• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POTENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN MILIK PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT. Rudy Molandi Tonda 1*, Joni Hermana 2, I. D. A. A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN POTENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN MILIK PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT. Rudy Molandi Tonda 1*, Joni Hermana 2, I. D. A. A."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

MILIK PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT

Rudy Molandi Tonda 1*, Joni Hermana 2, I. D. A. A. Warmadewanthi 3

Manajemen Aset, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia1* rudy_molandi@bplhdjabar.go.id

Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia2 Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia3

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah melakukan identifikasi dan permasalahan yang dihadapi pengelolaan laboratorium sebagai aset daerah, melakukan asesmen kesesuaian pengoperasian laboratorium dengan SNI 17025:2008 dan Permenlh nomor 6 tahun 2009 dan melakukan kajian potensi yang dimiliki dalam kaitan penggabungan laboratorium,. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan kuisoner terhadap pemangku kepentingan laboratorium lingkungan.. Evaluasi potensi dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, keinginan pelanggan dan pengambil keputusan dalam rangka pengoperasian dalam kondisi maksimal. Evaluasi potensi dilakukan dengan analisa SWOT.

Hasil identifikasi dan asesmen 4 laboratorium lingkungan milik Pemerintah Propinsi Jawa Barat menunjukkan hasil berupa beberapa kondisi yang mempengaruhi pengelolaan laboratorium lingkungan sebagai aset daerah yang harus ditindak lanjuti. Peningkatan kondisi akomodasi, kondisi lingkungan, akreditasi parameter uji, pelatihan keselamatan kerja dan sarana pengelolaan limbah harus dilakukan untuk menjaga kehandalan kinerja laboratorium. Dualisme kelembagaan harus dihilangkan dan perubahan pengelolaan keuangan dilakukan agar bisa melakukan pembiayaan mandiri (self financing). Hasil identifikasi dan asesmen menunjukkan penggabungan akan melengkapi potensi 4 laboratorium lingkungan milik Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

Hasil evaluasi potensi penggabungan menunjukkan indikator potensi kekuatan adalah personil berkompetensi, kondisi akomodasi dan lingkungan sesuai persyaratan, metode pengujian tervalidasi, pelaksanaan sistem mutu dan kelengkapan peralatan. Indikator potensi kelemahannya adalah pelayanan pelanggan, kemampuan pembiayaan operasional pemeliharaan dan pelatihan, realisasi pendapatan, rasio biaya-pendapatan dan pengelolaan keuangan. Hasil penelitian mengenai kesesuaian antara keinginan pelanggan terhadap penggabungan laboratorium diketahui bahwa banyaknya parameter uji terakreditasi dan biaya murah menjadi pertimbangan pelanggan. Pelanggan tidak mempertimbangkan jarak antara lokasi laboratorium dengan domisilinya. Pelanggan setuju penggabungan laboratorium dan lokasinya tetap di Bandung. Adapun para pengambil keputusan setuju bila bertambahnya parameter uji terakreditasi, pemaksimalan potensi, peningkatan efisiensi dan efektifitas menjadi pertimbangan penggabungan laboratorium lingkungan secara manajemen dan fisik. Para pengambil ekputusan setuju bila penggabungan semata untuk biaya pengujian yang murah.

Kata Kunci : Laboratorium, Identfikasi, Asesmen, Evaluasi Potensi, Penggabungan

1. Pendahuluan

Munculnya berbagai macam industri membuat kemajuan dan berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia. Kemajuan industri tersebut selain menghasilkan produk berupa kain juga menghasilkan limbah berupa limbah cair dari proses pewarnaan, limbah emisi udara dari proses pembakaran energinya dan limbah bahan berbahaya beracun (B3) dari lumpurnya serta dari sisa pembakaran jika menggunakan batu bara. baku mutu yang ditetapkan pemerintah melalui peraturan perundangan. Adapun penetapan baku mutu dilakukan agar buangan limbah dalam batas toleransi kemampuan alam untuk mengurai limbah tersebut.

Industri tidak dapat melakukan sendiri dalam monitoring atau pengawasan pemenuhan baku mutu limbahnya. Ketentuan pemenuhan baku mutu tersebut dimonitoring oleh lembaga pemerintah yang ditunjuk dalam peraturan perundangan selain juga dibantu oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat.

Lembaga yang ditunjuk oleh peraturan perundangan untuk melakukan pengawasan adalah instansi lingkungan hidup dari tingkat pusat sampai kabupaten/kota dan dibantu oleh laboratorium lingkungan sebagai lembaga yang berhak melakukan uji parameter lingkungan. Ketentuan tentang laboratorium lingkungan diatur

(2)

dalam SNI 17205, Keputusan Kepala (Kepka) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) nomor 113 tahun 2000 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permenlh) nomor 6 tahun 2009 serta peraturan yang terkait lainnya.

Permenlh nomor 6 tahun 2009 mengatur tentang pemberian kewenangan ijin operasional oleh gubernur dan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. Terdapat 4 laboratorium milik Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang melakukan uji parameter lingkungan dan memiliki ijin operasional dari Gubernur Jawa Barat atau karena kewenangan yang melekat. Keempat laboratorium lingkungan milik pemerintah Propinsi Jawa Barat tersebut yaitu laboratorium Kebumian Dinas Pertambangan dan Energi, laboratorium BPMKL Dinas Permukiman dan Perumahan, laboratorium BTKL Dinas Kesehatan dan laboratorium BPLHD. Keempat laboratorium lingkungan tersebut berada di kota Bandung.

Laboratorium lingkungan merupakan salah satu aset daerah yang melayani kepentingan umum. Laboratorium lingkungan dalam perjalanannya sebagai suatu aset, saat ini berada dalam tahap ketiga yaitu tahap operasional/pemeliharaan (Leong, 2004). Pengoperasian dan pengembangan laboratorium lingkungan pada kenyataannya terdapat banyak masalah. Permasalahan yang dihadapi dapat dibagi menjadi permasalahan teknis, keuangan, dan kelembagaan atau manajemen.

Untuk itu perlu dilakukan identifikasi laboratorium dan permasalahan yang dihadapi oleh pengelola laboratorium lingkungan milik Pemerintah Propinsi Jawa Barat tersebut. Pemecahan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan potensi yang dimilikinya maka kajian potensi laboratorium lingkungan sangat penting dilakukan. Data identifikasi dan kajian potensi menjadi bahan pertimbangan dalam mengkaji kemungkinan penggabungan laboratorium lingkungan sebagai bentuk pemecahan permasalahan yang dihadapi dan sebagai langkah efisiensi dan efektifitas pengelolaan laboratorium lingkungan di Jawa Barat.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh laboratorium lingkungan milik Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

2. Mengkaji kesesuaian pengoperasian laboratorium lingkungan dengan SNI 19:17025 dan Permenlh nomor 6 tahun 2009.

3. Mengkaji konsep penggabungan laboratorium dan kesesuaiannya dengan kebutuhan permintaan uji dan sebaran lokasi para pelanggan.

4. Limbah yang dihasilkan oleh industri harus melalui pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah Mengevaluasi potensi yang dimiliki laboratorium lingkungan milik Pemerintah Propinsi jawa Barat.

2. Metodologi

Berdasarkan latar belakang dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode analisis survei, SWOT dan penelitian deskriptif. Dengan pengumpulan data melalui:

1. Studi literatur yang bersumber dari norma, standar, prosedur dan manual (NSPM) SNI 19 – 17025 : 2008, Permenlh nomor 6 tahun 2009, pedoman mutu laboratorium dll) dan dari Text Books tentang laboratorium dan manajemen (, aset dan keuangan, dll); dan

2. Observasi langsung ke lokasi dan wawancara terstuktur dengan

Penelitian ini meninjau 3 aspek pada laboratorium yaitu aspek teknis, kelembagaan/manajemen dan keuangan. Hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Identifikasi laboratorium

Metode yang dipakai dalam analisis ini dilakukan tabulasi terhadap kondisi sarana, aset, metode dan sistem yang digunakan. Dari tabulasi tersebut akan diketahui kondisi eksisting dari 4 laboratorium berikut permasalahan yang dihadapinya.

2. Asesmen pengelolaan laboratorium

Kondisi eksisting tersebut kemudian diasesmen dengan membandingkannya dengan standar. Standar yang digunakan untuk asesmen adalah SNI 19-17025:2008, PERMENLH nomor 6 tahun 2009, Kep. Ka. Bapedal 2000 dan OSHAS 18000.

3. Evaluasi potensi

Metode yang digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan adalah dengan analisis SWOT. Kesesuaian antara keinginan pelanggan, kebutuhan uji dan konsep penggabungan dianalisis dengan metode survai. Metode survai diterapkan pula untuk mengetahui persepsi para pengambil keputusan terhadap konsep penggabungan.

(3)

3. Hasil Penelitian dan Diskusi

1. Identifikasi dan asesmen laboratorium

Pengelolaan laboratorium akan maksimal bila operasionalisasinya telah berdasarkan standar dan panduan mutu yang telah ditetapkan. Standar operasional laboratorium yang menjadi acuan di dunia adalah ISO/IEC 17025 dan telah diadopsi menjadi SNI 19 – 17025. Standar yang paling mutakhir adalah SNI 19 – 17025 : 2008. Kemudian untuk mensinergikannya dengan ketentuan lingkungan hidup yang berlaku maka Kementrian Negara Lingkungan Hidup mengadopsi SNI 19 – 17025 dan menerbitkan PermenLH nomor 6 tahun 2009. Adapun hal – hal yang ditinjau adalah persyaratan teknis dan persyaratan manajemen. Persyaratan teknis diantaranya terdiri dari personil, kondisi akomodasi, kondisi lingkungan, metode pengujian, peralatan pengujian, ketertelusuran pengujian, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan. Persyaratan manajemen diantaranya terdiri dari organisasi, sistem mutu, pengadaan barang jasa, pelayanan kepada pelanggan, pengendalian pengujian dan ,engendalian dokumen. Adapun hasil identifikasi dan asesmennya sebagai berikut

a. Aspek teknis 1) Personil

Salah satu kriteria yang berpengaruh pada pengoerasian laboratorium berdasrakan SNI adalah personil. Jumlah personil, status personil, strata pendidikan dan pelatihan yang diikuti merupakan indikator kompetensi personil. Sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1 bahwa 4 laboratorium milik Pemerintah Provinsi yang ditinjau memiliki tingkatan strata pendidikan beragam. Tingkatan pendidikan yang paling rendah adalah SMA/SMK Kimia atau sederajat dan tingkatan pendidikan paling tinggi adalah S3.

Tabel 1. Identifikasi strata pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Personil Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD Pendidikan S3 - - - 1 Pendidikan S2 2 2 3 2 Pendidikan S1 7 2 6 3 Pendidikan D3 1 1 - - Pendidikan SMA 2 12 12 -

Catatan : tanda (-) menunjukkan tidak ada Sumber : Data diolah 2010

Tingkatan strata pendidikan ini terkait dengan kualifikasi untuk jabatan personil. Jabatan personil laboratorium lingkungan hidup persyaratannya telah diatur dalam PERMENLH nomor 6 tahun 2009. Adapun kualifikasi jabatan untuk personil sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kualifikasi jabatan personil

Jabatan Standar PERMENLH No. 6/2009 Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Manajer Puncak Tidak bersyarat D3 D3 S2 S3

Manajer mutu Min. D3 teknik S1 S1 S1 -

Manajer teknik Min. D3 teknik S1 S1 S1 S2

Manajer admin Tidak bersyarat S2 S2 S1 S2

Penyelia SLTA S1 S1 S1 S1

Analis SLTA SLTA SLTA SLTA S1

PPC SLTA SLTA SLTA SLTA S1

Catatan : tanda (-) menunjukkan belum definitif Sumber : Data diolah 2010

Berdasarkan hasil asesmen terhadap kualifikasi jabatan personil pada Tabel 2 diketahui 4 laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah memenuhi kualifikasi personil sesuai PERMENLH nomor 6 tahun 2009.

Terdapat 3 satus personil 4 laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu personil tetap, personil kontrak dan personil magang. Personil tetap merupakan pegawai negeri sipil (PNS). Personil kontrak merupakan outsourcing yang dipekerjakan dalam jangka

(4)

waktu tertentu karena kebutuhan personil. Personil yang ditugaskan oleh institusi (SMA/SMK atau perguruan tinggi) yang terdapat jalinan kerja sama untuk melakukan kerja praktek. Tabel 3. Status kepegawaian personil

Status Personil Jumlah Personil Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD Personil tetap 14 6 18 8 Personil kontrak 1 4 - 1 Personil magang 6 6 6 -

Catatan : tanda (-) menunjukkan tidak ada Sumber : Data diolah 2010

Keberadaan personil kontrak dan magang sangat membantu laboratorium dalam mengatasi kekurangan personil analis dan mengurangi beban kerja.

Penugasan personil dalam laboratorium lingkungan berdasarkan kompetensi. Penugasan personil tetap, kontrak dan magang tetap memeperhatikan kompetensi. Kompetensi dihasilkan dari proses pelatihan dan dibuktikan dengan sertifikasi. Pelatihan dapat dilakukan secara eksternal maupun internal (penyeliaan) Sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 3 diketahui jumlah personil yang telah mengikuti pelatihan dan atau tersertifikasi.

Tabel 4. Kompetensi personil

Status Kompetensi Jumlah Personil Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Terlatih uji air 3 6 12 3

Tersertifikat uji air 2 2 12 1

Terlatih uji udara 1 - 12 -

Tersertifikat uji udara 1 - 12 3

Terlatih

pendokumentasian 2 - 3 -

Tersertifikat

pendokumentasian - 1 3 1

Catatan : tanda (-) menunjukkan tidak ada Sumber : Data diolah 2010

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pelatihan dan sertifikasi terhadap personil telah dilakukan oleh 4 laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Laboratorium Kesda BKL telah melakukan pelatihan dan sertifikasi terhadap semua personil analis dan PPC serta kompetensi personilnya berimbang untuk uji air maupun uji udara. Berdasarkan hasil asesmen kriteria personil telah sesuai dengan SNI 19 – 17025 : 2008

2) Kondisi akomodasi dan lingkungan

Kondisi akomodasi dan lingkungan merupakan kriteria yang perlu diasesmen karena masuk persyaratan SNI. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 4 kondisi akomodasi 4 laboratorium telah memenuhi syarat kecuali area kerja laboratorium yang hanya 30 m2 dan ruangannya terbatas 2 saja. Perlu dilakukan tindak lanjut untuk perluasan area kerja dan penambahan ruang.

Tabel 5. Kondisi akomodasi

Jenis Akomodasi Standar Kep. Ka. BAPEDAL. No 113/2000 Kondisi Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Sumber energi 40 kVA 40 kVA 40 kVA 40 kVA 40 kVA Sumber air 2 m2/hari >2 m2/hari >2 m2/hari >2 m2/hari >2 m2/hari Area kerja Min 40 m2 300 m2 280 m2 300 m2 30 m2

Ruangan Min 4 >4 >4 >4 2

Sumber : Data diolah 2010

Kondisi lingkungan 4 laboratorium telah sesuai standar kecuali laboratorium BPLHD. Tindak lanjut yang dilakukan adalah perlu dipasang pendingin ruangan untuk kontrol kelembaban.

(5)

Tabel 6. Kondisi lingkungan Jenis Akomodasi Standar Kep. Ka. BAPEDAL. No 113/2000 Kondisi Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Intensitas cahaya 5 – 70 watt/m2 60 watt/m2 60 watt/m2 50 watt/m2 60 watt/m2 Penghawaan

ruangan > 0.05 PK/m 2

0.08 PK/m2 0.07 PK/m2 0.1 PK/m2 - Kelembaban 45 – 65 % 50 – 65 % 50 – 65 % 45 – 65 % > 65 %

Catatan : tanda (-) menunjukkan tidak dikontrol Sumber : Data diolah 2010

3) Peralatan pengujian

Peralatan pengujian merupakan aset riil dari laboratorium lingkungan. Aset peralatan laboratorium menjadi bahan pertimbangan bagi penerapan metode pengujian. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7 bahwa laboratorium BPLHD memiliki aset peralatan pengujian air yang paling sedikit. Kecuali laboratorium BPLHD, laboratorium lainnya telah memenuhi ketentuan PERMENLH nomor 6 tahun 2009.

Tabel 7. Peralatan pengujian yang dimilik labortorium dan peruntukan untuk pengujiannya

Jenis Pengujian

Peralatan Uji

Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab.

Kesda BKL Lab. BPLHD Fisika - termometer - oven - timbangan analitik - termometer - oven - timbangan analitik - termometer - oven - timbangan analitik - termometer Kimia anorganik - pH meter - SSA – nyala - spektrofotometer - fotometri - selektif ion - pH meter - SSA – nyala - spektrofotometer - fotometri - selektif ion - pH meter - SSA – nyala - spektrofotometer - fotometri - selektif ion - pH meter Kimia organik - refluks tertutup - iodometri - spektrofotometer - selektif ion - refluks tertutup - elektrokimia - selektif ion - refluks tertutup - iodometri - spektrofotometer - selektif ion - refluks tertutup - ielektrokimia - spektrofotometer

Sumber : Data diolah 2010 4) Metode pengujian

Telah disebutkan pada peralatan pengujian bahwa metode yang dipergunakan

mempertimbangkan aset peralatan laboratorium. Sebagaimana ditampilkan pada Tabel 8 diketahui metode yang dipergunakan. te yang dimiliki terkait dengan metode

Tabel 8. Metode pengujian yang diterapkan laboratorium

Jenis Pengujian

Metode Uji

Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab.

Kesda BKL Lab. BPLHD Fisika - termometer - gravimetri - perbandingan visual - termometer - gravimetri - perbandingan visual - termometer - gravimetri - perbandingan visual - termometer Kimia anorganik - pH meter - SSA – nyala - spektrofotometri - fotometer - selektif ion - pH meter - SSA – nyala - spektrofotometri - fotometer - selektif ion - pH meter - SSA – nyala - SSA – tungku karbon - spektrofotomter - fotometer

- elektroda selektif ion

- pH meter Kimia organik - refluks tertutup - iodometri - spektrofotometer - selektif ion - refluks tertutup - elektrokimia - selektif ion - refluks tertutup - iodometri - spektrofotometer - selektif ion - refluks tertutup - ielektrokimia - spektrofotometer

Sumber : Data diolah 2010

(6)

5) Ketertelusuran pengujian dan data

Ketertelusuran pengujian dilakukan dengan melakukan kalibrasi dan mengikuti uji profisiensi Hasil asesmennya sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 9.. Kecuali laboratorium BPLHD, 3 laboratorium lain telah mengikuti uji profisiensi dan hasilnya wajar tidak outlier.

Tabel 9. Hasil asesmen ketertelusuran pengujian dan data

Indikator Hasil asesmen Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Uji profisiensi 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th belum Hasil uji profisiensi wajar wajar wajar - Panduan mutu ada kurang

tersedia

ada kurang

tersedia ada tersedia - Prosedur kerja ada kurang

tersedia

ada kurang

tersedia ada tersedia ada Instruksi kerja ada tersedia ada tersedia ada tersedia blm ada Dokumen dan formulir

pendukung ada lengkap ada lengkap ada lengkap

ada tdk lengkap Sumber : Data diolah 2010

6) Keselamatan kerja dan lindungan lingkungan

Sistem keselamatan kerja di laboratorium mengacu pada standar OSHAS 18000. Sistem keselamatan kerja di laboratorium lingkungan terdiri dari pencegahan, penanganan dan rehabilitasi. Penanganan kecelakaan kerja dilakukan sesuai prosedur keselamatan kerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan risk assesment yang dilakukan maka ditetapkan prosedur dan sarana yang dibutuhkan. Hasil asesmen sebagaimana ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sarana keselamatan kerja

Jenis Sarana Peralatan Uji Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Prosedur keselamatan ada ada ada ada

Label ada ada ada ada

Tanda bahaya ada ada ada ada

Kotak P3K 1 1 4 1

Bak cuci 2 buah/meja 1 buah/meja 2 buah/meja 1 buah/meja

Safety shower 1 1 2 -

Eye wash 1 1 2 -

Appar 1 buah/lantai 1 buah/lantai 2 buah/lantai 1 buah/lantai Hidran 1 buah/lantai 1 buah/lantai 1 buah/lantai 1 buah/lantai

Sumber : Data diolah 2010

Sarana keselamatan kerja laboratorium telah sesuai kebutuhan dan standar OSHAS kecuali laboratorium BPLHD. Perlu ditmbahkan safety shower dan eye wash sarana laboratorium BPLHD.

Tabel 11 Alat perlindungan diri yang dimiliki

Jenis

Alat Pelindung Diri (APD)

Peralatan Uji Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD Jas lab 14 12 20 2 Sarung tangan 10 4 > 20 1 Kacamata 6 4 10 2 Masker 14 12 > 20 6 Safety shoes 4 2 20 1

Sumber : Data diolah 2010

Sebagaimana telah ditampilkan dalam Tabel 11 item alat perlindungan diri (APD) seperti jas lab, kacamata, kaos tangan, google, dan safety shoes telah dimiliki oleh masing – masing laboratorium lingkungan. Manajamen laboratorium lingkungan telah menyadari bahwa pekerjaan di laboratorium pengujian adalah pekerjaan dengan resiko tinggi. Berdasarkan asesmen sarana keselamatan kerja dan APD laboratorium telah sesuai OSHAS 18000 tetapi

(7)

pelaksanaan prosedurnya masih belum disiplin contoh sarung tangan sering kali tidak digunakan saat bekerja dengan bahan kimia asam pekat.

Selain memberikan rasa nyaman dan aman dalam pengelolaan aset laboratorium perlu memberikan perlindungan terhadap lingkungan. Prosedur lindungan lingkungan merupakan langkah pencegahan agar laboratorium lingkungan sebagai pengawas dan penguji parameter lingkungan tidak menjadi sumber pencemar bagi lingkungan. Perlindungan terhadap lingkungan dilakukan dengan penyediaan sarananya.

Tabel 12 Sarana lindungan lingkungan

Jenis Sarana Peralatan Uji Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Penampungan air limbah ada ada ada ada

Sistem IPAL tidak ada ada ada tidak ada

Jenis pengolahan limbah kimia fisika kimia/fisika tidak ada

Manifes B3 ada ada ada ada

Penampungan B3 ada ada ada tidak ada

Sumber : Data diolah 2010

Belum semua laboratorium lingkungan memiliki sistem Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem IPAL dimaksudkan agar limbah laboratorium lingkungan sebelum dibuang diolah sehingga memenuhi baku mutu lingkungan. Melalui proses tersebut laboratorium lingkungan sebagai penguji mutu lingkungan tidak mencemari lingkungan. Laboratorium Kesda BKL melakukan pengolahan secara kimia dan fisika. Sedangkan laboratorium BPMKL melakukan proses pengolahan limbahnya secara fisika dengan penyaringan lambat. Laboratorium BPMKL menggunakan karbon aktif, zeolit dan pasir untuk mengabsorp bahan kimianya sebelum limbah dibuang. Laboratorium lingkungan yang belum memiliki IPAL maka limbah laboratoriumnya dimasukkan ke suatu penampungan. Seperti pada laboratorium Kebumian limbah cair ditampung dimasukkan ke dalam bak kemudian dilakukan penetralan, flokulasi dan koagulasi. Setelah netral kemudian padatan dan cairan dipisahkan.

b. Aspek kelembagaan

Persyaratan kelembagaan yang diatur SNI 19 – 17025 : 2008 diantaranya berkaitan dengan organisasi laboratorium, sistem mutu, pembelian jasa dan perbekalan, pelayanan kepada pengguna, pengendalian dokumen, pengedalian pengujian dan audit internal. Identifikasi kelembagaan dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting dan asesmen dilakukan untuk mengetahui pemenuhan persyaratan terhadap standar.

1) Organisasi

Pembentukan laboratorium lingkungan pada awalnya didasari oleh kebutuhan organisasi induknya. Laboratorium Kebumian, BPMKL dan Kesda BKL awalnya merupakan laboratorium milik pemerintah pusat dibawah Departemen Pertambangan dan Energi, Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Cipta Karya.

Tabel 13

Data Hasil asesmen

Lab Kebumian Lab BPMKL Lab Kesda BKL Lab BPLHD

Regulasi awal SK.Mentamben. no.153/1999

SK.MenPU no. 102/1990

SK Menkes no. 783/1986

Perda no.5 tahun 2002 Kewenangan lama

(sebelum PP 38/2007)

Pengujian air bawah tanah

Pengujian air permukaan

Pengujian sumber baku air minum

Pengujian air sumber, air limbah

industri, danau, waduk dan sungai Regulasi terbaru Pergub no.113/2009 Pergub no.113/2009 Pergub no.113/2009 Pergub no.113/2009 Kewenangan terbaru Telah dilimpahkan ke kab/kota Telah dilimpahkan ke kab/kota Telah dilimpahkan ke kab/kota Telah dilimpahkan ke kab/kota Sususnan organisasi

acuan SNI Fungsional Fungsional Fungsional Fungsional

(8)

Struktur organisasi laboratorium yang bersifat fungsional tersebut merupakan jalan keluar untuk memenuhi ketentuan SNI 19 – 17025 : 2008. Pada kenyataanya di lapangan sering kali menjadi hambatan karena bersifat fungsional garis perintah dan kewenangannya tidak sekuat struktural. Dualisme susunan organisasi juga memicu kerancuan garis perintah dan sering kali bersinggungan antara susunan struktural dan fungsional.

Tindak lanjut yang memungkinan dari permasalahan struktur kelembagaan tersebut diantaranya adalah mengarahkan bentuknya menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dan BUMD. Bentuk kelembagaan BLU dan BUMD akan menghilangkan dualisme struktural dan memudahkan laboratorium dalam pengelolaan keuangan sesuai kebutuhan tanpa mengabaikan aspek layanan kepada masyarakat serta tetap memberikan kontribusi terhadap PAD

2) Sistem mutu

Untuk laboratorium Kebumian, BPMKL dan Kesda BKL yang telah terakreditasi, sistem mutu telah ada dan dilaksanakan secara konsisten. Laboratorium Kebumian, BPMKL dan Kesda BKL telah memimiliki dokumen pernyataan kebijakan mutu, panduan mutu, manajemen proses, prosedur kerja dan instruksi kerja. Tiap personil telah memahami dan menerapkan sistem mutu. Pernyataan kebijakan mutu merupakan maksud dan arahan secara menyeluruh dari manajemen/lembaga yang terkait dengan mutu seperti dinyatakan secara resmi oleh pimpinan puncak.

3) Pengadaan barang dan jasa

Hasil asesmen mengenai pengadaan barang dan jasa adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 10.

Ketentuan Standar

Hasil Asesmen

Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab.

Kesda BKL Lab. BPLHD

Perencanaan pengadaan bagian umum Dinas

bagian bina

program Dinas mandiri mandiri Status rekanan akreditasi akreditasi akreditasi akreditasi Verifikasi terhadap

rekanan

dilakukan oleh

panitia ada ada

dilakukan oleh panitia

Pengawasan rekanan ada ada ada ada

Spesifikasi teknik dilakukan bag. bina program dilakukan laboratorium dilakukan laboratorium dilakukan bag. umum Pakta integritas rekanan ada ada ada ada Pemeriksaan barang oleh panitia oleh lab. oleh lab. oleh panitia

Sumber : Data diolah 2010

Berdasarkan observasi dan wawancara diketahui salah satu permasalahan yang terjadi di laboratorium lingkungan adalah pada proses pengadaan barang dan jasa. Bila pengadaan barang dan jasa tidak dilakukan secara mandiri tetapi dilakukan dibagian lain dari induk organisasi (seperti pada laboratorium Kebumian dan BPLHD) maka seringkali terjadi antara barang yang dibutuhkan dan hasil pengadaan terjadi ketidak sesuaian. Masalah lain yang dihadapi adalah waktu proses pengadaan barang dan jasanya tidak sesuai dengan kebutuhan. Contohnya yang paling sering terjadi adalah terjadi kerusakan peralatan yang tidak diperkirakan ketika order contoh uji banyak (kejadian terjadi di 4 laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat).

4) Pelayanan kepada pelanggan

Berdasarkan observasi laboratorium Kebumian, Kesda BKL dan BPMKL belum memiliki layanan pelanggan secara sistem elektronik bahkan media brosur pun sangat terbatas. Laboratorium BPLHD lebih baik dalam hal penyediaan layanan sistem informasi elektronik. Penyediaan fasilitas layanan penerimaan contoh uji laboratorium Kesda BKL yang terbaik dengan fasilitas ruangan tunggu nyaman dengan fasilitas pendingin ruangan, televisi, banner, tempat duduk yang baik dan pelayanan oleh personil yang ramah. Sedangkan laboratorium Kebumian dan BPMKL ruang penerimaannya tidak sebaik laboratorium Kesda BKL karena tempat duduknya kurang baik dan tempat yang tepat berada di akses jalan masuk. Perbaikan fasilitas sistim informasi di laboratorium Kebumian, Kesda BKL dan BPMKL sangatlah penting. Pengendalian pengujian

(9)

5) Pengendalian dokumen

Dokumen merupakan bukti bagi laboratorium lingkungan bahwa laboratorium telah melakukan kegiatan pengujian. Pengendalian dokumen sangatlah penting bagi laboratorium lingkungan. Pengendalian dokumentasi meliputi identifikasi, pengumpulan, pemindahan, akses, pengarsipan, penyimpanan, pemeliharaan dan pemusnahan. Prosedur pengendalian dokumen adalah salah satu bagian penting sistem mutu. Prosedur pengendalian dokumen harus tercantum dalam panduan mutu. Pelaksanaan sistem mutu merupakan kegiatan pelaksanaan dari semua dokumen dan semua kegiatan pelaksanaan di dokumentasikan. Laboratorium Kebumian, Kesda BKL dan BPMKL yang telah terakreditasi telah mencantumkan pengendalian dokumennya di dalam panduan mutu masing – masing laboratorium.

c. Aspek keuangan

1) Pembiayaan dan pendapatan

Potensi pendapatan dapat diperhitungkan dari potensi pengguna dengan banyaknya parameter yang wajib uji dan tarif yang dikenakan. Adapun hasil identifikasi dan asesmen laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana ditampilakan pada Tabel 16.

Data Hasil Asesmen

Lab. Kebumian Lab. BPMKL Lab. Kesda BKL Lab. BPLHD

Potensi besaran pendapatan Rp 15.939.424.000 Rp 12.613.351.000 Rp 8.228.879.000 Rp 12.613.351.000 Realisasi pendapatan Rp 425.000.000 Rp 90.000.000 Rp 300.000.000 Rp 0 Persentase realisasi terhadap potensi 3.7 % 2.7 % 0.7 % 0.7 % Pembiayaan operasional dan pemeliharaan Rp. 200.000.000 Rp. 30.000.000 Rp. 150.000.000 Rp. 25.000.000 Pembiayaan kalibrasi Rp. 30.000.000 Rp. 20.000.000 Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000 Pembiayaan pelatihan Rp. 50.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 30.000.000 Rp. 10.000.000 Pembiayaan akreditasi per 3 tahun Rp. 105.000.000 Rp. 105.000.000 Rp. 105.000.000 Rp. 105.000.000 Sumber : Data diolah 2010

Potensi pendapatan laboratorium Kesda BKL didapatkan dari perhitungan potensi pengguna sektor pariwisata (potensi uji hanya memperhitungkan hotel bintang 6 sampai bintang 3). Potensi pendapatan laboratorium Kebumian hasil dari perhitungan potensi pengguna sektor pertambangan. Sedangkan potensi pendapatan laboratorium BPMKL dan BPLHD diperhitungkan dari sektor uji air industri dan air permukaan. Bila diperhatikan realisasi pendapatan dibandingkan potensi yang ada sangatlah kecil sehingga masih terbuka peluang untuk meraih pelanggan. Potensi tersebut tentu berbagi dengan laboratorium departemen, swasta dan kabupaten/kota. Jumlah laboratorium departemen, swasta dan kabupaten/kota yang telah terakreditasi masih sangat sedikit sehingga pemanfaatan peningkatan pendapatan masih memungkinkan.

Besaran biaya akreditasi adalah sesuai PNBP tetapi pada kenyataanya laboratorium lingkungan sulit memasukkan kedalam anggaran belanja sesuai DPA. Biaya yang tercantum merupakan biaya yang diasumsikan oleh masing – masing laboratorium. Kesulitanya adalah memperhitungkan biaya asesmen untuk auditor KAN tidak dapat dipastikan serta rapat – rapat teknis perbaikan dan tindak lanjut bila terdapat temuan.

2) Rasio pendapatan terhadap pembiayaan

Hasil perhitungan aspek pembiayaan dari laboratorium Kebumian Rp 280.000.000,- dengan pendapatan Rp 425.000.000,- . Untuk laboratorium BPMKL aspek pembiayaan Rp 60.000.000,- dengan pendapatan Rp 90.000.000,-. Labortaorium Kesda BKL aspek pembiayaan Rp 200.000.000,- dengan pendapatan Rp 300.000.000,- . Sedangkan laboratorium BPLHD aspek pembiayaan Rp 50.000.000,- tanpa ada pendapatan karena belum ada ketentuan hukum (perda) yang memayunginya. Dari hasil perhitungan besaran biaya dan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa rasio pendapatan terhadap pembiayaannya positif. Laboratorium Kebumian, Kesda BKL dan BPMKL dapat dikatan mampu untuk membiayai dirinya (self

(10)

financing) tapi perhitungan tersebut belum memasukkan unsur gaji personil, pembiayaan barang modal (seperti investasi gedung, kendaraan dan peralatan laboratorium) dan pembiayaan dinas lainnya yang ditanggung pemerintah daerah.

3) Nilai aset

Peralatan laboratorium merupakan aset yang perlu diperhitungkan nilai re-investasinya untuk keberlanjutan keberadaan laboratorium lingkunga. Tetapi dari hasil wawancara hampir semua laboratorium lingkungan tidak memiliki dokumen pengadaan barang dari peralatan yang dimiliki. Sehingga untuk memperhitungkan nilai aset peralatan digunakan nilai pengganti baru dikurangi depresiasi/penyusutan nilai aset.

Dari nilai pengganti baru dan asumsi penyusutan peralatan dapat dihitung nilai dari aset peralatan laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dari hasil perhitungan nilai aset peralatan terbesar dimiliki oleh laboratorium Kesda BKL dengan nilai Rp 2.470.350.000,-. Kontribusi terbesar nilai aset peralatan adalah dari mobil lab dan peralatan analisis udara ambien didalamnya.

2. Evaluasi Potensi

Evaluasi potensi dimaksudkan untuk mengetahui potensi laboratorium kaitannya dengan penggabungan 4 laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Penggabungan dapat berupa penggabungan manajemen dan atau fisiknya dalam suatu wadah baru (berupa kantor, BLU atau BUMD) sehingga dapat memaksimalkan potensi aset dari laboratorium lingkungan. Evaluasi potensi dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan laboratorium lingkungan, kesesuaian antara keinginan pelanggan terhadap konsep penggabungan dan pendapat para pengambil keputusan terhadap konsep penggabungan. Penelitian melakukan penyebaran kuisoner bentuk pertanyaan dengan jawaban alternatif tertentu (fixed alternatif item) yaitu jenis pertanyaan yang memberi responden suatu pilihan dari dua atau beberapa jawaban alternatif.

a. Kekuatan dan kelemahan laboratorium lingkungan

Dari hasil penelitian diketahui indikator yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi penggabungan laboratorium. Potensi kekuatan laboratorium adalah personil, kondisi akomodasi, kondisi lingkungan, metode pengujian tervalidasi, aset peralatan, pelaksanaan sistem mutu, dan pengendalian pengujian. Potensi kelemahan laboratorium adalah organisasi laboratorium,pembelian jasa

b. Kesesuaian antara keinginan pelanggan terhadap konsep penggabungan

Dari hasil penelitian diketahui kriteria yang menjadi pertimbangan bagi pelanggan untuk menggunakan jasa laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Penelitian terhadap pelanggan masing – masing laboratorium dilakukan untuk mengetahui kriteria sebagai pertimbangan.

1) Persepsi pelanggan laboratorium Kebumian

Kriteria – kriteria pelanggan yang menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukannya penggabungan ditunjukkan dalam Tabel 10 . Pertimbangan bertambahnya parameter uji terakreditasi disetujui oleh 81,4 % pelanggan. Pertimbangan biaya pengujian yang murah disetujui oleh 80,4 % pelanggan. Pertimbangan lokasi laboratorium tetap di Bandung disetujui oleh 94,8 % pelanggan. Pertimbangan penggabungan dilakukan secara manajemen dan fisikdisetujui oleh 81,4 % pelanggan laboratorium kebumian. Sedangkan jarak dari lokasi pelanggan ke laboratorium tidak menjadi bahan pertimbangan

Tabel 10 Kriteria yang menjadi pertimbangan pelanggan laboratorium Kebumian Kriteria Pelanggan

Persepsi Pelanggan (%)

Setuju Tidak

Bertambahnya parameter uji terakreditasi 81.4 18.6

Biaya murah 80.4 19.6

Jarak lokasi – lab. 39.2 60.8

Lokasi di Bandung 94.8 5.15

Penggabungan secara manajemen dan fisik 81.4 18.6 Sumber : Data diolah 2010

(11)

Sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 1 sebanyak 91.8 % pelanggan laboratorium Kebumian akan tetap menggunakan jasa bila laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat setelah dilakukan penggabungan.

Gambar 1. Pelanggan laboratorium yang akan tetap menggunakan jasa laboratorium setelah dilakukan penggabungan laboratorium

2) Persepsi pelanggan laboratorium BPMKL

Kriteria – kriteria pelanggan yang menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukannya penggabungan ditunjukkan dalam Tabel 10 . Pertimbangan bertambahnya parameter uji terakreditasi disetujui oleh 79,8% pelanggan. Pertimbangan biaya pengujian yang murah disetujui oleh 92,1 % pelanggan. Pertimbangan lokasi laboratorium tetap di Bandung disetujui oleh 78,7 % pelanggan. Sedangkan jarak dari lokasi pelanggan ke laboratorium dan penggabungan secara manajemen dan organisasi tidak menjadi bahan pertimbangan.

Tabel 10 Kriteria yang menjadi pertimbangan pelanggan laboratorium BPMKL Kriteria Pelanggan

Persepsi Pelanggan (%)

Setuju Tidak

Bertambahnya parameteruji terakreditasi 79.8 20.2

Biaya murah 92.1 7.9

Jarak lokasi – lab. 39.3 60.7

Lokasi di Bandung 78.7 21.3

Penggabungan secara manajemen dan fisik 43.8 56.2 Sumber : Data diolah 2010

Sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 2 sebanyak 91.8 % pelanggan laboratorium Kebumian akan tetap menggunakan jasa bila laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat setelah dilakukan penggabungan.

Gambar 2. Pelanggan laboratorium BPMKL yang akan tetap menggunakan jasa laboratorium setelah dilakukan penggabungan

3) Persepsi pelanggan laboratorium Kesda BKL

Kriteria – kriteria pelanggan yang menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukannya penggabungan ditunjukkan dalam Tabel 10 . Pertimbangan bertambahnya parameter uji terakreditasi disetujui oleh 81,7% pelanggan. Pertimbangan biaya pengujian yang murah disetujui oleh 89,2 % pelanggan. Pertimbangan lokasi laboratorium tetap di Bandung disetujui oleh 80,6 % pelanggan. Pertimbangan penggabungan dilakukan secara manajemen dan fisik disetujui oleh 79,6 % pelanggan laboratorium Kesda BKL

91.8 8.25 Lab Kebumian Ya Tidak 93.3 6.74 Lab BPMKL Ya Tidak

(12)

Tabel 10 Kriteria yang menjadi pertimbangan pelanggan laboratorium Kesda BKL Kriteria Pelanggan

Persepsi Pelanggan (%)

Setuju Tidak

Bertambahnya parameter uji terakreditasi 81.7 18.2

Biaya murah 89.2 10.8

Jarak lokasi – lab. 30.1 69.9

Lokasi di Bandung 80.6 19.4

Penggabungan secara manajemen dan fisik 79.6 20.4 Sumber : Data diolah 2010

Sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 3 sebanyak 93.5 % pelanggan laboratorium Kebumian akan tetap menggunakan jasa bila laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat setelah dilakukan penggabungan.

Gambar 3. Pelanggan laboratorium Kesda BKL yang akan tetap menggunakan jasa laboratorium setelah dilakukan penggabungan

4) Persepsi pelanggan laboratorium BPLHD

Kriteria – kriteria pelanggan yang menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukannya penggabungan ditunjukkan dalam Tabel 10 . Pertimbangan bertambahnya parameter uji terakreditasi disetujui oleh 81,7% pelanggan. Pertimbangan biaya pengujian yang murah disetujui oleh 89,2 % pelanggan. Pertimbangan lokasi laboratorium tetap di Bandung disetujui oleh 80,6 % pelanggan. Pertimbangan penggabungan dilakukan secara manajemen dan fisik disetujui oleh 79,6 % pelanggan laboratorium Kesda BKL

Tabel 10 Kriteria yang menjadi pertimbangan pelanggan laboratorium Kesda BKL

Kriteria Pelanggan

Persepsi Pelanggan (%)

Setuju Tidak

Bertambahnya parameter uji terakreditasi 88.2 11.8

Biaya murah 88.2 11.8

Jarak lokasi – lab. 35.3 64.7

Lokasi di Bandung 76.5 23.5

Penggabungan secara manajemen dan fisik 88.2 11.8 Sumber : Data diolah 2010

Sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 3 sebanyak 93.5 % pelanggan laboratorium Kebumian akan tetap menggunakan jasa bila laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat setelah dilakukan penggabungan.

Gambar 4. Pelanggan laboratorium Kesda BKL yang akan tetap menggunakan jasa laboratorium setelah dilakukan penggabungan 93.5 6.45Lab Kesda BKL Ya Tidak 82.4 17.65 Lab BPLHD Ya Tidak

(13)

c. Pendapat para pengambil keputusan

Kriteria yang menjadi bahan pertimbangan dilakukannya laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 10. Pertimbangan bertambahnya parameter uji terakreditasi disetujui oleh 87,5% para pengambil keputusan. Pertimbangan efektifitas dan efisiensi disetujui oleh 83,3 % para pengambil keputusan. Pertimbangan biaya murah disetujui oleh 58,1 % % para pengambil keputusan. Pertimbangan lokasi laboratorium setelah penggabungan di Bandung disetujui oleh 91,7 % % para pengambil keputusan. Pertimbangan pemaksimalan potensi aset laboratorium disetujui oleh 70,8 % % para pengambil keputusan.

. Tabel 10 Kriteria penggabungan menurut para pengambil keputusan Kriteria Penggabungan

Persepsi Pengambil Keputusan (%)

Setuju Tidak

Bertambahnya parameter uji terakreditasi 87.5 12.5

Peningkatan efektifitas dan efisiensi 83.3 16.7

Biaya murah 58.1 41.9

Peraturan menghambat 16.7 83.3

Lokasi di Bandung 91.7 8.3

Pemaksimalan potensi 70.8 29.2

Sumber : Data diolah 2010

Sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 3 sebanyak 79.2 % para pengambil keputusan setuju dilakukan penggabungan laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara manajemen dan fisik.

Gambar 5. Pelanggan laboratorium Kesda BKL yang akan tetap menggunakan jasa

laboratorium setelah dilakukan penggabungan

4. Kesimpulan

1. Terdapat kondisi Kekuatan Dalam identifikasi dan asesmen laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah didapatkan hasil berupa beberapa kondisi yang mempengaruhi operasionalisasi laboratorium lingkungan yang harus dindak lanjuti pengelola laboratorium lingkungan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu:

- Kondisi akomodasi dan lingkungan perlu ditingkatkan;

- Banyak metode pengujian yang telah diaplikasikan tetapi belum diakreditasi; - Adanya potensi peralatan yang belum dimaksimalkan;

- Perlunya pelatihan keselamatan kerja di laboratorium;

- Dualisme kelembagaan struktural – fungsional yang menghambat pemaksimalan aset;

- Pengelolaan keuangan yang belum sesuai kebutuhan dan belum mampun melakakuan pembiayaan mandiri (self financing).

2. Dari hasil penelitian mengenai keseuaian antara keinginan pelanggan terhadap wacana penggabungan diketahui bahwa banyaknya parameter uji yang terakreditasi dan biaya yang murah menjadi pertimbangan pengguna. Adapun jarak antara lokasi laboratorium dengan domisili pelanggan tidak

79.2 20.83

Konsep Penggabungan

Ya Tidak

(14)

menjadi keberatan bagi pelanggan. Pelanggan setuju akan konsep penggabungan dan lokasi laboratoriumnya tetap di Bandung

3. Dari pendapat para pengambil keputusan terhadap wacana penggabungan diketahui bahwa bertambahnya parameter uji yang terakreditasi, pemaksimalan potensi, peningkatan efisiensi dan efektifitas menjadi pertimbangan penggabungan laboratorium lingkungan secara manajemen dan fisik tetapi tidak setuju bila semata untuk biaya pengujian yang murah.

5. Referensi

Depdagri, (2006), Peraturan Pemerintah No.38., Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.Departemen Dalam Negeri.

KLH, (2009), Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 6 tentang Laboratorium Lingkungan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.

Bapedal, (2000), Kep. Ka. Bapedal No. 113 Tentang Pedoman Umum Dan Pedoman Teknis Laboratorium Lingkungan. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Serpong, Tangerang.

BSN, (2008), SNI 17025:2008 Tentang Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi, Badan Standardisasi Nasional.

David, F. R., (2004) Manajemen Strategis, Indeks, Klaten.

Hadi, A., (2007), Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025:2005 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hadi, A.., (2000), Sistem Manajemen Mutu Laboratorium, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Leong, K. C., (2004), The Essence of Aset Management, UNDP-TUGI Kuala Lumpur.

Mahsun, M., (2006), Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Rangkuti, F., (2005), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Riduwan, M., (2008), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung.

Silalahi, G. A., (2003), Metode Penelitian dan Studi Kasus, Citramedia, Sidoarjo. Siregar, D. D., (2004), Manajemen Aset, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.   Identifikasi strata pendidikan
Tabel 3.  Status kepegawaian personil
Tabel 8.  Metode pengujian yang diterapkan laboratorium
Tabel 9. Hasil asesmen ketertelusuran pengujian dan data
+5

Referensi

Dokumen terkait

Nyatakan satu contoh lain bagi kenderaan di air yang menggunakan prinsip yang sama seperti dalam Rajah 9.. ……… [1 mark]

Kondisi kelas yang mengganggu kreativitas yaitu kelas dengan jumlah murid sangat besar yang menuntut disiplin kaku, tekanan kuat pada proses menghafal,

F Bank Indon al yang perlu vidual/Perora mulir Nasab ister NPWP ikasi Bank cu usional/Korp mulir Nasab ister NPWP ikasi Bank & i, Bapak/Ibu mer Service lir adalah sa

Dalam perspektif ekonomi regional, kompetensi inti adalah sekumpulan kemampuan terintegrasi yang dimiliki daerah untuk dapat membangun daya saing daerahnya dengan keunikan

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan banyak kesabaran, kemudahan, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

a) Alat / Barang / Sarana dan Prasarana milik Laboratorium Universitas Fajar yang akan dipinjam tersebut, setelah melalui tahap pertama yaitu pengajuan surat permohonan

MENIMBANG : a.bahwa dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pendidikan tinggi di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat secara

[r]