12
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima penelitian terdahulu
yang sangat bermanfaat bagi penulis sebagai bahan acuan. Penelitian itu adalah
penelitian yang di lakukan oleh :
1.
Farah Margaretha dan Marsheilly Pingkan Zai (2013)
Penelitian pertama menggunakan penelitian dari Farah Margaretha dan Marsheilly
Pingkan Zai yang berjudul “Faktor
-Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan
perbankan indonesia”. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh CAR,
LDR, BOPO, NPL, dan NIM terhadap ROA. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Bank yang Publik di Indonesia periode 2007 sampai dengan
2011.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan cara purposive sampling. Jenis data yang di gunakan adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan Bank Umum Konvensional yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengumpulan data dengan menggunakan
metode dokumentasi, dan untuk teknik analisis data menggunakan regresi liner
berganda. Dari penelitian yang dilakukan oleh Farah Margaretha dan Marsheilly
Pingkan Zai (2013) maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :
1.
Variabel CAR, LDR, dan NIM secara parsial berpengaruh positif signifikan
sampai dengan tahun 2011.
2.
Variabel BOPO, dan NPL secara parsial berpengaruh negatif signifikan
terhadap ROA pada Bank yang Publik di Indonesia periode 2007 sampai
dengan tahun 2011.
2.
Muhammad Faizal Rachman (2014).
Penelitian kedua menggunakan penelitian dari Muhammad Faizal Rachman yang
berjudul “pengaruh kinerja likuiditas, kualitas aktiva, sensitivitas, efisiensi dan
solvabilitas terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public
”.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut apakah variabel LDR, LAR,
APB, NPL, IRR, BOPO, FBIR, dan FACR secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go
Public, selama periode penelitian tri
wulan
I tahun 2009 sampai dengan triwulan II
tahun 2013. Dan manakah diantara variabel-variabel tersebut yang memberikan
kontribusi paling dominan terhadap ROA.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan cara purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan Bank Umum Swasta Nasional Go Public
periode penelitian triwulan I tahun 2009 sampai dengan triwulan II tahun 2013.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi, dan untuk
analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Faizal Rachman (2014) maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
dan FACR secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public.
2.
Variabel LDR, dan FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public yang
menjadi sampel penelitian.
3.
Variabel LAR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak
signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public yang
menjadi sampel penelitian.
4.
Variabel APB, dan BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang
signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public yang
menjadi sampel penelitian.
5.
Variabel NPL,FACR, dan IRR secara parsial mempunyai pengaruh positif
yang tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go
Public yang menjadi sampel penelitian.
3.
Ferdinnanda Larashati (2015)
Penelitian ketiga menggunakan penelitian dari Ferdinnanda Larashati yang berjudul
“Pengaruh Rasio Likuiditas, Kualitas Aktiva, Sensitivitas, Efisiensi dan
Solvabilitas Terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public”.
Permasalah yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah apakah variabel LDR,
IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO,FBIR, FACR dan PR secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta
Nasional Go Public, selama periode penelitian triwulan I tahun 2010 sampai
yang memberikan kontribusi paling dominan terhadap ROA.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan cara purposive sampling. Jenis data yang di gunakan adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan Bank Umum Swasta Nasional Go Public.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi, dan untuk
teknik analisis data menggunakan regresi liner berganda. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Ferdinnanda Larashati (2015), maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1.
Secara simultan variabel LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO,FBIR,
FACR dan PR secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Go Public.
2.
Variabel LDR dan APB secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Go Public
yang menjadi sampel penelitian.
3.
Variabel IPR dan NPL secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak
signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Go Public
yang
menjadi sampel penelitian.
4.
Variabel IRR dan PDN secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak
signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Go Public
yang
menjadi sampel penelitian.
5.
Variabel BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Go Public
yang menjadi
6.
Variabel FBIR dan PR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Go Public
yang
menjadi sampel penelitian.
7.
Variabel FACR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak
signifikan terhadap Bank Umum Swasta Nasional
Go Public
yang menjadi
sampel penelitian.
4.
Sisilia Septy Pratiwi (2015).
Penelitian ke empat menggunakan penelitian dari Sisilia Septy Pratiwi yang
berjudul “ Pengaruh Likuiditas, Kualitas Aktiva, Sensitivitas terhadap pasar dan
Efisie
nsi Terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa”.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah apakah variabel
LDR, LAR, IPR, APB, NPL, PDN, IRR, BOPO, dan FBIR secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa, selama periode penelitian triwulan I tahun 2010 sampai dengan
triwulan II tahun 2014. Dan manakah diantara variabel-variabel tersebut yang
memberikan kontribusi paling dominan terhadap ROA.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan cara purposive sampling. Jenis data yang di gunakan adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa
periode penelitian triwulan I tahun 20010 sampai dengan Triwulan II 2014. Metode
pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi, dan untuk teknik
analisis data menggunakan regresi liner berganda. Dari penelitian yang dilakukan
1.
Secara simultan variabel LDR, LAR, IPR, APB, NPL, PDN, IRR, BOPO, dan
FBIR secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
.
2.
Variabel LAR, FBIR, dan IPR secara parsial mempunyai pengaruh positif
yang signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang
menjadi sampel penelitian.
3.
Variabel BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan
terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang menjadi sampel
penelitian.
4.
Variabel APB, dan IRR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang
menjadi sampel penelitian.
5.
Variabel LDR, NPL, dan PDN secara parsial mempunyai pengaruh positif
yang tidak signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang menjadi sampel penelitian.
5.
Haryo Hutomo (2015).
Penelitian ke lima menggunakan penelitian dari Haryo Hutomo yang berjudul
“Pengaruh Likuiditas, Kualitas aktiva, Sensitivitas, Efisiensi dan Solvabilitas
terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa”.
Permasalahan yang
diangkat dalam penelitian tersebut adalah apakah variabel LDR, IPR, NPL, PDN,
IRR, BOPO, FBIR, dan FACR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa, selama
manakah diantara variabel-variabel tersebut yang memberikan kontribusi paling
dominan terhadap ROA.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan cara purposive sampling. Jenis data yang di gunakan adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi, dan untuk
teknik analisis data menggunakan regresi liner berganda. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Haryo Hutomo (2015), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Secara simultan variabel LDR, IPR, NPL, PDN, IRR, BOPO, FBIR, dan
FACR secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
2.
Variabel LDR, NPL, dan IPR secara parsial mempunyai pengaruh negatif
yang tidak signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang menjadi sampel penelitian.
3.
Variabel PDN secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak
signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang menjadi
sampel penelitian
4.
Variabel IRR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang menjadi sampel
penelitian.
5.
Variabel BOPO dan FACR secara parsial mempunyai pengaruh negatif
yang signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang
6.
Variabel FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang menjadi sampel
penelitian.
2.2
Landasan Teori
Pada sub bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari dan
mendukung penelitian ini. Berikut ini akan di jelaskan mengenai teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini.
2.2.1
Profitabilitas Bank
Rasio profitabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi
usaha yang dicapai oleh bank (Lukman Dendawijaya 2009:118-120). Pengukuran
kinerja profitabilitas bank dapat diukur dengan rasio sebagai berikut :
1.
Return On Asset
(ROA)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut Dari segi penggunaan aset. ROA dapat diukur dengan
menggunakan rumus :
ROA =
Laba sebelum pajakTotal aktiva
× 100%
...(1)
2.
Return On Equity
(ROE)
Return On Equity
(ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan
selanjutnya dikaitkan dengan peluang kemungkinan pembayaran deviden. rumus
yang digunakan untuk mengukur rasio
Return On Equity
(ROE) adalah sebagai
berikut :
ROE =
Laba setelah pajakRata−rata modal inti
× 100%
...(2)
Table 2.1
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA PENELITI
TERDAHULU DENGAN PENELITI SEKARANG.
Data Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
Metode Pengumpul an
Dokumentasi Dokumentasi Dokumentasi Dokumentasi Dokumentasi Dokumentasi
Teknik
Sumber :Farah Margaretha dan Marsheilly Pingkan Zai (2013), M.Faizal Rachman (2014), Ferdinnanda Larashati (2015), Sisilia Septy P (2015), Haryo Hutomo (2015), Diana Pratiwi (2016).
3.
Net Profit Margin
Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPM=
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑥 100%
...(3)
Ada tambahan pendapat dari Veithzal Rivai untuk mengukur profitabilas
(480-481).
4.
Net Interest Margin
(NIM)
Rasio ini menunjukkan kemampuan
earning assets
dalam menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dengan melihat
laporan laba rugi pos pendapatan (beban) bunga bersih. NIM harus cukup besar
untuk mengcover kerugian-kerugian pinjaman, kerugian sekuritas dan pajak untuk
dijadikan profit dan meningkatkan pendapatan. enggunakan rumus sebagai berikut:
NIM =
Pendapatan bersih (pendapatan bunga−beban bunga)Aktiva produktif × 100%
...(4)
Dari semua rasio profitabilitas yang ada di atas, peneliti menggunakan rasio ROA
sebagai variabel terikat penelitian.
2.2.2
Penilaian Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Irham fahmi 2015:149). Untuk
mengetahui kondisi keuangan bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang di
sajikan oleh bank secara periodik. Agar laporan keuangan tersebut dapat dibaca
dengan baik dan dapat dengan mudah dimengerti maka perlu dilakukan analisis
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut :
A.
Aspek Likuiditas
Pengertian likuiditas adalah merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain,
dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat
mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin
likuid. Untuk melakukan pengukuran rasio ini, memiliki beberapa jenis rasio yang
masing-masing memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio
likuiditas (Kasmir,2012:315-320) sebagai berikut :
1.
Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya terhadap para deposan atau pemilik simpanan giro, tabungan, dan
deposito dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank. Rumus
untuk QR sebagai berikut :
QR =
Total DepositCash Asset× 100 %
... (5)
2.
Investing Policiy Ratio (IPR)
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya
kepada para deposan dengan melikuidasi surat beharga yang
dimilikinnya. IPR menggunakan rumus sebagai berikut :
IPR =
Surat surat behargaTotal DPK× 100 %
... (6)
a.
Surat beharga dalam hal adalah sertifikat BI, surat beharga yang dimiliki bank,
obligasi pemerintah, dan surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali
atau lebih dikenal dengan repo.
b.
Total dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk
antar bank).
3.
Cash Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
melunasi kewajibannya yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki
oleh bank tersebut. CR menggunakan rumus sebagai berikut :
CR =
Alat likuidTotal DPK× 100 %
... (7)
Merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
4.
Loan to Deposit Ratio
(LDR)
LDR menggunakan rumus sebagai berikut :
LDR =
Total kredit yang diberikanTotal DPK+ekuitas× 100 %
...(8)
Dimana :
1.
Kredit yaitu total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga ( tidak termasuk
kredit pada bank lain).
2.
Total dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk
antar bank).
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah LAR dan IPR.
5.
Loan to Assets Ratio
(LAR)
menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini tingkat
likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai
kreditnya menjadi semakin besar. LAR dirumuskan sebagai berikut :
LAR =
Jumlah kredit yang DiberikanTotal Aktiva
× 100%
...(9)
Keterangan :
a.
Jumlah kredit yang diberikan : diperoleh dari aktiva neraca yaitu kredit yang
diberikan tapi PPAP tidak turut dihitung.
b.
Jumlah aset : diperoleh dari neraca aktiva yaitu total aktivanya.
6.
Banking ratio
bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah
kredit yang disalurkn dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio
ini, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah tingkat likuiditas bank, karena
jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil, demikian pula
sebaliknya. Berikut adalah rumu Banking Ratio :
Banking Ratio =
Total DepositTotal Loans× 100 %
...(10)
B.
Aspek Kualitas Aktiva
Kualitas Aktiva atau earning asset adalah kemampuan dari aktiva -
aktiva yang dimiliki oleh bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dengan
maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya (Lukman
Dendawijaya 2009: 61).
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kualitas
aktiva suatu bank dapat dirumuskan sebagai berikut (Taswan,2010: 164-165) :
Rasio ini juga sering disebut dengan
earning assets
(aktiva yang menghasilkan),
karena enempatan dana bank tersebut adalah untuk mencapai tingkat penghasilkan
yang diharapkan. APB dirumuskan sebagai berikut :
APB =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
× 100%
...(11)
Aktiva produktif bermasalah merupakan aktiva produktif dengan kualitas kurang
lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M), yang terdapat dalam kualitas aktiva
produktif. Aktiva produktif terdiri dari : jumlah seluruh aktifa produktif pihak
terkait maupun tidak terkaity ang terdiri dari lancar (L), dalam pengawasan khusus
(DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M), yang terdapat dalam
kualitas aktiva.
2.
Non Performing Loan
(NPL)
NPL merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yaitu kredit bermasalah yaitu kredit yang
kolektibilitasnya kurang lancer, diragukan, dan macet. NPL dirumuskan sebagai
berikut :
NPL
=
𝐾𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟,𝐷𝑖𝑟𝑎𝑔𝑢𝑘𝑎𝑛,𝑀𝑎𝑐𝑒𝑡𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
× 100%
...(12)
Keterangan :
Total kredit merupakan jumlah kredit kepada pihak ketiga untuk pihak terkait
maupun tidak terkait.
3.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
PPAP adalah rasio perbandingan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
telah dibentuk dengan total aktiva produktif. Rasio penyisihan aktiva produktif
menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif suatu bank. PPAP dapat
dirumuskan sebagai berikut :
PPAP =
Penyisihan Aktiva Produktif yang Telah DibentukTotal Aktiva Produktif× 100 %
...(13)
Diamana :
PPAP yang telah dibentuk adalah cadangan yang telah dibentuk sebesar persentase
tertentu berdasarkan penggolongan aktiva produktif yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah APB dan NPL.
C.
Aspek Sensitivitas.
Sensitivitas pasar merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk
mengcover akibat yang ditimbulkan oleh perubahan risiko pasar dan kecakupan
manajemen risiko pasar (Veithzal Rivai dkk, 2012:485). Sensitivitas dapat diukur
dengan menggunakan rasio sebagai berikut (Taswan, 2010:266-567) :
2.
Interest Rate Risk (IRR)
IRR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur timbulnya risiko akibat
perubahan tingkat suku bunga yang berpengaruh buruk terhadap pendapatan
yang diterima oleh bank atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh bank. Jika suku
bunga lebih besar maka terjadi peningkatan pendapatan bunga di bandingkan
peningkatan biaya bunga. IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
IRR =
IRSAIRSL× 100 %
...(14)
Dimana :
a.
Komponen IRSA (
Interest Rate Sensitive Asset
) adalah Sertifikat Bank
Berharga, Kredit Yang Diberikan, Penyertaan.
b.
Komponen IRSL (
Interest Rate Sensitive Liabilities
) adalah Giro, Tabungan,
Deposito, Sertifikat Deposito, Simpanan dari Bank lain,pinjaman yang
Diterima.
3.
Posisi Devisa Netto (PDN)
PDN adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sensitivitas bank terhadap
perubahan nilai tukar, dapat definisikan sebagai angka yang merupakan
penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari selisih bersih aktiva dan pasiva
dalam neraca untuk setiap valuta asing ditambah selisih bersih tagihan dan
kewajiban baik yang merupakan komponen maupun kontigensi dalam rekening
administratif untuk setiap valuta asing yang semuanya dinyatakan dalam rupiah.
Ukuran PDN berlaku untuk bank-bank yang melakukan transaksi valas atau bank
devisa (Taswan, 2010:168). PDN dapat dirumuskan sebagai berikut :
PDN =
(aktiva valas−pasiva valas)+selisih off balance sheetModal× 100%
...(15)
Dimana :
a.
Aktiva Valas: Giro pada bank lain, Penempatan pada bank lain, surat berharga
yang dimiliki, kredit yang diberikan
b.
Pasiva valas: Giro, Simpanan Berjangka, Surat Berharga yang diterbitkan,
Pinjaman yang diterima
c.
Off Balance Sheet
: Tagihan dan Kewajiban Komitmen Kontigensi (Valas)
d.
Modal ( Yang dibutuhkan dalam perhitungan PDN adalah ekuitas)
1.
Posisi Long = Aktiva Valas > Passiva Valas (setelah memperhitungkan
rekening administrasi bank).
2.
Posisi Shortc = Aktiva Valas < Passiva Valas (setelah
memperhitungkan rekening administrasi bank).
3.
Posisi Square = Aktiva Valas = Passiva Valas (setelah memperhitungkan
rekening administrasi bank).
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah IRR .
D.
Aspek Efisiensi
Efisiensi merupakan rasio kemampuan bank untuk mengelola sumber daya yang
dimiliki secara efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Martono, 2013:86). Efisiensi
dapat diukur dengan menggunakan rasio sebagai berikut (Martono, 2013:87-88) :
1.
Operating Rasio
(OR)
OR adalah rasio mengukur rata rata biaya operasional dan biaya non operasional
yang dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatanya. OR dapat dirumuskan
sebagai berikut :
OR =
Biaya Operasi+Biaya Non OpeasiPendapatan Operasi× 100%
...(16)
2.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
mengelola biaya operasional dalam rangka mendapatkan pendapatan operasional.
BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut :
BOPO =
Total Pendapatan OperasionalTotal Biaya Operasional× 100%
...(17)
a.
Beban operasional diperoleh dengan menjumlahkan neraca laporan laba rugi
pos kedua (beban bunga). Komponen yang termasuk dalam biaya (beban
operasional) seperti bunga, beban operasional lainnya, beban (pendapatan)
penghapusan aktiva produktif, beban estimasi kerugian komitmen dan
kontijensi yang terdapat pada laporan laba rugi dan saldo laba.
b.
Pendapatan operasional diperoleh dengan menjumlahkan neraca laporan laba
rugi pos pertama (pendapatan bunga). Komponen yang termasuk dalam
pendapatan operasional seperti pendapatan bunga dan pendapatan lainnya
selain bunga.
2.
Free Base Income Ratio (FBIR)
FBIR rasio untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam
menghasilkan pendapatan operasional selain bunga. FBIR dapat dirumuskan
sebagai berikut :
FBIR =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑑𝑖 𝐿𝑢𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎Pendapatan Operasional× 100%
...(18)
Dimana :
a.
Komponen yang termasuk pendapatan selain bunga seperti hasil bunga,
pendapatan margin dan bagi hasil, provisi dan komisi.
b.
Komponen yang termasuk provisi pinjaman seperti pendapatan provisi,
komisi, fee, pendapatan transaksi valuta asing dan pendapatan peningkatan
nilai surat berharga serta pendapatan lainnya.
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah BOPO dan FBIR.
Solvabilitas Merupakan alat ukuran untuk mengetahui apakah
permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi
dalam total asset masuk dapat ditutupi
capital equity
. Bisa juga dikatakan rasio ini
merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk meihat efisiensi bagi pihak
manajemen bank tersebut. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
permodalan suatu bank adalah sebagai berikut (kasmir,2010:322-326) :
1.
Primary Ratio
(PR)
Merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah
memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset masuk dapat
ditutupi oleh capital equity. Rumus yang digunakan adalah :
Primary Ratio
=
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
× 100%
...(19)
2.
Risk Assets Ratio
Merupakan rasio untuk mengukur kemungkinan penurunan risk assets. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Risk Assets Ratio
=
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝑠𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
× 100%
...(20)
3.
Capital Adequacy Ratio
( CAR)
CAR untuk mencari rasio ini perlu terlebih dahulu untuk diketahui besarnya
estimasi resiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dari risiko yang akan
terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga. CAR dapat dirumuskan sebagai
berikut :
CAR =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
× 100%
...(21)
Menurut Taswan (2010:166) FACR atau aktiva tetap terhadap modal adalah
penanaman aktiva tetap terhadap permodalan. Aktiva tetap terdiri dari dua
kelompok yaitu aktiva tetap dan inventaris kantor serta persediaan barang
percetakan. Aktiva tetap dibedakan menjadi dua macam yaitu aktiva tetap bergerak
misalnya kendaraan, serta aktiva tetap tidak bergerak seperti rumah. FACR dapat
dirumuskan sebagai berikut :
FACR =
Aktiva TetapModal
× 100%
...(22)
Dalam penelitian ini, Rasio yang digunakan adalah PR
,
dan FACR.
2.2.3
Pengaruh variabel LAR, IPR, APB, NPL, BOPO, FBIR, IRR, PR dan
FACR, terhadap
Return On Assets
(ROA).
1.
Pengaruh
Loan To Assets
(LAR) terhadap ROA.
LAR berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila LAR mengalami
peningkatan, berarti telah terjadi peningkatan total kredit dengan presentase lebih
besar dibanding persentase peningkatan total aset. Akibatnya terjadi peningkatan
pendapatan lebih besar dibandingkan biaya bunga, Sehingga pendapatan
meningkat, laba meningkat, ROA juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Sisilia Septy Pratiwi(2015) yaitu variabel LAR secara
parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank
umum Swasta Nasional Devisa.
2.
Pengaruh
Investing Policy Ratio
(IPR) terhadap ROA.
IPR berpengaruh Positif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila IPR mengalami
peningkatan, berarti telah terjadi peningkatan investasi pada surat berharga yang di
dana pihak ketiga. akibatnya terjadi peningkatan pendapatan bunga lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan biaya bunga, sehingga laba meningkat dan ROA
bank juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sisilia
Septy Pratiwi (2015) yaitu variabel IPR secara parsial memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap ROA pada Bank umum Swasta Nasional Devisa.
3.
Pengaruh Aktiva Produktif Bermasalah (APB) terhadap ROA
APB berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila APB mengalami
peningkatan, berarti telah terjadi peningkatan aktiva produktif bermasalah
dengan persentase yang lebih besar di bandingkan persentase peningkatan total
aktiva produktif. Akibatnya, terjadi peningkatan biaya yang dicadangkan lebih
besar dibandingkan peningkatan pendapatan, sehingga menyebabkan laba bank
mengalami penurunan dan ROA bank juga mengalami penurunan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Muhammad Faizal Rachman (2014) yaitu variabel
APB secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional Go public.
4.
Pengaruh
Non Performing Loan
terhadap ROA.
NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila NPL mengalami
peningkatan, berarti telah terjadi peningkatan total kredit bermasalah dengan
persentase lebih besar dibandingkan persentase peningkatan total kredit. Akibatnya,
terjadi peningkatan biaya yang dicadangkan lebih besar dibandingkan peningkatan
pendapatan, sehingga laba bank mengalami penurunan dan ROA juga mengalami
penurunan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Farah Margaretha dan
pengaruh negatif signifikan terhadap ROA pada Bank yang telah publik di
indonesia.
5.
Pengaruh IRR terhadap ROA.
IRR bisa berpengaruh positif atau negatif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila IRR
mengalami kenaikan berarti telah terjadi peningkatan IRSA dengan persentase lebih
besar dibandingkan peningkatan IRSL. Apabila suku bunga meningkat maka akan
terjadi peningkatan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan peningkatan biaya
bunga, sehingga laba mengalami peningkat dan ROA juga meningkat. Apabila
suku bunga mengalami penurunan, berarti telah terjadi penurunan pendapatan
bunga dengan persentase lebih besar di bandingkan biaya bunga. Sehingga laba
mengalami penurunan dan ROA juga mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Haryo Hutomo (2015) yaitu variabel IRR secara parsial
memiliki pengaruh Positif signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
6.
Pengaruh BOPO terhadap ROA
BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila BOPO
mengalami peningkatan, berarti telah terjadi peningkatan biaya operasional bank
dengan persentase lebih besar dibandingkan persentase peningkatan pendapatan
operasional. Akibatnya, terjadi peningkatan biaya operasional lebih besar
dibandingkan peningkatan pendapatan operasional, Sehingga laba mengalami
penurunan dan ROA juga mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan hasil
memiliki pengaruh Negatif signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta
Nasional Go Public.
7.
Pengaruh FBIR terhadap ROA.
FBIR berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini terjadinya apabila FBIR
mengalami peningkatan, berarti telah terjadi peningkatan pendapatan operasional
di luar pendapatan bunga dengan persentase lebih besar dibandingkan persentase
peningkatan pendapatan operasional. Sehingga laba mengalami peningkatan dan
ROA bank juga mengalami peningkatan. Hal ini Telah di buktikan oleh
Ferdinnanda Larashati (2015) bahwa variabel FBIR secara parsial mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional
Go Public.
8.
Pengaruh
Primary Ratio
terhadap ROA.
PR berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila PR mengalami
peningkatan , berarti telah terjadi peningkatan modal dengan persentase
lebih besar dibandingkan persentase peningkatan total aktiva. Sehingga laba
mengalami peningkatan dan ROA juga mengalami peningkatan. Hal ini Telah di
buktikan oleh Ferdinnanda Larashati (2015) bahwa variabel PR secara parsial
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum
Swasta Nasional
Go Public.
9.
Pengaruh
Fixed Assets Capital Ratio
(FACR) terhadap ROA.
FACR berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila FACR
mengalami peningkat, berarti telah terjadi peningkatan aktiva tetap dengan
+ + + + -
- +/- - -
Akibatnya, terjadi kenaikan modal yang dialokasikan terhadap aktiva tetap lebih
besar dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Sehingga laba mengalami
penurunan dan ROA juga mengalami penurunan. Hal ini telah di buktikan oleh
Haryo Hutomo (2015) bahwa Variabel FACR secara parsial mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
2.3
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang sudah dikemukakan di atas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bank Pembangunan Daerah
Menghimpun Dana Menyalurkan Dana
Kinerja Keuangan Bank
Likuiditas
LAR IPR
Kualitas Aktiva
APB NPL
Sensitivitas
IRR
Efisiensi
BOPO FBIR
Solvabilitas
PR FACR
1.
LAR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO, FBIR, PR dan FACR, secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Assets
(ROA) pada Bank Pembangunan Daerah
2.
Loan To Assets
(LAR) secara parsial mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah.
3.
Investing Policy Ratio
(IPR) secara secara parsial mempunyai pengaruh
positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah.
4.
Aktiva Produktif Bermasalah (APB) secara secara parsial mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan
Daerah.
5.
Non Performing Loan
(NPL) secara secara parsial mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah.
6.
Interest Rate Risk
(IRR) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan
terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah.
7.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan operasional (BOPO) secara secara
parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada
Bank Pembangunan Daerah.
8.
Fee Based Income Ratio
(FBIR) secara parsial mempunyai pengaruh positif
yang signifikan terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah.
9.
Primary Ratio
secara cparsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah.
10.