• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.2 Pembelajaran Biaya dan Pendapatan Usahatani 1. Capaian Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "7.2 Pembelajaran Biaya dan Pendapatan Usahatani 1. Capaian Pembelajaran"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

7.2 Pembelajaran Biaya dan Pendapatan Usahatani 1. Capaian Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari semua materi dalam modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan Unsur-unsur Biaya dan Pendapatan Dalam Usahatani.

Upaya untuk memahami capaian pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pelajari dengan seksama semua materi pelajaran yang dijelaskan di dalam kegiatan pembelajaran dari modul ini,

b. Kerjakan semua Soal-soal latihan dan Soal-soal Evaluasi yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran, dengan tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Setelah selesai saudara kerjakan semua Soal Latihan dan Soal Evaluasi yang ada, saudara bisa melihat kunci jawaban yang tersedia. Jika jawaban yang sudara peroleh tingkat kebenarannya kurang dari 80%, maka saudara disarankan untuk mempelajari kembali uraian kegiatan pembelajaran dari modul yang terkait, dan jika tingkat kebenaran jawaban saudara telah mencapai 80%, saudara sudah bisa melanjutkan mempelajari kegiatan pembelajaran atau modul berikutnya.

c. Lengkapi pemahaman saudara, dengan membaca kembali secara seksama rangkuman yang ada di setiap pembelajaran pada modul yang bersangkutan

2. Materi Pelajaran ”Biaya dan Pendapatan Usahatani”

Sebagai ilmu pengetahuan, usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani

menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Usahatani dapat juga dinyatakan sebagai ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar diperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang memengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Menurut Gustiyana (2003), Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan dari kegiatan di luar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam satuan waktu tertentu (per bulan, per tahun, per musim tanam).

(2)

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani ini dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.

Hernanto (1994) menyatakan, bahwa pendapatan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

(a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata,

(b) Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman,

(c) Pilihan dan kombinasi,

(d) Intensitas perusahaan pertanaman,

(e) Efisiensi tenaga kerja.

Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :

π

= Y. Py –

Σ

Xi.Pxi - BTT Keterangan :

π

= Pendapatan (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)

Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)

(3)

Secara sederhana Analisis Pendapatan Usahatani bisa diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut :

π

= TR – TC

Keterangan:

π

: Pendapatan (Rp)

TR : Total Revenue (jumlah penerimaan) (Rp) TC : Total Cost (jumlah biaya) (Rp)

Jumlah penerimaan (TR), bisa diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga produksi, atau

TR = P . Q

Sedangkan TC (Total Cost) diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel, atau dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:

TC = FC + VC

FC = (Fixed Cost), atau biaya tetap diperhitungkan dari komponen biaya: • Nilai sewa lahan (Rp)

• Pajak lahan atau PBB (Rp./tahun) • Nilai penyusutan (Rp)

VC = (Variabel Cost), atau biaya variabel diperhitungkan dari penjumlahan komponen biaya Sebagai berikut:

• Nilai Harga Sarana Produksi (biaya pembelian benih, pupuk, pestisida, dll) • Nilai Tenaga Kerja yang digunakan dalam seluruh proses produksi dari usahatani

usahatani yang bersangkutan.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau tidak secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara penerimaan dengan total biaya (Revenue Cost Ratio), .

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: R/C = PT / BT Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C = PT / BT

Atau RC = Total biaya tetap + Total biaya variabel, dengan ketentuan sebagai berikut

(4)

Keterangan:

R/C = Nisbah penerimaan dengan biaya

PT = Penerimaan Total (Rp)

BT = Biaya Total (Rp)

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar

dari biaya.

b. Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari

biaya.

c. Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama dengan biaya.

Berikut diberikan contoh hasil perhitungan analisis produksi dan pendapatan usahatani jagung Di Desa Soulowe Kecamatan Sigi Biromaru, Tahun 2016.

Contoh Tabel Hasil Analisis Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung per MT di Desa Solouwe Kecamatan Sigi Biromaru, 2016

No Uraian Per 0,50 ha Per 1 ha

1. 2. 3. Produksi (Kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) 1.183 4.000 4,732,000 2.366 4.000 9,464,000 4. 5. Biaya Variabel: - Biaya Benih (Rp) - Biaya Pupuk (Rp) - Biaya Obat-obatan (Rp) - Upah Tenaga Kerja (Rp)

Sub Total (Rp) Biaya Tetap: - Sewa lahan (Rp) - Pajak (Rp) - Penyusutan Alat (Rp) Sub Total (Rp) 82.000 73.200 578.000 2.340.000 3.073.200 260.000 9.000 42.100 311.100 164.000 146.400 1.156.000 4.680.000 6.146.400 520.000 18.000 42.100 580.100 6. Total Biaya ( 4 + 5 ) 3.384.300 6.726.500 7 Pendapatan ( 3 - 6 ) 1.347.700 2.737.500

Sumber : data penelitian Max Nur Alam, 2016

Data pada tabel tersebut menunjukkan, bahwa produksi jagung yang diperoleh dari rata-rata lahan seluas 0,5 ha di Desa Soulowe, sebesar 1.183 kg pipilan kering dan dengan harga jagung sebesar Rp. 4.000/kg, diperoleh Penerimaan sebesar Rp. 4,732,000,00, jika dikonversi per ha, penerimaannya menjadi Rp. 9,464,000,00/ha.

(5)

Biaya variabel yang terdiri atas biaya pembelian benih, pembelian pupuk dan obat-obatan serta upah tenaga kerja sebesar Rp. 3.073.200 / 0,5 ha atau = Rp. 6.146.400 / ha.

Biaya tetap yang terdiri atas biaya sewa lahan, pembayaran pajak dan nilai penyusutan alat mencapai sebesar Rp. 311.100 / 0,5 ha atau = Rp. 580.100 / ha, sehingga diperoleh total biaya produksi sebesar Rp. 3.384.300 / 0,5 ha atau = Rp. 6.726.500 / ha. .

Pendapatan Usahatani Jagung tersebut diketahui sebesar Rp. 1.347.700 / 0,5 ha atau sebesar Rp. 2.737.500 / ha.

Perlu dijelaskan disini, bahwa semua analisis biaya variabel, biaya tetap dan total biaya diperhitungkan selama 1 Musim Tanam (MT), demikian pula hasil analisis pendapatan yang diperoleh menjadi Rp. 1.347.700 / 0,5 ha / 4 bulan

atau = Rp. 2.737.500 / ha / 4 bulan

Selain hal tersebut diketahui pula Nilai R/C yang diperhitungkan sebagai berikut: 9.464.000

R/C = = 1,4 6.726.500

Nilai R/C sebesar 1,4 menunjukkan tingkat efisiensi yang diperoleh dalam usahatani jagung, yang berarti bahwa pengorbanan sebesar Rp. 1.000.000,00 akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.400.000,00

Selanjutnya untuk perencanaan dalam upaya mencapai peningkatan pendapatan tertentu, bisa dilakukan dengan bantuan Analisis Titik Pulang Pokok (TPP) atau Break Even Point (BEP), dengan Rumus atau Persamaan sebagai berikut:

TR = TC TR = P x Q TC = TFC + TVC TC = TFC + (AVC x Q)

Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi : P x Q = TFC + (AVC x Q)

P x Q = (AVC x Q) = TFC Q (P-AVC) = TFC

Maka dapat diperoleh rumus titik pulang pokok dalam satuan unit produk sebagai berikut :

(6)

Selanjutnya untuk menghitung titik pulang pokok dalam satuan rupiah, maka satuan unit (Q) dikalikan dengan harga jual perunit (P) dengan persamaan sebagai berikut :

Q.P = TFC.P P.AVC

Q.P = TFC (P-AVC)P

Maka diperoleh rumus titik pulang pokok dalam satuan rupiah sebagai berikut :

Keterangan

TR = Total Penerimaan (Total Revenue) (Rp)

TC = Total Biaya (Total Cost) (Rp)

TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp)

AVC = Rata-rata Biaya Variabel perunit (Average Variable Cost) (Rp)

Q = Total Produksi Dalam Usaha (Quantiti) (Unit)

P = Harga Jual Perunit (Price) (Rp)

Contoh perhitungan Analisis Break Even Point (Lihat Suratiyah K, 2006, halaman 106) Contoh Analisis Usahatani Bawang Merah (MT 2, 2003) di Bantul per 0,15 ha.

A. Analisis Biaya dan Pendapatan Penerimaan: • Produksi total = 1.204, 36 kg. • Harga = Rp. 2.542/kg • Penerimaan = Rp. 3.061.483 a. Biaya Variabel (1) Benih = Rp. 1.327.167 (2) Pupuk Kimiawi = Rp. 238.381 (3) Pestisida = Rp. 135.015 (4) Tenaga Kerja = Rp. 384.892 Jumlah = Rp. 2.085.455

(7)

b. Total Biaya Tetap = Rp. 255.950

c. Total Biaya = Rp. 2.341.405

d. Pendapatan Usahatani = Rp. 720.078

B. Analisis Break Even Point (BEP)

(1) BEP Produksi FC Rp. 255.950 BEP Produksi = = P – AVC Rp. 2.542 – Rp. 1.732 Rp. 255.950 = Rp. 810. = 315,83 kg (2) BEP Harga TC Rp. 2.341.405 BEP Harga = = = Rp. 1.944/kg Y . 1.204,36 kg (3) BEP Penerimaan FC Rp. 255.950 BEP Penerimaan = = VC Rp. 2.085.546 1 - TR Rp. 3.061.483 Rp. 255.950 = = Rp. 802.832 0,318

Hasil analisis BEP menunjukkan, bahwa usahatani tersebut akan mencapai BEP, jika memperoleh produksi sebesar 315,83 kg dan harga sebesar Rp. 1.944/kg, serta penerimaan sebesar Rp. 802.832/MT.

Berdasarkan hasil analisis BEP tersebut, petani bisa merencanakan usahataninya pada masa yang akan datang: Hal ini terutama karena:

1. Produksi dapat dihitung dan dapat direncanakan berapa % margin keuntungan yang diharapkan.

2. Dapat dihitung berapa harga jual produk tersebut, agar petani memperoleh keuntungan Rp. X diatas total biaya produksi atau untung X% dari total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh petani

(8)

Contoh Perhitungan

(1). Jika petani mengharapkan keuntungan sebesar Rp. 100.000 / MT, maka FC + Δ

π

Rp. 255.950 + 100.000 Penerimaan (TR) = = VC Rp. 2.085.546 1 - 1 - TR Rp. 3.061.483 Rp. 355.950

Penerimaan (TR) = = Rp. 1.116.499 atau sebesar = 439,22 kg.

0,321

(2) Jika petani mengharapkan (keuntungan) laba margin sebesar 20% / MT, maka FC Rp. 255.950 Penerimaan (TR) = = VC Rp. 2.085.546 20 1 - + Laba Margin 1 - + TR Rp. 3.061.483 100 Rp. 255.950 = = Rp. 2.154.297 atau 847,48 kg 0,12 3. Rangkuman

Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang memengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Menurut Gustiyana (2003), Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan dari kegiatan di luar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam satuan waktu tertentu (per bulan, per tahun, per musim tanam).

Secara sederhana Analisis Pendapatan Usahatani bisa diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut :

(9)

Keterangan:

π

: Pendapatan (Rp)

TR : Total Revenue (jumlah penerimaan) (Rp) TC : Total Cost (jumlah biaya) (Rp)

Jumlah penerimaan (TR), bisa diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga produksi, atau

TR = P . Q

Sedangkan TC (Total Cost) diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel, atau dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:

TC = FC + VC

FC = (Fixed Cost), atau biaya tetap diperhitungkan dari komponen biaya: • Nilai sewa lahan (Rp)

• Pajak lahan atau PBB (Rp./tahun) • Nilai penyusutan (Rp)

VC = (Variabel Cost), atau biaya variabel diperhitungkan dari penjumlahan komponen biaya Sebagai berikut:

• Nilai Harga Sarana Produksi (biaya pembelian benih, pupuk, pestisida, dll) • Nilai Tenaga Kerja yang digunakan dalam seluruh proses produksi dari usahatani

usahatani yang bersangkutan.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau tidak secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara penerimaan dengan total biaya (Revenue Cost Ratio), .

4. Latihan Soal Pembelajaran 7.2 Modul 7

(1) Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan usahatani

(2) Jika R/C ratio = 1, maka bagaimana pertimbangan saudara, apakah mau tetap melanjutkan usahatani tersebut atau beralih pada usahatani yang lain.

5. Evaluasi Pembelajaran 7.2 Modul 7

Diketahui Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Bantul, dengan luas lahan 015 ha, adalah sebagai berikut:

Penerimaan:

• Produksi total = 1.204, 36 kg.

• Harga = Rp. 2.542/kg

(10)

a. Biaya Variabel (1) Benih = Rp. 1.327.167 (2) Pupuk Kimiawi = Rp. 238.381 (3) Pestisida = Rp. 135.015 (4) Tenaga Kerja = Rp. 384.892 Jumlah = Rp. 2.085.455

b. Total Biaya Tetap = Rp. 255.950

c. Total Biaya = Rp. 2.341.405

d. Pendapatan Usahatani = Rp. 720.078

B. Analisis Break Even Point (BEP)

(1) BEP Produksi FC Rp. 255.950 BEP Produksi = = P – AVC Rp. 2.542 – Rp. 1.732 Rp. 255.950 = Rp. 810. = 315,83 kg (2) BEP Harga TC Rp. 2.341.405 BEP Harga = = = Rp. 1.944/kg Y . 1.204,36 kg (3) BEP Penerimaan FC Rp. 255.950 BEP Penerimaan = = VC Rp. 2.085.546 1 - TR Rp. 3.061.483 Rp. 255.950 = = Rp. 802.832 0,318 Pertanyaan: Tugas

1. Hitunglah berapa harga jual yang harus ditetapkan, jika petani mengharapkan keuntungan sebesar Rp. 100.000 di atas Total Biaya Produksi / MT

2. Hitunglah berapa harga jual yang harus ditetapkan, jika petani mengharapkan keuntungan sebesar 20% di atas Total Biaya Produksi / MT.

Referensi

Dokumen terkait

Konduktivitas dari masing-masing polimer konduktif tersebut ditampilkan pada Tabel 2, yang menyatakan dengan jelas bahwa PANI memiliki konduktivitas yang lebih

Perspektif semacam ini dilakukan oleh beberapa cendikiawan semacam Bassam Tibi ketika membahas fenomena radikalisme Islam di kawasan Timur Tengah dan kawasan negara lain, dengan

Tujuan dari perlindungan aset, integritas data, efektivitas sistem, dan efisiensi sistem dapat dicapai dengan baik jika manajemen organisasi meningkatkan sistem

Menurut Darwanto (1995:66-67), media massa milik pemerintah, di dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah, meskipun demikian tidak

Nilailah produk flat wafer secara keseluruhan berdasarkan atribut sensori di bawah ini dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom tersedia. Netralkan lidah anda

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian yaitu (1) pendapatan kotor ,yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

3.2 Kontribusi Usahatani Kakao terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Terdapat tiga sumber pendapatan petani kakao di Desa Pangsan yaitu usahatani kakao, usahatani lainnya yang

Pendapatan usahatani terbagi atas dua, yaitu pendapatan bersih usahatani diperoleh dari hasil pengurangan seluruh biaya secara riil dikeluarkan oleh petani terhadap