IMPLEMENTASI RENCANA KERJA PEMBANGUNAN
DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013
Ulfa Cindy Wahyu Tia Sari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRACT
Regional Development Plan or RKPD in 2013 which is implemented by the Bappeda and SKPD related to realize the policy into pogram dan government activities which of course refers to the vision and mission of Local Government. The purpose of the research to know how sinkronisaation of RPJMD, RKPD, and programe activities and how their implementation. With the use George C. Edward’s Policy Implementation Theory. Form the results seen from George C. Edward’s four indicator because form communication between implementers still no clarity in the distribution process of communication, especially at the district level because staff do not understand the contents of the information provided. In addition, resources are still not meet the quantity.
Keywords: RKPD, Economic Growth, Disparities, Implementation
ABSTRAK
penyaluran komunikasi terutama di tingkat kecamatan karena staf kurang memahami isi dari informasi yang diberikan. Selain itu sumberdaya yang ada masih belum memenuhi kuantitas.
Katakunci: RKPD, Pertumbuhan Ekonomi, Disparitas, Implementasi
A. Latar Belakang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang diimplementasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada tahun 2013 di Kabupaten Banyuwangi merupakan hal penting karena untuk mencapai tujuan dari visi misi pemerintah daerah yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yaitu “Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi yang Mandiri, Sejahtera dan Berakhlak Mulia melalui Peningkatan Perekonomian dan Kualitas Sumber Daya Manusia”. Untuk tema RKPD Tahun 2013 yaitu “Memantapkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Disparitas Wilayah.”1
Sumber daya yang ada di lingkungan tidak dikelola dengan baik dan juga potensi disetiap kecamatan berbeda tergantung letak geografisnya. Terdapat beberapa kecamatan yang tidak menghasilkan panen karena letak geografisnya tidak mendukung seperti wilayah rawan kekeringan sehingga sulit mendapat air untuk keperluan pengairan tanaman pertanian. Hal ini menyebabkan munculnya disparitas antar kecamatan. Sesuai dengan tema RKPD Tahun 2013 pemerintah daerah berupaya untuk mengurangi perbedaan/jarak disetiap kecamatan, sehingga tercapai pemerataan ekonomi yang menuju pada kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut masih menjadi tugas yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah.
Penelitian ini fokus terhadap sinkronisasi antara visi, misi, kebijakan, program prioritas dan kegiatan RKPD Tahun 2013 serta bagaimana implementasi dari RKPD Tahun 2013. Pemaparan di atas peneliti tertarik untuk menulis
penelitian dengan judul “Implementasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013”.
B. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu
Penelitian Rafli Rinaldi Jurnal FE UB Tahun (2013) Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Investasi Pemerintah, Investasi Swasta, dan Angka Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2011) Kuantitatif pendekatan Fixed Effect Model (FEM) Pertumbuhan Ekonomi pengaruh konsumsi pemerintah, investasi pemerintah, investasi swasta, dan angka kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Viki Indrasari, Skripsi FE Universitas Diponegoro Tahun (2011) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Kuantitatif pendekatan Fixed Effect Model (FEM) Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi pengaruh belanja modal, angkatan kerja, pendidikan dan desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dewi Kurniawati Sunusi, Anderson Kumenang, Debby Rotinsulu Jurnal FE Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun (2014) Analisis Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah pada Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya Terhadap Kemiskinan di Sulawesi Utara Tahun 2001-2010 Kuantitatif Analysis Path (analisis jalur) Pertumbuhan Ekonomi pengaruh tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengeluaran pemerintah pada pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap kemiskinan
Teori Implementasi Kebijakan George C. Edwards
Pelaksanaan kebijakan disuatu daerah menjadi kunci keberhasilan dari dirumuskannya kebijakan tergantung dari prosesnya. Kebijakan dapat dikatakan berhasil jika output berdampak positif terhadap masyarakat begitu sebaliknya kebijakan yang dinilai gagal menimbulkan kekecewaan dari masyarakat dan akhirnya menuntut pemerintah untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan tujuan. Keberhasilan implementasi kebijakan menurut George C. Edward2 terdapat beberapa faktor yaitu:
1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh keempat faktor tersebut guna memperjelas akan dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, komunikasi menjadi hal yang paling menentukan karena komunikasi berperan dalam koordinasi implementasi kebijakan karena informasi yang diberikan pemerintah kepada pelakasana implementasi untuk mempermudah jalannya kebijakan, ada tiga hal dalam komunikasi yang perlu diperhatikan: a. Transmisi, setelah kebijakan dirumuskan lalu penyaluran pada pemerintah yang ditunjuk sebagai pelaksana atau implementor. Masalah transmisi terjadi ketika dalam menyampaikan terdapat miskomunikasi antar pemerintah dengan implementor; b. Kejelasan tujuan dan cara yang digunakan dalam sebuah kebijakan menjadi penting agar kandungan dari kebijakan tersebut dapat dipahami maksud, tujuan dan bagaimana pelaksanaannya; c. Konsistensi, setiap kebijakan yang menjadi acuan bagi pelaksana harus konsisten dalam arti tidak mengakibatkan kebingungan seperti halnya ada penghapusan atau perubahan dari kebijakan, hal ini harus diperhatikan agar implementasi dari kebijakan berjalan sesuai dengan tujuan.
Kedua, sumberdaya merupakan hal yang harus tersedia agar implementasi kebijakan berjalan sesuai dengan tujuan. Kelengkapan sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam bertugas. Sumberdaya yang dimaksud adalah: a. Staf yang kuantitasnya serta kualitas dari kemampuannya sesuai; b. Informasi diperlukan terkait dengan bagaimana melaksanakan kebijakan serta data yang mendukung; c. Kewenangan, dalam implementasi kebijakan kewenangan bagi pelaksana perlu karena untuk menggunakan dana dan sarana prasarana selain itu juga untuk membuat kerjasama dengan pemerintah lainnya agar kebijakan sesuai dengan tujuan; d. fasilitas dalam pelaksanaan kebijakan tidak hanya staf, informasi dan kewenangan yang diperlukan tetapi fasilitas sebagai penunjang seperti kantor dan perlengkapan lain yang dibutuhkan seperti komputer, alat tulis kantor dan sebagainya.
Ketiga, Disposisi merupakan sikap dari pelaksana kebijakan, dalam implementasi kebijakan harus ada mufakat antara pemerintah dengan masyarakat yang notabene merasakan dampak dari kebijakan. Yang perlu diperhatikan adalah pengangkatan staf/pegawai dan insentif. Selain itu juga masyarakat harus menyalurkan aspirasi agar pelaksanaan kebijakan sesuai dengan tujuan. Terlebih lagi pelaksana kebijakan harus paham terhadap maksud kebijakan sehingga akan menghasilkan output.
Keempat, Struktur Birokrasi merupakan sumber untuk melaksanakan kebijakan dimana para birokrat mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dan juga untuk mempermudah tugas yang dilakukkan adalah koordinasi dan pembagian tugas sesuai kemampuan atau skill yang dibutuhkan. Untuk mendongkrak kinerja struktur birokrasi dengan adanya standar operasional prosedur dan fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggung jawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.
C. Metode Penelitian
anggota Bappeda yang ada di Kabupaten Banyuwangi dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait serta para staf/pegawai selain itu juga masyarakat. Alasan peneliti memilih subyek anggota Bappeda dengan SKPD terkait karena berkaitan dengan judul yang peneliti buat. Teknik Pengumpulan Data salah tiganya yakni observasi, dokumentasi, dan wawancara. Ketiga metode tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan valid tentunya agar mempermudah penulis untuk menggunakan dan mengolah data.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Selanjutnya, dalam penelitian teknik yang digunakan menggunakan analisis data model Miles dan Huberman yang dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu:
Data Reduction (Data Reduksi)
Data reduksi merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting mencari tema dan polanya. Selanjutnya data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Data Display (Penyajian Data)
Data display dilakukan setelah data reduksi. Penelitian ini peneliti akan melakukan penyajian data dalam bentuk gambar, tabel, grafik dan sejenisnya. Selain itu dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data tersebut data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga mudah untuk dipahami dari suatu kejadian dan selanjutnya berdasarkan yang dipahami.
Conclusion Drawing/Verification (kesimpulan)
ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih tidak jelas, sehingga setelah dilakukan penelitian akan lebih jelas.
D. Hasil dan Pembahasan
Sinkronisasi RPJMD dengan RKPD yang sesuai maka akan menghasilkan kebijakan yang hasil akhirnya akan berujung pada harapan yang sama. Dalam hal ini kebijakan yang terdapat dalam RPJMD, RKPD, dan SKPD terkait harus memiliki hubungan. Berdasarkan tema RKPD Tahun 2013 menghasilkan kebijakan pengembangan produk-produk unggulan sektor pertanian di masing-masing desa (one village one product) yang menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian. Secara lebih spesifik aplikasi dari RKPD adalah dengan membuat kebijakan pembangunan akses jalan daerah yang terisolir dan pembangunan poros-poros desa untuk mengurangi kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan yang secara lebih intensif menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi.
Sinkronisasi Progam dan Kegiatan Untuk merealisasikan sebuah kebijakan perlu progam yang tepat. Begitu juga dengan kegiatannya. Dinas Pertanian telah menghasilkan kebijakan untuk mengembangkan produk-produk unggulan sektor pertanian di setiap desa. Program yang dilakukan adalah program peningkatan produktivitas produksi pertanian dan perkebunan, misalnya meningkatkan produktivitas padi dan bahan pangan lokal lainnya baik mulai dari proses penanaman hingga penanganan pasca panen atau proses pengolahannya.
adalah meningkatnya nilai tukar petani (NTP) dengan program peningkatan kesejahteraan petani terdapat 3 kegiatan diantaranya seperti kegiatan penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agrobisnis. Permasalahan kekurangan air akibat kekeringan sehingga dibutuhkan waduk, embung dan dam parit. Untuk di Kecamatan Cluring, Gambiran, Pesanggaran, Kalipuro, Glagah, Licin, Muncar, Srono, Genteng, Glenmore, Sempu, Songgon dan Singojuruh sudah dibuat 15 unit waduk.
Selain upaya peningkatan pangan dan produksi padi perlu diperhatikan adalah sumber daya manusia harus mendapatkan pendidikan yang layak agar sejalan dengan pembangunan daerah yang membutuhkan manusia yang kompeten. Untuk mengetahui bagaimana sinkronisasi program dan kegiatan, peneliti menejadikan program dan kegiatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Program dan Kegiatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
No .
Program dan Kegiatan Sinkron Tidak Sinkron
1. Pementasan sanggar tari di Jakarta sebagai upaya promosi seni dan budaya keluar daerah
2. Pementasan/pagelaran wayang kulit dalam rangka Hari Jadi Banyuwangi
3. Peningkatan Peran dan Pemahaman masyarakat terhadap situs budaya
4. Pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata (festival dan gelar makanan dan minuman khas)
5. Kerjasama promosi pariwisata dengan media elektronika dan cetak
Selanjutnya rumusan maslaha kedua implementasi dari RKPD Tahun 2013 dilihat dari empat indikator George C. Edward, komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan jajarannya dapat dikatakan tidak terdapat masalah. Berbeda halnya ketika penyaluran komunikasi dari pemerintah daerah dan SKPD kepada pelaksana kebijakan di tingkat kecamatan banyak terjadi maslah mulai dari tidak ada kejelasan dalam penyaluran informasi dan ada perbedaan persepsi.
Indikator kedua yakni sumberdaya seperti sumber daya manusia, anggaran dan fasilitas seperti kantor dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik masih terdapat masalah seperti jumah staf/pegawai kurang sehingga satu sataf merangkap banyak tugas untuk merangkap tugas lainnya. Faktor sumberdaya khususnya informasi terdiri atas dua bentuk. Bentuk pertama adalah informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Informasi seperti ini sangat penting bagi staf implementator khususnya ketika menerima tugas dalam hal memahami substansi apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan dalam implementasi kebijakan yang lebih spesifik. Sedangkan bentuk kedua adalah mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan.
Disposisi merupakan salah satu penghambat yang nyata dalam pelaksanaan kebijakan karena jika seorang staf tidak memeliki dedikasi yang baik dalam melaksanakan kebijakan maka sudah dapat dipastikan hasil kebiijakan tersebut tidak akan maksimal. Menurut Edward insentif salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu pada umumnya orang bertindak menurut kepentingannya sendiri. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik.
untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana karena terdapat kelemahan dalam struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang ada di level kecamatan tidak terlalu rumit pembagian tugasnya. Karena bagi mereka program yang ada harus dikerjakan sehingga tidak ada satu bidang yang tidak bekerja mungkin hanya beberapa pegawai yang nakal, karena disetiap SKPD ada saja pegawai yang nakal. Bagaimanapun struktur birokrasi dibuat sebaiknya tidak terlalu panjang agar tidak kesulitan dalam menjalankannya. Struktur birokrasi atau juga bisa disebut dengan struktur organisasi. Menurut Edward “struktur birokrasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur yang rumit dan kompleks.”
E. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari observasi, wawancara dan data maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdapat kebijakan yang tidak sesuai dengan tema yang diangkat oleh RKPD. Selain itu SKPD yang berkaitan memiliki perhatian terhadap output dari kebijakan tidak memperhatikan prosesnya sehingga staf pelaksana bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tidak berusaha sebaik mungkin.
2. Progam dan kegiatan yang diusulkan dari tingkat kecamatan tidak sedikit yang melenceng dari tema sehingga kegiatan tersebut tidak diakomodir oleh Bappeda.
3. Komunikasi dilakukan dengan jelas, melalui rapat, koordinasi, sosialisasi mengenai Undang-Undang baru juga melakukan konsultasi dan diskusi antara pemerintah pusat ke pemerintah daerah dengan SKPD terkait. Terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi adalah kemampuan menerima informasi pegawai/staf ditingkat kecamatan yang berbeda persepsi sehingga hasil dari pelaksanaan berbeda pula.
langsung pada musrenbang kecamatan sehingga masyarakat di desa/kelurahan tidak dapat menyuarakan aspirasinya.
3. Sumberdaya terdiri atas staf, dana/anggaran dan fasilitas. Setiap dinas, badan dan kantor pemerintahan memiliki masalah yang sama yaitu kurangnya jumlah staf, sehingga satu staf merangkap tiga tugas. Lalu sumberdaya dana/anggaran program dan kegiatan yang beraneka macam dan dilakukan dalam satu tahun, anggaran yang tersedia sedikit maka ada program dan kegiatan yang belum bisa dilakukan. Sedangkan sumberdaya fasilitas, seperti kantor, sarana dan prasarana. Komputer, laptop dan keperluan lain untuk menunjang pekerjaan merupakan sarana prasana yang sudah tersedia.
4. Disposisi merupakan sikap dari pada pelaksana kebijakan, dilihat dari sikap masing-masing individunya ada yang baik dan ada yang buruk. Jika staf baik maka tugas yang dikerjaan akan baik dan pastinya juga memiliki keinginan untuk turut serta dalam pelaksanaan kebijakan tetapi masih ada staf yang nakal yang acuh terhadap kebijakan dan tugas yang menjadi tanggungjawabnya tidak dilakukan sesuai dengan yang diperintahkan.
5. Struktur birokrasi ada beberapa SKPD yang tidak terlalu memperhatikan pentingnya membentuk struktur birokrasi dan menjalankannya, yang terjadi dilapangan adalah membuat struktur birokrasi sesuai dengan kemampuan staf tetapi ada juga yang asal buat yang penting tidak ada kekosongan dalam struktur birokrasi semua terisi oleh staf hal tersebut yang membuat ketidaksesuaian tugas dan fungsi yang diemban. Dan juga ketika melaksanakan kebijakan tidak selalu berpedoman pada struktur birokrasi, akibatnya ada staf yang mengambil peran disetiap tugas, sehingga tidak jelas apa yang seharusnya dilakukan.
Saran
Sehingga staf pelaksana perlu diberi bimbingan teknis dan bimbingan pelaksanaan agar mampu bertugas sesuai kemampuan dan bekerja keras.
2. Masyarakat membutuhkan ruang untuk menyuarakan aspirasinya melalui musrenbang kecamatan tetapi juga musrenbang desa/kelurahan tetapi tidak tersedia maka dari itu Bappeda perlu memberi perintah kepada kepala desa/kelurahan agar melakukan musrenbang dimasing-masing desa/kelurahan.
3. Pemerintah daerah dan SKPD terkait perlu melakukan pemaparan mendalam mengenai kebiijakan yang akan dilakukan sehingga pelaksana ditingkat kecamatan mengetahui hal-hal apa saja yang sesuai dengan substansi kebijakan.
4. Kepala desa/kelurahan perlu melakukan musrenbang untuk masyarakat menyampaikan aspirasinya maka dari Bappeda juga perlu melakukan koordinasi dan pengawasan agar musrenbang desa/kelurahan berjalan setiap tahunnya.
5. Kekurangan staf menjadi masalah disetiap SKPD maka dari itu staf yang tersedia perlu bekerja keras dan dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan baik maka akan diberi reward berupa pujian agar lebih semangat lagi dalam bertugas. Anggaran digunakan dengan bijak lebih kepada kebutuhan pokok sehingga tidak ada kekurangan jika sudah menggunakan sesuai dengan kebutuhan.
6. Dalam merekrut calon staf perlu diseleksi secara cermat tidak asal comot atau berdasarkan kekeluargaan. Dengan seleksi menggunakan merit sistem dalam merekrut staf baru maka hasilnya akan baik.
Daftar Pustaka
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: Rajawali Pres. Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Parsons, Wayne. 2008. Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana
Santoso, Pandji. 2012. Administrasi Publik. Bandung: PT. Refika Aditama Subarsono. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
Suyatno, Bagong, Sutinah. 2007. Metode Peneitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Todaro, Michael P. 1987. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Presindo
Dokumen
Banyuwangi Dalam Angka (BDA) Tahun 2011, 2012 dan 2013. Banyuwangi: Badan Pusat Statistik
KUA (Ketentuan Umum APBD) Periode 2013. Banyuwangi: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013. Banyuwangi: Kabupaten Banyuwangi
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2013. Banyuwangi: Kabupaten Banyuwangi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2013. Banyuwangi: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
RIPE (Rencana Induk Pengembangan Ekonomi ) Periode 2014-2025. Banyuwangi: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
RKPD Kabupaten Banyuwangi Periode 2013. Banyuwangi: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi.
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Periode 2010-2015. Banyuwangi. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Jurnal Online
Indrasari, Viki. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, dalam http://eprints.undip.ac.id/34956/, diakses:12 Oktober 2014 pukul 06:46
Sularso, Havid, Retianto, Yanuar E. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Jendral Soedirman Vol. 1 No. 2, dalam http://jurnal.bakrie.ac.id/index.php/journal_MRA/article/view/22 14 Oktober 2012 pukul 08:20
Sunusi, Dewi Kurniawati. 2014. Analisis Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah pada Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya Terhadap Kemiskinan di Sulawesi Utara Tahun 2001-2010, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Vol. 14 No. 2, dalam http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/4732 12 Oktober 2014 pukul 06: 55