• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PROSES PEMBUATAN SABUK PENGAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PROSES PEMBUATAN SABUK PENGAMAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 PROSES PEMBUATAN SABUK PENGAMAN

Dalam pembuatan safety belt safe control system (SSCS) pada kendaraan roda empat maupun lebih terlebih dahulu harus dilakukan proses perencanaan terlebih dahulu, agar dalam pembuatanya tidak ada kesalahan maupun kekurangan.

Skema Alur Pengujian

(2)

3.2 SKEMA ALUR PRNGUJIAN

1. Mulai

Dalam tahap mulai ini penulis mencoba mencari literatur-literatur tentang sabuk pengaman. Mulai dari tentang sabuk pengaman, komponen sabuk pengaman serta perkembangan sabuk pengaman dari tahun ketahun termasuk teknologi-teknologi canggih yang dipasang atau digunakan pada sabuk pengaman seperti saat ini.

2. Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap dimana penulis mulai memikirkan tentang pembuatan alat serta komponen apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan alat SSCS. Serta penulis juga semakin mengembangkan pemikiran penulis agar dalam pembuatan alat SSCS ini dapat bekerja dengan baik sehingga hasil yang didapatkan pun sesuai dengan tujuan penulis serta pembuatan alat ini sesuai dengan judul tugas akhir yang penulis ajukan.

3. Pembuatan

Penulis memulai pembuatan dalam tahap ini, pembuatan miniatur sabuk pengaman, pembuatan alat SSCS serta instalasi alat pada kendaraan.

4. Pembuatan Miniatur Sabuk Pengaman

Pembuatan miniatur sabuk pengaman penulis menggunakan bahan besi sebagai bahan yang paling utama dalam pembuatan kerangka atau meja dimana kerangka ini mempunyai fungsi untuk menahan atau menopang miniature kursi serta sabuk pengaman dan juga untuk menopang mesin motor yang dimana mesin ini merupakan alat bantu peraga dalam cara kerja dari alat SSCS itu sendiri.

Pembuatan miniatur sabuk pengaman bertujuan agar fungsi dari alat SCSS ini dapat terlihat bekerja dengan baik sehingga pada saat penulis memperagakan cara kerja alat SCSS ini dapat dengan mudah dan para audien pun dapat memahami cara kerja alat SCSS ini dengan baik.

(3)

Gambar 3.2 Kerangka Penopang Mesin Dan Miniatur Sabuk Pengaman

Gambar 3.3 Miniatur Kursi Mobil

Pembuatan miniatur sabuk pengaman bertujuan agar fungsi dari alat SCSS ini dapat terlihat bekerja dengan baik sehingga pada saat penulis memperagakan cara kerja alat SCSS ini dapat dengan mudah dan para audien pun dapat memahami cara kerja alat SCSS ini dengan baik.

(4)

Gambar 3.4 Mesin Motor

Pada pembuatan miniatur sabuk pengaman menggunakan mesin motor bebek jenis 4-tak manual. Pemilihan mesin motor jenis ini karena disesuaikan dengan jenis penggunaan komponen pada alat SSCS, selain itu pula penggunaan jenis mesin motor ini dikarenakan diperlukan sistem kerja mesin yang sama dengan kendaraan roda empat atau lebih yang berjenis konvensional sehingga tidak perlu adanya perubahan rangkaian komponen yang digunakan.

5. Pembuatan Alat SSCS (Safety Belt Safe Control System)

Selain pembuatan miniatur sabuk pengaman, penulis juga membuat alat SSCS atau hal yang sangat penting dalam pembuatan sabuk pengaman asisten ini.

Gambar 3.5 SCSS (Safety Belt Safe Control System)

Dalam alat SSCS ini banyak berbagai komponen yang digunakan, dimana komponen ini mempunyai fungsi sesuai dengan kebutuhan yang diingnkan oleh penulis. Dalam pembuatan rangkaian komponen SSCS ini penulis meminta bantuan kepada seseorang yang profesional dan ahli dalam merangkai

(5)

komponen sehingga dapat bekerja dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan penulis.

6. Instalasi Alat SSCS (Safety Belt Safe Control System)

Saat alat SSCS ini sudah selesai pengerjaanya serta pembuatan miniatur sabuk pengaman sudah selesai maka penulis melakukan percobaan cara kerja dari alat SSCS ini untuk diinstalasi pada miniature sabuk pengaman. Dalam pemasangan alat SSCS pada mesin motor yang digunakan sebagai alat peraga penulis melakukan beberapa tahapan pada saat instalasi alat SSCS ini, berikut beberapa tahapanya :

1. Yang pertama penulis lakukan dalam instalasi alat SSCS ini adalah pengambilan arus listrik yang ada pada bagian Ignition Switch atau kontak kunci yang terhubung dengan mesin kendaraan.

Gambar 3.6 Kunci Kontak

Tujuan dari pengambilan arus listrik pada kunci kontak dikarenakan kunci kontak pada saat diputar kearah on maka aki atau battery yang digunakan dapat aktif sehingga alat SSCS ini dapat langsung aktif ataupun bekerja. Alat SSCS ini bekerja pada tegangan 12V DC. Pengambilan arus listrik ini dengan memutus kabel yang ada pada kunci kontak yang berfungsi untuk menghidupkan atau mengaktifkan listrik yang terhubung dengan aki atau batteray lalu disambungkan dengan kabel yang ada pada alat SSCS untuk mengaktifkan alat SSCS ini.

(6)

2. Setelah melakukan pengambilan arus listrik pada bagian kunci kontak, penulis juga menghubungkan 2 kabel yang ada pada bagian koil yang ada pada mesin motor dan yang ada pada alat SSCS itu sendiri

Gambar 3.7 Sambungan Kabel Koil Dan Kabel SSCS

3. Saat penyambungan kabel yang ada pada kunci kontak serta koil sudah mulai tersambung dengan benar dengan kabel pada alat SSCS maka penulis mencoba menghidupkan alat SSCS dengan memutar kunci kontak kearah on sehingga alat SSCS aktif yang ditandai menyalanya LED yang terpasang pada box SSCS

(7)

Selain melakukan pemasangan alat SSCS yang disambungkan ke kunci kontak serta koil yang ada pada mesin motor, penulis juga memasangkan sensor pada bagian buckle dan retractor sabuk pengaman, dari sini lah penulis mengatur panjang belt dengan menggunakan sensor berdasarkan putaran retractor.

Gambar 3.9 Sensor SSCS

Setelah dilakukan pemasangan sensor yang sudah terhubung dengan alat SSCS, maka penulis merapikan posisi box SSCS agar terlihat rapih dan penulis mencoba untuk menjalankan fungsi dari alat SSCS ini.

(8)

7. Pengujian SSCS (Safety Belt Safe Control System)

Setelah tahap pembuatan selesai dilakukan dan setelah penulis melakukan penelitian tentang penggunaan sabuk pengaman terhadap 10 pengemudi truk HINO FM-260TI yang ada di Pertamina Persero, maka penulis melakukan pengujian terhadap para pengemudi dengan cara memasangkan alat SSCS ini pada bus HINO FM-260TI yang mereka kendarai sehari-hari sesuai dengan hari operasional truk tersebut. Dalam pemasangan alat SSCS ini penulis meminta bantuan pemasangan alat SSCS ini kepada seseorang yang berwenang dalam perawatan-perawatan bus ini dikarenakan dengan peraturan yang berlaku di Pertamina (Persero) tersebut. Dalam proses pemasangan tidak jauh beda dengan pemasangan pada alat peraga yang sudah dijelaskan sebelumnya. Tetapi ada beberapa perbedaan pada pemasangan alat SSCS ini, sebagai berikut :

1. Yang pertama dilakukan sama, yaitu dengan pengambilan arus listrik pada kunci kontak truk dimana kunci kontak ini juga bertujuan agar alat SSCS ini dapat aktif dan dapat tidak aktif sesuai dengan kondisi kendaraan. Dimana pada saat kondisi kendaraan menyala maka alat SSCS ini aktif dan pada saat kendaraan dimatikan maka alat SSCS ini pun ikut mati atau tidak aktif sehingga penggunaan alat SSCS ini tidak akan mempengaruhi sistem kerja kendaraan.

2. Setelah melakukan pengambilan arus listrik pada kunci kontak truk, penulis menyambungkan kabel yang ada pada alat SSCS ke dalam rangkaian Kabel Engine Stop Motor yang ada pada truk HINO FM-260TI

(9)

Gambar 3.12 Rangkaian Engine Stop Motor

Fungsi dari engine stop motor ini sendiri adalah sebagai alat penyambung atau pemutus untuk menghidupkan mesin kendaraan pada saat kunci kontak sudah diputar ke arah on.

3. Dan pada saat semua sambungan sudah terpasang dengan benar, dan telah dilakukan pemasangan sensor pada buckle sabuk pengaman yang ada pada truk dan box SSCS sudah ditaruh pada posisi yang pengemudi tidak sadari keberadaaanya maka penulis meletakan buzzer pada dashboard truk agar pengemudi dapat menyadari kesalahan yang pengemudi lakukan, yaitu tidak menggunakan sabuk pengaman.

Pemasangan alat SSCS ini dilakukan secara bertahap, dimana dalam satu bulan alat SSCS ini dipasang ke 5 truk saja, alasanya karena alat SSCS yang dibuat hanya 5 SSCS saja sehingga harus dilakukan pemasangan secara bergantian selama 1 bulan dengan 5 truk setiap bulanya.

(10)

8. Data Hasil Uji

Setelah melakukan pengujian terhadap 10 pengemudi truk yang ada di Pertamina Persero, maka penulis mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dimana tujuan dari pembuatan sabuk pengaman ini dapat terpenuhi dan sesuai dengan keinginan penulis. Dari hasil data yang didapat oleh penulis sebelum dan sesudah pemasangan alat SSCS ini pada truk HINO FM-260TI sebagai berikut :

9. Sebelum Pemasangan Alat SSCS pada truk HINO FM-260TI

Sebelum dilakukan pemasangan alat SSCS yang dilakukan oleh penulis terhadap 3 truk yang dikemudikan oleh para pengemudi. Penulis mendapatkan hasil pelanggaran penggunaan sabuk pengaman yang dilakukan oleh pengemudi yang telah dijadikan rata-rata dari 3 pengemudi truk tersebut sebesar 62,13%, dimana dari hasil ini dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan sabuk pengaman masih sangat minim oleh para pengemudi. 10. Sesudah Pemasangan Alat SSCS pada truk HINO FM-260TI

Setelah dilakukan pemasangan alat SSCS pada 3 truk tersebut maka penulis mendapatkan hasil yang memuaskan untuk penggunaan sabuk pengaman sebesar 100% setelah diambil rata-rata dari penggunaan sabuk pengaman. Dimana dalam hal ini menunjukan bahwa penggunaan sabuk pengaman ini sangat efektif untuk mengingatkan penggunaan sabuk pengaman saat berkendara.

11. Kesimpulan

Setelah dilakukannya pengujian terhadap 3 pengemudi truk yang ada di Pertamina Persero, dan penulis mendapatkan dari hasil data uji yang dilakukan dengan Sebelum dan Sesudah pemasangan alat SSCS ini maka penulis dapat simpulkan bahwa penggunaan sabuk pengaman masih sangat minim dan masih banyak diabaikan. Tetapi setelah pemasangan alat SSCS pada bus maka pengemudi yang belum terbiasa menggunakan dan mengabaikan penggunaan sabuk pengaman jadi terbiasa menggunakan sabuk pengaman.

(11)

3.3 LATAR BELAKANG PEMBUATAN SABUK PENGAMAN SSCS

Dengan banyaknya produsen kendaraan roda empat maupun lebih yang menawarkan beragam fitur – fitur yang sangat mendukung untuk pengemudi dan penumpang lainya. Salah satu keamanan pada kendaraan sepeerti sabuk pengaman, air bag atau kantong udara yang secara otomatis segera mengembang apabila kendaraan menabrak suatu objek. Semua teknologi keselamatan diatas merupakan fitur-fitur yang sangat berguna untuk pengemudi kendaraan roda empat atau lebih. Untuk teknologi keamanan sabuk pengaman juga harus memperhatikan kenyamanan juga bagi penggunanya. Sabuk pengaman merupakan alat keselamatan yang sederhana tetapi sangat penting apabila terjadi kecelakaan atau hal yang tidak diinginkan.

3.3.1 Aturan Standar Perangkat Keselamatan Sabuk Pengaman

Undang - undang lalu lintas dan angkutan jalan sudah mewajibkan para pengemudi dan penumpang untuk mengunakan sabuk pengaman saat berkendara. Peraturan yang mengatur tentang sabuk pengaman tercantum dalam UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan, lebih tepatnya pada (Soekanto,1990) :

1. Pasal 106 ayat 6, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dijalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.

2. Pasal 289, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau penumpang yang duduk di samping pengemudi yang tidak mengenakan sabuk keselamatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat 6 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00

Jadi cukup jelas, bahwa penumpang yang ada disebelah pengemudi mempunyai resiko yang sama besar dengan pengemudi sehingga diperlukan perlengkapan sabuk pengaman seperti pengemudi.

Untuk kedepanya, bukan hal yang tidak mungkin bahwa seluruh harus mengenakan sabuk pengaman. Karena sebenarnya merekapun punya resiko mengalami luka parah bila terjadi kecelakaan seperti sudah diterapkan pada pesawat terbang, jadi pengemudi dan penumpangnya harus menggunakan sabuk pengaman.

(12)

3.4 LANGKAH – LANGKAH PEMBUATAN SABUK PENGAMAN SSCS

1. Membuat desain PCB sesuai dengan gambar skema rangkaian yang sudah di desain sebelumnya.

2. Mengatur Input (12V / 24V) untuk memastikan rangkaian yang digunakan. 3. Proses pemasangan komponen ke PCB atau perakitan.

4. Cek hasil rangkaian komponen.

5. Pengaplikasian buzzer ke sabuk pengaman.

3.5 SKEMA KOMPONEN BOX KIT (SSCS)

Gambar 3.13 Skema Box KIT (SSCS)

3.6 KOMPONEN KIT (SSCS)

1. PCB (Printed Circuit Board)

(13)

PCB atau singkatan dari Printed Circuit Board yang digunakan untuk mendukung semua komponen-komponen elektronika yang berada pada bagian atasnya. PCB juga memiliki jalur-jalur konduktor yang terbuat dari tembaga dan berfungsi untuk menghubungkan antara suatu komponen dengan komponen lainya.

2. Relay

Gambar 3.15 Relay

Relay 8 pin dan 14 pin adalah saklar (switch) yang di operasikan secara listrik dan merupakan komponen elektronikal yang terdiri dari dua bagian utama yakni: electromagnet (coil) dan mekanikal (seperangkat kontak saklar).

3. IC (Integrated Circuit)

Gambar 3.16 IC (Integrated Circuit)

IC NE 555 atau singkatan dari Integrated Circuit adalah suatu komponen eletronik yang dibuat dari bahan semi konduktor, dimana IC merupakan gabungan dari beberapa komponen seperti resistor, kapasitor, diode dan

(14)

transistor yang teringritasi menjadi sebuah rangkaian berbentuk chip kecil. IC digunakan untuk beberapa keperluan pembuatan peralatan elektronik agar mudah dirangkai menjadi peralatan yang berukuran relatif kecil.

4. IC Regulator

Gambar 3.17 IC Regulator

IC LM7812 merupakan chip IC Regulator tegangan variable untuk tegangan DC positif untuk membuat power supply dengan tegangan output variable dapat dibuat dengan sederhana apabila menggunakan IC LM7812.

5. Diode

Gambar 3.18 Diode

Diode adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya bersifat semi konduktor yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah (Kondisi

(15)

panjar maju) dan menghambat batas arus dari arah sebaliknya (Kondisi panjar mundur).

6. Transistor

Gambar 3.19 Transistor

Transistor adalah alat semi konduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai pemutus dan penyambung (switching), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainya.

7. Resistor

Gambar 3.20 Resistor

Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan di desain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik, dengan resisten tertentu (tahanan) dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus yang mengalir berdasarkan hukum Ohm.

(16)

8. Elco (Condensator Elektrolit)

Gambar 3.21 Condensator Elektrolit (Elco)

Elco atau singkatan dari Condensator elektrolit adalah Condensator yang biasanya berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki berpolaritas positif dan negative, ditandai oleh kaki yang panjang positif sedangkan yang pendek negative atau yang dekat tanda minus (-) adalah kaki negative, nilai kapasitasnya dari 0,47µF (Mikro Farad) sampai ribuan mikro farad dengan voltase bekerja dari beberapa volt hingga ribuan volt.

9. Reed Switch

Gambar 3.22 Reed Switch

Reed Switch adalah sebuah saklar listrik yang dioperasikan oleh medan magnet, bagiannya terdiri dari sepasang kontak logam mengandung besi dalam amplop tertutup rapat dalam kaca. Dalam keadaan biasa kontak terbuka, kontak akan menutup ketika medan magnet terdeteksi. Setelah medan magnet ditarik dari saklar, saklar reed akan kembali ke posisi semula.

(17)

10. Box

Gambar 3.23 Box

Box berfungsi untuk melindungi rangkaian sistem elektronika yang sudah menjadi sebuah rangkaian pada papan PCB (Printed Circuit Board) agar tidak terjadinya konsleting listrik.

11. Push Button

Gambar 3.24 Push Button

Push button adalah sebuah saklar yang berfungsi sebagai pemutus atau penyambung arus listrik dari sumber arus ke beban listrik dengan cara menekan tombolnya yang berwarna merah.

(18)

12. LED Indicator

Gambar 3.25 LED Indikator

LED atau singkatan dari Light Emiting Diode adalah suatu lampu indicator dalam perangkat elektronika yang biasanya memiliki fungsi sebagai penanda atau menunjukan status dari perangkat elektronika tersebut apakah alat tersebut bekerja atau aktif atau tidak bekerja atau mati.

13. Buzzer

Gambar 3.26 Buzzer

Buzzer adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara atau bisa dikatakan buzzer ini memberikan tanda dengan cara mengeluarkan suara yang cukup keras dan biasanya secara terus menerus.

(19)

14. Sensor

Gambar 3.27 Sensor

Sensor adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu.sensor merupakan jenis transduser yag digunakan untuk mengubah variasi nekabis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.

15. Pendingin IC

Gambar 3.28 Pendingin IC

Pendingin IC adalah alat yang digunakan pada komponen sebagai penurun suhu atau temperatur agar komponen-komponen yang ada di dalam box tidak akan rusak ataupun konsleting akibat temperature yang tinggi pada saat komponen-komponen bekerja atau aktif.

(20)

3.7 SKEMA CARA KERJA SABUK PENGAMAN SSCS

Gambar 3.29 Cara Kerja Safetybelt Safe Control System (SSCS)

(21)

Fungsi Safety belt safe control system (SSCS) :

Sebuah piranti elekronik akan mengontrol engine (mesin kendaraan) agar dapat bekerja sebagaimana mestinya, piranti elektronik ini dilengkapi oleh sensor yang diletakan pada sabuk pengaman pengemudi. Pemasangan piranti elektronik pada sabuk pengaman pengemudi bertujuan agar pengemudi kendaraan menggunakan sabuk pengaman dan selalu mengutamakan keselamatan serta keamanan dan juga bertujuan agar para pengemudi kendaraan mentaati peraturan-peraturan tentang mengemudi yang sesuai dengan undang-undang yang ada.

Cara Kerja Sabuk Pengaman SSCS:

 Sabuk pengaman ini menggunakan piranti elektronik yang bekerja pada tegangan 12V DC

Piranti elektronik yang dimaksud adalah SSCS (Safety belt Safe Control System) yaitu suatu kumpulan komponen listrik yang saling berhubungan sehingga mempunyai fungsi untuk memutus dan meyambungkan sensor.  Awal kerja SSCS ini yakni dihubungkan kepada battery 12V yang ada pada

kendaraan roda empat maupun lebih atau yang biasa kita sebut dengan AKI (Accu) arus listrik yang dihubungkan harus berjenis aliran DC (bisa hidup tanpa adanya putaran mesin) dan dihubungkan ke iginition switch atau yang orang kenal dengan kunci kontak dimana kunci kontak ini berfungsi untuk menghidupkan mesin kendaraan (engine).

 Jadi pada saat pengemudi atau pengguna kendaraan tersebut mengontak atau memutar kunci kearah on maka SSCS akan aktif. Karena SSCS ini bekerja pada saat pengemudi memutar kunci kearah bacaan on pada kunci kontak dimana pada posisi on ini aki pada kendaraan sudah mulai bekerja untuk menghidupkan arus listrik yang ada pada kendaraan sehingga SSCS ini pun akan bekerja atau mulai aktif

 Saat SSCS mulai bekerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka buzzer yang sudah terpasang didalam kendaraan akan berbunyi kencang secara terus menerus, menandakan bahwa SSCS sudah mulai bekerja. Buzzer ini merupakan salah satu komponen yang digunakan untuk melengkapi alat SSCS ini dan memiliki fungsi sebagai alarm atau pengingat dengan cara

(22)

mengeluarkan suara secara terus menerus sebagai tanda bahwa ada kesalahan atau peringatan yang harus dipatuhi dalam berkendara sesuai dengan peraturan yang telah dibuat didalam kendaraan tersebut.

 Saat buzzer berbunyi secara terus menerus maka pengemudi harus menggunakan sabuk pengaman dengan benar. Baik saat menarik bagian sabuknya maupun saat memasang sabuk pengaman kebagian penguncinya. Jika pengemudi tidak menggunakan atau memasang sabuk pengaman dengan benar maka buzzer akan terus berbunyi hingga pengemudi tersebut menggunakan dan memasangnya dengan benar. Pada bagian sabuk pengaman juga sudah terpasang sebuah alat yakni sensor dimana sensor tersebut dipasang pada bagian buckle dan retractor. sensor ini juga dihubungkan pada SSCS. Mesin kendaraan dapat dihidupkan dengan interval waktu 1 menit (sesuai dengan setelan) dan mematikan buzzer pengemudi harus menggunakan sabuk pengaman dengan benar sehingga sensor tersebut berada posisi on atau menyambung

 Pada saat sensor tersebut sudah dalam posisi on atau menyambung maka akan dihubungkan ke komponen IC Program yang ada pada SSCS, setelah menerima data bahwa pengemudi atau pengguna kendaraan tersebut telah memasang sabuk pengaman dengan benar maka IC Program ini akan langsung memproses ke mesin kendaraan (engine).

 Jika memang pengemudi atau pengguna kendaraan tersebut telah memasang dan menggunakan sabuk pengaman dengan benar maka mesin kendaraan dapat dihidupkan pada saat posisi mesin kendaraan (engine) sudah on dan jika pengemudi atau pengguna kendaraan tidak memasang atau tidak menggunakan sabuk pengaman tersebut maka mesin kendaraan dalam posisi enginenya hidup akan mati dengan sendirinya setelah interval waktu 1 menit (sesuai dengan setelan) dan buzzer akan mengeluarkan suara kembali secara terus menerus hingga pengemudi menggunakan kembali sabuk pengaman tersebut.

 Tetapi jika posisi kendaraan dalam keadaan bergerak atau melaju di jalan raya kemudian pengemudi melepas sabuk pengaman maka secara otomatis kecepatan kendaraan akan turun secara perlahan meskipun pengemudi menginjak penuh pedal gas

(23)

Buzzer ini akan secara terus menerus berbunyi jika sabuk pengaman belum dipasang dan belum digunakan dengan benar.

 Dengan adanya SSCS ini pada kendaraan maka keselamatan pengemudi lebih terjamin pada saat berkendara dan meminimalkan angka kecelakaan serta meminimalkan akibat dari kecelakaan, selain itu pula bukan hanya keselamatan tetapi juga dapat digunakan sebagai tambahan dari segi kemanan kendaraan dimana pada saat ini banyak pencurian kendaraan yang terjadi.

3.8 CARA INSTALASI SAFETYBELT SAFE CONTROL SYSTEM (SSCS)

Agar alat ini dapat bekerja dengan baik, kita harus melakukan pemasangan dengan cara yang benar. Hal – hal yang perlu anda ketahui saat melakukan pemasangan adalah :

1. Pertama perlu dilakukan yakni pengambilan power atau pengambilan arus listrik untuk menghidupkan alat (SSCS) ini pada kunci kontak kendaraan pada saat kunci kontak diputar kearah bacaan on. Karena pada bagian ini terhubung dengan supply power yang terhubung dengan aki (batteray) yang ada pada kendaraan. Alasan kenapa pemasangan kit (SSCS) ini dihubungkan pada kunci kontak kendaraan supaya pengguna atau pengemudi kendaraan dapat memastikan bahwa kit (SSCS) ini dapat diaktifkan dan dimatikan bersamaan dengan keseluruhan sistem kelistrikan yang ada pada kendaraan. Karena pada saat pengemudi atau pengguna kendaraan mematikan mesin dan memutar kunci kontak kearah off maka kit (SSCS) tidak akan aktif karena arus listrik yang dihasilkan dari aki (batteray) pada kendaraan ikut mati atau tidak aktif. 2. Lalu koneksikan kabel menggunakan skun dan konektor pada kabel sehingga

kapanpun pengguna atau pemilik kendaraan menginginkan sistem pada kendaraanya kembali normal atau kembali standar seperti keluaran pabrik maka pengguna atau pemilik kendaraan hanya perlu mencopot atau memutus kabel kit (SSCS) ini pada bagian sambungan di kunci kotak kendaraan, dan sambungkan juga kabel dari kit (SSCS) ke kabel engine stop motor yang ada pada kendaraan roda empat ataupun lebih. Disambungkan dengan engine stop motor bertujuan agar mesin kendaraan (engine) dapat mati dengan sendirinya saat IC Program yang ada pada kit (SSCS) menerima laporan bahwa

(24)

pengemudi belum menggunakan sabuk pengaman sehingga sensor yang ada pada sabuk pengaman dapat langsung memutus atau menghentikan mesin kendaraan.

3. Serta letakan buzzer pada bagian dashboard kendaraan untuk memudahkan pengguna atau pengemudi kendaraan mengetahui bahwa sabuk pengaman belum terpasang atau sabuk pengaman sudah terpasang tetapi belum benar sehingga sensor yang ada pada sabuk tidak saling berhubungan dan mengakibatkan mesin tidak bisa dihidupkan dan buzzer akan berbunyi secara keras dan terus menerus.

Gambar 3.31 Truk HINO FM-260TI (Sumber: Data Pribadi)

3.9 SPESIFIKASI KENDARAAN

Tabel 3.1 Spesifikasi Kendaraan

MEKANIKAL

Performa Kecepatan Maksimum : 86 (km/jam) Daya Tanjak (tan Ø) : 47,1

(25)

Model Mesin

Model : J08E – UF

Tipe : Mesin Diesel 4 Langkah Segaris; Direct Injection; Turbo Chrage Intercooler

Tenaga Maksimum (PS/rpm) : 260/2.500 Torsi Maksimum (Kgm/rpm) : 76/1.500 Jumlah Silinder : 6

Diameter x Langkah Piston (mm) : 112 x 130 Isi Silinder (cc) : 7.684

Kopling Tipe : Pelat Kering Tunggal dengan Coil Spring; Hydraulic Operation; Dilengkapi Clutch Booster

Transmisi Diameter Cakram : 380 mm Tipe : ZF 9S 1110TD Perbandingan Gigi : -C : 12,728 ke-1 : 8,829 ke-2 : 6,281 ke-3 : 4,644 ke-4 : 3,478 ke-5 : 2,538 ke-6 : 1,806 ke-7 : 1,335 ke-8 : 1,000 Mundur 12,040

Kemudi Tipe : Integral Power Steering Minimal Radius Putar : 8,8 m

Sumbu

Belakang : Full Floating Type Hypoid Gear Depan : Reverse Elliot, I-Section Beam Perbandingan Gigi Akhir : 6,428 Sistem Penggerak : Rear, 6 x 4

Rem

Rem Utama : Rem Pelambat : Rem Parkir :

(26)

-Roda & Ban

Ukuran Rim : 20 x 7,00T – 162 Ukuran Ban : 10,00 - 20 - 16PR Jumlah Ban : 10 (+1)

Suspensi

Depan: Rigid Axle dengan Leaf-Spring Semi Elliptic; Dilengkapi Single Acting Shock Absorber

Belakang: Trunnion Suspension Type, Rigid Axle dengan Leaf Spring Semi Elliptic

Sistim Listrik Accu Accu : 12V-65Ah x2

3.10 SISTEM PENGUJIAN ALAT

Pengujian alat safety belt safe control system (SSCS) dilakukan pada truk HINO FM-260TI milik Pertamina (Persero), adapun langkah - langkah pengujian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Siapkan peralatan untuk memasang alat SSCS. 2. Pasang rangkain alat SSCS pada truk hino fm-260ti. 3. Nyalakan alat dengan menekan tombol on.

4. Hidupkan mesin truk dengan posisi belt terpasang. 5. Lepaskan belt dan tunggu dengan jeda waktu 1 menit.

6. Jika mesin truk mati maka alat SSCS bekerja dengan baik, jika mesin tetap hidup maka alat tidak bekerja.

7. Saat alat bekerja dengan baik, biarkan alat terpasang pada truk.

8. Selama 1 bulan penulis mengumpulkan semua data dari para supir truk tersebut.

Gambar

Gambar 3.1 Skema Alur Pengujian
Gambar 3.2 Kerangka Penopang Mesin Dan Miniatur Sabuk Pengaman
Gambar 3.4 Mesin Motor
Gambar 3.6 Kunci Kontak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Posisi pengujian memiliki duan metode yang berbeda dengan titik focus sampel yang dapat dilihat seperti gambar 3.15. Setelah fokus, selanjutnya memilih menu Run >

Data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan berupa buku, literature, arsip dan dokumen lain yang terkait dengan program komunikasi untuk kelengkapan data dalam

Metode pengolahan analisa data yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini menggunakan Program Microsoft Excel XP dan Program statistik SPSS v.13 dimana di dalam program

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk komunikasi siswa dengan gurun dan teman sebayanya, kondisi fisik sekolah, program-program

Proses pengolahan data ini merupakan kegiatan yang bertujuan mengolah data-data kumulatif dari tiap klausul yang diajukan dalam wawancara akan dirubah menjadi suatu

Pada tahap penyusunan draf program terlebih dahulu ditentukan rumusan tujuan, sasaran dan komponen-komponen yang diperlukan untuk melaksanakan program yang

Aktor atau admin kurikulum dan guru dapat memasukkan data berupa nilai sesuai dengan kelas, mata pelajaran, komponen nilai, dan kategori nilai pada setiap siswa.. Ubah Nilai

Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis data mendeskripsikan data secara mendalam tentang Analisis Evaluasi Diri Sekolah ( EDS ),Program peningkatan Mutu Guru