• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM (1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga Laporan “ ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM ini dapat terselesaikan pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek klinik Keperawatan Anak di ruang rawat anak RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH ACEH BARAT.

Laporan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada

1. Ns. Diah ayuning. W S.Kep Sebagai koordinator klinik Keperawatan Anak, 2. Ns. Imran Sabiul, S.Kep,

3. Rekan–rekan satu kelompok yang telah banyak memberikan dorongan sehingga terwujud Laporan ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan Laporan kasus ini lebih lanjut.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila anaknya mengalami kejang demam seperti ini sangat tidak di inginkan oleh orang tua manapun. Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6 bulan hingga 5 Tahun (ME. Sumijati 2000 ) dengan durasi kejang selama beberapa menit. Namun begitu, walaupun terjadi hanya beberapa menit, bagi orang tua rasanya sangat mencemaskan, menakutkan dan terasa berlangsung sangat lama, jauh lebih lama disbanding yang sebenarnya.

Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%. (Maeda DKK, 2016)

(3)

Selama melakukan praktek klinik dalam stase keperawatan anak tanggal 24 april s/d 19 mei 2018 didapati kasus kejang demam sebanyak 31 anak yang dirawat di ruang rawat anak BLUD Cut Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.

(4)

rumah sakit tetapi mencskup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anak tersebut, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

B. Tujuan 1. Tujuan umum:

Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak. 2. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui;

a. Definisi penyakit kejang demam pada anak. b. Etiologi penyakit kejang demam pada anak

c. Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak . d. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak. e. Komplikasi penyakit kejang demam pada anak.

f. Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak . g. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.

(5)

BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)

B. Etiologi Kejang Demam 1. Faktor-faktor prenatal 2. Malformasi otak congenital 3. Faktor genetika

4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis) 5. Demam

(6)

7. Trauma

8. Neoplasma, toksin 9. Gangguan sirkulasi

10. Penyakit degeneratif susunan saraf.

11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

C. Patofisiologi Kejang Demam

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh : a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

(7)
(8)

D. Nursing Pathway

Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan biokimia.

Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit

perubahan konsentrasi ion

Reaksi inflamasi di ruang ekstraseluler

Resiko Infeksi

Proses demam

Ketidakseimbangan kelainan neurologis

Hipertermia potensial membran perinatal/prenatal

ATP ASE

Resiko kejang berulang

difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan

Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera

Dan diit

Defisit pengetahuan keluarga kurang dari lebih dari 15 menit

15 menit

perubahan suplay

Tidak menimbulkan Darah ke otak

gejala sisa

resiko kerusakan sel

(9)

Gangguan Perfusi jaringan cerebral

E. Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam

Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :

a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit b. Kejang umum tonik dan atau klonik c. Umumnya berhenti sendiri

d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :

a. Kejang lama > 15 menit

b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang Demam A. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun 4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

(10)

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat

9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014) B. Kejang demam kompleks

Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang

parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik;

mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang

pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan

terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002)

G. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam 1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal

tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam

yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk

pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan

dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama

pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala

meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur

(11)

3. Darah

a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl) b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro

toksik akibat dari pemberian obat. c. Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.

5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi 6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka

(di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

H. Penaktalaksanaan Medis 1. Pengobatan

a. Pengobatan fase akut

Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.

Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).

(12)

b. Turunkan panas

Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis. Kompres air PAM / Os

c. Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.

d. Pengobatan profilaksis

Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.

e. Penanganan sportif 1) Bebaskan jalan napas 2) Beri zat asam

3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit 4) Pertahankan tekanan darah

5)

2. Pencegahan

a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.

(13)

Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis Diazepam : (indikasi khusus)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

A. Pengkajian Keperawatan 1. Anamnesa

a. Aktivitas atau Istirahat Keletihan, kelemahan umum

Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain b. Sirkulasi

Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis

Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan c. Intergritas Ego

Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan dalam

berhubungan d. Eliminasi

1) Inkontinensia epirodik 2) Makanan atau cairan

3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang

e. Neurosensori

(14)

2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi) 3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis f. Kenyamanan

1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal) 2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal

g. Pernafasan

1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus

2) Fase posektal : Apnea h. Keamanan

1) Riwayat terjatuh 2) Adanya alergi i. Interaksi Sosial

Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya 2. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas

1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot

2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot b. Integritas Ego

1) Pelebaran rentang respon emosional c. Eleminasi

Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia d. Makanan atau cairan

(15)

2) Hyperplasia ginginal

e. Neurosensori (karakteristik kejang)

1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.

2) Kejang umum

Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine

3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia

4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan 5) Kejang parsial

Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif

f. Kenyamanan

Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati Perubahan pada tonus otot

Tingkah laku distraksi atau gelisah g. Keamanan

Trauma pada jaringan lunak

Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan sel neuron otak 3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas

(16)

5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Rencana Keperawatan

No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi 1. Hipertermi

a. Suhu tubuh dalam rentan normal (36,5-37oC)

b. Nadi dalam rentan normal 80-120x/menit c. RR dalam rentan

normal 18-24x/menit d. Tidak ada perubahan

warna kulit dan tidak ada pusing.

1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin 2. Monitor warna kulit

3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan

membatasi pengunjung

6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan

7. Menganjurkan menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat 8. Berikan edukasi pada keluarga tentang

kompres hangat dilanjutkan dengan kompres dingin saat anak demam 9. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat penurun panas

2. Gangguan perfusi

(17)

neuromuskular otak

lemah, tidak pucat, kulit tidak kebiruan dengan kriteria hasil:

a. TD sistole dan diastole dalam batas normal 80-100/60 mmHg

b. RR normal 20-30 x/menit

c. Nadi normal 80-90 x/ menit

d. Suhu normal 36-37 derajat celcius

1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

2. Identifikasi kebutuhan dan keamanan pasien

3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya

4. Memasang side rail tempat tidur 5. Menyediakan tempat tidur yang

nyaman dan bersih 6. Membatasi pengunjung

(18)

menemani pasien

9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan

10. Edukasi tentang penyakit kepada keluarga. a. Bebas dari tanda

dangejala infeksi.

2. Bersihkan lingkungan pasien secara benar setiap setelah digunakan pasien 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah

merawat pasien, dan ajari cuci tangan yang benar

4. Anjurkan pada keluarga untuk selalu menjaga kebersihan klien

5. Tingkatkan masukkan gizi yang cukup 6. Tingkatkan masukan cairan yang cukup 7. Anjurkan istirahat

8. Ajari keluarga cara

menghindari infeksi serta tentang tanda dan gejala infeksi dan segera untuk melaporkan keperawat kesehatan 9. Pastikan penanganan aseptic semua

daerah IV (intra vena)

10. Kolaborasi dalam pemberian therapi antibiotik yang sesuai, dan anjurkan untuk minum obat sesuai aturan. .

1. Informasi keluarga tentang kejadian kejang dan dampak masalah, serta beritahukan cara perawatan dan pengobatan yang benar.

(19)

kejang

dapat terjadi akibat pertolongan yang salah.

3. Ajarkan kepada keluarga untuk memantau perkembangan yang terjadi akibat kejang.

4. Kaji kemampuan keluarga terhadap penanganan kejang.

(20)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

(21)

B. Saran

1. Untuk RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh

Agar selalu dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik khususnnya dalam peroses pemberian asuhan keperawatan serta selalu memberi perawatan yang intensif khususnya pada penderita kejang demam.

2. Untuk mahasiswa

Mahasiswa harus lebih memperdalam ilmu pengetahuan serta keterampilan dengan cara terus membaca dan berlatih agar kualitas asuhan yang diberikan pada klien lebih baik.

3. Untuk Pihak Akademik

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3. Medica Aesculpalus, FKUI. Jakarta

Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Carpenito, L.J.,2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, EGC, Jakarta Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta: Salemba medika.

Judith M. Wilkinson, ( 2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NO, Edisi :10.EGC ,Jakarta

Maeda, Dkk. Lp kejang demam. 12 mai 2018. https://www.scribd.com/doc/240209755/LP-Kejang-Demam

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta: Salemba medika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan

Kinerja yang dihitung adalah dari keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga jika pada tahun tertentu kinerja tidak sesuai dengan rencana maka perlu dilakukan

Penelitian ini dilakukan dari bulan November-Januari, penelitian lapangan pertama dilakukan pada bulan November, setelah itu peneliti melakukan analisis data dan

13 UU memerintahkan instansi pemerintah yang bertanggung jawab membantu kedua belah pihak untuk menyelesaikan perselisihan dan jika kedua belah pihak yang

selaku ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis

Pengoperasian mesin secara normal mengakibatkan timbulnya bermacam-macam contamination – mulai dari partikel logam renik sampai bahan kimia korosif. Jika oli mesin tidak

(2015) ‗Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dengan Simvastatin Terhaap Kolesterol Total Tikus Putih Hiperkolesterolemia‘,

Maclean dalam Sherzer &amp; Stone (1974) mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu karena