• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islet of Langerhans Regeneration in Diabetic White Rats (Rattus norvegicus) after Giving Decocted Pulp of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarp (scheff.) Boerl.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islet of Langerhans Regeneration in Diabetic White Rats (Rattus norvegicus) after Giving Decocted Pulp of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarp (scheff.) Boerl.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih (

Rattus

norvegicus

) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Mahkota

Dewa (

Phaleria macrocarp (scheff.)Boerl.

)

Islet of Langerhans Regeneration in Diabetic White Rats (Rattus

norvegicus) after Giving Decocted Pulp of Mahkota Dewa (Phaleria

macrocarp (scheff.) Boerl.)

Fitranto Arjadi1*, Priyo Susatyo1

ABSTRACT

Background: pulp of Phaleria macrocarpa contains the active compound which have hypoglycaemic effect similar with insulin, and flavonoid by changing the Ca2+ metabolism and regenerating cell β of islet of langerhans pancreas. The objective of this research is to investigate the ability of decocted pulp of Phaleria macrocarpa to decrease the level of blood glucose, and to regenerate the Langerhans islet of diabetic white rats.

Design and Method: Twenty-five male white rats (Rattus norvegicus), weigh 120-180 gram, were inducted by alloxan as diabetogenic agent then divided to 5 treatment group, that is are negative control, positive control, groups treated by decocted pulp of Phaleria macrocarpa 4,5%, 9%, and 13,5%. The level of blood glucose was checked every day from 1st to 2nd week, then continued to 4th week. After treatment, all rats in each group were decapitated then the pancreas was taking to be analyzed by counting the number of Langerhans islet cells.

Result: There was a significant difference in the number average of Langerhans islet cells between control group, groups treated by decocted pulp of Phaleria macrocarpa 4,5%, 9%, and 13,5% (Fcount=31.883>Ftable=2.50). Decocted pulp of Phaleria macrocarpa contributes to 43.82 % decreasing of blood glucose (r=43.82) and there was a strong relation between decocted pulp of Phaleria macrocarpa and the decreasing of blood glucose level average (r=0.66). Moreover, There was a significant difference in number average of Langerhans islet cells between control group, groups treated by decocted pulp of Phaleria macrocarpa 4,5%, 9%, and 13,5% (Fcount=22.441>Ftable=2.45). The number average of Langerhans islet cell was increase started at concentration of decocted pulp of Phaleria macrocarpa 9%.

Conclusion: Decocted pulp of Phaleria macrocarpa can regenerate cell β of islet of langerhans pancreas (Sains Medika, 2(2):117-126).

Key words: Decocted pulp of Phaleria macrocarpa diabetic white rats, Islet of Langerhans, regeneration

ABSTRAK

Pendahuluan: Daging buah mahkota dewa mengandung senyawa kimia aktif yang diduga mempunyai efek hipoglikemik mirip insulin yaitu flavonoid dengan cara merubah metabolisme Ca2+ dan meregenerasi pulau Langerhans pankreas terutama sel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian rebusan buah mahkota dewa terhadap penurunan kadar glukosa darah, besar dosis pemberian rebusan daging buah mahkota dewa dan mengetahui adanya regenerasi sel pulau Langerhans pankreas tikus diabetes yang telah diberi rebusan daging buah mahkota dewa.

Metode Penelitian: Duapuluh lima tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dengan berat 120-180 gram yang telah diinduksi aloksan sebagai agen diabetogenik dibagi 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol positif dan negatif dan pemberian rebusan daging buah mahkotadewa 4,5%, 9%, dan 13,5%. Glukosa darah diperiksa pada saat dimulai penelitian, minggu ke-2 dan ke-4. Akhir penelitian hewan coba didekapitasi, diambil pankreas untuk diamati jumlah sel pulau Langerhans yang selanjutnya diuji statistik.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara kadar rata-rata glukosa pada perlakuan kontrol, pemberian rebusan daging buah mahkota dewa 4,5%, 9% dan 13,5 % (Fhitung = 31,883 > Ftabel= 2,50). Penurunan kadar glukosa darah mulai terjadi pada pemberian rebusan buah

Medical Faculty of Jendral Soedirman University, Purwokerto

Jl. dr Gumbreg No.1 Purwokerto Telp. 0281-641522 E-mail : [email protected]

1

(2)

mahkotadewa 4,5%. Rebusan buah mahkota dewa memberikan kontribusi 43,82% dalam penurunan glukosa darah (r² = 43,82%) dan terdapat hubungan yang kuat antara mahkota dewa dengan penurunan kadar glukosa darah (r = 0,66). Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah rata-rata sel pulau Langerhans pada perlakuan kontrol, pemberian rebusan daging buah mahkota dewa 4,5%, 9% dan 13,5% ( Fhitung = 22,441 > Ftabel = 2,45). Jumlah rata-rata sel Pulau Langerhans terdapat peningkatan mulai pada pemberian rebusan buah mahkota dewa 9%.

Kesimpulan: Daging buah mahkota dewa dapat meregenerasi sel pulau Langerhans tikus putih diabetes (Sains Medika, 2(2):117-126).

Kata kunci : rebusan daging buah mahkota dewa, regenerasi, sel pulau Langerhans, tikus putih diabetes

PENDAHULUAN

Mahkota dewa merupakan salah satu tumbuhan obat Indonesia yang secara

turun temurun dipercaya dapat mengobati diabetes, hepatitis, tumor, darah tinggi, asam

urat serta berbagai penyakit lainnya. Pada daging buah mahkota dewa mengandung

senyawa flavonoid, saponin dan alkaloid (Winarto, 2003). Senyawa kimia aktif yang

diduga mempunyai efek hipoglikemik mirip insulin adalah flavonoid (Annisa, 1998).

Kerusakan sel β pulau Langerhans ditandai dengan penurunan jumlah dan

pengecilan diameter sel pulau Langerhans (Vessal et al., 2001). Salah satu penyebab

diabetes mellitus selain resistensi pengambilan glukosa dengan perantara insulin adalah

kerusakan sel â pulau Langerhans. Kerusakan sel β pulau Langerhans merupakan kelainan

sekunder yang terjadi kemudian setelah progresivitas penyakit dimana sel β pulau

Langerhans tak mampu lagi meningkatkan sekresi insulin (Haffner et al., 1999). Senyawa

flavonoid dalam usaha penyembuhan diabetes meningkatkan pengeluaran insulin yang

dihasilkan oleh sel β Pulau Langerhans Pankreas dengan cara merubah metabolisme

Ca 2+ (Hii dan Howell, 1985) dan meregenerasi pulau Langerhans Pankreas terutama sel

β (Nuraliev dan Avezov, 1992).

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara histologis regenerasi (perbaikan

kembali) sel β pulau Langerhans pankreas yang rusak pada tikus yang dibuat diabetes

dengan pemberian air rebusan daging mahkota dewa. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi dasar penggunaan rebusan daging mahkota dewa sebagai salah satu

alternatif pengobatan diabetes. Disamping itu diharapkan menjadi dasar untuk penelitian

(3)

METODE PENELITIAN

Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley

(Rattus norvegicus) berjumlah 25 ekor dengan umur dan berat badan dalam kisaran yang

sama dan sehat (Suharmiati, 2003). Air rebusan daging buah mahkota dewa dengan

kadar rebusan 6 gram/100 ml, 9 gram/100 ml, dan 12 gram/100 ml.

Jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Data hasil percobaan ditunjukkan dengan mean ± SD 5 hewan coba dan dianalisis

dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) 1 jalan dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05).

Untuk melihat besar pengaruh perlakuan diuji dengan menggunakan uji beda nyata

terkecil (BNT) pada α = 0,05. Data kualitatif berupa pengamatan terhadap perubahan

diameter sel Pulau Langerhans disajikan dalam bentuk mikrofoto.

Lima puluh ekor tikus putih dibagi dalam 5 kelompok dan dilakukan pengukuran

kadar glukosa darah awal sebelum perlakuan. Kelompok I tidak diberikan perlakuan

(kontrol negatif), Kelompok II diberikan aloksan secara intravena melalui vena ekor

dengan dosis 70 mg/kg BB untuk meningkatkan kadar glukosa darah (kontrol positif),

kelompok III, IV dan V diberikan aloksan dengan dosis 70 mg/kg BB dan diberikan rebusan

mahkota dewa sebanyak 2 ml untuk kelompok III dengan konsentrasi 4,5%, kelompok IV

dengan konsentrasi 9% dan kelompok V dengan konsentrasi 13,5% selama 4 minggu.

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada awal sebelum perlakuan, minggu ke-2

dan ke-4. Setelah 4 minggu, tiap tikus dari 5 perlakuan didekapitasi, diambil jaringan

pankreas, dibuat 5 buah preparat histologi. Sel Pulau Langerhans dihitung jumlah dan

diukur diameternya tiap 5 lapangan pandang dalam satu preparat tiap perlakuan

kemudian dibandingkan.

HASIL PENELITIAN Kadar Glukosa

Peningkatan kadar glukosa darah tidak mengalami banyak perubahan sampai

minggu ke 2 sebagaimana disajikan dalam Gambar 1. Hasil penghitungan kadar

rata-rata glukosa darah menunjukkan terdapat penurunan mulai pada pemberian rebusan

(4)

Gambar 1. Grafik pemeriksaan kadar glukosa pada minggu 0, 2, dan 4

Jumlah dan Sel Pulau Langerhans

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa jumlah rerata sel Pulau Langerhans

mulai meningkat pada pemberian rebusan daging buah mahkota dewa 9% (Gambar 2).

Gambar 2. Grafik jumlah rata-rata sel Pulau Langerhans pada tiap perlakuan

Gambaran Mikroanatomi sel Pulau Langerhans

Mikroanatomi sel pulau Langerhans menggambarkan perubahan diameter sel

Pulau Langerhans pada tiap perlakuan, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.

Kadar Gula Darah

(5)

Gambar 3. Gambaran sel Pulau Langerhans pankreas tikus putih. Pewarnaan HE, perbesaran 100X

PEMBAHASAN Kadar Glukosa

Peningkatan kadar glukosa darah tidak mengalami banyak perubahan sampai

minggu ke 2 (Gambar 1) yang menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada sel

β pankreas. Kerusakan yang ditimbulkan oleh aloksan bersifat stabil dan dapat bertahan

selama 5 minggu. Pada kontrol positif, menunjukkan peningkatan konstan yang

membuktikan bahwa pemberian aloksan dengan dosis sebesar 70 mg/kg BB intravena

mampu meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih secara stabil (Mulder et al., 2005).

Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada

binatang percobaan. Efek diabetogeniknya bersifat antagonis dengan glutathion yang

bereaksi dengan gugus SHnya. Mekanisme aksi dalam menimbulkan perusakan yang

selektif belum diketahui dengan jelas. Aloksan berikatan dengan Glut-2 yang memfasilitasi

masuknya aloksan ke dalam sitoplasma sel β pankreas, meningkatkan depolarisasi

pada mitokondria sebagai akibat pemasukan ion Ca2+ yang diikuti dengan penggunaan

energi berlebih sehingga terjadi kekurangan energi dalam sel (Szkudelski, 2001). Dua

(6)

pelepasan insulin.

Pemberian rebusan daging buah pada minggu ke-2 tidak menunjukkan pengaruh

yang signifikan, tetapi pada minggu ke-4 menunjukkan perubahan kadar glukosa yang

nyata. Pemeriksaan terhadap kadar rata-rata glukosa darah dan analisa statistik dengan

uji ANOVA ( α=0,05) menunjukkan perbedaan bermakna antara kadar rata-rata glukosa

darah pada perlakuan kontrol, pemberian rebusan daging buah mahkota dewa 4,5%, 9%

dan 13,5% karena hipotesis diterima (Fhitung=31,883>Ftabel=2,50). Selanjutnya uji Post Hoc

Tests menunjukkan bahwa kadar rata-rata glukosa darah berbeda signifikan antara

kontrol positif dan negatif, tetapi tidak berbeda signifikan antara pemberian rebusan

daging buah mahkota dewa 4,5%, 9% dan 13,5%.

Uji regresi linier menunjukkan bahwa rebusan buah mahkota dewa memberikan

kontribusi 43,82 % dalam penurunan glukosa darah (r2 = 43,82%) dan terdapat hubungan

yang kuat antara mahkota dewa dengan penurunan kadar glukosa darah (r = 0,66). Uji

regresi linier menunjukkan sifat positif yang berarti semakin besar dosis rebusan buah

mahkota dewa akan menurunkan kadar glukosa darah.

Penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian mahkota dewa dapat

dijelaskan melalui dua mekanisme utama, yaitu secara intra pankreatik dan ekstra

pankreatik. Mekanisme intra pankreatik bekerja dengan cara memperbaiki (regenerasi)

sel β pankreas yang rusak dan melindungi sel β dari kerusakan serta merangsang

pelepasan insulin dengan senyawa aktif alkaloid dan flavonoid. Alkaloid terbukti

mempunyai kemampuan regenerasi dimana ekstrak alkaloid terbukti secara nyata

mempunyai kemampuan regenerasi sel β pankreas yang rusak. Peningkatan sekresi

insulin diakibatkan oleh adanya efek perangsangan saraf simpatis (simpatomimetik)

dari alkaloid yang berefek pada meningkatnya sekresi insulin. Flavonoid mempunyai

sifat sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari

radikal bebas.

Mekanisme ekstra pankreatik dapat berlangsung melalui berbagai mekanisme.

Alkaloid menurunkan glukosa darah dengan cara menghambat absorbsi glukosa di usus,

meningkatkan transportasi glukosa di dalam darah, merangsang sintesis glikogen dan

menghambat sintesis glukosa dengan menghambat enzim glukosa 6-fosfatase, fruktosa

(7)

dehidrogenase. Glukosa 6-fosfatase dan fruktosa 1,6-bifosfatase merupakan enzim yang

berperan dalam glukoneogenesis. Penghambatan pada kedua enzim ini akan menurunkan

pembentukan glukosa dari substrat lain selain karbohidrat.

Jumlah dan Sel Pulau Langerhans

Pengamatan terhadap jumlah rerata sel Pulau Langerhans dan analisis statistik

dengan uji uji ANOVA ( α=0,05) menunjukkan perbedaan bermakna antara jumlah rerata

sel Pulau Langerhans pada perlakuan kontrol, pemberian rebusan daging buah mahkota

dewa 4,5%, 9% dan 13,5% karena hipotesis diterima (Fhitung=22,441>Ftabel=2,45). Selanjutnya

uji Post Hoc Test menunjukkan bahwa jumlah rerata sel Pulau Langerhans berbeda

signifikan antara kontrol positif, negatif dan pemberian rebusan daging buah mahkota

dewa 4,5% tetapi tidak berbeda signifikan antara pemberian rebusan daging buah

mahkota dewa 9% dan 13,5%. Pada penghitungan jumlah rerata sel Pulau Langerhans

terdapat peningkatan mulai pada pemberian rebusan daging buah mahkota dewa 9%

(Gambar 2).

Perbaikan fungsi sel pankreas yang ditandai dengan penurunan kadar rata-rata

glukosa darah terdapat mulai pada pemberian rebusan daging buah mahkota dewa

4,5% sedangkan peningkatan jumlah rerata sel Pulau Langerhans yang baru dimulai

pada pemberian rebusan daging buah mahkota dewa 9% sesuai dengan penelitian Ktorza

(1998) bahwa regenerasi sel pankreas tidak selalu diikuti dengan perbaikan fungsi.

Neogenesis sel dapat terjadi sebagai akibat dari normalisasi kadar gula darah yang

diperantara insulin. Dua tipe sel prekursor akan tampak pada sel pulau Langerhans

yang beregenerasi. Satu tipe mengekspresikan glucose transporter-2 (Glut2) dan tipe

lain mengekspresikan insulin dan somatostatin. Kedua sel tersebut kemudian menjadi

sel monospesifik yang mengandung insulin dan mengisi pulau Langerhans yang rusak/

kosong (Guz et al., 2001).

Salah satu zat flavonoid dengan efek hipoglikemi adalah quercetin. Hii and Howell

(1985) menunjukkan bahwa quercetin dapat meningkatkan pengeluaran insulin dari sel

pulau Langerhans melalui perubahan metabolisme Ca2+. Flavonoid yang terkandung

dalam daging buah mahkota dewa mempunyai kemungkinan mempunyai kemampuan

(8)

diekstraksi. Diduga flavonoid yang terdapat pada daging buah mahkota dewa dapat

menyebabkan regenerasi sel pulau Langerhans, meregenerasi sel β, merangsang

pengeluaran insulin dan/atau sebagai senyawa mirip insulin. Flavonoids dengan aksi

merangsang pengeluaran insulin dan/atau sebagai komponen mirip insulin, seperti

quercetin, akan menginduksi hepatik glucokinase dan hasilnya menciptakan efek

hipoglikemi.

Efek hipoglikemik buah mahkota dewa mungkin juga berhubungan dengan

kandungan K, Zn, Ca, and Cr yang merupakan bahan hipoglikemik. Kandungan mineral

tersebut tergantung dari jenis tanah tempat tanaman mahkota dewa tumbuh sehingga

efek hipoglikemi tanaman mahkota dewa juga tergantung dari tempat dan asal

penanaman.

Gambaran Mikroanatomi Sel Pulau Langerhans

Pulau Langerhans adalah mikroorgan endokrin multihormon dari pankreas yang

tampak sebagai sel berbentuk bulat yang terpendam dan eksokrin pankreas. Pada

umumnya pulau Langerhans bergaris tengah 100-200 µm dan mengandung beberapa

ratus sel dan terletak berselang-seling diantara sel eksokrin pankreas.

Gambar 3 menunjukkan gambaran mikroanatomi sel pulau Langerhans berupa

perubahan diameter sel Pulau Langerhans pada tiap perlakuan. Kelompok kontrol negatif

(Gambar 3.A) menunjukkan sel yang tidak rusak, padat dan kompak. Pada pewarnaan HE

tampak sel Pulau langerhans dan bagian terbesar yaitu duktus ekskretorius, tetapi

tipe-tipe sel pada pulau Langerhans sulit dibedakan dengan pewarnaan HE. Kelompok kontrol

positif (Gambar 3.B) menunjukkan adanya sel pulau Langerhans yang kosong karena

adanya degenerasi sel β pulau Langerhans. Sel β merupakan 60% pembentuk pulau

Langerhans sehingga kerusakan sel β pulau Langerhans yang banyak akan mengecilkan

diameter sel pulau Langerhans (Vessal et al., 2001). Terlihat jelas perbedaan inti dan

sitoplasma dengan inti terpulas biru dan sitoplasma merah. Pada diabetik pankreas

(Gambar 3.C-E) terdapat penurunan jumlah sel pulau Langerhans dan pengecilan diameter

sel pulau Langerhans dan mulai bertambah diamater secara signifikan pada pemberian

rebusan daging buah mahkota dewa 9%.

(9)

yaitu kurang cermat dalam pemberian air rebusan, waktu perlakuan yang kurang lama

dan kemungkinan regenerasi sel pulau Langerhans karena sebab lain. Sudah terbukti

bahwa pemberian diabetogenik selain aloksan yaitu streptozotocin dapat menginduksi

neogenesis sel pulau Langerhans. Selain itu diketahui bahwa secara embrional, sel duktus

pankreatikus merupakan sel progenitor sel pulau Langerhans. Penelitian pada tikus

pada saat embrional dan postnatal, sel prekursor yang terdapat pada sel duktus

pankreatikus bermigrasi ke jaringan ikat dan berdiferensiasi menjadi sel pulau

Langerhans yang matang (Banerjee dan Bhonde, 2003). Untuk itu diperlukan penelitian

mengenai mekanisme kerja rebusan daging buah mahkota dewa, uji kualitatif senyawa

kimia yang antihiperglikemi dan uji toksikologinya.

KESIMPULAN

Pemberian rebusan buah mahkota dewa dapat menurunkan kadar glukosa darah

mulai pada kadar 9%. Regenerasi sel pulau Langerhans pankreas tikus diabetes dimulai

pada pemberian rebusan buah mahkota dewa pada kadar 4,5%.

SARAN

Diperlukan penelitian lanjutan mengenai mekanisme kerja rebusan daging buah

mahkota dewa, jenis sediannya (ekstrak, rebusan), uji kualitatif senyawa kimia yang

antihiperglikemi dan uji toksikologinya.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa N., 1998, Efek Hipoglikemik Ekstrak Daun Ceplukan (Physaliss minima L.) Pada

Pankreas Tikus Putih,Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Banerjee M and R.R Bhonde, 2003, Islet Generation from Intra Isletr Precursor Cells of

Diabetic Pancreas : In Vitro Studies Depicting in Vivo Differentiation, J. Pancreas

(4): 137-145.

Guz, Y., Nasir and G. Teitelman, 2001, Regeneration of Pancreatic Beta Cells from

Intra-oslet Precursor Cells in an Experimental Model of Diabetes, Endocrinology 2001,

142 (11): 4956-68.

Haffner SM, Valdez R.A, Hazuda HP, Mitchell BD, Morales PA, Stern MP., 1999, Prospective

analysis of the insulin resistance syndrome, Diabetes 41: 715-22.

(10)

in rat islet of Langerhans, J. Endocrinol, 107: 18.

Ktorza A., 1998, Pancreatic Beta-cell Regeneratio after 48-h Glicose Infusion in Mildly

Diabetic Rats is not Correlated with Functional Improvement, Diabetes, April.1998.

Mulder, H., G.M. Samuel, BN. Christer., S. Frank and A.Bo., 2005, Islet Amyloid Polypeptide (Amylin)-Deficient Mice Develop a Mores Severe Form of Alloxan-Induced Diabetes, www. ajpendo.physiology.org/cgo/content/full/2787/4/E684.

Nuraliev I N. and Avezov, 1992, The Eficacy of quarcetin in alloxan diabetes, Eksp. Klin.

Farmakol, 55 : 42-4.

Szkudelski T., 2001, The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B cells of the

rat pancreas, Physiol Res; 50(6): 537-46.

Suharmiati, 2003, Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan

Pelayanan dan Teknologi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Surabaya, Cermin

Dunia Kedokteran No. 140, 8- 13.

Vessal M., Fatemeh Z, dan Mohammad V, 2001, Effects of Teucrium Polium On Oral Glucose Tolerance Test, Regeneration of Pancreatic Islets And Activity Of Hepatic

Glukosinase in Diabetic Rats, Arch Iranian Med; 4: 188 – 92.

Winarto WP., 2003, Mahkota Dewa: Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat, Jakarta :

Gambar

Gambar 2. Grafik jumlah rata-rata sel Pulau Langerhans pada tiap perlakuan
Gambar 3.Gambaran sel Pulau Langerhans pankreas tikus putih.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan statistika menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji mahkota dewa menurunkan berat badan fetus secara bermakna pada dosis 100 mg/kg BB, sedangkan pada dosis 50

DJAUHARI PURWAKUSUMAH. Aktivitas antioksidasi cks&aIc daun muda dan daun tua mahkota dewa telah dianqlisis secara m vitro dm dibandingkan dengan aktivitas e)strak

Tujuan penelitian : untuk mengetahui efek kombinasi ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) dan ekstrak etanol buah mahkota dewa (EEBMD) terhadap kadar glukosa darah

Grafik Daya Sebar Krim Ekstran Etanolik Buah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ... Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak etanol daging buah mahkota dewa ( Phaleria .macrocarpa (Scheff) Boerl) secara bertingkat pada kosentrasi 16%, 32%,

Pada pemberian fraksi butanol buah mahkota dewa terhadap mencit terlihat adanya efek teratogenik karena fetus-fetus yang diperoleh mengalami penurunan jumlah, berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi dengan dosis > 5 kGy pada simplisia daging buah mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh semua bakteri serta kapang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari daging buah mahkota dewa ((Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) pada kelinci jantan New