• Tidak ada hasil yang ditemukan

case skizo katatonik jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " case skizo katatonik jambi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

REKAM MEDIS

A. IDENTIFIKASI

Nama : Nn. Muwadah Rohimah

Umur : 14 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMP kelas II

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : Tamat SMA

Agama : Islam

Alamat : Penyengat rendah

Hubungan dengan penderita : Ibu Kandung

B. ANAMNESIS

Sebab utama : Badan sering gemetar, badan kaku Keluhan Utama :

-Riwayat perjalanan penyakit :

± 2 bulan yang lalu rumah os dimasuki maling, saat itu os sedang sendiri dirumah. Semenjak itu, os mulai mengalami perubahan perilaku. Os mulai tampak sering diam, murung dan gelisah. Os masih bisa mengurus dirinya sendiri.

 1 bulan yang lalu perubahan perilaku os semakin terlihat, os terlihat sering termenung, gelisah, menangis. Os mengaku mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh os diam, Os mulai tidak bisa mengurus diri sendiri. Os tidak bisa tidur, os tidak mau solat, tidak mau makan, dan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah. Os dibawa berobat ke RSJ Jambi dan dikatakan bahwa os menderita psikotik akut. Os rajin minum obat dan ada perbaikan.

(2)

orang lain, perasaaan takut dan cemas merasa orang disekitarnya ingin berbuat jahat, os tidak mau makan, tidak mau solat, susah tidur, os tidak bisa mengurus dirinya sendiri. os dibawa berobat ke poli RSJ Jambi.

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal

- Riwayat NAPZA (-)

- Riwayat minuman beralkohol (-)

- Riwayat trauma capitis disangkal

- Riwayat kejang disangkal.

Riwayat premorbid :

- Bayi : Cukup bulan, lahir normal, ditolong dukun

- Anak : Pendiam, pemalu, sedikit teman

Riwayat keluarga :

- Os anak pertama dari dua bersaudara.

- Hubungan dengan saudara kandung harmonis.

- Hubungan dengan kedua orantua harmonis.

Riwayat pendidikan :

- Os tinggal bersama kedua orang tua

- Sosio ekonomi kurang

(3)

- Keadaan Utama :

Kesadaran : Apatis, Kontak fisik, mata, verbal (-)

- Keadaan Spesifik :

Keadaan afek (mood ) : Inappropriate, flat, eutimik Hidup emosi : Stabil, terkendali, dangkal,

Unecht, Einfuhlung sulit dirabarasakan.

Keadaan fungsi intelektual/kognitif :

Taraf pendidikan : sesuai dengan pendidikan Daya konsentrasi : kurang

Orientasi

Waktu : baik

Tempat: baik

Orang : baik

Daya ingat : tidak ada amnesia

Keadaan sensasi dan persepsi : halusinasi (belum dapat dinilai), Keadaan proses berfikir : Mutisme (+), Rigiditas (+),

Fleksibilitas cerea (+)

Pengendalian impuls : impulsivitas (-), Anxietas (+), Reality testing ability : Terganggu

D. Diagnosis

Aksis I : F 20.2 Skizofrenia Katatonik

Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian dan RM Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : stressor: masalah psikososial Aksis V : GAF scale 80-71

E. Terapi :

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deterioriating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetiK, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah (split), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari, 2003 ).

Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Epidemiologi

(5)

Model diatesis -stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.

Faktor Biologi

Komplikasikelahiran

Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.

Infeksi

Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

HipotesisDopamin

Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal

(6)

dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.1° Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.5’7

HipotesisSerotonin

Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan

reseptordopamin D2.57

StrukturOtak

Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik.

Pemenksaaninikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distnbusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.81°

Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

(7)

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Beberapa laporan mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi terhadap Skizofrenia.

Skizofrenia ditemukan di dalam setiap perkumpulan dan area geografis. Meskipun data untuk perbandingan sulit untuk didapatkan, insidens dan prevalensi rentang hidup secara kasar sama besar di setiap tempat di seluruh dunia. Komponen gejala positif dari gangguan ini bermanifestasi selama akhir masa remaja dan awal-awal masa dewasa, meskipun terdapat perbedaan dari onset berkaitan dengan jenis kelamin. Pada laki-laki, insidens dari onset gejala-gejala positif mencapai puncaknya pada usia antara 17 sampai dengan 27 tahun, di mana pada perempuan, puncak insidens berupa suatu proses yang panjang dengan rentang usia antara 17 sampai dengan 37 tahun. Insidens pada daerah perkotaan dan pedesaan kemungkinan sama, namun didapatkan prevalensi skizofrenia yang lebih tinggi di antara populasi daerah pinggiran dan dengan status sosioekonomi rendah.

Etiologi

(8)

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak. Meskipun begitu, memang lebih mudah untuk sekadar menyatakannya dibandingkan untuk menunjukkan suatu bukti nyata adanya kelainan pada fisiologi otak. Oleh karena penyakit ini menggambarkan adanya gangguan pada beberapa, namun tidak semua, fungsi otak, cukup beralasan untuk berpikir bahwa adanya keterlibatan suatu area spesifik atau sirkuit neurologik di otak dan manifestasi dari skizofrenia harus melibatkan kelainan pemrosesan suatu informasi fisiologik; kelainan ini akan, sebagai akibatnya, bergantung pada terganggunya aspek-aspek sitoarkitektural, biokimia, atau elektrofisiologi dari sistem saraf.

Teori Neuroanatomi Mayor

(9)

Teori Neurotransmitter Mayor

Informasi diproses di dalam jaringan saraf melalui penghantaran dari signal elektrik dari sebuah sel saraf melalui aksonnya dan menyebrang sinapsis sampai ke reseptor postsinapsis pada komponen lain sel saraf. Sel saraf secara umum menerima, memproses, dan mengirim signal ke dan dari ribuan sel lainnya. Penghantaran sinyal menyebrangi sinapsis-sinapsis dan pemrosesan sinyal di dalam sel melibatkan beberapa kejadian-kejadian biokimia yang kompleks yang memerlukan energy yang besar serta melibatkan ekspresi fen dan sintesis serta degradasi protein. Ini merupakan sebuah fakta bahwa fungi fisiologik dari sistem otak manapun melibatkan reaksi-reaksi kimia dari sistem tersebut dan sebuah disfungsi dapat berasal atau berawal dari proses-proses biokimia ini. Oleh sebab itu, kesadaran untuk mengasumsikan bahwa reaksi biokimia di dalam otak yang memiliki peranan penting dalam rusaknya fungsi otak terlibat dalam skizofrenia. Pergerakan dari konsep secara umum biokimia dari schizophrenia ke teori spesifik didasarkan pada dua dasar ilmu pengetahuan. Yang pertama adalah sebuah pemahaman yang semakin meningkat dari komunikasi intraselular dari membrane sel ke nukleus dan materi-materi genetik sebuah sel dan komunikasi interselular melalui berbagau sistem neurotransmitter di otak. Sumber pengetahuan yang kedua adalah mekanisme aksi dari obat yang dapat menimbulkan tingkah laku seperti skizofrenia (“schizophrenia-like behaviors”) atau merubah ekspresi gejala pada pasien-pasien dengan skizofrenia. Pengetahuan kita mengenai reaksi farmakologis dari obat-obat antipsikotik telah membawa ke hipotesis biokimia meliputi dopamine, noradrenaline, serotonin, acetylcholine, glutamate, dan beberapa peptida-peptida neuromodulatory serta reseptor-reseptor mereka.

Oleh karena terdapat banyak kemungkinan, adalah penting untuk mengerti perkembangan secara umum dari sebuah hipotesis biokimia dari skizofrenia, di mana hipotesis dopamine adalah yang paling menonjol dan bertahan hingga kini.

(10)

Hipotesis hiperdopamine pada skizofrenia muncul dari dua observasi aksi obat yang berhubungan dengan sistem dopaminergik. Obat-obatan yang meningkatkan aktifitas sistem dopamine, seperti d-amphetamine, kokain, levodopa (Larodopa), dan methylphenidate (Ritalin), dapat memancing terjadinya psikosis paranoid yang dalam beberapa aspek memiliki kemiripan dengan skizofrenia. Apabila obat-obat tersebut diberikan kepada pasien skizofrenia dapat memperburuk gejala, khususnya pada area halusinasi, delusi, dan pikiran-pikiran yang mengganggu. Sebaliknya, obat-obatan yang membagi kapasitas untuk menghalangi reseptor domain di postsinapsis mengurangi gejala-gejala skizofrenia.

Mekanisme-mekanisme lainnya, seperti blokade, telah diimplikasikan sebagai penjelasan yang valid untuk efek-efek antipsikotik jangka panjang. Bahwa aksi-aksi tersebut adalah sebenarnya perbaikan bagi gangguan patofisiologis pada skizofrenia diajukan oleh fakta bahwa “dopamine-stimulating drugs” dapat memperburuk gejala-gejala skizofrenik atau memancing psikosis. Rasional untuk peran kelebihan dopamine ini, pada aspek kognitif dan gejala positif secara khusus, adalah sangat meyakinkan.

DIAGNOSIS SKIZOFRENIA

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

(11)

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

(12)

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.

(13)

Pedoman diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan:

- Sebagai tambahan :

* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;

 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Diagnosa Banding :

- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan

- Keadaan paranoid involusional (F22.8)

- Paranoid (F22.0)

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

(14)

- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia

- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini

- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inapproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens

(15)

F20.2 Skizofrenia Katatonik

Pedoman Diagnostik

 Memenuhi kreiteria umum untuk diagnosis skizofrenia

 Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:

o Stupor

o Gaduh-gelisah

o Menampilkan posisi tubuh tertentu

o Negativisme

o Rigiditas

o Fleksibilitas cerea

o Gejala-gejala lain seperti (“Command Automatism”)

 Pada pasien yang tidak komunkikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala lain. Penting untuk diketahui bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostic untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )

(16)

(1) Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia

(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.’

(3)Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skiszofrenia

F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia

Diagnostik harus ditegakkan kalau:

 Pasien telah menderita skizofrenia 9 yang memenuhi criteria umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

 Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan

 Gejala-gejala depersif menonjol dan mengganggu, memenuhi pakling sedikit criteria untuk episode depresif (F32,-), dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi Episode Dpresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu tipe dari subtype skizofrenia yang sesuai (F20.0-F20.3)

F20.5 Skizofrenia Residual

Pedoman diagnostik:

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi semua:

(17)

komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia

(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

F20.6 Skizofrenia Simpleks

Pedoman diagnostik

- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya.

(18)

a. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):

1. Waham 2. Halusinasi

3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren) 4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5. Gejala negatif, yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)

Catatan : hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainya.

b. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas dibawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

c. Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika dobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama periode prodormal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang ditulikan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim) d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan

(19)

e. Penyingkiran zat/kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya gangguan austistik atau gangguan perkembangan pervasif lainya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil),

Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal (dapat diterapkan hanya setelah sekurangnya 1 tahun lewat sejak onset awal gejala fase aktif): - Episodik dengan gejala residual interepisode

- Episodik tanpa gejala residual interepisodik - Episodik tunggal dengan remisi parsial - Episodik tunggal dengan remesi penuh - Pola lain atau tidak ditentukan

Kriteria diagnostik untuk subtipe skizofrenia

a. Tipe paranoid

Suatu tipe skizofrenia di mana kriteria berikut ini terpenuhi:

1. Preokupasi dengan satau atau lebih waham atau halusinasi dengar yang menonjol

2. Tidak ada dari berikut yang menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai. b. Tipe terdisorganisasi

Suatu tipe skizofrenia dimana kriteria berikut ini terpenuhi :

1. Semua yang berikut ini adalah menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi, afek datar atau tidak sesuai

2. Tidak terpenuhi kriteria untuk tipe katatonik

c. Tipe katatonik

Suatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinis didominasi oleh sekurangnya dua berikut ini :

1. Imobilitas motorik seperti yang ditunjukan oleh katalepsi (termasuk fleksibilitas lilin) atau stupor

(20)

3. Negativisme yang ekstrim (suatu resistensi yang tampaknya tanpa motivasi terhadap semua intruksi atau mempertahankan postur yang kaku menentang semua usaha untuk digerakkan) atau mutisme 4. Gerakan volunter yang aneh seperti yang ditunjukkan oleh posturing

(mengambil postur yang tidak lazim atau aneh secara disengaja), gerakan stereotipik, manerisme yang menonjol, atau seringgai yang menonjol

5. Ekolalia atau ekopraksia

d. Tipe tidak tergolongkan

Suatu tipe skizofrenia di mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi, atau katatonik

e. Tipe residual

Suatu tipe skizofrenia di mana kriteria berikut ini terpenuhi:

1. Tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku katatonik terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol

2. Terdapat terus bukti-bukti gangguan,seperti yang ditunjukkan oleh adanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tertulis dalam kriteria A untuk skizofrenia, ditemukan dalam bentuk yang lebih lemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

Prognosis

(21)

mengalami gejala yang sedang, dan 40-60% dari pasien terus terganggu secara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.

Terapi

1. PERAWATAN DI RUMAH SAKIT

Indikasi : tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (makanan, pakaian, dan tempat berlindung)

Dengan perawatan di rumah sakit dapat menurunkan stress pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas mereka. Rencana pengobatan dirumah sakit memiliki orientasi praktis kea rah masalah kehidupan, perawatn diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubuangan social.

2. TERAPI SOMATIK a. Antipsikotik

- Antagonis reseptor dopamine adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. 25% dapat kembali dengan fungsi mental yang agak normal, namun kerugiannya, dapat menyebabkan akatisia, dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek lainnya yaitu tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.

- Remoxipride merupakan antipsikotik yang efektif dengan efek samping neurologis yang kurang bermakna dibandingkan dengan antagonis reseptor dopamine.

- Resperidone adalah sutau obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2)

dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2)

(22)

b. Obat lain ( digunakan jika sekurangnya satu antagonis reseptor mengandung belahan otak yang tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran listriknya. Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingatan tidak terjadi. kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.

c. Terapi Kelompok

(23)

social, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.

d. Psikoterapi Individual

Referensi

Dokumen terkait

SULTENG RAYA - Kepala Dinas Sosial Pro- vinsi Sulawesi Tengah Ridwan Mumu meminta warga miskin yang belum mendapat bantuan sosial dari pemerintah karena tidak masuk dalam data

Zirconia merupakan bahan keramik yang mempunyai sifat mekanis baik dan banyak digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketangguhan retak bahan keramik lain diantaranya

Dengan berbagai alasan dan pandangan masyarakat itu maka dapat dilihat bahwa yang melatarbelakangi judi togel tetap bertahan di Kecamatan Tobelo diantaranya yaitu

Sri Setyani, M.Hum Tulus Yuniasih, S.IP., M.Soc.Sc Dra.. Sri Setyani,

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R 2 sebesar 0.233 atau 23.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas, risiko bisnis,

Penelitian ini dilakukan di LAZ PT Semen Padang dnagan tujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui pelaksanaan dari pengelolaan serta pengunaan dana yang