• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORETIK DAN PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN CALON GURU (APKCG) Dalam Rangka Implementasi KTSP pada Pendidikan Dasar dan Menengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN TEORETIK DAN PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN CALON GURU (APKCG) Dalam Rangka Implementasi KTSP pada Pendidikan Dasar dan Menengah"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN TEORETIK DAN PENGEMBANGAN

ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN CALON GURU (APKCG)

Dalam Rangka Implementasi KTSP pada

Pendidikan Dasar dan Menengah

UN IVE RSI TAS PENDIDIKAN GA NE S H A U NDIKSHA DE PA RTE MEN PE NDIDIKA N NA SIO N A L

OLEH

NYOMAN DANTES

Disampaikan dalam Lokakarya Pengembangan APKG

Bagi Mahasiswa PPL-Real Undiksha Singaraja

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2007

(2)

Tinjauan Teoretik dan Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Calon Guru (APKCG)

Dalam Rangka Implementasi KTSP pada Pendidikan Dasar dan Menengah

(Disampaikan dalam Lokakarya Pengembangan APKG) Bagi Mahasiswa PPL-Real Undiksha Singaraja

24 Maret 2007

--- Oleh : Nyoman Dantes

---

I. Pendahuluan

Dalam pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujutnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.

Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.

Paradigma pengajaran yang telah berlangsung sejak lama lebih menitikberatkan peran guru dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Paradigma tersebut bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan berdasarkan pergeseran paradigma tersebut, diperlukan acuan dasar bagi setiap satuan pendidikan yang meliputi serangkaian kriteria (kriteria minimal) sebagai pedoman untuk kendali mutu yang bersifat demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis.

Dengan mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik ( sebagai masukan) dalam sistem pembelajaran, dan di sisi lain adanya tuntutan agar proses pembelajaran mampu menghasilkan lulusan yang bermutu, maka proses pembelajaran harus dipilih, dikembangkan, dan diterapkan secara luwes dan bervariasi dengan memenuhi kriteria standar.

Pada jalur pendidikan formal proses pembelajaran lebih banyak terjadi dalam lingkungan kelas dengan sejumlah peserta didik di bawah pembinaan seorang guru, dan lazim

(3)

disebut sebagai kelas klasikal. Kelas klasikal ini sering disalah artikan sebagai kelas konvensional yang menganggap peserta didik dalam satu kelas sebagai kelompok homogin, sehingga dapat diperlakukan secara sama untuk memperoleh hasil yang sama. Perlakuan yang seharusnya adalah bahwa peserta didik merupakan kelompok heterogin yang terdiri atas pribadi-pribadi yang mempunyai karakteristik, kondisi dan kebutuhan yang berbeda, sehingga oleh karena itu perlu mendapat perlakuan sedemikian rupa sehingga potensi masing-masing pribadi tersebut dapat berkembang secara optimal., Pemberdayaan peserta didik agar mereka mampu untuk membangun diri sendiri berdasarkan rangsangan yang diperolehnya sesuai dengan taraf perkembangan psikis, fisik dan sosial memerlukan interaksi aktif antara guru dengan peserta didik, antar peserta didik, dan antara peserta didik dengan lingkungan, dalam suasana yang menyenangkan dan menggairahkan, serta sesuai dengan kondisi dan nilai-nilai yang ada dalam ling-kungannya.

Tidak ada satupun model proses pembelajaran yang berlaku untuk setiap matapelajaran di dalam kelas dengan peserta didik yang beragam. Untuk itu semua guru harus mampu memilih, mengembangkan dan menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata kuliah, karakteristik peserta didik, serta kondisi dan situasi lingkungan. Hal ini menunjukkan posisi penting proses pembelajaran dalam menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk itu, betul-betul diperlukan guru yang profesional., maka dari itu pendidikan dan pelatihan pada calon guru untuk mencapai tujuan tersebut harus dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh, sehingga mampu menterjadikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam kaitannya dengan hal di atas, Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sejak tahun 1920an telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada dasarnya adalah memanusiakan manusia. Untuk itu suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya, tidak ada pendidikan tanpa

dasar cinta kasih. Dengan demikian pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk

berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiannya dan mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Metode pendidikan yang paling tepat adalah sistem among yaitu metode pembelajaran yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Sementara itu prinsip penyelenggaraan pendidikan perlu didasarkan pada “Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo

mangun karso, Tut wuri handayani”.

Pengaruh modernisasi yang menuntut pemerataan kesempatan pendidikan kepada lebih banyak orang dalam waktu yang lebih cepat dan biaya lebih murah, serta dengan standar hasil yang mudah diukur, telah mengakibatkan berkembangnya proses pembelajaran seperti halnya proses industri. Proses industri ini mengolah bahan baku untuk menjadi produk sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Sekolah diibaratkan sebagai pabrik,

(4)

peserta didik sebagai bahan mentah, dan guru sebagai tukang yang menjalankan peralatan pabrik. Proses pembelajaran diarahkan pada terjadinya transfer pengetahuan dari pendidik ke peserta didik melalui kegiatan menghafal dan mengingat. Pendekatan ini jelas telah mengabaikan harga diri dan kepentingan peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya.

Tuntutan untuk melakukan pembaharuan yang sesuai dengan harkat peserta didik sebagai pribadi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah melahirkan suatu cabang disiplin keilmuan yang relatif baru dan semula dikenal sebagai didaktik & metodik menjadi teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran didefinisikan sebagai teori dan praktek dalam perancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi proses dan sumber untuk keperluan belajar. Dalam bidang teknologi pembelajaran telah dikembangkan sejumlah teori dan praktek pembelajaran yang bersifat preskriptif, misalnya teori pembelajaran elaborasi, pembelajaran pengorganisasian awal, algoheuristik, pembelajaran inkuiri, dan pemaparan komponen.

II. Tinjauan mengenai Standar Proses Pembelajaran

Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP yang dimaksudkan dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Tujuan standar nasional pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Dalam Bab IV Pasal 19 ayat (1) SNP ditentukan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi (I2M3) peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam proses pembelajaran ditentukan pula agar pendidik memberikan keteladanan.

Standar yang langsung berkaitan dengan proses adalah standar kompetensi pendidik (guru) sebagai agen pembelajaran yang antara lain meliputi kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini merupakan kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Mutu pembelajaran dapat dikatakan gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Proses pembelajaran dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik (peserta didik) dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.

Secara konseptual, indikator mutu poses pembelajaran diartikan secara beragam, tergantung pada situasi dan lingkungan. Penelitian yang dilaksanakan oleh Conect di

(5)

Amerika Serikat, yang hasilnya divalidasikan oleh the Center for Reseach on Educational

Policy dari University of Memphis pada tahun 2005, menunjukkan adanya sejumlah indikator

kualitas pembelajaran (instructional quality indicators), yang dikelompokkan ke dalam 10 kategori, yaitu; (1) lingkungan fisik yang kaya dan merangsang, (2) iklim kelas yang kondusif

untuk belajar, (3) harapan yang jelas dan tinggi para peserta didik, (4) pembelajaran yang koheren dan berfokus, (5) wacana ilmiah yang merangsang pikiran, (6) belajar otentik, (7) asesmen diagnostik belajar yang teratur, (8) membaca dan menulis dan berkarya sebagai kegiatan regular, (9) pemikiran matematis, dan (10) penggunaan teknologi secara efektif.

Sedangkan, Education Review Office dari New Zealand menggambarkan serangkaian jalinan indikator proses yang terdiri atas; (1) tatakelola dan manajemen yang efektif; (2)

kepemimpinan profesional, dan (3) kualitas pengajaran yang tinggi. Ketiga indikator tersebut

melibatkan keluarga dan masyarakat, dan merupakan jaminan untuk memperoleh indikator lulusan yang dapat diukur. Kesemuanya itu perlu berlangsung dalam kondisi lembaga pendidikan yang positif dan aman.

Berdasarkan berbagai pengkajian, konsep mutu pembelajaran dapat disimpulkan mengandung lima rujukan, yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan

produktivitas pembelajaran. Rujukan kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan

dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan/atau nilai baru dalam pendidikan.

Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat; indikatornya meliputi diantaranya: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber, baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab, hangat, dan merangsang.

Efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat

pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right

things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara

teratur atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pebelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).

Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya,

dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model yang mengacu pada kepentingan, kebutuhan dan kondisi peserta didik, pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar yang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan

(6)

pembagian tugas seimbang, dan pengembangan serta pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak-jauh, pembelajaran terbuka tanpa harus membangun gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap, mempertimbangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.

Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan

diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber balajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.

Berbagai masukan antara lain kondisi peserta didik (kesehatan, kebugaran dll.), kualitas pendidik, kurikulum, terbatasnya anggaran, terbatasnya sarana dsb. merupakan faktor yang tekait erat dengan mutu. Kesemuanya itu memerlukan dukungan legalitas sebagai pedoman standar proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan harapan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya mutu pendidikan.

Bila kita melihat kondisi pendidikan kita di lapangan, hingga saat ini proses pembelajaran belum dapat berlangsung secara efektif. Selama ini masih banyak digunakan paradigma pengajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik (guru) dan belum banyak memberikan peran yang lebih besar kepada peserta didik. Kurikulum yang banyak digunakan secara nasional maupun institusi, masih bersifat sarat isi, dan karena itu menyiratkan agar peserta didik menghafalkan isi pelajaran. Hal ini berarti bahwa pembelajaran hanya mampu mencapai tujuan belajar tahap awal atau rendah, dan menghalangi terbentuknya kemampuan untuk memecahkan masalah dan mencipta. Penyajian pelajaran oleh guru kebanyakan bersifat verbal dan karena itu lebih banyak merangsang belahan otak kiri, sementara rangsangan terhadap belahan otak kanan dengan pendekatan visual, holistik dan kreatif kurang mendapat perhatian. Kegiatan belajar dan pembelajaran lebih banyak berfokus pada penguasaan atas isi buku teks. Semua hal ini telah menyebabkan belajar yang membosankan dan mematikan kreativitas peserta didik.

Pembelajaran seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dalam suasana yang menyenangkan, menggairahkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk semua itu maka diperlukan adanya standar proses pembelajaran.

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 standar proses pembelajaran meliputi

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk bisa terlaksananya proses

(7)

Standar perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip sistematis dan sistemik. Sistematik berarti secara runtut dan berkesinambungan, dan sistemik berarti mempertimbangan segala komponen yang berkaitan. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Perencanaan itu perlu disusun secara sistemik dan sistematis. Sistemik karena perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang berkaitan, yaitu tujuan yang perlu meliputi semua aspek perkembangan peserta didik (kognitif, afektif, dan psikomotor), karakteristik peserta didik, karakteristik materi ajar yang meliputi fakta, konsep, prosedur dan meta-kognitif, kondisi lingkungan serta hal-hal lain yang menghambat atau menunjang terlaksananya pembelajaran. Sistematis karena perlu disusun secara runtut, terarah dan terukur, mulai jenjang kemampuan rendah hingga tinggi.

Standar pelaksanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip terjadinya interaksi secara optimal antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan aneka sumber belajar termasuk lingkungan. Untuk itu perlu diperhatikan jumlah maksimal peserta didik dalam setiap kelas agar dapat berlangsung interaksi yang efektif. Di samping itu perlu diperhatikan beban pembelajaran maksimal per pendidik (guru) dalam satuan pendidikan dan ketersediaan buku teks pelajaran bagi setiap peserta didik. Namun bila kondisi riil belum memungkinkan perlu ditentukan rasio maksimal yang dapat digunakan bersama oleh peserta didik. Mengingat bahwa proses pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan ajaran, melainkan juga pembentukan pribadi peserta didik yang memerlukan perhatian penuh dari pendidik, maka diperlukan ketentuan tentang rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. Hal ini akan menjamin intensitas interaksi yang tinggi. Pengembangan daya nalar, etika, dan estetika peserta didik dapat dilakukan antara lain melalui budaya membaca dan menulis dalam proses pembelajaran. Selain itu budaya membaca dan menulis juga dapat menumbuhkan masyarakat yang gemar membaca, dan mampu mengekpresikan pikiran dalam bentuk tulisan. Pelaksanan proses pembelajaran perlu mempertimbangkan kemampuan pengelolaan kegiatan belajar.

Standar penilaian hasil pembelajaran ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Penilaian secara individual melalui observasi dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam satu semester. Untuk memantau proses dan kemajuan belajar serta memperbaiki hasil belajar peserta didik perlu digunakan teknik penilaian portofolio/hasil karya, artefak, kolokium, esai, projek, evaluasi diri, kinerja dsbnya, yang bermuara pada asesmen otentik. Secara umum penilaian dilakukan atas segala aspek perkembangan peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Standar pengawasan proses pembelajaran merupakan upaya penjaminan mutu pembelajaran bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien kearah tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Pengawasan perlu didasarkan pada prinsip-prinsip tanggung jawab dan kewenangan, periodik, demokratis, terbuka, dan keberlanjutan. Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah

(8)

tindak lanjut yang diperlukan. Upaya pengawasan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait, sesuai dengan ketentuan tentang hak, kewajiban warga negara, orangtua, masyarakat, dan pemerintah.

III. Implementasinya dalam Standar Proses

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 standar proses pembelajaran meliputi

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk bisa terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam kaitan dengan lokakarya ini hanya dibahas tiga butir pertama.

1.Perencanaan Proses Pembelajaran

a.Pengertian

Perencanaan proses pembelajaran adalah proses perancangan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 pasal 20, standar perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

Perencanaan proses pembelajaran disusun untuk memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran yang (I2M3) yaitu; interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik dalam mencapai kompetensi. Dalam hal ini, perencanaan proses pembelajaran merupakan pedoman dalam melaksanakan, menilai, dan mengawasi proses pembelajaran.

b. Silabus Matapelajaran

Silabus adalah rencana pembelajaran yang berisikan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, tujuan pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan produk pengembangan/penjabaran kurikulum yang bersifat makro dan menyeluruh untuk mencapai SK dalam satu matapelajaran.

Silabus sebagai produk pengembangan kurikulum, secara rinci mencakup komponen identitas matapelajaran, SK, KD, indikator pencapaian, dan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (bahan rujukan).

Prinsip-prinsip penyusunan silabus adalah sebagai berikut. (a) Ilmiah

Materi perlajaran harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan untuk mendukung penguasaan kompetensi

(b) Sistematis dan sistemik

Pengembangan silabus harus dilaksanakan secara runtut, serta berorientasi pada pencapaian kompetensi. Antar komponen silabus harus saling berhubungan secara fungsional, sinergis, dan terpadu dengan memperhatikan keseluruhan komponen pembelajaran sebagai suatu sistem yang utuh.

(9)

(c) Relevansi

Harus ada keterkaitan antar komponen silabus mulai dari SK, KD sampai indikator pencapaian kompetensi sebagai satu kesatuan utuh dalam mencapai kompetensi. (d) Konsistensi

Harus ada hubungan yang konsisten antar semua komponen silabus. (e) Kecukupan

Cakupan materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar (alat, media, dan bahan) harus memadai dalam membantu peserta didik mencapai kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

(f) Kontekstual dan aktual

Penyusunan silabus dan semua komponennya harus memperhatikan kondisi lingkungan, norma dan tata nilai kehidupan masyarakat, perkembangan tuntutan masyarakat, perkembangan ipteks, dan bersifat mutakhir tidak ketinggalan jaman. (g) Fleksibel

Pengembangan silabus harus memperhatikan keragaman peserta didik (peserta didik), menghindari bias gender, mengakomodasikan keragaman budaya, memperhatikan kecepatan belajar dan karakteristik individu, memperhatikan ketersediaan sumber belajar, suasana dan kondisi pembelajaran, mengakomodasikan keterpaduan lintas matapelajaran dan lintas aspek belajar, serta mempertimbangkan dinamika dan kearifan lokal masyarakat.

Mekanisme penyusunan silabus; minimal meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1). Menuliskan identitas mata pelajaran yang terdiri dari: nama satuan pendidikan( Fak/Jur, program, nama matapelajaran, kode matapelajaran, bobot SKS, semester, prasyarat (jika ada).

(2). Menuliskan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) matapelajaran sesuai dengan standar isi (SI).

(3). Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

Indikator merupakan petunjuk tingkat atau derajat pencapaian KD yang ditandai dengan perubahan perilaku peserta didik (peserta didik) yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil pengalaman belajar peserta didik. Indikator dikembangkan dengan mengacu pada KD, dimulai dengan analisis KD yang memperhatikan karakteristik dan kemampuan awal peserta didik. Indikator digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan prosedur dan instrumen penilaian

(4). Mengembangkan materi pokok perkuliahan

a) Materi perkuliahan/ pembelajaran meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik (peserta didik) dalam rangka menguasai SK dan KD.

b) Pengembangan materi pembelajaran harus memperhatikan relevansinya dengan SK dan KD, struktur keilmuan, karakteristik dan kebutuhan peserta didik, kebermanfaatan, aktualitas, otentisitas, kedalaman, keluasan, dan kondisi lingkungan serta perkembangan ipteks.

(5). Materi pembelajaran dituliskan dalam bentuk materi pokok/rincian materi sesuai dengan SK dan KD.

(10)

2). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Pengertian

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus, dan merupakan skenario proses pembelajaran untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. RPP memuat identitas mata pelajaran , deskripsi singkat matapelajaran, SK, KD, materi pokok/rincian materi ajar, pengalaman belajar, alokasi waktu, media dan sumber belajar, penilaian hasil belajar.

Guru pada setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran terjadi secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Prinsip dalam penyusunan RPP sbb:

(1) Berorientasi pada silabus matapelajaran

Perumusan tujuan pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi, pemilihan materi pembelajaran, penyusunan urutan penyajian materi, serta penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada SK dan KD yang ada dalam silabus matapelajaran.

(2) Memperhatikan perbedaan individual peserta didik (peserta didik)

RPP disusun dengan memperhatikan gender, kemampuan prasyarat, kemampuan awal, keragaman IQ, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, keragaman latar belakang budaya, norma dan tata nilai serta lingkungan peserta didik.

(3) Menerapkan teknologi secara efektif

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi secara terintegrasi dan sistematis dalam pembelajaran. Teknologi yang dimaksud mencakup cetak, audio, audiovisual, termasuk teknologi informasi dan komunikasi.

(4) Mendorong partisipasi aktif peserta didik

Proses pembelajaran dirancang dengan berfokus pada peserta didik (peserta didik) untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, serta budaya membaca dan kemampuan menulis. Untuk itu harus diciptakan strategi pembelajaran interaktif yang memungkinkan peserta didik berupaya menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dari apa yang dipelajari. (5) Memberikan penguatan, umpan balik, pengayaan, dan remedial

Dalam penyusunan RPP harus dirancang program pemberian penguatan, umpan balik positif, pengayaan, dan remedial terhadap

peserta didik untuk mengatasi hambatan belajarnya, dan untuk lebih memacu partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

(6) Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi, metode, sumber belajar, penilaian, dan bahan rujukan dalam satu keutuhan pengalaman belajar. Di samping itu, RPP harus disusun dengan mengakomodasikan keterpaduan lintas matapelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

(11)

c. Penyusunan RPP

Standar penyusunan Satuan Acara Perkuliahan/RPP minimal meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

(1). Menuliskan identitas matapelajaran, meliputi: (a) nama satuan pendidikan,

(b) nama matapelajaran, (c) kode matapelajaran, (d) bobot SKS,

(e) semester, (f) prasyarat,

(2) Menuliskan deskripsi singkat matapelajaran

Mencantumkan secara singkat pokok-pokok isi matapelajaran yang meliputi, ruang lingkup materi yang akan dibahas, dan kegiatan praktik/praktikum yang akan dilakukan (jika ada).

(3). Menuliskan SK dan KD dari silabus matapelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran tertentu.

(4). Mengembangkan materi pokok / rincian materi perkuliahan (bila ini sudah lengkap dicantumkan disilabus, dapat dipindahkan saja ke RPP)

(a) Materi pembelajaran meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik (peserta didik) dalam rangka menguasai SK dan KD.

(b) Pengembangan materi pembelajaran harus memperhatikan relevansinya dengan SK dan KD, struktur keilmuan, karakteristik dan kebutuhan peserta didik, kebermanfaatan, aktualitas, otentisitas, kedalaman, keluasan, dan kondisi lingkungan serta perkembangan ipteks.

(c) Materi pembelajaran dituliskan dalam bentuk materi pokok/rincian materi sesuai dengan SK dan KD.

(5). Merancang pengalaman belajar

Merancang pengalaman belajar pada hakikatnya akan berimplikasi dengan penggunaan model, pendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik untuk mengembangkan prakarsa dan kemandiriannya. Pengalaman belajar dapat berupa tuntutan aktivitas psikologis maupun pisik, seperti mengkaji, mendeskripsika, menjelaskan, berlatih, pemetaan, mengerjakan tugas-tugas secara individu/kelompok, dan sebagainya.Mencantumkan sumber belajar yang diperoleh dari berbagai sumber di lingkungan sekitar, atau melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Sumber belajar berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, sumber yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. (6). Menentukan alokasi waktu (jam pertemuan) yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk setiap KD. (7). Menentukan media dan sumber belajar

(a). Buku teks perkuliahan yang diwajibkan, buku referensi dan pengayaan. (b). Sumber belajar lain yang relevan dengan mata pelajaran, baik dalam bentuk pesan, orang, bahan, alat, teknik, maupun lingkungan.

(12)

lingkungan sekitar, atau melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Sumber belajar berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, sumber yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, serta lingkungan pisik, sosial, alam dan budaya.

(8). Merancang penilaian (asesmen);untuk pencapaian standar kompetensi

sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan, untuk pembelajaran tingkat peserta didik (adult education), harus dirancang secara eksplisit dalam penilaian proses dan produk. Bila mungkin dicantumkan prosedur penilaiannya, tugas dan tagihan yang harus dipenuhi peserta didik, bobot masing-masing tugas dan penilaian sebagai kriteria ketuntasan belajar.

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a. Pengertian

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan formal dilaksanakan dengan sistem klasikal yang menggunakan pendekatan kelompok besar, kelompok kecil, dan individual di dalam kelas maupun di luar kelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain intensitas interaksi antara peserta didik dengan guru, antar peserta didik, dan antara peserta didik dengan sumber belajar,sarana dan prasarana, dan sebagainya

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta berpusat pada peserta didik, pelaksanaan proses pembelajaran harus memenuhi sejumlah prinsip, persyaratan, dan mekanisme tertentu.

b. Prinsip

Pelaksanaan proses pembelajaran harus memenuhi prinsip-prinsip: 1). Interaktif

Adanya hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik.

2). Inspiratif

Mendorong semangat belajar dan memunculkan gagasan baru pada peserta didik 3). Menyenangkan

Peserta didik/peserta didik merasa aman, nyaman, betah, dan asyik mengikuti pembelajaran.

4). Menantang

Peserta didik/peserta didik tertarik untuk memecahkan/menyelesaikan masalah, melakukan percobaan untuk menjawab keingintahuannya, dan tidak mudah menyerah, sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik/peserta didik.

5). Memotivasi peserta didik/peserta didik untuk berpartisipasi aktif

Peserta didik terlibat dalam setiap peristiwa belajar yang sedang dilakukan, misalnya aktif bertanya, mengerjakan tugas, dan aktif berdiskusi.

(13)

Proses pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi berkembangnya prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

8). Memberi keteladanan

Guru memberikan keteladanan dalam bersikap, bertindak, dan bertuturkata baik di dalam maupun di luar kelas.

9). Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Guru memberi tugas membaca dan menulis/membuat karya untuk mendorong peserta didik/peserta didik gemar membaca dan menulis.

10). Memberikan penguatan dan umpan balik

Dalam situasi tertentu, pendidik/guru memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik. Namur demikian tetap menjaga suasana agar peserta didik berani untuk berpendapat.

11). Memperhatikan perbedaan karakteristik peserta didik

Guru memberikan pengayaan bagi peserta didik yang berkemampuan lebih dan remedial bagi peserta didik yang berkemampuan kurang atau mengalami kesulitan belajar. Guru menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi guna mengakomodasi keragaman karakteristik peserta didik/peserta didik.

12). Mengembangkan kerjasama dan kompetisi untuk mencapai prestasi

Guru mengembangkan kemampuan bekerjasama melalui kerja kelompok, dan kemampuan berkompetisi melalui kerja individual, untuk memperoleh hasil optimal bukannya untuk saling menjatuhkan.

13). Memanfaatkan aneka sumber belajar

Guru menggunakan berbagai sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan.

14). Mengembangkan kecakapan hidup

Tumbuhnya kompetensi peserta didik/peserta didik dalam memecahkan/ menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari, termasuk berkomunikasi dengan baik dan efektif, baik lisan maupun tulisan, mencari informasi, dan berargumentasi secara logis.

15). Menumbuhkan budaya akademis, nilai-nilai kehidupan, dan pluralisme

Terbangunnya suasa hubungan peserta didik/peserta didik dan guru yang saling menerima, menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan penuh empati, tanpa membedakan latar belakang dan status sosial-ekonomi.

d.Mekanisme

Berlandaskan prinsip di atas, proses pembelajaran, dapat mengacu pelaksanaannya pada 5 tahapan, yaitu keterlibatan, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan penilaian hasil belajar.

1) Pendahuluan

Keterlibatan

Keterlibatan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk memfokuskan perhatian peserta didik agar mereka siap untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap keterlibatan, antara lain melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan pemicu oleh guru kepada peserta

(14)

didik untuk mengkaitkan pengalaman belajar atau pengetahuan awal peserta didik dengan tujuan/indicator pencapaian kompetensi atau cakupan materi yang akan dipelajari. (2) Inti

Eksplorasi

Eksplorasi merupakan kegiatan dalam berupaya mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari. Topik/tema materi didasarkan pada Silabus dan RPP. Eksplorasi dilakukan berdasarkan panduan atau langkah-langkah pemandu yang telah disiapkan guru/ ditentukan bersama peserta didik dengan memanfaatkan beraneka sumber belajar yang tersedia. Beragam pendekatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi serta menarik minat peserta didik diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Langkah-langkah pemandu yang disiapkan guru mencerminkan langkah-langkah kegiatan belajar yang esensial untuk berbagai ranah pembelajaran. Dalam ranah pengetahuan (kognitif), di antara langkah belajar perlu ada kegiatan mengkaji dan menganalisis topik/tema materi. Dalam ranah keterampilan (psikomotor), di antara langkah belajar perlu ada kegiatan praktek melakukan keterampilan yang dipelajari. Sementara itu, dalam ranah sikap (afektif), di antara langkah belajar perlu ada kegiatan menghayati melalui berbagai aktivitas, misalnya pemodelan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dll.

Dalam eksplorasi peserta didik terlibat dalam kegiatan belajar yang kooperatif dan kolaboratif melalui pembuatan peta konsep, diskusi, mendengarkan pendapat secara cermat dan kritis, mencari informasi di internet, membaca buku acuan atau media cetak lainnya, mendengarkan informasi melalui kaset atau radio, menonton informasi visual melalui video atau siaran televisi, melakukan apresiasi, melakukan observasi di alam sekitarnya, melakukan percobaan-percobaan di laboratorium atau studio. Peserta didik, secara individual maupun secara kelompok, membuat catatan dan menulis laporan proses eksplorasi yang dilakukan. Dalam kegiatan eksplorasi, guru berfungsi sebagai nara sumber yang menjawab pertanyaan peserta didik jika peserta didik memperoleh kesulitan, yang memberi acuan informasi kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi lebih jauh, atau memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang berpartisipasi aktif.

Elaborasi

Elaborasi merupakan kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil eksplorasi yang telah dilakukan secara lebih teliti, cermat dan rinci. Elaborasi dilakukan dalam bentuk penyajian hasil kerja kelompok, pameran produk yang dihasilkan peserta didik dalam eksplorasi, atau turnamen antar kelompok. Dalam kegiatan elaborasi, peserta didik memberikan komentar dan pertanyaan yang bersifat konstruktif terhadap hasil kerja yang disampaikan oleh temannya. Di samping itu, dalam elaborasi, peserta didik juga melakukan pengecekan hasil eksplorasi yang telah dilakukan terhadap sumber-sumber acuan lain yang tersedia.

Konfirmasi

Konfirmasi merupakan kegiatan interaktif antara guru sebagai nara sumber ahli/ fasilitator dengan peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi. Dalam kegiatan ini, guru juga dapat memanfaatkan berbagai sumber acuan untuk memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. Sementara itu, peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan. Dari kegiatan konfirmasi, peserta didik akan mencapai kebermaknaan belajar dari pengalaman belajar yang telah dijalankan. Dampak pengiring dari kegiatan

(15)

konfirmasi adalah rasa ingin tahu untuk menindaklanjuti kegiatan eksplorasi lebih luas dan lebih dalam.

(3) Penutup

Penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan pendidik bersama peserta didik untuk mengukur hasil yang diperoleh dari proses belajar. Hasil belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk tugas mandiri yang dapat dipamerkan, diobservasi, atau dikumpulkan dalam portofolio peserta didik. Di samping itu, pengukuran hasil belajar juga dapat dilakukan melalui tes tertulis, tugas-tugas yang menunjukkan kumpulan kompetensi yang telah dicapai peserta didik, atau unjuk kerja. Hasil penilaian proses pembelajaran ditindaklanjuti dengan memberikan pembelajaran remedial, pengayaan, atau penugasan baik secara individual maupun kelompok. Di samping pada kegiatan penutup, penilaian proses juga dapat dilakukan pada saat kegiatan inti.

IV. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Pengantar

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP.

Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :

(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(b) belajar untuk memahami dan menghayati,

(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan

(16)

(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan f. Belajar sepanjang hayat

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun agar sejauh mungkin semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.

b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik

Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan

(17)

karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.

d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.

e. Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

g. Agama

Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.

h. Dinamika perkembangan global

Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting dalam dinamika perkembangan global dimana pasar bebas sangat berpengaruh pada semua aspek kehidupan semua bangsa. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.

i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Kurikulum harus dapat mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI. Muatan kekhasan daerah harus dilakukan secara proporsional.

(18)

Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang pelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

k. Kesetaraan Jender

Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan mendukung upaya kesetaraan jender.

l. Karakteristik satuan pendidikan

Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.

V. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.

(a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

(b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian (c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (d) Kelompok mata pelajaran estetika

(e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.

VI. Penjabarannya menjadi APKCG

Berdasarkan kajian teoretik (referensi dan landasan formal) di atas, diharapkan pengelola proses pembelajaran khususnya di pendidikan formal adalah pendidik (guru) yang profesional. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan suatu usaha sungguh-sungguh untuk

(19)

melakukan proses pelatiahan keterampilan calon guru. Dalam kaitan dengan hal tersebut diajukan suatu (alternatif) Alat Penilaian Kemampuan Calon Guru. APKCG ini (dalam latihan terbimbing dan mandiri) diajukan dengan pertimbangan : (1) menyambut implementasi KTSP dipendidikan dasar dan menengah, dan (2) keperaktisan dan fesibilitas penggunaannya. APKCG berikut terdiri dari APKCG 1 (menyangkut Kemampuan Merencanakan Pembelajaran) dan APKCG 2 (menyangkut Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)

(20)

APKCG 1

Alat Penilaian Kemampuan Calon Guru

(Kemampuan Merencanakan Pembelajaran)

Nama Mahasiswa Praktikan : NIM : Fak/Jur : Sekolah Tempat Praktik : Mata Pelajaran : Standar Kompetensi (SK) : Kompetensi Dasar (KD) : Materi Pokok : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai S k a l a/skor Total

1 2 3 4 5

1 Perumusan Indikator

Pencapaian/ tujuan pembelajaran

a. Kejelasan dan kelengkapan cakupan rumusan

b. Kesesuaian dengan KD c. Kesesuaian banyaknya indikator pencapaian dengan alokasi waktu

2 Pengorganisasian Pengalaman Belajar /kegiatan belajar siswa a. Variasi perumusan

pengalaman belajar siswa b. Perumusan pengalaman belajar sesuai dengan indikator

pencapaian c. Lavel perumusan pengalaman

belajar siswa sesuai dengan Indikator pencapaian

3 Pengorganisasian Materi Pembelajaran

a. Pemilihan Materi Pembelajaran

sesuai dengan indikator pencapaian

b. Sistematika dan urutan materi

(21)

c. Materi Pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa 4 Pendekatan dalam

Pembelajaran

a.Kesesuaian Pendekatan (Strategi/metode) pembelajaran

Dengan pengalaman belajar yang dirancang

b. Kesesuaian Pendekatan (Strategi/metode)

pembelajaran

Dengan materi pembelajaran c Variasi Pendekatan

(Strategi/metode) pembelajaran Yang dirancang

5 Kesesuaian Sumber/ Media Pembelajaran, dengan : a. Pencapaian indikator pencapaian

b. Materi Pembelajaran c. Karakteristik siswa 6. Ketepatan dan kesesuaian

Rancangan Langkah-langkah Pembelajaran

a. Rancangan langkah pembelajaran meliputi : tahapan peterlibatan siswa (engagement), eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan penilaian/ evaluasi

b. Ketepatan dan kesesuaian isi rancangan setiap langkah Pembelajaran dengan materi

pembelajaran

c. Ketepatan dan kesesuaian isi rancangan setiap langkah Pembelajaran dengan pengalaman belajar yang dirancang

7 Penilaian hasil belajar

a. Kesesuaian teknik penilaian dengan indikator pencapaian b. Rancangan penilaian proses c. Rancangan penilaian produk 8 Penunjang

(22)

persiapan

b. Ketepatan penggunaan bahasa

tulis

(23)

APKCG 2

Alat Penilaian Kemampuan Calon Guru

(Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)

Nama Mahasiswa Praktikan : NIM : Fak/Jur : Sekolah Tempat Praktik : Mata Pelajaran : Standar Kompetensi (SK) : Kompetensi Dasar (KD) : Materi Pokok : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai S k a l a/skor Total

1 2 3 4 5

1 Penyiapan Awal Kondisi Pembelajaran

a. Penyiapan klas/lab/lapangan b. Memeriksa kehadiran siswa c. Penyiapan media/alat pembelajaran

2 Membuka Pembelajaran a. Melakukan kegiatan engagement dan atau apersepsi

b. Menyampaikan KD yang akan

dicapai

3 Pengorganisasian Materi Pembelajaran pada kegiatan Inti

a. Penguasaan materi pembelajaran

b. Sistematika dan urutan penyampaian materi pembelajaran

c. Terjadinya kegiatan eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan

indikator pencapaian

d. Ketepatan penggunaan alokasi

(24)

waktu yang disediakan sesuai dengan tahapan/langkah pembelajaran 4 Pendekatan dalam Pembelajaran a.Penggunaan berbagai Pendekatan (Strategi/metode)

Pembelajaran secara tepat, logis dan variatif sesuai dengan

pengalaman belajar yang dirancang

b.Kesesuaian penggunaan Pendekatan

(Strategi/metode)

pembelajaran dengan materi Pembelajaran

c Terciptanya proses

pembelajaran yang kondusif dan I2M3

5 Penggunaan Sumber/ Media Pembelajaran

a. Penggunaan sumber/media dan alat bantu pembelajaran secara tepat

b. Perancangan media dan alat bantu pembelajaran menarik minat siswa

6 Penilaian hasil belajar

a. Penilaian proses dilakukan secara variatif untuk tercapainya indikator pencapaian dan materi pembelajaran

b. Penilaian produk dilakukan sesuai dengan indikator pencapaian 7 Penunjang a. Penggunaan bahasa b. Gaya mengajar c. Penampilan 8 Menutup Pembelajaran a. Melakukan refleksi dan membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa

(25)

(pengayaan, remidial, tugas lainnya)

S k o r Total APKCG 2

VII. Skoring APKCG

Skoring (proses pemberian skor) untuk APKCG 1 dan APKCG 2, dapat dilakukan dengan berbagai cara, Salah satu cara yang sederhana dapat dilakukan dengan weighting

daditive (dalam skala 100) sbb:

1.Penentuan skor APKCG1 :

a. Hitung skor individu dengan jalan menjumlahkan skor masing-masing butir ( Xo)

d. Skor maksimal ideal ( Xi) adalah 23x5= 115

e. Ubah skor individu menjadi skla 100 dengan jalan sbb:

Skala =

i X Xo

x 100

f. Contoh : seorang mahasiswa mendapat skor total 85, maka Skalanya = 73,91

115 85

2. Penentuan skor APKCG 2:

a. Hitung skor individu dengan jalan menjumlahkan skor masing-masing butir ( Xo)

b, 1kor maksimal ideal ( Xi) adalah 21x5= 105

g. Ubah skor individu menjadi skla 100 dengan jalan sbb:

Skala =

i X Xo

x 100

h. Contoh : seorang mahasiswa mendapat skor total 85, maka Skalanya =

105 85

x100= 80,95

3. Menentukan skla (skor) gabungan dengan cara sbb :

Skor skala = 100 ) APKCG2)(60 (skala ) APKCG1)(40 (skala = 78,13

(26)

4. Menentukan Nilai Perolehan dengan kriteria PAP yang berbasis mastery learning sbb :

Kriteria skla Nilai/ Kualifikasi

90 - 100 4 / A

75 - 89 3 / B

65 - 74 2 / C

40 - 64 1 / D

0 - 39 0 / E

Sehingga mahasiswa tersebut di atas memperoleh nilai 4 / B

VIII. Penutup

Konsep di atas (diajukan sebagai pertimbangan saja) dan dirumuskan berdasarkan beberapa kajian teori dan antisipasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal tersebut baru menyangkut aspek yang terkait dengan penilaian Rencana dan Pelaksanaan Pembelajaran saja. Mengenai penilaian yang menyangkut komponen tugas non-mengajar dan komponen yang menyangkut laporan PPL tidak dibahas dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat dan selamat berlokakarya.

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP

Beeby, C.E., (1979). Assessment of Indonesia Education. London: Oxford University Press. Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.

Deming, Edwards W. American Association of School Administrators Conference, Washington, DC, January 1992. Seperti dikutip oleh Lee Jenkins. Improving Student

Learning. Applying Deming Quality Principles in Education. Milwaukee,WI: ASOQ

Press

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. 2003.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. 2005.

(27)

Hoy, Charles, Colin Bayne-Jardine and Margaret Wood. (2000). Improving Quality in

Education. London: Falmer Press. 2006.

Miarso, Yusufhadi.(2004). Menyemai benih Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Pustekkom Diknas & Kencana.

Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of Students, 2nd Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall.

O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language

Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.

Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta :Depdiknas R.I.

Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says and What

Practice Shows. Internet download.

Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teacher’s Guide to

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor (PLO) meliputi tiga komponen, yaitu: a) perencanaan; calon guru merencanakan pembelajaran IPA dengan

lanjutan untuk dapat meningkatkan keterampilan pengamatan menggunakan mikroskop, karena keterampilan tersebut sangat diperlukan oleh mahasiswa calon guru biologi di

Peran penting guru dalam proses belajar mengajar dan tuntutan abad 21 mendorong program pendidikan calon guru untuk memastikan bahwa seorang calon guru akan dapat

“Bahwa proses pembinaan guru-guru, juga guru SD di kota Gorontalo dilakukan secara berjenjang mulai dari Kemdikbud RI, Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi, Lembaga

Untuk mengukur kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru menggunakan hasil pengukuran Uji Kompetensi Guru (UKG) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayan,

“Bahwa proses pembinaan guru-guru, juga guru SD di kota Gorontalo dilakukan secara berjenjang mulai dari Kemdikbud RI, Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi, Lembaga

Penelitian ini telah menemukanpola penanaman karakter dalam upaya menghasilkan calon guru kejuruan yang profesional berkarakter dapat dilakukan paling tidak melalui enam cara

Strategi Guru SDN Anggadita I dalam Penerapan Pendidikan Karakter Strategi guru dalam melaksanakan Pendidikan karakter serta untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka guru dan kepala