• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN UJI NAPAS UREA C-14 UNTUK DETEKSI INFEKSI HELICOBACTER PYLORY PADA PENDERITA DYSPEPSIA DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN UJI NAPAS UREA C-14 UNTUK DETEKSI INFEKSI HELICOBACTER PYLORY PADA PENDERITA DYSPEPSIA DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN UJI NAPAS UREA C-14

UNTUK DETEKSI INFEKSI HELICOBACTER PYLORY

PADA PENDERITA DYSPEPSIA DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

B O Kadharusman, M Sasongko, N Hayati, I S Hapsari, I Jumadi Sri Insani WW, Kristina DP., dan S Ruwiyati

Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi radiasi - BATAN

ABSTRAK

Prevalensi infeksi Helicobacter Pylori (HP) penyebab utama penyakit Dyspepsia / Ulkus Peptikum ditemukan cukup tinggi di Indonesia, sehingga upaya dini sangat penting. Dyspepsia sering ditemui pada penderita gagal ginjal kronik. Dalam usaha mengatasi infeksi Helicobacter pylori di masyarakat luas, diupayakan pengembangan deteksi infeksi HP dengan tehnik nuklir kedokteran yaitu dengan tehnik Urea Breath Test (UBT). Deteksi dan Eradikasi HP pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) akan memberikan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik. Uji nafas urea 14C pada 50 sampel penderita GGK

menjalani dialisis dan tidak dialisis didapati tingkat korelasi dan spesifikasi yang baik.Insidensi infeksi HP pada Penderita GGK dengan dialisa lebih tinggi yaitu 19,45% dibanding dengan penderita dyspepsia tidak menjalani dialisa. Disimpulkan pula bahwa dengan infeksi HP pada penderita GGK menjadi faktor komorbid .Uji nafas Urea (UBT) terlihat mudah sensitifitas yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori terutama pada penderita GGK yang memiliki kesulitan mobilitas.

Kata Kunci : Urea Breath Test, Helicobacter pylori, Ulcus Pepticum, Gagal Ginjal Kronik.

ABSTRACT

Helicobacter pylori (HP infection) is one of the common caused of the peptic ulcer, especially it showed a high incidence in Indonesia. Thereby the early detection would be highly important in the dyspepsia case management. It also showed that the Helicobacter pylori (HP infection) incidence is common in the chronic kidney failure patient with dyspepsia. Due to their low immunity. In order to control or eradicate the Helicobacter pylori (HP infection), the nuclear medicine field developed the Urea Breath Test technique. This Urea Breath Test would suppress the mortality rate. With the simple procedure of this Urea Breath Test we can develop the semi quantity Helicobacter pylori (HP infection) screening test. Especially in the remote area where they have limited facilities. There are 50 chronic kidney failure patients which divided into 2 groups, 14 sample for patient without doing the dialysis and 36 patients who undergo for dialysis. It showed that there are higher sensitivity compare to the biopsy test ( 26.59% vs 18.25%). It concluded that the Helicobacter pylori infection screening test using the UBT is reliable and important test in promoting the chronic kidney failure population life.

(2)

I. PENDAHULUAN

Infeksi Helicobacter Pylori (HP) diketahui sebagai penyebab utama penyakit

Tukak Lambung, gastritis dan kanker

lambung. Sejak penemuan kuman

Helicobacter pylori (HP) oleh Marshall dan

Warren pada tahun 1983, kemudian terbukti bahwa infeksi HP merupakan masalah global, termasuk di Indonesia. Pada tukak lambung, infeksi HP merupakan factor etiologi utama

sedangkan untuk kanker lambung termasuk bahan karsinogen tipe 1, yang definitif.¹

Prevalensi infeksi Helicobacter

pylori dinegara berkembang lebih tinggi

dibandingkan dengan negara maju Prevalensi pada populasi dinegara maju sekitar 30 – 40 %, sedangkan di negara berkembang mencapai 80 – 90 %. Di Indonesia, secara seroepidemiologi didapatkan prevalensi antara 36 – 46,1 % dengan usia termuda 5 bulan.²

Gambar 1. Skema erjalanan penyakit sejak masuknya kuman Helicobacter pylori sampai dengan terjadinya Ulcus di lambung.

(3)

Kuman Helicobacter pylori bersifat mikroaerofilik dan hidup dilingkungan yang unik, dibawah mukus dinding lambung yang bersuasana asam. Kuman ini mempunyai emzym urease yang dapat memecah ureum menjadi amonia yang bersifat basa sehingga tercipta lingkungan mikro yang memungkinkan kuman ini bertahan hidup. Prosedur diagnostik dapat dengan tindakan invasif yaitu secara gastroskopi, dengan tujuan mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan langsung, histopatologi ataupun kultur mikrobiologi. Selain pemeriksaan tersebut terdapat pula pemeriksaan non invasif seperti test serologi dan Urea Breath Test 1,3,4.

Tujuan pemeriksaan diagnostik infeksi HP adalah untuk menetapkan adanya infeksi sebelum memberikan pengobatan atau untuk penelitian epidemiologi. Selain itu untuk evaluasi eradikasi pasca pemberian obat antibiotik. 1,4,5.

Tabel 1. Jenis uji diagnostik untuk deteksi infeksi Helicobater pylori 1,3

No. Jenis Uji Uraian 1. Non invasif - Serologi : IgG, IgA

anti HP

- Urea Breath Test :

13C, 14C

2. Invasif/

endoskopik - Serologi : IgG, IgA anti HP - Histopatologi - Kultur Mikrobiologi - Polimerase Chain

Reaction (PCR)

Urea Breath Test (UBT)

Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk deteksi infeksi Helicobacter pylori secara non invasif yang pertama kali dikemukakan pada tahun 1987 oleh Graham dan Bell. Cara kerjanya adalah dengan menyuruh pasien menelan urea yang mengandung isotop Carbon baik 13C ataupun 14C. Bila ada aktivitas urease dari kuman HP

akan dihasilkan isotop Carbondioksida yang diserap dan dikeluarkan melalui pernapasan. Hasilnya dinilai dengan membandingkan kenaikan ekskresi isotop dibandingkan dengan nilai dasar. Bila hasilnya positif berarti terdapat infeksi kuman HP.2,4.

Pada dasarnya pemeriksaan serologi lebih mudah sehingga sangat cocok untuk suatu penelitian pada populasi yang luas namun pemeriksaan UBT tidak memerlukan validasi lokal terutama dalam menetapkan adanya infeksi yang aktif, dan merupakan pemeriksaan baku emas untuk konfirmasi hasil terapi eradikasi. Dengan adanya pemeriksaan non invasif, terbuka kesempatan untuk melakukan penatalaksanaan pasien dispepsia ditingkat pelayanan primer oleh dokter umum, serta dokter puskesmas dengan memperhatikan latar belakang prevalensi infeksi HP serta penyakit yang menyertai, terutama tukak peptik dan keganasan lambung

(4)

a b

Gambar 2. a. Alat urea breatest

b.Teknik penggunaan urea breatest

Nakajima dkk menyebutkan bahwa prevalensi tukak lambung pada penderita Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mencapai 36,9 % di bandingkan 53,3 % pada penderita GGK yang tidak menjalani hemodialisa. Sedang Fabrizi dkk menyebutkan prevalensi yang mencapai 56% pada kelompok dialisa dan 53 % pada kelompok non dialisa. Deteksi dini

Helicobacter pylori pada penderita Gagal

Ginjal Kronik tentu akan memberikan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik.⁹

II. TATA KERJA

Dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Fatmawati terhadap 50 pada pasien GGK dimana 25 dari mereka yang menjalani dialisis dan 25 pasien GGK yang tidak menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan pada masing – masing pasien dengan menggunakan pemeriksaan heliprobe yang kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan HP secara Biopsi.

Pada setiap pasien yang menjalani pemeriksaan Uji napas Urea 14C, dilakukan

pemeriksaa eroscopy serta pasien tersebut meminum 1 buah kapsul yang mengandung urea dimana akan diurai oleh bakteri HP menjadi 14C. Bila didapati adanya gas 14C,

gas tersebut akan terkumpul di dalam balon yang akan mengumpulkan gas 14C lalu balon

tersebut akan diperiksa dengan alat

heliprobe.

PASIEN Dispepsia dengan Gagal Ginjal

Tanpa Dialisa Dengan Dialisa

Biopsi Heliprobe PA (Semikwantitatif)

Gambar 3. Skema tata laksana uji deteksi infeksi Helicobacter pylori

(5)

Pada penelitian ini dilakukan uji deteksi infeksi Helicobacter pylori pada 25 pasien gagal ginjal kronis yang menjalani dialysis dan 25 pasien gagal ginjal kronik tidak dalam dialisis. Dari hasil penelitian yang didapat dilakukan perbandingan pada kedua kelompok pasien tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil uji klinis yang dilakukan

pada 14 pasien GGK dengan dyspepsia yang tanpa melakukan dialisa yaitu 14 orang hasil positif UBT didapati pada 1 sampel (7,14%), dibandingkan dengan hasil biopsy juga terlihat hasil positif pada 1 sampel (7,14%). Pada kelompok kedua yang melakukan dialisa kronik yaitu 36 sampel, hasil UBT menunjukan positif sebanyak 7 sampel (19,45%) sedangkan hasil biopsy mencapai angka positif pada 4 sampel (11,11%). Hasil tersebut dapat dilihat dalam bagan pada Gambar 4.

Dalam penelitian ini terlihat bahwa uji nafas urea 14C mempunyai nilai diagnostik

yang tinggi dan memiliki tingkat sensitivitas yang lebih baik dari pada yang biopsi. Mengingat tehnik uji nafas urea 14C ini

sangat mudah dan sederhana serta tidak invasif, maka pemeriksaan ini akan memberi manfaat bermakna bagi dunia kesehatan. Apabila kita kelompokan pasien – pasien berdasarkan kelompok umur akan terlihat distribusi penderita infeksi helicobacter lebih banyak pada kelompok usia diatas 55 tahun.

Uji nafas urea mempunyai tingkat korelasi dan spesifikasi yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori pada penderita Gagal Ginjal Kronik. Insidensi infeksi Helicobacter pylori pada Penderita GGK dengan dialisa lebih tinggi dibanding dengan mereka yang tidak adanya kelompok dialisa. Hal ini mencerminkan bahwa infeksi HP pada penderita GGK menjadi faktor komorbid .Uji nafas Urea (UBT) terlihat mudah, sederhana dengan sensitifitas yang baik dalam mendeteksi infeksi HP terutama pada penderita gagal ginjal kronik yang memiliki kesulitan mobilitas. Sebagai perbanding dapat dilihat dalam Gambar 4.

( 7,14 % ) UBT Tanpa Dialisa ( 92,86 % ) ( 7,14 % ) Biopsi ( 92,86 % ) PASIEN GGK + DYSPEPSIA ( 19,45 % ) UBT ( 80,55 % ) Dengan Dialisa ( 11,11 % ) Biopsi ( 88,89 % ) 13 1 -+ 14 + -1 13 36 + + -32 4 31 7

(6)

Tabel 2. Hasil uji klinis Helicobacter pylori pada pasien gagal ginjal berdasarkan kelompok umur.

Alat

pemeriksa < 35 36- 45 Usia (tahun 46-55 >55 Heliprobe 1 (2%) 2 (4%) 5 (10%) 8 (16%) Biopsi 1 (2%) 0 4 (8%) 5 (10%)

Jumlah sampel = 50

IV. KESIMPULAN

Uji nafas urea mempunyai tingkat korelasi dan spesifikasi yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori pada penderita gagal ginjal kronik.

Insidensi infeksi Helicobacter pylori pada Penderita gagal ginjal kronik dengan dialisa lebih tinggi dibanding dengan mereka yang tidak adanya kelompok dialisa. Hal ini mencerminkan bahwa infeksi Helicobacter

pylori pada penderita gagal ginjal kronik

menjadi faktor komorbid.

Uji nafas Urea terlihat mudah, sederhana dengan sensitifitas yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori terutama pada penderita gagal ginjal kronik yang memiliki kesulitan mobilitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. LAMOULIATTE, H., CAYLA, R., and

DASKALOPOULOS, G., Upper

digestive tract endoscopy and rapid diagnosis of Helicobacter pylori infection. In : Helicobacter pylori : techniques for clinical diagnosis & basic research, Edited by Adrian Lee and Francis Megraud, WB Saunders Company Ltd, London, 1996.

2. COVACCI, A., and RAPPUOLI, R., PCR amplification of gene suquences from Helicobacter pylori strains, In :

Helicobacter pylori : techniques for

clinical diagnosis & basic research, Edited by Adrian Lee and Francis Megraud, WB Saunders Company Ltd, London, 1996.

3. MONTEIRO, L., BIRAC, C. And

MEGRAUD, F. Detection of

Helicobacter pylori in gastric biopsy by

polymerase chain reaction, In :

Helicobacter pylori : techniques for

clinical diagnosis & basic research, Edited by Adrian Lee and Francis Megraud, WB Saunders Company Ltd, London, 1996.

4. HUA, J., BIRAC, C., and MEGRAUD,

F., PCR-based RAPD (random

amplified polymorphic DNA)

“fingerprinting” of clinical isolates of

Helicobacter pylori, In : Helicobacter pylori : techniques for clinical diagnosis

& basic research, Edited by Adrian Lee and Francis Megraud, WB Saunders Company Ltd, London, 1996.

5. DAVIN, C., PORTA, N., MICHETTI, P., BLUM, A.L., and THEULAZ, I.C., Cloning and expression of recombinant protein from Helicobacter pylori, In :

Helicobacter pylori : techniques for

clinical diagnosis & basic research, Edited by Adrian Lee and Francis Megraud, WB Saunders Company Ltd, London, 1996.

6. LIPPINCOTT WILLIAMS and

WILKINS, Helicobacter pylori is a risk factor for peptic ulcer disease in chronic kidney disease patients. A meta-analysis, Original Paper, 2002.

7. LIPPINCOTT WILLIAMS and

WILKINS, Helicobactery pylori,

Gastric Juice, and Arterial Ammonia Levels in Patients with Reval Ferlure, 2002.

8. WATANABE, H., HIRAISHI, H., ISHIDA, M. , Patophysiologi of gastric acid secretion in patients wiyh chronic renal failure: Influence of Helicobacter

pylori infection. Journal of internal

(7)

9. NAKAJIMA, F., SAKAGUCHI, M., OKA, H., Prevalence of Helicobacter

pylori antibodies in long-term dialysis

Gambar

Gambar 1.   Skema erjalanan penyakit sejak masuknya kuman Helicobacter pylori sampai dengan  terjadinya Ulcus di lambung
Gambar 3. Skema tata laksana uji deteksi  infeksi Helicobacter pylori
Gambar 4. Skema hasil uji klinis Helicobacter pylori pada pasien gagal ginjal

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang Cetak

From 2011 to 2013, supported by the Bureau of Cultural Heritage, the Ministry of Culture, this research implemented “Professional services centre for the conservation of CH,

If the strictXmlStrings header flag is set, then this token is interpreted to enclose the content in the double-quotation character ( &#34; ) and the attribute content therefore

[r]

Berawal dari penaklukan negeri-negeri patalima di seram selatan, penaklukan dan perang ini bukan tanpa alasan, alasan yang sangat mendasar iyalah mempersatukan semua suku

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan yang terdaftar selama periode 31 Desember 2009 sampai dengan

Meskipun dalam pasal 105 (a) Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya, namun