• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH MANISAN CARICA DI KABUPATEN WONOSOBO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH MANISAN CARICA DI KABUPATEN WONOSOBO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH MANISAN CARICA DI KABUPATEN WONOSOBO

Ervita Kurniasari, Kusnandar, Fanny Widadie

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457

E-mail: ervitakurns@yahoo.co.id Telp. 085291135500

Abstract : The aims of this research are to determine the pattern of marketing channels, marketing margins and farmer's share of carica fruit, to determine carica syrup business profits, and value-added of carica syrup. The basic method of the research uses descriptive analytical method, research method that aims to describe what is currently in effect. Location of the research in Wonosobo due to carica syrup is a spesific food based on local potential resources. The research are uses primary and secondary data. Analysis of the data used are (1) Marketing Margin, (2) Farmer's share (3) Business profits, (4) Value Added Analysis. The result of this research shows that there are 3 patterns of carica fruit marketing in Wonosobo, (1) Farmers - industrial consumers (2) Farmers - traders - consumer industry (3) Farmers - traders - retailer – household’s consumer. Marketing margin of marketing channel I is Rp.72, 14.00, channel II Rp.1.111, 09, and marketing channels III is Rp.5,000,00. Farmer's share marketing channel I-III, respectively, 97,72%, 65.08%, and 28.57%. The average profits earned in a month is Rp. 49,179,765.00. Value added by the processing of fresh fruit into carica syrup in Wonosobo was Rp. 14235.00/ kg of raw materials, with the value added ratio 60.02%. If it is compared with other superior product in Wonosobo regency, such as potato chips value added of carica syrup Rp14.235,00/kg is higher than the value added of cassava chips, that is Rp.7.773,56/kg.

Keywords : Value Added, Carica syrup, Marketing Margin, Farmer’s Share Abstrak : Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola pemasaran buah carica, margin pemasaran, farmer’s share, keuntungan usaha industri manisan carica, dan nilai tambah manisan carica di Kabupaten Wonosobo. Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, yaitu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku. Penelitian di lakukan di Kabupaten Wonosobo karena manisan carica merupakan makanan khas yang berbasis potensi lokal. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah (1) Analisis Margin Pemasaran, (2) Farmer’s Share, (3) Analisis Keuntungan Usaha, (4) Analisis Nilai Tambah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 saluran pemasaran buah carica, yaitu (1) Petani – Konsumen Industri. (2) Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Industri. (3) Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen. Margin pemasaran saluran I-III adalah Rp.0,00, Rp.1.111,09, dan Rp.5.000,00. Nilai farmer’s share saluran pemasaran I adalah 100%, saluran II 65,08%, saluran III 28,57%. Keuntungan rata-rata sebesar Rp.49.179.765,00. Nilai tambah Rp.14.235,00/kg bahan baku (60,02%). Jika dibandingkan dengan produk unggulan lain di Kabupaten Wonosobo seperti keripik singkong, nilai tambah manisan carica rp.14.235,00/kg bahan baku lebih tinggi dari nilai tambah keripik singkong yaitu Rp.7.773,56/kg bahan baku.

Kata Kunci : Nilai Tambah, Manisan Carica, Margin Pemasaran, Farmer’s Share,

(2)

PENDAHULUAN

Hortikultura adalah komoditas yang sangat penting dan strategis karena jenis komoditas ini termasuk dalam kebutuhan pokok manusia yang hakiki, yang setiap saat selalu harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat (Ibrahim, 2011). Hortikultura sendiri terbagi menjadi tanaman sayur-sayuran, tanaman bunga (hias), dan tanaman buah-buahan (Arief,1990). Komoditas hortikultura telah berperan nyata dalam mempercepat pengentasan masyarakat petani dari kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong invetasi di pedesaan. Salah satu produk hortikultura yang potensial untuk dikembangkan adalah buah-buahan. Pengembangan tanaman buah-buahan untuk masa mendatang terutama diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan kebutuhan agroindustri.

Agroindustri adalah suatu kegiatan yang mengolah bahan yang dihasilkan dari usaha pertanian dalam arti luas baik dari pertanian tanaman pangan, maupun non pangan, peternakan ataupun perikanan.

Agroindustri merupakan

industrialisasi di bidang pertanian dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Agroindustri merupakan

solusi penting dalam rangka menjembatani keinginan konsumen dan karakteristik produk pertanian

yang variatif dan tidak bisa disimpan (Kusnandar et al, 2010).

Arti penting agroindustri dapat dilihat dari sumbangannya terhadap pembangunan ekonomi nasional yang diwujudkan antara lain dalam bentuk penciptaan lapangan kerja, peningkatan jumlah dan kualitas produk pertanian, kenaikan devisa ekspor dan berkurangnya impor, serta perwujudan pemerataan pembangunan dan pendapatan masyarakat di berbagai pelosok tanah air.

Carica (Carica pubescens)

atau sering disebut pepaya Dieng merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo. Tanaman carica diperkirakan masuk ke Indonesia karena diintroduksi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1900 pada masa menjelang Perang Dunia II, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng (Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo, 2008). Sedangkan asal-usul tanaman ini berasal dari Amerika Selatan yang menyebar di Dataran Tinggi Andes dari Panama sampai Bolivia serta diintroduksikan pula ke Hawai (Hidayat, 2000).

Tabel 1. Jumlah Produksi Buah Carica Tahun 2009-2011

Tahun Jumlah Produksi (Kw)

2009 2010 2011 2.597 4.535 8.061 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo, 2012.

(3)

Pada tahun 2010 dan 2011 produksi buah carica mengalami peningkatan yang cukup signifikan, masing-masing sebesar 4.535 kw dan 8.061 kw. Kecamatan Kejajar merupakan satu-satunya daerah penghasil buah carica di Kabupaten Wonosobo.

Karakteristik buah carica membuat buah ini hanya enak dimakan apabila telah diolah atau diproses terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jika banyak mengandung getah, terasa asam dan pahit (Distan Kabupaten Wonosobo, 2008). Karakteristik tersebut menyebabkan munculnya industri pengolahan manisan carica. Jumlah industri pengolahan manisan carica tahun 2013 di Kabupaten Wonosobo (Tabel 2). Jumlah unit usaha pengolahan manisan carica di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2013 adalah 20 unit usaha. Namun di Kecamatan Kejajar (Dataran Tinggi Dieng) hanya terdapat dua unit usaha pengolahan carica. Buah carica yang hanya bisa

tumbuh di kawasan dataran tinggi Dieng seharusnya dapat memberikan manfaat ekonomis dan tambahan penghasilan bagi masyarakat setempat apabila mereka ikut serta dalam kegiatan pengolahan atau agroindustri.

Melalui kegiatan pengolahan manisan carica dapat menghasilkan produk yang bersifat tahan lama dan meningkatkan daya saing, serta menghasilkan nilai tambah dari produk pertanian. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai nilai tambah yang dihasilkan pengolahan manisan carica di Kabupaten Wonosobo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola saluran pemasaran buah carica di Kabupaten Wonosobo, mengetahui besarnya margin pemasaran dan farmer’s share buah carica, mengetahui besarnya keuntungan dari usaha industri kecil manisan carica, dan mengetahui besarnya nilai tambah manisan carica di Kabupaten Wonosobo.

Tabel 2. Jumlah Unit Usaha Pengolahan Manisan Carica Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo Tahun 2013

No Kecamatan Jumlah 1 Wadaslintang - 2 Kepil - 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar - - - - - 1 - - 11 - 6 - 2 Jumlah 20

(4)

METODE PENELITIAN

Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, yaitu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada (Mardalis, 2004).

Lokasi penelitian di Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi didasarkan bahwa buah carica merupakan tanaman endemik yang berasal dari Amerika Selatan yang diintroduksi oleh pemerintah kolonial Belanda, di Indonesia tumbuh dan dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo (Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo, 2008).

Responden dalam penelitian ini adalah petani, lembaga pemasaran, dan produsen manisan carica di Kabupaten Wonosobo. Penentuan responden petani menggunakan metode snowball sampling. Snowball sampling adalah penarikan sampel bertahap yang makin lama jumlah respondennya semakin bertambah besar (Slamet, 2011).

Jumlah petani sampel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 petani, berdasarkan pertimbangan bahwa data yang dianalisis menggunakan analisa statistik parametric harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga distribusi nilai atau skornya dapat mengikuti

distribusi normal. Sampel yang berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut jumlah petani sampel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 petani. (Singarimbun dan Effendi, 2006).

Pengambilan responden lembaga pemasaran dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling. Responden industri pengolahan manisan carica dalam penelitian ini adalah seluruh industri pengolahan manisan carica di Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan data Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Wonosobo jumlah industri pengolahan manisan carica sebanyak 20 unit usaha. Metode pengambilan responden dalam penelitian ini adalah sensus, karena semua subjek penelitian diobservasi.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan cara observasi, wawancara, dan pencatatan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis margin pemasaran, farmer’s share, analisis keuntungan usaha, dan analisis nilai tambah.

Margin Pemasaran

Rumus : Mp= Pr –Pf ………(1) Keterangan :

Mp = Marjin Pemasaran buah carica

Pr = Harga buah carica ditingkat konsumen

Pf = Harga buah carica ditingkat petani

(5)

Farmer’s Share

Rumus : F = …..(2)

Keterangan :

F = Bagian yang diterima petani buah carica

Mp = Marjin pemasaran buah carica

Pr = Harga buah carica di tingkat konsumen. Biaya Total Rumus : TC = TFC + TVC……..(3) Keterangan : TC = Biaya Total (Rp) TFC = Biaya tetap (Rp) TVC = Biaya variabel (Rp) Penerimaan Rumus : TR = Q x P……(4) Keterangan : TR = Penerimaan total (Rp). P = Harga produk (Rp/kg). Q = Jumlah produk Keuntungan Rumus : π = TR – TC…………(5) Keterangan : π = keuntungan usaha (Rp)

TR = Penerimaan total usaha (Rp).

TC = Biaya total usaha (Rp).

Analisis Nilai Tambah

Model analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah pengolahan manisan carica adalah analisis nilai tambah (Sudiyono, 2001) Tabel 3. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah

No Variabel Simbol Rumus

1. Output (kg/bulan) (1) (1) 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Input bahan baku (kg/bulan) Input tenaga kerja (jam/bulan) Faktor Konversi

Koefisien tenaga kerja (jam/kg)

Harga produk (Rp/kg)

Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/kg)

Harga Bahan baku (Rp/kg) Sumbangan input lain (Rp/kg) Nilai output (Rp/kg)

Nilai Tambah (Rp/kg) Rasio Nilai Tambah (%) Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) Bagian tenaga kerja (%)

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (2) (3) (4) = (5) = (6) (7) (8) (9) (10) = (4) x (6) (11) = (10) – (8) – (9) (12) = (13) = (5) x (7) (14) = Sumber : Sudiyono, 2001

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran buah carica adalah organisasi-organisasi yang terlibat dalam proses pemasaran buah carica dari petani

hingga sampai ke konsumen. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola saluran pemasaran buah carica di Kabupaten Wonosobo terdiri tiga jenis saluran yang berbeda, yaitu : 1. Saluran Pemasaran I.

2. Saluran Pemasaran II

3. Saluran Pemasaran III

Gambar 1. Bagan Saluran Pemasaran Buah Carica di Kabupaten Wonosobo Pada saluran pemasaran I

petani menjual buah carica langsung kepada konsumen industri. Teknis penjualan dilakukan petani dengan cara mendatangi industri pengolahan carica. Biasanya petani sudah menjalin kerjasama dengan produsen manisan carica.

Pada saluran pemasaran II, petani menjual buah carica ke pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul aktif mendatangi petani dalam proses pembelian buah carica, namun ada juga petani yang menjual buah dengan cara mendatangi pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual buah carica kepada konsumen industri. Dalam kegiatan pemasaran, pedagang pengumpul melakukan

pengemasan dengan menggunakan karung atau keranjang. Teknis penjualan dilakukan dengan cara mendatangi konsumen industri.

Pada saluran pemasaran III petani menjual buah carica kepada pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual carica kepada pedagang pengecer di pasar induk Wonosobo, yang kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir (konsumen rumah tangga).

Petani carica memiliki pertimbangan tersendiri dalam memilih saluran pemasaran yang digunakan. Sebagian besar petani lebih memilih saluran pemasaran II dalam memasarkan buah carica sebanyak 21 orang, saluran pemasaran I sebanyak 3 orang, dan saluran pemasaran III sebanyak 6 Petani Pedagang Pengumpul Petani Petani Pedagang Pengumpul Konsumen Industri Pedagang Pengecer Konsumen Industri Konsumen

(7)

orang. Saluran pemasaran ini dipilih petani karena pedagang pengumpul aktif mendatangi petani. Petani merasa bahwa dengan menjual ke pedagang pengumpul tersebut akan tercipta efisiensi waktu, mengingat kesibukan utama petani carica yaitu sebagai petani sayur-sayuran di dataran tinggi Dieng.

Margin Pemasaran dan Farmer’s Share

Kegiatan pemasaran buah carica dari petani hingga sampai ke tangan konsumen membutuhkan biaya pemasaran sehingga membuat harga yang dibayar konsumen lebih tinggi. Biaya pemasaran tersebut meliputi biaya transportasi, biaya bongkar muat, biaya penyusutan, dan biaya pengemasan. Selain itu setiap lembaga pemasaran yang terlibat mengambil keuntungan dari pemasaran buah carica. Besarnya biaya pemasaran, keuntungan, marjin pemasaran, dan Farmer’s

Share disetiap saluran pemasaran buah carica.

Saluran pemasaran I merupakan saluran yang paling efisien. Pada saluran pemasaran I Harga yang diterima petani sebesar Rp.3.166,67/kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan berupa biaya transportasi sebesar Rp.72,14/kg. Nilai margin pemasaran Rp.0,00. Sementara itu dengan menjual

langsung buah carica ke produsen manisan maka bagian yang diterima petani (Farmer’s Share) sebesar 100%.

Petani pada saluran pemasaran III rata-rata harga yang diterima petani adalah Rp.2000,00. Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran III adalah Rp.370,15/kg. Total keuntungan adalah Rp.4.629,85/kg. Marjin pemasaran sebesar Rp.5.000,00 dan harga beli konsumen adalah Rp.7.000,00/kg sehingga diperoleh nilai farmer’s

share sebesar 28,57%. Nilai

farmer’s share tersebut

menunjukkan bahwa saluran pemasaran III tidak efisien karena semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat. Nilai margin pemasaran dapat dilihat sebagai nilai tambah pemasaran ditingkat lembaga pemasaran sedangkan

farmer’s share dapat dinyatakan sebagai nilai tambah pemasaran di tingkat petani. Nilai tambah pemasaran muncul karena adanya kegiatan pengangkutan dan pengemasan.

Keuntungan Usaha Industri

Manisan Carica

Perhitungan rata-tata biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha industri manisan carica di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya Total, dan Keuntungan per Bulan Industri Manisan Carica di Kabupaten Wonosobo.

No Uraian Rata-rata per Produsen(Rp)

1. Penerimaan 97.047.600 2. Biaya Total Keuntungan 47.867.835 49.179.765 Sumber : Analisis Data Primer

(8)

Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan yang diperoleh per produsen manisan carica di Kabupaten Wonosobo adalah Rp.49.179.765. Keuntungan merupakan hasil pengurangan antara rata-rata penerimaan per produsen yaitu Rp.97.047.600,00 dan rata-rata biaya total per produsen sebesar Rp.47.867.834,00.

Namun demikian

keuntungan rata-rata tersebut tidak mencerminkan keuntungan yang diterima oleh masing-masing produsen karena terdapat perbedaan jumlah produksi dari tiap-tiap produsen. Hanya 7 produsen yang mampu menghasilkan keuntungan diatas keuntungan rata-rata, sementara itu 12 produsen lainnya memperoleh keuntungan dibawah keuntungan rata-rata.

Analisis Nilai Tambah Manisan Carica

Buah carica merupakan buah yang memiliki sifat khusus yaitu tidak dapat dikonsumsi secara langsung, sehingga muncul industry pengolahan manisan carica di Kabupaten Wonosobo yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Nilai tambah adalah pertambahan nilai yang terjadi pada suatu komoditi karena komoditi tersebut telah mengalami proses pengolahan.

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa rata-rata hasil produksi (output) manisan carica dalam satu bulan adalah 3.910 kg. Rata-rata penggunaan bahan baku buah carica per

produsen dalam satu bulan adalah 4.000 kg. Faktor konversi sebesar 0,98. Faktor konversi tersebut menunjukkan bahwa setiap 1 kg bahan baku buah carica mampu menghasilkan 0,98 kg manisan carica. Koefisien tenaga kerja adalah 0,35 HKO/kg. Harga produk manisan carica adalah Rp.24.200,00/kg.

Upah tenaga kerja rata-rata adalah Rp.29.000,00/HKO. Imbalan tenaga kerja sebesar Rp.10.150,00 per kg bahan baku. Berarti untuk memperoleh upah Rp.29.000,00 dalam satu hari, tenaga kerja harus mampu mengolah 2,86 kg bahan baku. Sementara itu untuk mengolah 4.000 kg bahan baku dalam satu bulan dibutuhkan input tenaga kerja sebesar 214,6 jam dan rata-rata jam kerja dalam satu hari adalah 7 jam. Dengan demikian jumlah tenaga kerja yang ideal untuk untuk mengolah bahan baku 4.000 kg buah carica dalam satu bulan adalah 30 tenaga kerja.

Upah tenaga kerja rata-rata adalah Rp.29.000,00/HKO. Imbalan tenaga kerja sebesar Rp.10.150,00 per kg bahan baku. Berarti untuk memperoleh upah Rp.29.000,00 dalam satu hari, tenaga kerja harus mampu mengolah 2,86 kg bahan baku.

Sementara itu untuk mengolah 4.000 kg bahan baku dalam satu bulan dibutuhkan input tenaga kerja sebesar 214,6 jam dan rata-rata jam kerja dalam satu hari adalah 7 jam. Dengan demikian jumlah tenaga kerja yang ideal untuk untuk mengolah bahan baku 4.000 kg dalam satu bulan adalah 30 tenaga kerja.

(9)

Tabel 5. Analisis Nilai Tambah Industri Manisan Carica di Kabupaten Wonosobo.

No Variabel Rata-rata per Produsen

1. Output Manisan Carica (kg/bulan) 3.910 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Bahan Baku Carica (kg/bulan) Input tenaga kerja (jam/bulan) Faktor Konversi

Koefisien tenaga kerja (HKO/kg) Harga produk (Rp/kg)

Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKO)

Harga Bahan baku (Rp/kg) Sumbangan input lain (Rp/kg) Nilai output (Rp/kg)

Nilai Tambah (Rp/kg) Rasio Nilai Tambah (%) Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) Bagian Tenaga kerja (%)

4.000 214,6 0,98 0,35 24.200 29.000 3.175 6.306 23.716 14.235 60,02 10.150 71,30 Sumber : Analisis Data Primer (2014).

Sementara itu bagian tenaga kerja industri pengolahan manisan carica di Kabupaten Wonosobo sebesar 71,30%. Harga bahan baku sebesar Rp.3175,00/kg dan input agroindustri lainnya sebesar Rp.6.306,00. Nilai tambah diperoleh dengan cara mengurangi nilai produk dengan bahan baku dan sumbangan input lain. Dengan demikian nilai tambah yang tercipta dari pengolahan buah carica menjadi manisan carica adalah Rp.14.235,00 dengan rasio nilai tambah sebesar 60,02%.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai margin pemasaran pada saluran pemasaran I, II, dan III secara berturut-turut adalah Rp. 72,14, Rp.1.111,09, dan Rp.5000,00. Sementara itu nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah carica menjadi manisan carica sebesar

Rp.14.235,00, nilai tersebut lebih tinggi dari nilai margin pemasaran pada ketiga saluran pemasaran. Hal tersebut menggambarkan bahwa melalui serangkaian kegiatan pengolahan akan tercipta nilai guna dan keuntungan yang lebih tinggi dari pada hanya sekedar memasarkan buah carica secara langsung.

Selain buah carica komoditi unggulan dari Kabupaten Wonosobo adalah singkong. Produk olahan singkong yang cukup berkembang adalah keripik singkong. Oxy Valentina (2009) menyatakan bahwa nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan singkong menjadi keripik singkong adalah Rp.7.773,56/kg bahan baku. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai tambah yang tercipta dari pengolahan buah carica menjadi manisan carica yaitu sebesar

(10)

Rp.14.235,00/kg lebih tinggi dari pada nilai tambah yang dihasilkan oleh keripik singkong. Dengan demikian di Kabupaten Wonosobo lebih baik untuk mengembangkan kegiatan pengolahan buah carica menjadi manisan carica daripada pengolahan singkong menjadi keripik singkong.

KESIMPULAN Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian adalah terdapat 3 pola saluran pemasaran buah carica di Kabupaten Wonosobo, yaitu (1) Petani – konsumen industry (2) Petani – pedagang pengumpul – konsumen industry (3) Petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen. Margin pemasaran saluran I adalah Rp.0,00, saluran II Rp.1.111,09, dan saluran pemasaran III Rp.5.000,00. Sementara itu nilai

farmer’s share saluran pemasaran I 100%, saluran pemasaran II 65,08%, dan saluran pemasaran III adalah 28,57%.

Rata-rata keuntungan per usaha dalam satu bulan adalah Rp.49.179.765,00. Namun demikian hanya 7 produsen yang mampu menghasilkan keuntungan diatas keuntungan rata-rata, sementara itu 12 produsen lainnya memperoleh keuntungan dibawah keuntungan rata-rata. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan kapasitas produksi yang cukup tinggi antar produsen.

Nilai tambah yang dihasilkan dalam pengolahan buah carica segar menjadi manisan carica

di Kabupaten Wonosobo adalah Rp. 14.235,00/ kg bahan baku. Imbalan tenaga kerja dari industri pengolahan manisan carica adalah Rp.10.150,00/kg.

Saran

Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya program pengembangan agroindustri pengolahan manisan carica di daerah penghasil buah carica yaitu Kecamatan Kejajar terutama melalui Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo, mengingat Kecamatan Kejajar merupakan satu-satu sentra produksi buah carica di Kabupaten Wonosobo, namun hanya terdapat 2 unit usaha pengolahan manisan carica. Perlu adanya peningkatan jumlah produksi manisan carica pada beberapa produsen sehingga produsen dapat meningkatkan keuntungan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andi Offset. Yogyakarta. Dinas Pertanian Kabupaten

Wonosobo. 2008.

Deskripsi Usulan Flora

Carica (Carica

candamarcensis)

Kabupaten Wonosobo. Dinas Pertanian Kabupaten Subdin Hortikultura Wonosobo.

Hidayat, S. 2000. Potensi dan Prospek Pepaya Gunung (Carica pubescens Lanne & K. Koch) dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Seminar

(11)

Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura

Menjadi Ketahanan

Pangan dalam rangka Hari Cinta Puspa dan Satwa

Nasional. Balai

Pengembangan Kebun Raya LIPI. Bogor.

Ibrahim, T. 2011. Strategi Pengembangan Komoditas Hortikultura : Analisis Produktivitas dan Kinerja Petani di Propinsi Sulawesi Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar

Kusnandar, A. Wibowo, T. Mardikanto. 2010.

Manajemen Agroindustri.

UNS Press. Surakarta.

Mardalis. 2004. Metode Penelitian. Bumi Aksara.Jakarta.

Singarimbun, M. dan Effendi, S. 2006. Metode Penelitian

Survai Cetakan Kedelapan Belas. Penerbit Pustaka LP3ES. Jakarta.

Slamet, Yulius. 2011. Metode Penelitian Sosial. LPP UNS dan UNS Press. Surakarta. Sudiyono A. 2001.

Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.

Sudiyono A. 2001. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.

Valentina, Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai

Bahan Baku Keripik

Singkong di Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Produksi Buah Carica Tahun 2009-2011
Tabel  2. Jumlah Unit  Usaha Pengolahan Manisan Carica Menurut  Kecamatan di  Kabupaten Wonosobo Tahun 2013
Gambar 1. Bagan Saluran Pemasaran Buah Carica di Kabupaten Wonosobo  Pada  saluran  pemasaran  I
Tabel  4.  Rata-rata  Penerimaan,  Biaya  Total,  dan  Keuntungan  per  Bulan  Industri Manisan Carica di Kabupaten Wonosobo
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat kajian lepas yang dilakukan oleh Zarina Ahmad 2009 berkenaan aspek bahasa dalam kalangan pelajar dalam situasi rasmi namun, kajian itu menjurus terhadap penggunaan bahasa

Hasil penelitian tahap empat, diperoleh bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara konsentrasi lengkuas parut terhadap pertumbuhan total mikroba ikan mas dengan nilai

Artinya bahwa persepsi masyarakat terhadap lembaga pemeringkat tidak begitu berdampak, hal ini terlihat dari pernyataan konsumen bahwa dalam pemilihan suatu

judul “Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta Dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta- Utara”, dalam penelitian ini dapat

Volume 5, Nomor 1, Januari 2019 || SELING: Jurnal Program Studi PGRA | 49 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat

Penggunaan tanda tanya yang tidak tepat itu karena ketidaktelitian penulis saja karena jumlah ketidaktepatan pemakaian kaidah tanda tanya hanya terdapat satu,

1999 dalam Dahlanuddin (2002), bahwa sebagian besar populasi kambing di dunia dimiliki oleh peternak tradisional dengan skala kecil ( small holder farming ). Ini

Bentuk non-test: Diskusi dan latihan soal mengenai perhitungan konversi bilangan, register, pointer dan flag 10 CPMK C.1 Mampu menggunakan Bahasa Assambler dimulai dari