• Tidak ada hasil yang ditemukan

GURU PROFESIONAL DAN PERANANNYA DALAM PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GURU PROFESIONAL DAN PERANANNYA DALAM PEMBELAJARAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Dian Eka Priyantoro Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN - SU Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate, 20371

Email: [email protected]

ﺪﻳﺮﲡ

:

ﻥﺇ

ﺭﻭﺩ

ﻢﻠﻌﳌ

ﲏﻬﳌﺍ

ﻱﺭﻭﺮﺿ ﺮﻣﺃ

ﺔﻴﻤﻴﻠﻌﺘﻟﺍ ﺔﻴﻠﻤﻌﻟﺍ ﰲ

،

ﺍﺬﻫ

ﺼﻘﻳ

ﻞﻌ

ﻟﺍ

ﺔﻴﻠﻤﻌ

ﻟﺍ

ﺔﻴﻤﻴﻠﻌﺘ

ﲑﺴﺗ

ﺓﺪﻴﺟ

ﺔﻴﻋﻮﻧﻭ

ﻖﻴﻘﺤﺘ

ﻠﻌﺘﻟﺍ ﻑﺍﺪﻫﺃ

ﻞﻤﻛﺃ ﻰﻠﻋ

ﻪﺟﻭ

.

ﻚﻟﺬﻟﻭ

ﻞﻛ ﻰﻠﻋ ﺐﳚ ،

ﳌﺍ

ﺱﺭﺪ

ﲏﻬﳌﺍ

ﻪﻟ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺃ

ﺀﺍﺩﺃ ﻰﻠﻋ ﺓﺭﺪﻗ

ﻪﺗﺎﺒﺟﺍﻭ

ﻪﻔﺻﻮﺑ

ﲔﺑﺮﳌﺍ ﺪﺣﺄ

ﲏﻬﳌﺍ

.

ﻊﻗﺍﻮﻟﺍ ﰱ ﻥﺎﻛ

ﻥﺃ

ﲔﻤﻠﻌﳌﺍ ﻦﻣ ﺪﻳﺪﻌﻟﺍ

ﻥﻮﻤﻬﻔﻳ ﻻ

ﺭﻭﺩ

ﻢﻫ

ﻲﻘﻴﻘﳊﺍ

ﺱﺭﺪﻤﻛ

،

ﻥﺎﻛ ﻚﻟﺬﻟ

ﻪﻟ

ﻟﺍ ﻦﻣ

ﺐﻌﺼ

ﻥﺃ

ﻛ ﺢﺒﺼﻳ

ﻲﻤﻠﻌﳌﺎ

ﲏﻬﳌﺍ

.

Abstrak:

Peran profesional guru dalam proses

pembelajaran sangat penting demi terciptanya proses pembelajaran yang baik dan bermutu dan tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal. Kemampuan seorang pendidik merupakan implikasi dan hakekat sasaran serta tugas utama guru. Oleh karena itu, setiap pendidik profesional harus memiliki kompetensi serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik yang professional. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak guru yang tidak memahami dengan benar peranannya sebagai guru, sehingga sulit baginya untuk berkreasi agar menjadi guru profesional.

Kata Kunci:

Profesionalisme, Proses Pembelajaran.

A.

Pendahuluan

engan dimulainya era baru dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, yakni era KTSP, sekolah ditantang untuk menggali sedalam mungkin kemungkinan metode dan strategi yang jitu untuk membelajarkan anak didik sehingga transfer ilmu dapat dilakukan dengan cara yang tepat dan cepat. Ketika di satu sisi para pakar pendidikan memompa semangat para guru dan sekolah untuk sebebas mungkin berkreasi dalam mengajar, di sisi lain mereka pesimis akan keberhasilan paradigma

(2)

ini dalam mengatasi carut marutnya kualitas pendidikan di negeri ini. Hal ini dirasa wajar mengingat di ujung Indonesia yang lain para guru dan anak didik masih harus merasakan pembelajaran konvensional di atas bangunan yang nilainya minus dari sisi kenyamanan belajar, apalagi dari sisi keselamatan beraktivitas.

Menurut penelitian dari Konsorsium Ilmu Pendidikan (2000), sekitar 50 % guru di Indonesia tidak memiliki kualitas sesuai standardisasi pendidikan nasional (SPN). Untuk itu perlu dibangun landasan kuat untuk meningkatkan kualitas guru dengan standarisasi rata-rata bukan standardisasi minimal.

Namun demikian, manusia adalah makhluk yang dikaruniai kemampuan beradaptasi yang baik, maka akan dipandang bijak jika para pelaku pendidikan ini mulai melakukan langkah-langkah adaptasi dalam merumuskan pembelajaran di kelasnya. Jika guru adalah ujung tombak pendidikan dalam pembelajaran, maka media belajar dapat membantu para guru untuk melakukan transfer ilmu tersebut. Ketika banyak orang berkecil hati dengan tuntutan UAN dan paradigma KTSP di sekolah, mungkin kreativitas dalam memanipulasi media pembelajaran dan pengajaran dapat menjadi salah satu jalan untuk dapat lolos melewati tantangan ini.

Melalui tulisan ini, penulis berusaha membuka cakrawala pandang guru tentang peran guru yang profesional di dalam proses pembelajaran agar dapat mengoptimalkan kemampuan dan kecerdasan siswa sehingga mampu menghasilkan siswa yang berkualitas dan siap berkompetisi dalam berbagai aspek kehidupan.

B. Proses Pembelajaran

Menurut wina sanjaya (2007) Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Baca : proses pembelajaran) dapat dimulai dari menganilisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak.

Namun demikian, komponen yang selama ini dianggap sangat memengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang

(3)

berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikan-nya, maka semuanya akan kurang bermakna.

C. Profesionalisme Guru

Tinggi rendahnya pengakuan terhadap profesi tenaga kependidikan, menurut Nana Sudjana (1988: 23) salah satu diantaranya diukur dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya untuk mempersiapkan jabatan tersebut. Kehadiran tenaga kependidikan dalam proses belajar mengajar tetap memegang peranan penting karena peranan tenaga kependidikan dalam proses belajar mengajar belum dapat digantikan dengan alat, misalnya dengan mesin, radio, tape recorder ataupun dengan komputer sekalipun sebab dalam proses tersebut masih terlalu banyak diperlukan unsur manusiawinya seperti :sikap, nilai, perasaan motivasi, kepribadian, kebiasaan dan lain lain yang mendukung dan diharapkan dilaksanakan setelah proses belajar mengajar selesai.

Etika berasal dari kata ethic dengan batasan yang bervariasi tergantung dari konteks yang ingin dibahas, namun demikian dapat dikemukakan beberapa batasan yang ada kaitannya dengan perilaku individu dalam satu organisasi yang menuntut untuk dilaksanakannya etika tertentu, seperti diuraikan dalam penjelasan berikut.

Definisi etika sebagaimana diutarakan oleh Hornby dalam Oxford Advaced Learner’s Dictionary of Current English (1985) adalah “… system of moral principles, rules of conduct”. Selain itu dikemukakan pula oleh Morehead (1985), “ethics, n. morals, morality, rules of conduct”.

Lebih jauh dikemukakan oleh Morehead bahwa etika ini erat kaitannya dengan kewajiban dan tanggung jawab seseorang. Page & Thomas (1979) mengemukakan bahwa ethics, branch of philosophy concerned with morals and the distinction between good and evil. Kreitner & Kinicki (1998) mengemukakan bahwa: ”ethics involves the study of moral issues and choices. It concerned with right and wrong, good versus bad and the many shades of gray in supposedly black and white issues.”

(4)

Lebih jauh diuraikan dalam kaitannya dengan perilaku yang etis menyangkut seluruh perilaku baik di dalam ataupun di luar pekerjaannya. Selain itu diuraikan pula bahwa etika ini dalam suatu organisasi sebaiknya diuraikan dalam apa yang disebut ethical codes, sehingga jelas apa yang patut dilakukan oleh seluruh anggota organisasi.Kaitannya dengan perilaku dalam organisasi diuraikan pula oleh Luthans (1995), ”ethics involves moral issues and choices and deals with right and wrong behavior”. Selanjutnya diuraikan bahwa etika ini dipengaruhi pula oleh budaya dari organisasi, kode etik, panutan dari pimpinan, kebijakan organisasi serta kenyataan yang berlaku di dalam organisasi.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa etika itu berkaitan dengan baik buruknya perilaku seseorang serta sejauh mana kode etik diperhatikan oleh individu baik di dalam ataupun di luar lingkungan pekerjaannya.

1. Profesi dan Profesionalisme

Menurut Mc Cully : 1969 : 1330 yang dikutip oleh Tabrani Rusyan : Profesi adalah a vocation an wich profesional

knowledge of some department a learning science is used in tis application to the of other or in the practice of an art found it.

Dari pengertian di atas dapat disarikan bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain.

Profesi berasal dari kata profession, serta profesional berasal dari kata professional, yang mempunyai batasan bervariasi tergantung dari konteks yang ingin diungkapkan. Hornby memberikan batasan tentang: ”profession, n. occupation, esp one requiring advanced education and special training, eg the law, architecture, medicine, accountancy; … professional adj 1. of a profesion (1): ~ skill; ~ etiquette, the special conventions, form of politeness, etc asociated with a certain pofession: ~ men, eg doctors, lawyers. 2. Doing or practising something as a full time occupation or to make a living.

Batasan yang lain mengenai profesi dan professional diberikan oleh Page & Thomas (1979), seperti kutipan dibawah

(5)

ini: …profession, evaluative term describing the most prestigious occupations which may be termed professions if they carry out an essential social service, are founded on systematic knowledge, require lengthy academic and practical training, have high autonomy, a code of ethics, and generate inservice growth. Teaching should be judged as a profession on these criteria.

Dari batasan di atas maka dapat dikatakan bahwa etika profesi itu berkaitan dengan baik dan buruknya tingkah laku individu dalam suatu pekerjaan, yang telah diatur dalam kode etik.

2. Kemampuan Dasar Guru Profesional

Menurut johnson (1974) yang dikutip oleh A. Tabrani Rusyan“Competency as rational performance which satisfactirily meets the objective for a desired conditions.

Aspek-aspek kemampuan inti (core) yang merupakan implikasi dari hakekat sasaran dan tugas utama guru, diantaranya yang terpenting adalah kemampuan pribadi (personal), kemampuan akademis, kemampuan metodologis (mempengaruhi), dan kemampuan pengembangan diri (menjaga komitmen). Proses pembinaan dan pengembangan setiap komponen dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan kemampuan-kemampuan tersebut dapat dipetakan seperti yang terlihat pada tabel 1.

. Child Physically appearance Academic capacities Strength to Influence Competencies Improving

(6)

Tabel 1 Pemetaan Kompetensi Guru

Core (Most) Core (Sub) Deskripsi

pemahaman karakteristik dan kebutuhan anak (siswa)

kemampuan personal (Pribadi)

keyakinan (Agama), Akomodasi, Nilai, dan Tampilan Perilaku

kemampuan akademis disiplin ilmu dan kurikuler kemampuan

Metodologis (Kekuatan Mempengaruhi)

mencerahkan, Mengarahkan, memfasilitasi, dan menangani

Pengembangan diri Komitmen, Penjagaan citra, serta dinamis, aktif, kreatif, inovatif 3. Guru Sebagai Jabatan Profesional

Pekerjaan tenaga kependidikan adalah pekerjaan profesional karena pekerjaan itu sudah disiapkan seoptimal mungkin walaupun hasilnya belum memuaskan. Oleh sebab itu, dengan jabatan dan perkerjaan tenaga kependidikan harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain kecuali dirinya.

Banyak tenaga kependidikan itu sendiri yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesi tersebut. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya dan lain lain, sehingga pudarnya wibawa tenaga kependidikan semakin merosot. (Nana Sudjana : 1988 : 13-14).

Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. “A teacher is person charged with the responbility if

helping others to learn and to behave in new different ways”(James M. copper, 1990). Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan profesiona yang mmebutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan. Hal seperti diungkpkan Greeta G. Morine Dershimer :”A profesional is a

person who possess some specialized knowledge and skills, can weigh alternatives and select from among a number of potentially productive actions one that is paticularly appropriate in a given situation” (James M. Cooper,1990 :26)

(7)

D. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu pengadministrasian kegiatan kegiatan belajar mengajar, yang lazim disebut administrasi kurikulum. Bidang pengadministrasian ini sebenarnya merupakan pusat dari semua kegiatan di sekolah (M. Moh. Rifai, 1986 : 114).

Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M. (1990:142), mengemukakan bahawa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari hari,mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas paedagogis dan tugas administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin. (Moh. Rifai, 1989 : 135). Mengatakan bahwa : Di dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi instruksi dan tidak berdiri di bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas.

Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesunguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang dimilikinya. Di dalam bukunya Wina Sanjaya (2007:21-31) menyebutkan bahwa seorang guru memiliki peran yang sangat penting diantaranya :

1. Guru Sebagai Sumber Belajar

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru haya dari penguasaan materi pelajaran dengan baik, sehingga benar benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

(8)

Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal hal sebagai berikut :

a. Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama oleh siswa

b. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata rata siswa yang lain. Siswa yang demikian pelu diberikan perlakuan khusus.

c. Guru perlu melakukan pemataan tentang materi tentang materi pelajaran misalnya dengan menentukan mana materi inti (core, yang wajib dipelajari oleh siswa, mana materi tambahan, mana materi yang harus diingat kembali karena pernah dibahas

2. Guru Sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan pean sebagai fasiitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa yang harus dipahami, hal hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.

3. Guru sebagai pengelola

Menurut Ivor K. Devais, salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah merupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajanya siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan pembelajaran, Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip prinsip belajar yang harus diperhatikan guru, sebagai berikut :

a. Segala sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.

b. Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing masing

c. Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan

(9)

d. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah emungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.

Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru, memiliki empat fungsi umum, yaitu :

a. Merencanakan tujuan belajar.

b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar.

c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.

d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan

4. Guru Sebagai Demonstrator

Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

Dalam konteks hal ini, seorang guru haruslah menunjukkan sikap yang terpuji dalam segala aspek kehidupan, karena guru meupakan sosok yang ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.

5. Guru Sebagai Pembimbing

mengorganisasi

memimpin merencanakan

(10)

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Disamping itu, setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai beka; hidup mereka.

Seorang guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa meamaksa agar tanamannya cepat bebuah dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah.

Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada beberapa peran yang harus dimiliki, diantaranya : 1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang

dibimbingnya, misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak.

2. Guru harus memahami dan terampil dalam meencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun merencanakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik manakala sebelumnya guru meencanakan hendak dibawa ke mana siswa, apa yang harus dilakukan, dan sebagainya.

6. Guru Sebagai Motivator

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, bisa dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.

(11)

Woodwort (1955 : 337) mengatakan : “ A motive is a set

predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals:. Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individu melakukan kegiatan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian perilaku atau tindakan yang ditujukan seseorang dalam mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motif yang dimilikinya. Hal ini diungkapkan oleh Arden (1957) : “Motives as internal condition arouse sustain, direct

and determain the intensity if learning effort, and also define the set satisfying or unsatisfying consequences of goal”.

Dari definisi tersebut maka jelas, kuat lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki orang tersebut. Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu mnumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk :

a. Memperjelas tujuan yang dicapai

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin di bawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motiasi belajar siswa.

b. Membangkitkan minat siswa

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :

(12)

1. Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.

2. Sesuiakan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.

3. Gunakan pebagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, keja kelompok, eksperimen, demonstrasi.

c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

Siswa hanya mungkin dapat belajar denganbaik manakala dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang.

d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. e. Berikan penilaian

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Ole karena itu penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara obyektif sesuai dengan kemampuan siswa masing masing.

f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya.

g. Ciptakan persaingan dan kerja sama

Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keb erhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.

(13)

Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara cara lain yang sifatnya negatif seperti hukuman, teguran dan kecaman. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

7. Guru Sebagai Evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator, yaitu :

a. Evaluasi untuk menentukan keberhasilan siswa

Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa, evaluasi memegang peranan yangn sangat penting. Sebab, melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarkan sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru; atau malah sebaliknya siswa belum bisa mencpai standar minimal, sehingga mereka perlu diberikan program remedial.

b. Evaluasi untuk menentukan keberhasilan guru

Evaluasi dilakukan bukan hanya untuk siswa, akan tetapi dapat digunakan untuk menilai kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi apakah guru telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan atau belum, apa sajakah yang perlu diperbaiki. Evaluasi untuk menilai keberhasilan guru tentu saja tidak sekompleks untuk menilai keberhasilan siswa, baik dilihat dari aspek waktu pelaksanaan maupun dilihat dari aspek pelaksanaan. Biasanya evaluasi ini dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, atau yang biasa disebut dengan post-tes.

E. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran profesional guru dalam proses pembelajaran berperan sangat penting demi tercapainya proses pembelajaran yang baik dan bermutu. Serta Kemampuan seorang pendidik merupakan

(14)

implikasi dan hakekat sasaran dan tugas utama guru yang meliputi empat aspek diantaranya : 1. Physically appearance, 2. academic capacities, 3. strength to influences, 4. competences improving.

Dalam hal ini, seorang pendidik yang profesional harus memiliki kompetensi serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik yang profesional yaitu : 1. guru sebagai sumber belajar, 2. Guru sebagai fasilitator, 3. Guru sebagai pengelola, 4. guru sebagai demonstrator, 5. guru sebagai pembimbing, 6. guru sebagai motivator, 7. guru sebagai evaluator. Pendidik yang profesional harus mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, James M. (ed).1990. Classroom Teaching Skill. Lexington,Massachusetts Toronto:D.C Heath and Company. Hornby, A.S. 1987. Oxford Advanced Learner’s Dictionary.

London: Oxford University Press

Kreitner, R., & Kinicki, A. 1998. Organizational Behavior. Irwin: McGraw-Hill Companies

Rusyan. A. Tabrani. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta: Nine Karya Jaya.

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru.

Gambar

Tabel 1 Pemetaan Kompetensi Guru

Referensi

Dokumen terkait

Mengajukan PERUBAHAN DATA RINCI saya sebagi PTK sesuai dengan kondisi terbaru dan berdasarkan dokumen legal yang benar. Dan saya juga bersedia menyediakan dokumen pendukung

Eksim juga bisa terjadi akibat alergi terhadap makanan yang dikonsumsi seperti seafood, susu atau makanan lainnya yang menimbulkan alergi.. Eksim juga biasa disebut

Berapakah konsentrasi yang efektif dari ekstrak daun jarak pagar ( Jatropha curcas L) dan gambir ( Uncaria gambir Roxb) dalam penghambat pertumbuhan bakteri

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya tarik budidaya dan pengolahan kopi pada tahapan budidaya pertanian meliputi lahan & pengolahan tanah, pembenihan

1) Merencanakan desain, ada dua buah cara untuk merencanakan desain produk kerajinan yang akan dibuat, pertama adalah dalam pembuatan produk

Hasil dari perhitungan sistem berupa hasil urutan atau ranking dalam penilaian peserta diklat berprestasi yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria-kriteria yang

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kreativitas guru dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa di SD Alam Al- Ghifari Blitar, maka

Pasal 12 UUPM Nomor 25 Tahun 2007. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di