• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MELALUI WORKSHOP PADA BEBERAPA SEKOLAH BINAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MELALUI WORKSHOP PADA BEBERAPA SEKOLAH BINAAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MELALUI WORKSHOP PADA

BEBERAPA SEKOLAH BINAAN

MUZAIFI ISMAIL

Pengawas Sekolah Kabupaten Bangkalan

Abstrak: Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan KKM dengan analisis dan memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan. Kenyataan dilapangan guru dalam menetapkan KKM tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yang dapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman dalam penetapan KKM. Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana upaya untuk meningkatkan kemampuan guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?, 2) Apakah melalui Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ?. Adapun tujuan penelitian ini adalah peningkatkan kemampuan guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

(action research). Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah jenis emansipatori. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan model Kemmis yang terdiri atas empat langkah, yakni : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan repleksi. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru-guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 10 orang guru. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal. Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Terjadi peningkatan kesiapan peserta dalam kegiatan Workshop, disamping itu juga, terjadi peningkatan kemampuan guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui pembinaan berupa Workshop dari siklus I ke siklus II.

Kata Kunci: Peningkatan guru, menetapkan, KKM.

(2)

Pendahuluan

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil be-lajar sebagai bagian dari langkah pe-ngembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ber-basis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, meng-haruskan pendidik dan satuan pen-didikan menetapkan KKM dengan analisis dan memperhatikan mekanis-me, yaitu prinsip dan langkah-lang-kah penetapan.

Kenyataan dilapangan guru dalam menetapkan KKM tidak ber-dasarkan analisis dan tidak memper-hatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yang dapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman dalam penetapan KKM.

Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM)

Perangkat Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas dari Departemen Pen-didikan Nasional, dijelaskan : Penger-tian, Fungsi, dan Mekanisme Pene-tapan KKM yang isinya sebagai berikut :

a. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompe-tensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan krite-ria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan

peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM harus ditetapkan sebe-lum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah pe-serta didik yang melampui batas ketuntasan minimal, tidak mengu-bah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan Kriteria ti-dak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menen-tukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejum-lah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan Kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tinda-kan yang tepat terhadap hasil peni-laian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampui Kriteria ketuntasan minimal.

(3)

Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, Muzaifi Ismail

Kriteria Ketuntasan menunjuk-kan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (sera-tus). Angka maksimal 100 meru-pakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan Pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pe-nilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria Ketuntasan Minimal harus dicantumkan dal-am Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Mini-mal (KKM)

1). Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi pe-serta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang di-ikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang diteta-pkan. Pendidik harus memberi-kan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian laya-nan remidial atau layalaya-nan pe-ngayaan;

2). Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pela-jaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam me-ngikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan.

3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam mela-kukan evaluasi program pem-belajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksa-naan dan hasil program kuriku-lum dapat dilihat dari keberha-silan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-pra-sarana belajar di sekolah;

(4)

tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan me-maksimalkan proses pembela-jaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pen-capaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelaja-ran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pen-didik. Orang tua dapat mem-bantu dengan memberikan mo-tivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pim-pinan satuan pendidikan beru-paya memaksimalkan pemenu-han kebutupemenu-han untuk mendu-kung terlaksananya proses pem-belajaran dan penilaian di seko-lah;

5). Merupakan target satuan pen-didikan dalam pencapaian kom-petensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus beru-paya semaksimal mungkin un-tuk melampui KKM yang dite-tapkan. Keberhasilan pencapai-an KKM merupakpencapai-an salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyeleng-garakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilak-sanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.

Mutu Pendidikan dan Profesi Guru Profesi guru yang sebenarnya sangat berkaitan erat dengan pe-ningkatan mutu pendidikan. Hal ini

dapat dijelaskan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan seperti guru, sarana prasarana, kurikulum, dan proses belajar mengajar serta sistem peni-laian. Meskipun demikian, faktor guru tidak dapat disamakan dengan faktor-faktor lainnya.

Guru adalah sumber daya ma-nusia yang diharapkan mampu me-ngarahkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga te-cipta proses belajar mengajar yang bermutu. Tanpa mengabaikan peran faktor-faktor lain, guru dapat diang-gap sebagai faktor tunggal yang pa-ling menentukan terhadap mening-katnya mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil studi. Balit-bang pada tahun 1992, ditemukan bahwa guru yang bermutu memberi-kan pengaruh yang paling tinggi ter-hadap mutu pendidikan. Dalam studi ini, guru yang bermutu diukur dengan empat faktor utama, yaitu kemampuan profesional , upaya pro-fesional, kesesuaian waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesio-nal, dan kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya. Keempat fak-tor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kemampuan profesional guru ter-diri dari kemampuan entelegensi, sikap, dan prestasinya dalam be-kerja.

(5)

kegiatan-Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, Muzaifi Ismail

nya baik dalam mengajar maupun dalam menambah serta meremaja-kan pengetahuan dan kemampuan-nya menguasai keahlian mengajar-nya baik keahlian dalam mengua-sai materi pelajaran, penggunaan bahan-bahan pengajaran, maupun mengelola kegiatan belajar siswa. c. Waktu yang dicurahkan untuk

ke-giatanprofesional (teacher’s time) menunjukkan intensitas waktu yang digunakan oleh seorang guru untuk melaksanakan tugas-tugas guru, karena konsepsi waktu belajar (time on task) yang diukur dalam belajar siswa secara pero-rangan, telah ditemukan sebagai salah satu prediktor terbaik dari mutu hasil belajar siswa.

d. Kesesuaian antara keahlian de-ngan pekerjaannya mempunyai asumsi bahwa guru yang diper-siapkan untuk mengajar suatu mata pelajaran dianggap bermutu jika guru tersebut mengajar mata pela-jaran yang bersangkutan. Berdasar-kan hal tersebut, maka kesesuaian guru mengajar dengan mata pelaja-ran yang dialaminya di LPTK merupakan persyaratan yang mut-lak untuk menilai mutu profesional seorang guru.

Tinjauan Tentang Workshop

Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, luar sekolah, tem-pat bekerja, sewaktu bekerja, melalui pengalaman, dan melalui workshop.

Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendi-dikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988 : 403). Lebih lanjut, Harbinson (1973 : 52) menge-mukakan bahwa pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan keteram-pilan dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang sifat-nya lebih heterogen dan kurang ter-bakukan dan tidak berkaitan dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda.

Dalam banyak bidang pelatihan

(Workshop), hal tersebut memang sangat sulit untuk tidak mengatakan-nya mustahil (dilakukan validasi dan evaluasi). Bidang yang dimaksud misalnya manajemen atau pelatihan hubungan manusia sifatnya. Dalam hal ini, semua bentuk pelatihan

(Workshop) tidak dapat memperlihat-kan hasil yang objektif. Pelatihan umumnya mempunyai masalah me-ngenai prestasi penatar dalam menga-jar, yaitu masalah evaluasi dan valida-si kelangsungannya. Jika pelajaran telah diajarkan dengan baik dan penatar belajar pelajaran tersebut se-suai dengan ukuran penatarnya maka efektifitas pelatihan sudah dianggap valid. Penilaiannya juga dilakukan langsung, karena jika si penatar se-lalu menjawab enam untuk soal tiga kali maka ia selalu benar.

(6)

keterampilan, pengetahuan dan sikap yang sesuai (Dahana and Bhatnagar, 1980 : 672). Pelatihan pada dasarnya berkenaan dengan persiapan peserta-nya menuju arah tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat ia bekerja serta sekaligus memperbaiki unjuk kerja, sedang pendidikan berkenaan dengan membukakan dunia bagi peserta didik untuk memilih minat, gaya hidup kariernya.

Temuan Hasil Penelitian yang Rele-van

Penelitian yang berkaitan de-ngan pelaksanaan Workshop sebagai salah satu kegiatan yang dapat me-ningkatkan kemampuan guru yang telah dilakukan oleh beberapa pe-neliti seperti : Sudhiana (2007) me-neliti tentang upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui kegiatan Workshop. Berdasarkan analisis dapat disimpul-kan bahwa terjadi peningkatan akti-vitas peserta dalam kegiatan Work-shop. Di samping itu juga, terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP melalui pembinaan berupa Workshop dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 80%, artinya 80% guru telah efektif dalam menyusun RPP pada masing-masing aspek. Dengan demikian dapat disim-pulkan bahwa melalui Workshop da-pat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP.

Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus menunjukkan peningkatan kemampuan guru dalam

membuat alat evaluasi, yakni pening-katan banyak guru yang mampu membuat pre tes 3 butir, postes 6 butir, ulangan harian sebanyak 20 dan tes blok 40 butir dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar.

Kerangka Berpikir

Dalam kaitannya dengan pem-binaan kemampuan guru melalui Workshop, maka Amstrong (1990 : 209) bahwa tujuan Workshop adalah untuk memperoleh tingkat kemam-puan yang diperlukan dalam pekerja-an mereka dengpekerja-an cepat dpekerja-an ekono-mis dan mengembangkan kemam-puan-kemampuan yang ada sehingga prestasi mereka pada tugas yang sekarang ditingkatkan dan mereka dipersiapkan untuk menerima tang-gung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang. Siswanto (1989 : 139) mengatakan Workshop bertujuan untuk memperoleh nilai tambah se-seorang yang bersangkutan, terutama yang berhubungan dengan mening-katnya dan berkembangnya pengeta-huan, sikap, dan keterampilan yang bersangkutan. Workshop dimaksud untuk mempertinggi kemampuan de-ngan mengembangkan cara-cara ber-pikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan tentang tugas pekerjaan termasuk tugas dalam melaksanakan evaluasi diri (As’ad, 1987 : 64).

(7)

Kriter-Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, Muzaifi Ismail

ia Ketuntasan Minimal melalui ke-giatan Workshop yang lebih mene-kankan pada metode kolaboratif kon-sultatif akan memberikan kesempatan

sharing antara satu guru dengan guru lain. Dengan demikian pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan Minimal dapat ditingkatkan baik dalam teori-tisnya maupun implementasinya. Dengan demikian dapat diduga bahwa melalui Workshop dapat meningkat-kan kemampuan guru dalam peneta-pan Kriteria Ketuntasan Minimal.

Metode Penelitian Tindakan

Penelitian ini merupakan pene-litian tindakan (action research)

yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru menetapkan Krite-ria Ketuntasan Minimal melalui Workshop pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Ta-hun Pelajaran 2015/2016. Tindakan yang akan dilakukan adalah Work-shop Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketun-tasan Minimal. Jenis penelitian tinda-kan yang dipilih adalah jenis emansi-patori. Jenis emansipatori ini diang-gap paling tepat karena penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasa-lah pada wilayah kerja penliti sendiri berdasarkan pengalaman sehari-hari. Dengan kata lain, berdasarkan hasil observasi, repleksi diri, guru bersedia melakukan perubahan sehingga kiner-janya sebagai pendidik akan menga-lami perubahan secara meningkat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan model Kemmis yang terdiri atas empat langkah, yakni : perencanaan, pelaksanaan, observasi

dan repleksi (Wardhani, 2007 : 45). Model ini dipilih karena dalam mengajarkan menulis naskah pidato diawali dengan perencanaan, pelaksa-naan, abservasi dan repleksi. Peneli-tian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan langkah-langkah setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelak-sanaan, observasi dan repleksi.

Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru-guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bang-kalan Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 10 orang guru. Sed-angkan yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan guru dalam me-netapkan Kriteria Ketuntasan

Mini-mal.

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelaja-ran 2015/2016. Pemilihan lokasi pe-nelitian, karena sekolah tersebut merupakan sekolah binaan peneliti. Disamping itu, dari hasil supervisi ditemukan kelemahan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Mi-nimal. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember, mulai dari persiapan sampai dengan pelaporan.

Prosedur Penelitian

(8)

prosedur penelitian mengikuti lang-kah-langkah sebagai berikut :

Siklus I

1. Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilaku-kan adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan guru melalui undangan Kepala Sekolah. b. Menyusun Instrumen.

c. Menyusun jadwal Workshop : hari, tanggal, jam, dan tempat. d. Menyiapkan materi Workshop. e. Menyuruh guru membawa

ba-han-bahan seperti : Kurikulum, Silabus, RPP, dan sebagainya. f. Menyiapkan konsumsi untuk

Workshop.

g. Menyuruh membawa Laptop (minimal 4 buah dan 1 LCD). 2. Pelaksanaan

a. Hari pertama

-Pengarahan Kepala Sekolah. -Pemaparan Kriteria

Ketunta-san Minimal b. Hari kedua

-Menetapkan Kriteria Ketunta-san Minimal masing-masing mata pelajaran

-Tanya jawab

-Presentasi kelompok kecil -Revisi

c. Hari ketiga adalah presentasi visual Kriteria Ketiuntasan Mi-nimal.

3. Observasi

a. Kesiapan mental dan fisik guru. b. Kesiapan bahan-bahan yang di-bawa guru pada saat Workshop. c. Kehadiran guru.

d. Kesiapan Laptop. e. Hasil sementara

- Proses pelaksanaan Work-shop.

- Kwalitas KKM. - Respon guru. 4. Refleksi

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan digunakan norma / kriteria sebagai berikut :

a. Analisis kompleksitas, daya du-kung, dan intake per indikator. b. Penetapan KKM indikator yang

terdapat pada KD.

c. Penetapan KKM KD, rata-rata dari indikator yang terdapat pa-da KD.

d. Penetapan KKM SK rata-rata dari KD yang terdapat pada SK. e. Penetapan KKM mata pelajaran

rata-rata dari SK yang terdapat pada mata pelajaran.

f. Penetapan KKM oleh guru, disahkan oleh Kepala Sekolah. g. KKM disosialisasikan kepada

peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan.

h. KKM dicantumkan dalam LHB.

Indikator Keberhasilan :

a. Proses pelaksanaan Workshop, gu-ru minimal :

- Siap secara mental dan fisik = 85 %

- Kesiapan bahan =

85 %

- Kehadiran =

90 %

- Kesiapan Laptop =

60 %

b. Hasil Pelaksanaan Workshop. - 85 % guru menetapkan KKM

(9)

Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, Muzaifi Ismail

- 85 % guru memperoleh nilai baik dan amat baik.

Apabila kurang dari 85 % guru tidak memenuhi indikator keberha-silan yang telah ditetapkan, berarti tindakan dianggap belum berhasil. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dan dilaksanakan pada siklus II.

Siklus II

Pada dasarnya siklus II memili-ki prosedur yang sama dengan siklus I, hanya saja diadakan perbaikan pa-da hal-hal yang dilihat apa-da kelema-han serta memperhatikan hal-hal yang sudah berjalan dengan baik. Ti-dak menutup kemungkinan juga di-lakukan modifikasi terhadap hal-hal sudah baik supaya tindakan yang diberikan tidak membosankan.

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran hasil yang didapat berdasarkan rekaman fakta / ob-servasi dilapangan, para guru pada beberapa sekolah binaan di Kabu-paten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 pada awalnya pemaha-man terhadap Kriteria Ketuntasan Minimal masih Sangat kurang, hal ini dikarenakan persepsi guru me-nganggap bahwa Kriteria Ketunta-san Minimal tidak terlalu penting, disamping itu acuan , pelatihan, atau sosialisasi KKM juga kurang. Dari 10 orang guru yang dapat dihubungi dan diobservasi dipero-leh hasil sebagai berikut :

a. Menetapkan KKM dengan ana-lisis dan memenuhi mekanisme penetapan 0 orang ( 0 %). b. Menetapkan KKM dengan

ana-lisis dan memenuhi mekanisme, tetapi tidak disahkan oleh Kepa-la SekoKepa-lah, dan pernah peKepa-lati- pelati-han KKM 2 orang (6%)

c. Menetapkan KKM tanpa anal-isis tetapi pernah pelatihan 1 orang (3%)

d. Menetapkan KKM tanpa anali-sis, karena belum pernah pela-tihan 7 orang (91%)

Dengan kondisi awal seperti ini perlu adanya tindakan nyata yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menetap-kan Kriteria Ketuntasan Minimal berupa Workshop.

2. Deskripsi siklus I (Pertama) Pada tahap ini dilakukan pe-ngamatan terhadap pelaksanaan tindakan, yaitu menitik beratkan pada kompotensi guru dalam me-netapkan Kriteria Ketuntasan Mi-nimal sebagai akibat diterapkan Workshop. Tujuan dilaksanakan pengamatan adalah untuk menge-tahui kegiatan mana patut diperta-hankan, diperbaiki, atau dihilang-kan sehingga kegiatan pembinaan melalui Workshop benar-benar berjalan sesuai dengan tujuan yang ada dan mampu meningkatkan ke-mampuan peserta dalam menetap-kan Kriteria Ketuntasan Minimal.

(10)

bahan-bahan yang dibawa guru pada waktu Workshop, kehadiran guru, kesiapan laptop, kualitas KKM, dan respon guru.

Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta yang berjumlah 44 orang dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiap-kan, diperoleh data sebagai beri-kut :

Tabel 4.1.

Rangkuman hasil observasi tentang kesiapan guru dalam mengikuti

Workshop pada sikuls I.

Aspek Yang Diamati

Kesiapa bahwa : pada aspek kasiapan men-tal dan fisik; 36 orang atau 81,81 % peserta siap dan 8 orang atau 18,18 % tergolong belum siap. Pada aspek kesiapan bahan; tam-pak 20 orang atau 45,45 % peserta siap dan 24 orang atau 54,54 % belum siap. Pada aspek kehadiran guru tampak 39 atau 88,63 % hadir dan 5 orang atau 11,36 tidak hadir. Pada aspek kesiapan laptop tampak 8 orang atau 18,18 % siap dan 36 orang atau 81,81 % belum siap.

Berdasarkan dekripsi ini tam-paknya kesiapan guru dalam me-ngikuti Workshop belum meme-nuhi kriteria keberhasilan untuk se-mua aspek.

Dari hasil evaluasi terhadap pe-netapan KKM yang dibuat oleh 8 orang yang mengikuti Workshop pada siklus I seperti tampak pada tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.2.

Rangkuman Hasil Penilaian Guru terhadap langkah-langkah Penetapan

KKM pada siklus I.

Penetapan KKM

mata pelajaran

memperhatikan

tiga aspek;

kompleksitas, daya dukung, dan intake KKM dibuat per indikator,

kemudian KD, SK, dan terakhir mata pelajaran

Hasil penetepan

KKM oleh guru

mata pelajaran

disahkan oleh

(11)

Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, Muzaifi Ismail

0

Rata - rata 83.7

5

Keterangan :

Amat Baik = 85  A  100 B a i k = 70  B  85 C u k u p = 56  C  70 Kurang =  56

Dari tabel 4.2. diatas pada aspek Penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan kompleksitas, daya dukung dan intake dalam katagori baik, pada aspek KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK, dan terakhir mata pelajaran dalam ka-tagori cukup, aspek pengesahan o-leh Kepala Sekolah berada pada kagori baik, kemudian untuk aspek no. 4 dan 5 bagaimanapun caranya guru mendapatkan KKM pasti di-sosialisasikan pada siswa, orang tua, dan ditulis dalam LHB.

Berdasarkan dekripsi pada tabel 4.1. dan 4.2. tampaknya kemam-puan guru dalam menetapkan Kri-teria Ketuntasan Minimal belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan pada semua aspek (kecuali aspek 4 dan 5 diatas tadi).

Refleksi

Dari hasil yang diperoleh menun-jukkan kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada siklus I belum menunjukkan hasil sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Setelah diadakan ref-leksi terhadap hasil yang dipero-leh, diputuskan untuk memper-baiki dari segi kegiatan Workshop

terutama memperjelas tentang as-pek-aspek yang belum sesuai de-ngan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dari hasil tersebut tam-pak secara umum guru membuat KKM per KD, dan tidak per in-dikator, dan dari 10 orang ikut Workshop, 6 orang tidak bisa me-nyerahkan hasil yang mungkin karena kesiapan fisik, mental, ba-han, dan laptop memang kurang.

Dari masalah tersebut, diputus-kan untuk memperbaiki beberapa langkah dalam siklus I, yakni memfokuskan pada penetapan KKM per indikator, yang belum menyerahkan hasil, dan peningka-tan sarana / bahan diadakan pada siklus II.

3. Deskripsi Hasil Siklus II (kedua) Pada siklus II, langkah-langkah yang diambil sesuai dengan reflek-si hareflek-sil reflek-siklus I, dengan memfo-kuskan pada penjelasan aspek-aspek yang belum dipahami guru dalam menetapkan Kriteria Ketun-tasan Minimal, lebih menitik beratkan pada aspek pembimbi-ngan secara individu. Dari 10 orang guru semua dilibatkan dalam siklus II untuk memperdalam pe-ngetahuan tentang penetapan Kri-teria Ketuntasan Minimal. Setelah siklus II dijelaskan yang mengacu pada refleksi dan pemecahan ma-salah pada siklus I diperoleh data seperti tampak pada tabel 4.3. berikut.

(12)

Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kesiapan Guru dalam mengikuti

Workshop pada siklus II.

Aspek Yang Diamati

Kesiapa

Tecapai Tercapai Tercapai Tercapai

Dari tabel 4.3. diatas, tampak bahwa : pada aspek kesiapan men-tal dan fisik 39 orang atau 88,63 %

Berdasarkan deskripsi ini tam-paknya kesiapan guru dalam me-ngikuti Workshop belum meme-nuhi 100 % untuk semua aspek, mungkin karena kebanyakan guru pengabdi, yang masuk jika ada jam mengajar.

Dari hasil evaluasi terhadap pe-netapan Kriteria Ketuntasan Mini-mal oleh guru yang ikut Workshop

pada siklus II diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Penilaian Guru Dalam Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal pada

siklus II.

Penetapan KKM

mata pelajaran

memperhatikan Hasil penetepan KKM oleh guru

mata pelajaran

disahkan oleh

Kepala Sekolah

yaitu peserta

didik, orang tua,

Jumlah Nilai 18,65

0

Rata-rata 93,25

(13)

Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, Muzaifi Ismail

pada amat baik (rata-rata 93,25), namun ada satu aspek yang belum bisa 100 % , bahkan berada pada Kriteria cukup yaitu pada aspek 2 (KKM dibuat per indikator, kemu-dian KD, SK, terakhir mata pela-jaran).

Untuk hal ini dapat saya jelaskan bahwa 2 orang guru kesu-litan dalam mengembangkan sila-bus, RPP, dan penetapan indikator pada KD, SK, dan mata pelajaran, sehingga akhirnya KKM dibuat tidak per indikator. Respon guru terhadap penetapan Kriteria Ketun-tasan Minimal melalui Workshop.

Penilaian ini penting dilakukan untuk memperoleh gambaran ten-tang respon guru terhadap ke-giatan Workshop yang telah di harapkan dalam menetapkan Kri-teria Ketuntasan Minimal. Jika kita lihat dari nilai atau prosentase guru yang dapat menetapkan KKM dengan memenuhi mekanisme dari kajian awal, siklus I, dan siklus II adalah 6%, 83,75%, dan kemudian 93,25 % ini menunjukkan pening-katan yang sangat berarti. Jadi dapat dikatakan bahwa respon guru sangat positip. Oleh karena itu, penerapannya perlu dilanjutkan da-lam kegiatan-kegiatan yang lain.

Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan analisis dan pem-bahasan seperti yang telah dipapar-kan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pe-ningkatan aktifitas peserta dalam kegiatan Workshop tentang Pening-katan Kemampuan Guru dalam

Me-netapkan Kriteria Ketuntasan Mini-mal bagi guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Disam-ping itu juga terjadi peningkatan kemampuan guru pada beberapa se-kolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui Workshop dari siklus I ke siklus II pada masing-masing aspek dengan target keterca-paian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui Work-shop dapat meningkatkan kemam-puan guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.

Keberhasilan tindakan ini dice-babkan oleh pemahaman secara men-yeluruh tentang Kriteria Ketuntasan Minimal Sangat diperlukan. Dengan pemahaman yang baik, maka penetapan Kriteria Ketuntasan Mini-mal dengan baik. MengoptiMini-malkan pemahaman guru terhadap Kriteria Ketuntasan Minimal melalui pembina intensip dalam bentuk penyeleng-garaan Workshop menunjuk pada metode kooperatif konsultatif dimana diharapkan para guru berdiskusi, bekerja sama dan berkonsultasi secara aktif. Aktifitas ini akan sangat membantu mereka dalam memahami Kriteria Ketuntasan Minimal akhirnya nanti mereka mampu menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.

(14)

pe-nelitian ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan Amstrong (1990 : 209) bahwa tujuan workshop áda-lah untuk memperoleh tingkat ke-mampuan yang diperlukan dalam pekerjaan mereka dengan cepat dan ekonomis dan mengembangkan ke-mampuan-kemampuan yang ada se-hingga prestasi mereka pada tugas yang Sekarang ditingkatkan dan mereka dipersiapkan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang. Siswanto (1989 : 139) mengatakan workshop

bertujuan untuk memperoleh nilai tambah seseorang yang bersangkutan, terutama yang berhubungan dengan meningkatnya dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bersangkutan. Workshop dimak-sudkan untuk mempertinggi kemam-puan dengan mengembangkan cara-cara berpikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan tentang tugas pekerjaan termasuk tugas dalam

melaksanakan evaluasi diri (As’ ad,

1987 : 64).

Dari paparan di atas, menun-jukkan bahwa peningkatan kompeten-si guru melalui kegiatan workshop

yang lebih menekankan pada metode kolaboratif konsultatif akan memberi-kan kesempatan sharing antara satu guru dengan guru lain. Dengan demikian, pemahaman terhadap Kri-teria Ketuntasan Minimal dapat di-tingkatkan baik dalam teoritisnya maupun dalam implementasinya.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan analisis dan pem-bahasan seperti yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Proses pelaksanaan penetapan Kri-teria Ketuntasan Minimal melalui Workshop untuk peningkatan ke-mampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal di-mulai dari supervisi awal. Super-visi awal dilakukan untuk menge-nali masalah yang ada dalam pene-tapan Kriteria Ketuntasan Mini-mal. Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil supervisi kemu-dian ditindak lanjuti dengan me-ngadakan Workshop. Workshop dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan yang lebih mene-kankan pengetahuan praktis se-hingga mudah dicerna oleh guru. Selanjutnya adalah memberikan latihan menetapkan Kriteria Ke-tuntasan Minimal sesuai dengan langkah-langkah yang telah di-tentukan. Untuk meyakinkan guru membuat Kriteria Ketuntasan Mi-nimal dilakukan presentasi pada masing-masing kelompok guru mata pelajaran. Peneliti mengamati dan menilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan guru. Dari penilaian tersebut ke-mudian dievaluasi bagian mana yang belum sesuai dengan Kriteria, kemudian dilanjutkan dengan per-baikan. Melalui tahapan tersebut guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal meningkat. 2. Terjadi peningkatan kesiapan

(15)

Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, Muzaifi Ismail

juga, terjadi peningkatan kemam-puan guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui pembinaan be-rupa Workshop dari siklus I ke siklus II dan mencapai target mi-nimal yang telah ditetapkan yakni 85 %, artinya 85 % guru telah efektif dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal. Dengan de-mikian dapat disimpulkan bahwa melalui Workshop dapat mening-katkan kemampuan guru pada be-berapa sekolah binaan di Kabu-paten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menetapkan Kri-teria Ketuntasan Minimal.

3. Guru-guru pada beberapa sekolah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 mem-berikan respon yang sangat positif terhadap kegiatan penetapan Kri-teria Ketuntasan Minimal melalui Workshop. Dengan demikian kegi-atan Workshop membrikan dam-pak positif terhadap kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan be-berapa hal, antara lain :

1. Para guru sebaiknya menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal de-ngan memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan.

2. Agar pembinaan melalui Work-shop dapat berjalan secara efektif,

maka semua guru harus mampu bekerja sama dengan peserta lain yang bersifat kolaboratif konsul-tatif.

3. Peningkatan kemampuan guru dalam penetapan Kriteria Ketunta-san Minimal akan berjalan dengan efektif bila semua komponen se-kolah mempasilitasi kegiatan ter-sebut secara rutin.

4. Sebaiknya pemerintah senantiasa mempasilitasi dalam semua ke-giatan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam menetap-kan Kriteria Ketuntasan Minimal. 5. Membiasakan untuk

mengembang-kan budaya mutu disekolah se-hingga target dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai. 6. Pembinaan menetapkan Kriteria

Ketuntasan Minimal melalui Workshop, dapat dijadikan salah satu alternatif meningkatkan kom-petensi guru dalam pengembangan proses belajar mengajar.

Daftar Pustaka

Boediono, 1998. Pembinaan Profesi Guru dan Psikologi Pembinaan Personalia, Jakarta ; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mathis dan Jackson . 2002.

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat.

Prokton and W.M. Thornton 1983.

(16)

Simamora, Henry. 1995. Managemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE YPKN.

Sudibyo, Bambang. ... Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Gambar

Tabel 4.2.
Tabel 4.3.

Referensi

Dokumen terkait

The results showed that the Government Investment per labor (proxied by government spending towards capital expenditure) in the period 2000-2013 has a positive

1) Aspek barang dan jasa. Kepuasan konsumen terhadap barang atau jasa dipengaruhi secara signifikan oleh penilaian konsumen terhadap fitur barang dan jasa. Emosi atau

Memorandum Jualan hendaklah disediakan oleh Pelelong dalam empat (4) salinan dan hendaklah ditandatangani oleh penawar yang berjaya atau wakil penawar yang berjaya, Plaintif

Sebagai contoh temuan adalah fosil terbesar dari gading gajah purba yang ditemukan di desa Terban Jekulo kabupaten Kudus. Gading gajah purba ini panjangnya lebih dari 4 meter.

Oleh karena itu penelitian ini sangat penting guna menghasilkan suatu rumusan yang dapat dirtindaklanjuti dan mudah untuk diterapkan serta memberikan hasil yang optimal, soft

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKJIP) Sekretariat Daerah Kabupaten Cianjur Tahun 2018 kami buat, mudah-mudahan laporan yang telah tersusun

Isi liputan berita mencakup informasi terkait pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi, apa tujuan kolaborasi, apa dampaknya, tindak lanjut yang akan dilakukan dan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas faktor total polikultur ikan bandeng – udang windu selain efisiensi teknis adalah polutan nitrogen bertanda positif dan