• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Proses belajar-mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Proses belajar-mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Media Pembelajaran

Proses belajar-mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada di kurikulum yang dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan) maupun simbol non-verbal atau visual. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan ke dalam simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. (Sadiman, 2003:11)

Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2003:3) mengatakan bahwa :

“Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali visual atau verbal”

(2)

Association of Education and Communication Technologi (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. (Sadiman, 2003:6)

Sedangkan menurut Hamidjojo dalam Siswanto (2004 : 10), menyatakan “Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, sehingga ide pendapat atau gagasan yang dikemukakan/disampaikan itu bisa sampai pada penerima”.

Selain itu Oemar Hamalik (1982 : 21), mengemukakan bahwa “Hubungan komunikasi interaksi itu akan berjalan dengan lancar dan tercapainya hasil yang maksimal, apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi”.

Media dalam hal ini jika dilihat dari segi penggunaan dan yang berfungsi khusus dalam proses belajar-mengajar merupakan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Sebelumnya istilah media pembelajaran dikenal dengan istilah alat peraga, audio visual aids (alat bantu pandang/dengar), dan disebut instructional materials.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan bahan, alat, maupun teknik/metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar untuk menyampaikan pesan pembelajaran, agar proses komunikasi edukatif antara pengajar dan pembelajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

(3)

2.1.1 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2003, 21-22), Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu :

(1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.

Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran/ pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak. Untuk tujuan informasi, media pengajaran/pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat sangat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Sedangkan media yang berfungsi untuk tujuan instruksi, di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif.

Selain itu menurut Hamalik Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

(4)

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. (Arsyad, 2003 : 15)

Berbagai manfaat media pembelajaran telah banyak dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (22-23) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian dari proses belajar-mengajar di kelas, yaitu sebagai berikut :

a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil penafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.

b. Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat disosialisasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan, keruntutan pesan, daya tarik tampilan

(5)

yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertarik dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkan teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa.

d. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena pada umumnya media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinkan dapat diserap oleh siswa.

e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pengajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik, dan jelas.

f. Pengajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

(6)

Adapun manfaat dari media pembelajaran yang dikemukakan oleh Sudjana & Rivai, yaitu :

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran;

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau gurur mengajar pada setiap jam pelajaran;

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, memperaktekkan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

(Arsyad, 2003 : 25)

Fungsi dan manfaat media pembelajaran berkaitan satu sama lain, bahwa suatu media pembelajaran merupakan perantara atau alat bantu sebagai penyampai pesan pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, menambah tingkat pengetahuan siswa, juga dapat menciptakan proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif.

(7)

2.1.2 Jenis dan Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar-mengajar. Pertama, media grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pengajaranpembelajaran. (Sudjana, 2001 : 3-4)

Dilihat dari segi penggunaan dan biaya, Wilbur Scrham mengklasifikasikan media dalam dua golongan, yaitu big media dan little media. Big media adalah media yang memerlukan biaya yang besar, rumit dan pengoperasiannya dibutuhkan tenaga ahli, sedangkan little media adalah media yang memerlukan biaya relatif kecil, pengoperasiannya tidak rumit dan tidak memerlukan tenaga ahli. Siswanto (2004 : 10-11)

Penggunaan media tersebut tidak dilihat dari kecanggihan medianya, yang lebih penting adalah fungsi dan manfaatnya media tersebut dalam membantu meningkatkan efektivitas proses belajar-mengajar.

(8)

Adapun sembilan kriteria dalam menilai efektivitas media pembelajaran secara umum menurut Hubbard, yaitu :

a. Biaya

b. Ketersediaan fasilitas pendukung c. Kecocokan dengan ukuran kelas d. Keringkasan

e. Kemampuan untuk dirubah f. Waktu dan tenaga penyiapkan g. Pengaruh yang ditimbulkan h. Kerumitan

i. Kegunaan.

(www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc)

Selain itu adapun kriteria yang sebaiknya diperhatikan dalam memilih media pembelajaran :

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran; atinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur-unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

(9)

c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Seperti media grafis.

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran.

e. Tersedia waktu untuk menggunakanya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

(Sudjana, 2001 : 4-5)

Dengan kriteria pemilihan media pembelajaran, guru dapat lebih mudah memnggunakan media mana yang tepat untuk membantu mempermudah tugasnya dalam mengajar. Keberadaan media dalam proses belajar-mengajar tidak boleh dipaksakan sehingga akan mempersulit tugas guru atau mempersulit aktivitas belajar siswa, tetapi sebaliknya, dapat mempermudah tugas guru juga mempermudah aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu, pengadaan media bukan suatu keharusan tetapi sebagai pelengkap, jika media itu dirasa perlu untuk menambah efetivitas proses belajar-mengajar.

(10)

2.2 Kartu Huruf 文字通り、文字が書かれたカードである。文字を提示するためのも のである。語彙を提示するためのもので、語彙の導入、練習、ドリー ルのキューとしてだけでなく、既習項目を使ったゲームの道具にも使 うことができる。 (Kobayashi, 2000 : 108)

Moji toori, moji ga kakareta ka-do dearu. Moji wo teijisuru tame no mono dearu. Goi wo teijisuru tame no mono de, goi no dounyuu, renshuu, dori-ru no kyu- toshite dakedenaku, ge-mu no dougunimo tsukaukoto ga dekiru.

Dari pernyataan diatas kurang lebih menjelaskan tentang kartu huruf. Secara harfiah, kartu huruf adalah kartu yang bertuliskan huruf atau alat untuk menunjukkan huruf. Selain digunakan untuk memperkenalkan huruf, latihan, dan lain-lain, bisa juga digunakan untuk permainan.

2.2.1 Kartu Domino

Kartu domino adalah sejenis kartu permainan yang dalam setiap kartunya terdapat bulatan-bulatan dengan jumlah yang berbeda-beda., dari angka 1 – 6, dalam setiap kartu terdapat dua bagian angka. Dalam permainan domino, satu bagian angka pada salah satu kartu dicocokan dengan angka yang sama pada kartu lainnya, sehingga angka-angka yang dicocokan akan berantai atau tersambung.

Kartu domino yang digunakan dalam penelitian ini, pada setiap kartunya tidak terdapat angka atau bulatan, melainkan satu huruf hiragana dan cara baca yang berlainan. Cara menggunakan atau

(11)

memainkannya pun hampir sama dengan kartu domino yang biasa dimainkan, yaitu dengan mencocokan Hiragana dan cara baca yang terdapat pada kartu lain. Sehingga antara satu kartu domino dengan domino lainnya tersambung.

2.3 Penguasaan Hiragana 2.3.1 Hiragana

Hiragana adalah suatu cara penulisan bahasa Jepang dan mewakili sebutan suku kata. Pada masa silam, Hiragana dikenal sebagai onna de atau “tulisan wanita” karena biasa digunakan oleh kaum wanita, kaum lelaki pada masa itu menulis dengan menggunakan tulisan Kanji dan Katakana. hiragana mulai digunakan secara luas pada abad ke-10 Masehi. Hiragana digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, apakah secara utuh atau digabungkan dengan huruf Kanji. Hiragana dipakai untuk menuliskan kata-kata bahasa Jepang asli (wago) dan kata-kata bahasa Jepang yang berasal dari Cina klasik (kango) sebagai pengganti kanji. (id.wikipedia.org)

Hiragana digunakan untuk kata-kata bahasa Jepang di mana kanji tidak dapat dipakai secara mudah, kata-kata yang merupakan simbol sebuah bunyi, akhiran kata-kata yang terkonjugasi seperti kata kerja, kata sifat, partikel, atau kata sandang, kata kerja bantu, dan yang sejenis. Lagi pula kata ganti, kata keterangan, dan kata sambung serta

(12)

nama tumbuhan, hewan lebih baik ditulis dalam bentuk Hiragana. Contohnya; その (sono) = itu わたしたち (watashitachi) = kami きつね (kitsune) = rubah Mamiko (1999:8)

Untuk penulisan bahasa Jepang pada zaman Nara dipakai on-kun (cara baca huruf kanji on’yomi atau cara baca China dan kun’yomi atau cara baca Jepang) secara hyoo’on moji (tulisan fonetik). Bentuk tulisan tersebut sering dipakai dalam man’yooshuu, maka disebut man’yoogana. Pada akhir zaman Nara bentuk huruf man’yoogana berubah menjadi soogana. Lalu pada pertengahan zaman Heian, bentuk soogana diperbaiki, disederhanakan, dan diperindah, maka jadilah huruf Hiragana. Hiragana yang dipakai sekarang adalah bentuk Hiragana yang dipilih dari soogana, yang berjumlah 46 huruf. Ditetapkan berdasarkan petunjuk Departemen Pendidikan Jepang yang dimuat pada Daftar 1 Shoogakkorei Shiko Kisoku pada tahun 1990 (tahun 33 Meiji). (Siswanto, 2004 : 18)

Jumlah huruf Hiragana berjumlah 46 huruf, dari huruf tersebut ada yang dikembangkan dengan menambahkan tanda tertentu yaitu dakuten ( 〝 ), handakuten ( ), untuk membentuk bunyi lainnya. Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi dalam

(13)

bahasa Jepang secara total terdiri dari sekitar 104 suku kata. (Dedi sutedi, 2004) Tabel 2.3.1 Daftar Hiragana A あa いi うu えe おo K かka きki くku けke こko S さsa しshi すsu せse そso T たta ちchi つtsu てte とto N なna にni ぬnu ねne のno H は ひ ふ へ ほ M まma みmi むmu めme もmo Y やya ゆyu よyo R らra りri るru れre ろro W わwa をwo G がga ぎgi ぐgu げge ごgo Z ざza じzi ずzu ぜze ぞzo D だda ぢji づzu でde どdo B ばba びbi ぶbu べbe ぼbo P ぱpa ぴpi ぷpu ぺpe ぽpo

KY きゃkya きゅkyu きょkyo

SH しゃsha しゅshu しょsho

CH ちゃcha ちゅchu ちょcho

NY にゃnya にゅnyu にょnyo

HY ひゃhya ひゅhyu ひょhyo

MY みゃmya みゅmyu みょmyo

RY りゃrya りゅryu りゅryo

GY ぎゃgya ぎゅgyu ぎょgyo

J じゃja じゅju じょjo

BY びゃbya びゅbya びょbyo

PY ぴゃbyu ぴゅpya ぴょpyo

(14)

2.3.2 Membaca Hiragana

Membaca adalah menyuarakan atau melisankan huruf (nyaring atau di hati saja) Badudu (1994 : 101).

Selain itu membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung dan tersirat pada lambang-lambang tertulis serta mengubahnya menjadi bahasa lisan yang biasanya disebut membaca nyaring. Selain mencoba nyaring ada juga yang disebut membaca dalam hati, tujuannya hanya untuk berkomunikasi dengan diri sendiri.

Dalam bahasa Jepang, membaca yang dimaksudkan adalah mengubah lambang huruf Hiragana ke dalam bahasa lisan, sesuai dengan bunyi lambang huruf tersebut.

2.3.3 Menulis Hiragana

Menulis adalah menggunakan pena, potlot, bolpoint di atas kertas, kain, papan, dan sebagainya untuk menghasilkan huruf, kata, atau kalimat. (Badudu, 1994 : 1547)

Menurunkan atau melukiskan lambang-lambang yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran lambang tersebut. Gambar atau lambang itu

(15)

dapat menyampaikan makna yang akan diutarakan oleh penyampainya.

Cara-cara menulis Hiragana tidak sembarangan, karena telah ada aturannya yang benar. Jika akan menulis Hiragana, maka yang akan terpikirkan adalah bentuk tulisan yang cenderung berlengkung-lengkung dan halus, bukan garis-garis tegas seperti bentuk Katakana.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran sifat listrik dan magnetik lapisan tipis bahan nanokomposit Fe-C dengan variasi kandungan Fe yang ditumbuhkan pada

Dari masalah yang berhasil penulis analisa, penulis dapat meneyimpulkan bahwa metode logika fuzzy dapat digunakan sebagai sistem pendukung keputusan dalam menetukan

[r]

Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya beda rata- rata kisaran harga teoritik selama holding period 24 mingguan, sehingga dengan memperpanjang waktu kepemilikan saham,

1) Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri. Pastikan ruangan tersebut punya ventilasi yang baik. 2) Batasi pergerakan atau minimalnya berbagi di ruangan yang

Struktur hukum sangat erat kaitannya dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan publik, yang dimaksud struktur hukum adalah orang atau pihak yang diberikan kewenangan

Oleh karena itu, kami menciptakan inovasi baru dalam bidang hidangan penutup, yang memiliki cita rasa berbeda dengan mencampurkan berbagai rasa, yaitu dengan penyajian memarut

Lokasi yang dilakukan dalam kegiatan Kuliah Kerja Praktik ini dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang dengan jangka waktu yang diberikan