terus bergantung pada orang lain, yang akhirnya juga akan menyebabkan berkurangnya rasa tanggung jawab dan munculnya rasa ketidak percaya dirian untuk menyelesaikan perkerjaan.

Seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan dengan mudah dianggap keberadaannya dilingkungan, dan dengan perasaan mudah dianggap ini seseorang akan merasa nyaman dan siap untuk terjun kedunia kerja. Self efficacy jelas sangat akan menentukan bagaimana employability seseorang, seseorang dengan self efficacy yang tinggi jelas akan terlihat berbeda dengan seseorang yang memliki self efficacy yang rendah jika sudah turun didunia kerja yang kita tau self efficacy sendiri merupakan kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau perkerjaan yang dihadapan.

(11)

karakter peserta didik sekaligus dapat menghasilkan individu dengan self efficacy tinggi yang memiliki employability (Kesiapan kerja) yang tinggi yang pastinya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.

D. Solusi Untuk Menghilangkan Kebiasaan Menyontek Khususnya Di Kalimantan Selatan

Menghilangkan kebiasan mencontek pada para peserta didik Kalimantan Selatan merupakan langkah awal yang harus dilakukan guna menghasilkan sumberdaya manusia diKalimantan selatan yang produktif dan berkualitas. Kebiasaan mencontek muncul karena kegiatan mencontek yang dilakukan secara terus menerus. Perilaku mencontek saat ini sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar karena dianggap hanya bagian dari kecurangan akademik, yang sering dianggap sepele.

Banyak solusi yang digunakan untuk mengurangi kebiasaan menyontek pada peserta didik. Salah satunya adalah dengan melakukan diagnosis kesulitan belajar yang menyebabkan siswa menyontek. Diagnosis kesulitan belajar adalah kegiatan untuk menentukan masalah atau kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan dalam belajar menyebabkan peserta didik kesulitan untuk mencerna materi yang diberikan sehingga berpeluang untuk menyontek. Adapun prosedur yang dapat dilakukan adalah:

a. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar Kegiatan ini menetapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikologis.

b. Melokalisasi letak kesulitan belajar Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan dimana letak kesulitan belajar yang dialami peserta didik dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran atau dalam bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik.

(12)

(eksternal) yang menghambat proses belajar. Faktor internal penyebab kesulitan belajar antara lain aspek fisik (kondisi dan kesehatan tubuh) dan faktor psikologis (kecerdasan, bakat, dorongan, mental). Sedangkan faktor eksternal antara lain faktor lingkungan yang meliputi lingkungan sosial (manusia) dan lingkungan non-sosial (alam), dan faktor instrument.

d. Memperkirakan alternative bantuan Langkah ini merupakan langkah yang akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa pertanyaan. e. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya. Kegiatan ini dilakukan

untuk menentukan bantuan atau usaha penyembuhan yang diperlukan peserta didik dengan cara menentukan bantuan penyembuhan. Penentuan bantuan penyembuhan perlu dikomunikasikan atau didiskusikan dengan berbagai pihak yang dipandang berkepentingan atau yang diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan. f. Tindak lanjut dapat dilakukan dengan mengikuti perkembangan peserta

didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan.

g. Membuat peraturan daerah tentang pelarangan para peserta didik untuk keluyuran pada jam-jam yang seharusnya digunakan untuk belajar.

Jika masalah kebiasaan menyontek diKalimantan Selatan bisa kita musnahkan, maka dapat dipastikan kalimantan selatan dapat melahirkan generasi yang tidak hanya tertanam nilai karakter, tapi juga memiliki self efficacy tinggi yang memiliki employability yang tinggi. Kalimantan selatan akan dapat melahirkan generasi penerus yang dapat bersaing di era Masyarakat Ekonomi Asean.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(13)

masalah ini dilokal merupakan salah satu langkah yang baik.

2. Menyontek adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan diri yang ada pada dirinya untuk melakukan sesuatu. Employability dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk dengan sedikit atau tanpa bantuan menemukan dan menyesuaikan pekerjaan yang dibutuhkan juga dikehendaki. 3. Jika kita sebagai masyarakat Kalimantan Selatan bisa menuntaskan masalah

kebiasaan menyontek, maka dapat dipastikan kita bisa memperbaiki karakter peserta didik sekaligus dapat menghasilkan individu dengan self efficacy tinggi yang memiliki employability (Kesiapan kerja) yang tinggi yang pastinya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada. 4. Menghilangkan kebiasan mencontek pada para peserta didik Kalimantan

Selatan merupakan langkah awal yang harus dilakukan guna menghasilkan sumberdaya manusia diKalimantan selatan yang produktif dan berkualitas

DAFTAR PUSTAKA

Alhadza, Abdullah (Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari). 2005. Masalah Menyontek (Cheating) Di Dunia Pendidikan.Kendari.

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Bandura, A. 1986. Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New York: Prentice Hall

(14)

Pool, L. D. & Sewell, P. 2007. The Key to Employability : Developing a Practical Model of Graduate Employability. Journal of Education and Training, Vol. 49, No.4, 2007.

Ward, V.G. & Riddle, D.I. 2004. Maximazing Employment Readiness.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel harga, keragaman barang, kualitas pelayanan, akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen

Selain itu nilai IRR pada kondisi lainnya didapat lebih besar dari suku bunga ( discount rate ) yang di tetapkan yaitu 11%, nilai tesebut menunjukkan bahwa

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dari siklus I sampai pada siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Make

Penelitian ini menghasilkan 5 hasil utama, yaitu : 1) tingginya desentralisasi fiskal adalah berhubungan secara konsisten dengan penurunan angka kematian bayi, 2) manfaat

Maka, tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, terutama kelompok wanita tani pala, dalam memanfaatkan

Kesamaan dari ketiga penelitian sejenis terdahulu tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah, adanya aktivitas komunikasi yang dilakukan sebuah badan

Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan aturan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Jika diamati dalam konteks masyarakat Indonesia kedudukan serta fungsi Pancasila dan UUD 1945 bagi umat Islam Indonesia, sekalipun tidak dapat disamakan, sebenarnya dapat