• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4.1 UMUM

Sistem transportasi di Kota Semarang sebagian besar merupakan transportasi darat. Dan berbagai sektor kehidupan yang ada di Kota Semarang seperti perdagangan, industri, pariwisata dan sebagainya, kondisi tersebut mengakibatkan semakin rumitnya kegiatan transportasi perkotaan di Kota Semarang. Hal ini terjadi seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Jl. Perintis kemerdekaan - Jl. Setiabudi merupakan jalan arteri primer. Tingginya volume lalu-lintas yang melalui jalan ini ditambah dengan terdapatnya Terminal Banyumanik, Mall Swalayan ADA pada ruas jalan tersebut serta adanya tiga persimpangan (persimpangan Terminal Banyumanik, persimpangan Sukun dan persimpangan Mall Swalayan ADA) yang jaraknya berdekatan, mengakibatkan terjadinya masalah lalu-lintas seperti kemacetan lalu-lintas pada jam-jam sibuk pagi, siang dan sore hari.

4.2 KARAKTERISTIK DAN POLA PEMANFAATAN RUANG / TATA

GUNA LAHAN KOTA SEMARANG

Luas wilayah Kota Semarang adalah 373,7 km2, terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan dengan jumlah penduduk menurut sensus 2002 sebesar 1.350.005 jiwa. Jika ditinjau dalam skala nasional maupun regional, Kota Semarang mempunyai beberapa karakteristik utama, antara lain :

• Semarang berada diantara dua kutub pengembangan utama nasional, yaitu Jakarta dan Surabaya.

• Semarang berada di jalur pantura yang merupakan salah satu jalur utama dalam sistem transportasi nasional.

• Semarang merupakan pintu gerbang dari daerah-daerah lain yang berada di Propinsi Jawa Tengah.

(2)

KAWASAN INDUSTRI TUGU KAWASAN INDUSTRI GENUK BANDARA A.YANI LIK

Berdasarkan RTRW Kota Semarang tahun 2000-2010 struktur dan pola tata ruang maupun pola pengembangan yang direncanakan, Kota Semarang dibagi dalam lima Wilayah Pengembangan (WP) dan sepuluh Bagian Wilayah Kota (BWK), yaitu :

1. WP I : BWK I : Semarang Tengah, Semarang Timur, Semarang Selatan

BWK II : Gajahmungkur, Candisari

BWK III : Semarang Barat, Semarang Utara 2. WP II : BWK IV : Genuk

BWK V : Gayamsari, Pedurungan 3. WP III : BWK VI : Tembalang

BWK VII : Banyumanik 4. WP IV : BWK VIII : Gunung Pati

BWK IX : Mijen

5. WP V : BWK X : Ngalian, Tugu

Gambar 4.1

(3)

1

2

4

5

3

6

Kawasan Pantai diarahkan tidak terbangun atau terbangun dengan intensitas rendah kecuali perubahan

1

Kawasan Kota bawah diarahkan dengan kepadatan sedang-tinggi berisi kegiatan perdagangan, jasa, industri

2

Kawasan atas dengan kepadatan sedang-tinggi

3

Kawasan atas dengan kepadatan sedang-tinggi dan konservasi

4

Kawasan atas dengan kepadatan rendah dan konservasi

5

Kawasan permukiman perdesaan dan agro industri

6

Gambar 4.2

Konsep Pola Tata Ruang / Tata Guna Lahan Kota Semarang Tahun 2000-2010

Pola dan struktur ruang kota merupakan salah satu karakteristik yang sangat dominan dalam mempengaruhi arah perkembangan Kota Semarang. Perencanaan Struktur Tata Ruang Kota Semarang dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Karakteristik Kota Semarang dan pola kegiatan yang ada di masing-masing wilayah meliputi kondisi topografi, karakteristik sosial-ekonomi dan lain-lain. 2. Arah pengembangan fisik Kota Semarang.

Struktur ruang kota terbentuk oleh pusat-pusat kegiatan dan jaringan infrastruktur kota. Jenis pusat kegiatan yang ada di dalam suatu wilayah kota didasarkan pada jenis sistem kegiatan yang paling dominan yang terdapat atau direncanakan terhadap wilayah yang bersangkutan. Beberapa tata guna lahan yang ada di dalam suatu wilayah kota termasuk di kota Semarang antara lain yaitu :

• Kawasan pemukiman

(4)

• Kawasan industri

• Kawasan perdagangan dan jasa

• Kawasan pertanian

• Kawasan pergudangan

• Kawasan konservasi

• Areal transportasi

• Kawasan pariwisata atau rekreasi

• Fasilitas olah raga

• Fasilitas pendidikan

• Fasilitas kesehatan

• Kawasan khusus militer

• Areal tambak

• Areal pengendalian genangan banjir

Mengacu pada pola dan struktur tata ruang Kota Semarang, Banyumanik merupakan sumbu pusat pengembangan ke arah selatan (Kabupaten Semarang), kawasan ini berfungsi sebagai kawasan pemukiman, pariwisata dan khusus militer. Arah perkembangan di wilayah hinterland bertolak belakang dengan wilayah Kotamadya Semarang, hal ini disebabkan karena fungsi dari wilayah Kabupaten Semarang sebagai kawasan industri (wilayah Bawen). Namun demikian wilayah ini justru diharapkan akan mendukung dalam penyediaan kawasan pemukiman.

4.3 SISTEM JARINGAN JALAN KOTA SEMARANG

Letak geografis Kota Semarang yang sangat strategis, baik dalam skala nasional maupun regional menyebabkan pola dan jenis pergerakan yang ada di Kota Semarang tidak hanya terkonsentrasi terhadap kebutuhan lokal akan tetapi mempunyai rangkaian terkait dengan pergerakan regional dan nasional. Sistem jaringan jalan di wilayah Kota Semarang dilalui jalur utama yang menghubungkan

(5)

wilayah-wilayah penting baik antar propinsi maupun di dalam Propinsi Jawa Tengah.

Pola jaringan transportasi yang dianggap paling sesuai dalam memenuhi kebutuhan baik dalam skala lokal maupun regional tersebut adalah pola jaringan “jari-jari dan lingkar” atau “ring and radial pattern” (RTRW Kota Semarang Tahun 2000-2010). Pola jaringan transportasi tersebut diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip utama yaitu :

1. Pemisahan lalu lintas antar kota dengan lalu lintas dalam kota. 2. Pemisahan lalu lintas berat, sedang dan ringan.

3. Membebaskan pusat kota dan perumahan dari lalu lintas menerus.

4. Pengaturan penggunaan jalan sesuai dengan klasifikasi jalan yang bersangkutan.

5. Adanya fungsi hirarki dari fungsi jalan.

Sehubungan dengan pola jaringan jalan “jari-jari dan lingkar” atau “ring and radial pattern” (RTRW Kota Semarang tahun 2000-2010) maka jalan-jalan yang ada di Kota Semarang dibedakan menjadi beberapa sistem jaringan jalan, yaitu : 1. Jalur Lingkar Dalam

Yaitu mengitari lingkungan pusat kota berfungsi sebagai jalur penampung dan pembagi arus di pusat kota, melingkari Jl. Tol Seksi C, penggal jalan antara pertemuan Jl. Tol Seksi C dan Jl. Tol Seksi A Jatingaleh, Jl. Tol Seksi B, Jl. Arteri Lingkar Utara dan Jl. Usman Janatin.

2. Jalur Lingkar Luar

Yang menjadi penampung arus kegiatan regional yang masuk dari jalan radial. Fungsinya menampung arus lalu lintas internal ke eksternal atau sebaliknya. Jalur ini sangat penting untuk membebaskan daerah pusat kota (WP I) bebas dan arus kendaraan berat baik kendaraan barang atau bus-bus antar kota. Jalur yang direncanakan adalah Jl. Genuk - Jl. Pedurungan, Jl. Tegal Kangkung dan Jl. Kedungmundu Raya.

(6)

3. Jalur Radial

Sebagai radial regional terdapat 5 jalur, yakni ke Pekalongan/Jakarta, ke Boja, ke Surakarta, ke Purwodadi dan ke Demak/Kudus. Untuk kepentingan lokal sendiri dikembangkan jalur radial lokal antara lain jalur dari Mijen ke Ngalian, jalur dari Gunung Pati ke Manyaran, dari desa Patemon ke Manyaran, dan dari Sekaran ke Sampangan.

Adapun rencana fungsi jaringan jalan di Kota Semarang menurut RTRW Kota Semarang tahun 2000 adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Arteri Primer

Menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan, meliputi : Jalan Raya Semarang Kendal - Jl. Siliwangi - Jl.Yos Sudarso - Jl.Usman Janatin - Pertigaan Jl. Kaligawe - Batas Kota Semarang, JalanTol Seksi A (Jatingaleh – Srondol) - Jalan Tol Seksi B (Jatingaleh – Krapyak) - Jalan Tol Seksi C (Kaligawe - Jangli) - Jalan Tol Semarang Solo, Jalan melintasi Kawasan Industri Terboyo - Pertigaan Genuk - Pertigaan Jl. Brigjend Sudiarto - Pudak Payung - Perempatan Jalan Raya Mijen - Pertigaan Podorejo - Jl. Koptu Suyono, Jl. Abdurrachman Saleh - Jalan Tol Semarang – Kendal, Jl. Brigjend Sudiarto, Jl. Perintis Kemerdekaan.

2. Fungsi Arteri Sekunder

Menghubungkan antar bagian wilayah, dan fungsi lainnya sebagai alternatif dari jalan arteri primer, meliputi : Jl. Jend. Soedirman - Jl. Mgr. Sugiyopranoto - Jl. Pandanaran - Simpang Lima - Jl. Ahmad Yani - Jl. Brigjend. Katamso - Jl. Majapahit, Jl. Ronggowarsito - Jl.Pengapon - Jl. Raden Patah -Jl. Widoharjo - Jl. Dr. Cipto - Jl. Kompol Maksum - Jl. Mataram - Jl. Dr. Wahidin - Jl. Teuku Umar - Jl. Setia Budi, Jl. Raya Kaligawe, Jl. Merak - Jl. Mpu Tantular - Jl. Kol. Sugiono - Jl. Imam Bonjol - Jl. Indrapasta, Jl. Dr. Sutomo - Jl. S. Parman - Jl. Sultan Agung, Jl. Citarum –Pedurungan,

Jl. Tentara Pelajar - Jl. Sisingamangaraja – Jl. Papandayan - Jl. WR Supratman, Jl.Kaligarang - Jl. Kelud Raya - Jl. Menoreh Raya -

(7)

Sendangmulyo, Jl. Abdurrachman Saleh (Pertigaan Jl. Suratmo) - Jl. Raya Manyaran Gunungpati, Jrakah – Perempatan Jl. Lingkar Mijen, Jl. Lingkar Utara Semarang Kendal, Jl. Gatot Subroto.

3. Fungsi Kolektor Primer

Menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan antar BWK dengan bagian wilayah kota lain, meliputi : Jl. Pramuka, Jl. Raya Gunungpati – Ungaran, Jl. Raya Cangkiran – Gunungpati, Jl. Pandaan - Jl. Pakis – Kabupaten Kendal, Perempatan Jl. Kuripan dan Jl. Kyai Padak - Jl. di Kelurahan Wonoplumbon, Jl. Raya Ring Road Mijen – Boja.

4. Fungsi Kolektor Sekunder

Menghubungkan antar pusat kegiatan antar bagian wilayah kota, meliputi : Jl. Pemuda, Jl. Hasanudin, Jl. MH Thamrin, Jl. Gajah Mada, Jl. Pahlawan -

Jl. Diponegoro, Jl. Sriwijaya - Jl. Veteran, Jl. Letjend Suprapto, Jl. Cendrawasih - Jl. MT Haryono, Jl. Mayjend Sutoyo - Jl.DI Panjaitan -

Jl. Kartini - Jl. Kelurahan Sambirejo – Pertigaan Jl. Gajah Mada, Jl. Gajah - Jl. Lamper Temgah, Jl. Supriyadi, Jl. Inspeksi Sungai babon - Jl. Brigjend

Sudiarto - Jl. Sendangmulyo, Jl. Kelurahan Karangroto, Jl. Raya Kudus, Jl. Padi Raya, Jl. Muktiharjo, Jl. Meteseh - Jl. Sendang Mulyo, Jl. Prof. Sudarto SH - Jl. Meteseh - Jl. Kedungmundu, Jl. Gombel Lama,

Jl. Gombel Lama - Jl.Tinjomoyo - Jl. Sekaran, Pertigaan Jl. Setia Budi dengan Jl. Tol Seksi A - Jl. Jatibarang, Jl. Pamularsih - Jl. Simongan, Jl. di Kelurahan

Mangunsari (Gunungpati), Jl. di Kelurahan Cepoko (Gunungpati), Jalan di Kelurahan Cangkiran (Mijen), Jl. Mijen - Jl. Nongko Lanang - Jl. Kyai Padak, Jl. Wates, Jl. Kedungpane hingga Jl. Koptu Suyono, Jl. di Lingkungan Kawasan Industri Tugu.

Mengacu pada RTRW Kota Semarang Jl. Perints Kemerdekaan - Jl. Setiabudi merupakan jaringan jalan dengan fungsi jalan arteri primer karena

(8)

batas kota lain misal Ungaran. Rencana fungsi jalan sebagai prasarana transportasi seperti terlihat pada gambar 4.3 di bawah ini:

KAWASAN INDUSTRI TUGU KAWASAN INDUSTRI GENUK BANDARA A.YANI LIK Gambar 4.3

Rencana Fungsi Jalan Kota Semarang Tahun 2000-2010

4.4 KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KOTA SEMARANG

Secara umum sistem transportasi di Kota Semarang dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Transportasi antar kota

Transportasi antar kota dilayani oleh bus dan non bus antar kota. Sistem ini menghubungkan Kota Semarang dengan beberapa kota di sekitarnya yaitu Kendal, Ungaran, Purwodadi dan Demak

2. Transportasi dalam kota

Transportasi dalam kota ini dimaksudkan untuk melayani pergerakan penduduk dan atau barang di dalam Kota Semarang. Sistem transportasi ini menghubungkan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan seperti pasar, perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan dan permukiman penduduk. Jl. Perintis Kemerdekaaan - Jl. Setiabudi merupakan jalan yang

(9)

menghubungkan pusat pengembangan Banyumanik (kawasan permukiman, industri) dengan pusat Kota Semarang yang berfungsi sebagai pusat perkantoran, perdagangan, pelayanan umum, pendidikan dan pusat permukiman dengan kepadatan tinggi.

Berdasarkan pengamatan di lapangan arus lalu lintas pada Jalan Perintis Kemerdekaan - Jalan Setia Budi merupakan arus campuran antara kendaraan pribadi, angkutan umum dan kendaraan berat serta sepeda motor yang jumlahnya cukup banyak. Angkutan umum yang melewati jalan ini terdiri dari sebagian angkutan antar kota dan angkutan dalam kota.

Prasarana jaringan jalan yang akan dikembangkan di wilayah Kota Semarang di harapkan dapat menampung pergerakan penduduk di dalam wilayah maupun ke luar wilayah dan mampu merangsang kegiatan perekonomian. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam sektor transportasi menurut RTRW Kota Semarang tahun 2000-2010 antara lain :

• Percampuran pergerakan lokal (dalam kota) dengan pergerakan antar kota. Hal ini terjadi pada ruas Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl Karang Rejo, Jalan Potrosari, Jalan Sukun Raya dan Jalan Setia Budi.

• Kapasitas jaringan tidak sepadan dengan intensitas pergerakan pada beberapa ruas jalan, khususnya pada jam-jam sibuk.

• Ketersediaan fasilitas transportasi yang kurang memadai, yaitu kapasitas terminal terminal Banyumanik, halte, persinyalan dan tempat penyeberangan.

Rencana sistem pergerakan transportasi angkutan umum terlihat pada gambar 4.4 berikut ini :

(10)

KAWASAN INDUSTRI TUGU KAWASAN INDUSTRI GENUK BANDARA A.YANI LIK Gambar 4.4

Rencana Sistim Angkutan Kota Semarang

4.5 KONDISI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG

Pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 1993 merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Semarang secara total terus mengalami peningkatan dari tahun 2000-2004, seperti tampak pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Data PDRB Kota Semarang Tahun 2000-2004

Tahun Jumlah Penduduk PDRB (Juta Rp) Pertumbuhan

PDRB (%) 4.941 1,389,421 1,308,310 1,320,990 1,350,005 1,379,705 6,236,131 5,142,633 5,405,239 5,626,855 5,875,872 Rata-rata pertumbuhan PDRB 5.106 4.100 4.426 6.131 2004 2000 2001 2002 2003

(11)

Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi terjadi pada sektor industri, perdagangan dan sektor angkutan. Dengan meningkatnya PDRB Kota Semarang, maka pendapatan per kapita penduduk Kota Semarang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

4.6 KONDISI RUAS JALAN WILAYAH STUDI

Secara geometrik ruas Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Setiabudi terletak pada wilayah studi berupa jalan datar dengan 3 persimpangan. Lebar rata-rata jalan 15 meter tanpa bahu dengan 4 lajur 2 arah. Pada persimpangan Sukun, jalan dilengkapi dengan median 4/2 D, lebar median 0.5 m pada daerah persimpangan dan setelah persimpangan tanpa median (4/2 UD), sedangkan untuk persimpangan lain tidak dilengkapi dengan median baik pada daerah persimpangan maupun setelah daerah persimpangan (4/2 UD). Ditinjau dari struktur perkerasan, ruas jalan menggunakan lapis perkerasan berupa konstruksi hotmix dengan kondisi perkerasan jalan cukup baik.

Adapun jalan lain yang memiliki akses langsung ke jalan ini adalah :

a. Jalan pintu masuk Tol seksi A / Jalan Tol Tembalang, lebar rata-rata jalan 6.5 m tanpa bahu, dengan 2 lajur 1 arah (2/1 UD), tanpa median, dengan struktur perkerasan hotmix dengan kondisi perkerasan cukup baik.

b. Jalan pintu keluar Tol seksi A / Jalan Jalan Tol Tembalang, lebar rata-rata jalan 6.5 m tanpa bahu, dengan 2 lajur 1 arah (2/1 UD), tanpa median, dengan struktur perkerasan hotmix dengan kondisi perkerasan cukup baik.

4.7 KONDISI LALU LINTAS PADA WILAYAH STUDI

Arus lalu lintas yang melewati ruas Jl. Perintis Kemerdekaan - Jl. Setiabudi berupa angkutan umum penumpang, angkutan kota, angkutan luar kota, angkutan barang dan kendaraan pribadi. Jenis kendaraan terdiri dari LV/Kendaraan Bermotor Roda Empat (Mobil Penumpang, Minibus, Pick Up, Truk Kecil, Jeep), HV/Kendaraan Bermotor Lebih Dari Roda Empat (Truk, Bus) dan MC /Kendaraan Bermotor beroda Dua atau Tiga (Sepeda Motor).

(12)

Volume lalu lintas yang melewati Jl Perintis Kemerdekaan - Jl. Setiabudi diperoleh dari Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah. Data LHR dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Data LHRT Kota Semarang Tahun 2000-2004

Tahun LHRT (kend/hari) 2000 46.752 2001 48.505 2002 50.257 2003 52.016 2004 53.836 Sumber : Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

4.8 ANALISIS PERTUMBUHAN LALU LINTAS

Dalam menganalisa pertumbuhan lalu lintas, kita menggunakan metode analisis regresi. Analisis regresi digunakan untuk memperoleh persamaan estimasi dan untuk mengetahui apakah dua variable yaitu variable tidak bebas (dependent) dan variable bebas (independent) mempunyai hubungan atau tidak. Data yang digunakan adalah data PDRB dan LHRT tahun 2000-2004. Persamaan estimasi tersebut yaitu :

Y = a + bX Dimana :

Y : Variabel tidak bebas (dependent) X : Variabel bebas (independent) a : Konstanta / intersep

(13)

Tabel 4.3

Perhitungan Persamaan Garis (Trend) antara PDRB dan LHR

THN JT Rp. (X) X2 Y Y2 X.Y 2000 5.142.633 26.446.673.144.162 46.752 2.185.749.504 240.428.373.341 2001 5.405.239 29.216.612.863.208 48.505 2.352.735.025 262.181.136.612 2002 5.626.855 31.661.494.152.523 50.257 2.525.766.049 282.788.838.166 2003 5.875.872 34.525.867.294.721 52.016 2.705.664.256 305.639.338.186 2004 6.236.131 38.889.327.978.322 53.836 2.898.314.896 335.728.340.441 28.286.729 160.739.975.432.936 251.366 12.668.229.730 1.426.766.026.745

Sumber : Hasil Analisa

PDRB Jumlah Kendaraan X b a Y= + ∑Y=na+b∑X ... ( i ) ∑XY=aX+bX2... ( ii ) 251.366 = 5 a + 28.286.729 b ……… ( i ) 1.426.766.026.745 = 28.286.729 a + 160.739.975.432.936 b ……… ( ii ) 1.422.064.384.363 = 28.286.729 a + 160.027.807.503.888 b 1.426.766.026.745 = 28.286.729 a + 160.739.975.432.936 b 4.701.642.382 = 0 + 712.167.929.048 b b = 0,00660187 251.366 = 5 a + 28.286.729 x b ……… ( i ) 251.366 = 5 a + 28.286.729 x 0,00660187 251.366 = 5 a + 186.745,399 a = 12.924 Y = a + b X LHRT = 12.924 + ( 0,00660187 X PDRB )

(

)

{

∑ − ∑

}

{

∑ −

(

)

}

∑ ∑ − ∑ = 2 Y 2 Y n. 2 X 2 X n. Y X. XY n. r

}

2 2 ) 251.366 ( ) .730 12.668.229 5 {( } ) 28.286.729 ( ) 5.432.936 160.739.97 5 {( ) 251.366 28.286.729 ( ) 026.745 1.426.766. 5 ( − − − = x x x x r 996 , 0 = r ⇒ r = koefisien korelasi

(14)

. Jumlah lalu lintas pada tiap-tiap tahun sampai dengan10 tahun yang akan datang dapat dihitung dengan rumus :

LHRT = 12.924 + (0,00660187 x PDRB )

Prediksi LHRT berdasarkan metode analisis regresi dan prediksi PDRB (dengan pertumbuhan rata-rata 4,9 %) dari tahun 2005 – 2014 pada dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Prediksi LHRT dan PDRB Tahun 2005-2015

Tahun PDRB (Juta Rp.) LHRT (Kend/hari)

2004 6 236 131 2005 6.541.701 56.111 2006 6.862.245 58.228 2007 7.198.495 60.448 2008 7.551.221 62.776 2009 7.921.231 65.219 2010 8.309.371 67.781 2011 8.716.530 70.469 2012 9.143.640 73.289 2013 9.591.679 76.247 2014 10.061.671 79.350 2015 10.554.693 82.605 3,77%

Rata - rata pertumbuhan lalu lintas

Referensi

Dokumen terkait

Dari kelima faktor tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pengalaman, artinya siswa yang sering diberikan soal-soal pembuktian matematis akan lebih

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Pada Mata Pelajaran IPS dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pelayanan pengobatan sesuai aturan perundangan yang dilakukan oleh dokter PPK-I (dokter keluarga

Dalam melatih peserta didik untuk selalu menghayati nila-nilai Pendidikan Agama Islam biasanya dilakukan dengan cara yang simpati, memotivasi, dengan lemah lembut,

Pada kolom ini dapat dipilih salah satu metode yang akan digunakan untuk.. estimasi yaitu LS (Least Square), TSLS (Two Stage Least Square),

[r]

Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 (H 1 ), didapat bahwa pada tingkat signifikansi dibawah 0,05 Perbandingan nilai antara t hitung sebesar 5,593 lebih besar dengan nilai t tabel

Kelurahan  Sidomukto  Kecamatan  Lamongan  Kepadatan  Penduduk  pada  Lokasi  sebesar  201 ‐ 499 Jiwa/Ha  Sedang  Lokasi tidak terletak pada