• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP SEFT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAP SEFT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PRE-PLAN PRE-PLAN

TERAPI SEFT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH TERAPI SEFT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH

PADA PENDERITA HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RW VI

DI RW VI KELURAHAN PUDAK PAYUNGKELURAHAN PUDAK PAYUNG

 A.

 A. Latar BelakangLatar Belakang

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah persisten dengan tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan persisten dengan tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi adalah gangguan asimptomatik pada umumnya terjadi dengan adalah gangguan asimptomatik pada umumnya terjadi dengan ditandai adanya peningkatan tekanan darah secara persisten. Stroke ditandai adanya peningkatan tekanan darah secara persisten. Stroke dan faktor yang memperberat terjadinya infark miokard (serangan dan faktor yang memperberat terjadinya infark miokard (serangan  jantung)

 jantung) dapat dapat disebabkan disebabkan oleh oleh hipertensi hipertensi dan dan dapat dapat menyebabkanmenyebabkan kematian. (Potter & Perry, 2006).

kematian. (Potter & Perry, 2006).

Penyakit hipertensi merupakan salah satu masalah Penyakit hipertensi merupakan salah satu masalah kardiovaskuler terbanyak yang disebabkan oleh berbagai faktor kardiovaskuler terbanyak yang disebabkan oleh berbagai faktor resiko. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, antara lain gangguan resiko. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, antara lain gangguan psikologis dan stres, merokok, obesitas, hiperlipidemia/ psikologis dan stres, merokok, obesitas, hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke hiperkolesterolemia, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke  jantung,

 jantung, penyakit penyakit ginjal, ginjal, penyakit kelenjar penyakit kelenjar adrenal, adrenal, kurangkurang berolahraga,

berolahraga, konsumsi gkonsumsi garam dan alkohol aram dan alkohol berlebih. Sedangberlebih. Sedangkan faktorkan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain usia, jenis kelamin resiko yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain usia, jenis kelamin dan genetik (Smeltzer & Bare, 2002). Berbagai penyebab tersebut, dan genetik (Smeltzer & Bare, 2002). Berbagai penyebab tersebut, masalah utama yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah masalah utama yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah terjadinya gangguan pada sistim saraf otonom dan sirkuasi hormon. terjadinya gangguan pada sistim saraf otonom dan sirkuasi hormon. Menurut Udjianti dalam Susanti (2015), pengaturan tahanan perifer Menurut Udjianti dalam Susanti (2015), pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Stimulus negatif yang diperoleh tubuh dapat mempengaruhi kerja Stimulus negatif yang diperoleh tubuh dapat mempengaruhi kerja sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Stimulus negatif tersebut sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Stimulus negatif tersebut dapat berupa stres fisik maupun stres psikologis sehingga dapat berupa stres fisik maupun stres psikologis sehingga menyebabkan ketidakstabilan emosional dan akan memicu menyebabkan ketidakstabilan emosional dan akan memicu

(2)

rangsangan di area pusat vasomotor yang terletak pada medula otak. Rangsangan area ini akan mengaktivasi sistem saraf simpatis dan pelepasan berbagai hormon yang selanjutnya akan mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah (Corwin, 2009).

Penanganan hipertensi yang tidak tepat akan beresiko terhadap timbulnya komplikasi akibat hipertensi yang diderita seperti Cerebral Vascular Accident (CVA), gagal jantung dan penyakit lainnya. Diperkirakan 2/3 dari klien hipertensi yang berumur lebih dari 60 tahun akan mengalami gagal jantung kongesif, infark miokard, stroke diseksi aorta dalam lima tahun jika hipertensi tidak diobati (Arif Muttaqin, 2009).

Tekanan darah tinggi dapat diturunkan melalui perubahan gaya hidup diantaranya manajemen stres dimana stres dapat meningkatkan tekanan darah. Salah satu caranya adalah dengan teknik relaksasi. Relaksasi merupakan salah satu teknik pengolahan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak meninggi atau menurun, Demikian relaksasi akan membuat kondisi seseorang dalam keadaan rileks atau tenang, dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan Total Peripheral Resistance (Corwin, 2009)

Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) termasuk salah satu dari tehnik relaksasi selain terapi musik klasik, yoga, tehnik nafas dalam, dan terapi masase. (Muttaqin, 2009). Terapi SEFT merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dari terapi komplementer dan alternatif keperawatan SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energy tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan tapping pada titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur. Ketiganya berusaha meerangsang

(3)

titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energy (energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan denga metode akupuntur dan akupresur adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT hanya menggunakan ketukan tingan (tapping) (Zainuddin, dalam Rofacky & Aini, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang. Rata-rata nilai tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi SEFT di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang adalah 148,53 mmHg dan sesudah diberikan terapi SEFT adalah 136,18 mmHg. Terlihat bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik sesudah intervensi sebesar 12,35 mmHg. Sedangkan angka rata-rata nilai tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi SEFT di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang adalah 97,06 mmHg dan sesudah diberikan terapi SEFT adalah 89,71 mmHg. Terlihat bahwa terdapat penurunan tekanan darah diastolik sesudah intervensi sebesar 7,35 mmHg.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Faridah (2012) di RSUD Dr. Soegiri Lamongan juga menunjukkan hal serupa. Tekanan darah systole  dan diastole  pada penderita hipertensi dengan usia 45-59 tahun yang mendapat terapi SEFT menunjukkan perbedaan bermakna. Tekanan darah systole rata-rata sebelum dilakukan SEFT adalah 156.92mmHg. Tekanan darah systole setelah dilakukan SEFT adalah 131.54mmHg. Sedangkan untuk tekanan darah diastole rata-rata sebelum dilakukan terapi SEFT adalah 96,82mmHg dan berubah setelah dilakukan terapi SEFT menjadi 85,38mmHg.

Data hasil skrining yang dilakukan oleh kelompok kami pada pertengahan Juni 2017 meninunjukkan bahwa penderita hipertensi di RW VI Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik sebanyak

(4)

64 orang. Masalah hipertensi ini menjadi prioritas utama berdasarkan musyawarah warga yang telah kami lakukan pada MW II. Hal ini juga menunjukkan bahwa hipertensi adalah masalah yang serius di RW VI Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik Semarang. Intervensi yang dipilih untuk mengatasi masalah hipertensi adalah SEFT.

Terapi SEFT dipilih sebagai salah satu bentuk intervensi yang diberikan kepada warga dan kepada kader posyandu lansia. Hal ini bertujuan supaya warga dapat menerapkan terapi SEFT untuk mengatasi hipertensi. Selain itu juga dengan pemberian intervensi SEFT kepada kader diharapkan kader dapat mengetahui tentang terapi SEFT dan dapat mengajarkan SEFT ke warga lain di lingkup RW VI terutama yang mengalami hipertensi.

B. Tujuan

Warga mampu menerapkan terapi SEFT secara benar dan mandiri sebagai salah satu bentuk intervensi hipertensi.

C. Manfaat

1. Mengatasi mulai dari rasa takut, cemas, sedih, kecewa, stress, phobia, trauma dan penyakit psikologis lainnya

2. Mengatasi masalah fisik seperti mual, mules, sakit kepala berkepanjangan, epilepsi, stroke, jantung dan kanker.

3. Sasaran

Penderita Hipertensi di RW VI kelurahan Pudak Payung kecamatan Banyumanik

4. Waktu dan Tempat

Tempat : Balai RW VI kelurahan Pudak Payung Hari/ tanggal : Rabu, 12 Juli 2017

(5)

Waktu : Pukul 08.00 WIB – selesai Jumlah audiens : 20 orang

Setting tempat : Keterangan : : Fasilitator : Penyaji : Klien 5. Media 1. Speaker 2. Laptop 3. Booklet materi 6. Metode

1. Demonstrasi (praktik bersama) 2. Diskusi

7. Materi Terlampir

(6)

8. Pelaksanaan Demonstrasi Terapi SEFT

No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan

Peserta

Metode Media

Pemeriksaan Tekanan Darah Sebelum Terapi SEFT (Bagi Penderita hipertensi)

3 menit Melakukan pemeriksaan tekanan darah - Spignomanometer

1 Pendahuluan 5 menit a. Mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan maksud & tujuan d. Kontrak waktu

e. Apersepsi

Menjawab salam dan mendengarkan

2 Penyajian 15 menit a. Menjelaskan pengertian Terapi SEFT b. Menjelaskan indikasi Terapi SEFT c. Menjelaskan kontraindikasi Terapi SEFT d. Menjelaskan teknik pelaksanaan Terapi

SEFT

e. Menjelaskan nilai penurunan tekanan darah setelah melakukan Terapi SEFT f. Menjelaskan langkah-langkah Terapi

SEFT

g. Demonstrasi Terapi SEFT bersama

Memperhatikan penjelasan perawat Melakukan Terapi SEFT Ceramah dan diskusi Demonstrasi terapi SEFT leflet

3 Penutup 4 menit a. Mempersilahkan warga untuk bertanya

b. Memberikan penjelasan lisan kepada

Klien memberikan pertanyaan

(7)

klien

c. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Terapi SEFT

d. Membuat kesimpulan

e. Menutup dengan salam

kepada perawat. Perawat menjawab pertanyaan klien. Pemeriksaan Tekanan Darah Setelah Terapi SEFT (Bagi Penderita Hipertensi)

(8)

9. Evaluasi

Kriteria Evaluasi : a. Struktur

1) Pre planning telah dibuat, dikonsulkan dan disetujui oleh dosen pembimbing

2) Materi telah disampaikan

3) Media (leaflet terapi SEFT) sudah disiapkan

4) Waktu dan tempat pelaksanaan terapi SEFT sudah disiapkan

5) Kontrak waktu sudah tepat dan mempertimbangkan kondisi klien

6) Kesiapan dan kesediaan antara mahasiswa dengan warga penderita hipertensi

b. Proses

1) Peserta demonstrasi terapi SEFT sudah sesuai dengan sasaran dan kriteria

2) Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan 3) Warga antusias untuk mengikuti kegiatan, beberapa warga

memberikan pertanyaan

4) Acara dapat berjalan sesuai dengan rencana

5) Anggota kelompok dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik

6) Tekanan darah warga penderita HT sebelum dan sesudah terapi SEFT dapat diukur.

c. Hasil

Evaluasi dilakukan dengan mengobservasi pra lansia/ lansia/ penderita hipertensi tentang pelaksanaan terapi SEFT dengan indikator keberhasilan

1) Kognitif

a. 75% warga dengan hipertensi dapat menjelaskan definisi terapi SEFT secara singkat dan jelas

(9)

b. 75% warga dengan hipertensi dapat menyebutkan minimal 3 manfaat terapi SEFT dengan benar

c. 75% warga dengan hipertensi dapat menyebutkan 3 tahapan dalam terapi SEFT dengan benar

2) Afektif

a.  75% pra lansia/ lansia/ penderita hipertensi mau mengikuti setiap proses/ tahapan terapi SEFT (set-up, tune-in, tapping)

 b. 75% pra lansia/ lansia/ penderita hipertensi mau melakukan ulang tahapan secara mandiri ataupun dipandu

3) Psikomotor

a. 100% penderita hipertensi telah diukur tekanan darah sebelum terapi SEFT dimulai

 b. 75% penderita hipertensi dapat melakukan 3 tahapan terapi SEFT (set-up, tune-in, dan tapping) secara urut.

c. 75% penderita hipertensi dapat mengulangi the set-up words (doa) dengan menggosokan sore spot di dada, menyatakan keikhlasan (tune-in) dan melakukan tapping

d. 75% penderita hipertensi dapat melakukan terapi SEFT dengan menotok 18 titik-titik tubuh dengan benar.

e. 75% penderita hipertensi dapat melakukan the gamut procedure dalam terapi SEFT

f. 100% penderita hipertensi telah diukur tekanan darah sesudah terapi SEFT dilaksanakan

(10)

LEMBAR EVALUASI TERAPI SEFT

Nama : Umur :

A. LEMBAR EVALUASI AFEKTIF TERAPI SEFT

NO PROSEDUR YA TIDAK

1. Pra lansia/ lansia/ penderita hipertensi mau

melakukan the set-up (doa dan menggosok sore spot)

2. Pra Lansia/ Lansia/ penderita hipertensi mau melakukan the tune-in (mengulang kalimat penanda

Keikhlasa

3. Pra Lansia/ Lansia/ penderita hipertensi mau melakukan pengetukaan (tapping) pada 18 titik yang

diajarkan

B. LEMBAR EVALUASI PSIKOMOTOR TERAPI SEFT Tekanan darah sebelum : ………. mmHg

Tekanan darah sesudah : ………mmHg

NO PROSEDUR YA TIDAK

1. Menjauhkan alat/ benda yang mengganggu konsentras

2. Minum air putih (dianjurkan 1 gelas)

3. Cari posisi nyaman, letakkan kedua telapak tangan di

atas paha

4. Tarik dan hembuskan nafas

5. Bayangkan berkah Tuhan mulai mengalir masuk melalui ubun-ubun, masuk ke dada, mengalir dan keluar melalui jari-jari

6. Memfokuskan pikiran/ energi tubuh kearah keyakinan negatif (penyakit yang dialami:

(11)

hipertensi

7. Membaca doa sebanyak 3x dengan menggosok area nyeri di dada (sore spot):

Masalah Fisik:

“Ya tuhan, meskipun saya merasa sakit pusing, tengkuk berat dan keluhan lain karena darah tinggi, saya ikhlas menerimanya, saya pasrah kepada-mu sepenuhnya atas kesembuhan darah tinggi saya.

8. Merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit 9. Memulai tune in:

“Ya tuhan, saya ikhlas, saya pasrahkan kesembuhan

saya” (masalah fisik)

10. Melakukan pengetukan di 18 titik tubuh (bagian kanan

11. Mengulangi tapping di 17 titik (hingga karate chop)

(bagian kiri)

12. Melakukan Gamut Gamut Spot , yang terletak diantara ruas tulang jari kelingking dan jari manis. 9 Gerakan itu adalah :

1) Menutup mata 2) Membuka mata

3) Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah 4) Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah 5) Memutar bola mata searah jarum jam

6) Memutar bola mata berlawanan arah jarum  jam

7) Bergumam dengan berirama selama 3 detik 8) Menghitung 1, 2, 3, 4, 5

9) Bergumam lagi selama 3 detik

13. Mengambil nafas dan membuang nafas 14. Membayangkan semua penyakit keluar

bersamaan dengan nafas yang dibuang

15. Mengucapkan syukur (Alhamdulillah / Puji Tuhan) 16. Meminum air putih (Dianjurkan 1 gelas)

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S.C. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Ed.8. Vol.2 . Jakarta: EGC

Corwin, Elizabet. J (2009). Buku saku patofisiologi . Alih Bahasa Nike Budi Subekti. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Potter. P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of nursing: concept, process, and practice. 4/E (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC Muttaqin, A. dan Nurachmah, E. (2009). Pengantar asuhan keperawatan

klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler . Jakarta: Penerbit Salemba Medika :.

Zainuddin, A.F . (2009). Spiritual Emotion Freedom Technique. Jakarta:  Afzan Publishing

Susanti, Deby (2015). Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang. Universitas Andalas Faridah, Virgianti Nur (2012) Jurnal Surya: Pengaruh Keperawataan

Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Islami terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Usia 45-59 Tahun di RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Vol 02. No XII

(13)

MATERI TERAPI SEFT A. PENGERTIAN

SEFT adalah teknik penyembuhan yang memadukan keampuhan energi psikologi dengan kekuatan doa dan spiritualitas. Energi psikologi adalah ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan teknik berdasarkan konsep sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan  perilaku seseorang.

SEFT atau biasa disapa dengan “terapi ketuk” merupakan sebuah metode yang menggunakan dasar sistem energi tubuh dalam menghilangkan masalah-masalah fisik maupun emosi secara cepat. Merupakan kolaborasi ketukan dua jari pada titik energy, dan spiritualitas  berupa doa-ikhlas-dan pasrah. Mengatasi mulai dari rasa takut, cemas, sedih, kecewa, stress, phobia, trauma dan penyakit psikologis lainnya serta masalah fisik seperti mual, mules, sakit kepala berkepanjangan, epilepsi, stroke, jantung, kanker, dll. Metode ini dibawa ke Indonesia oleh Bapak Ahmad Faiz Zainuddin seorang psikolog.

B. MANFAAT

Beberapa manfaat terapi SEFT antara lain : 1. Memberikan efek relaksasi pada tubuh

2. Memiliki efek positif pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernafasan

3. Merangsang pengeluaran hormon endhorpin yang dapat memberikan efek tenang

4. Menurunkan kadar hormon kortisol dan menurunkan kecemasan

5. Membuat vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi rileks dan terjadi penurunan tekanan darah

(14)

C. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan terapi SEFT agar terapi dapat berjalan dengan baik dan tidak mengalami kegagalan dalam melaksanakan terapi, antara lain :

1. Individu kurang minum (dehidrasi)

2. Terdapat benda elektronik yang berada diseskitar individu yang dapat mengganggu jalannya terapi misalnya HP, jam tangan

3. Individu kurang khusyuk, ikhlas dan pasrah 4. Lingkungan yang berisik dan tidak tenang

D. LANGKAH –  LANGKAH

Prosedur gerakan terapi SEFT antara lain : a. The Set-Up

The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir  psychological reversal   (perlawanan psikologis yang berupa pikiran

negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif), seperti : 1) Saya selalu gagal mencapai sesuatu

2) Saya tidak mungkin mampu bersaing

3) Saya tidak bisa lepas dari kecanduan rokok

4) Saya sakit hati karena orangtua selalu menyalahkan saya, dan sebagainya.

Caranya dengan mengucapkan The Set-Up Words, yaitu kata-kata yang diucapkan dengan khusyu, ikhlas dan pasrah untuk menetralisir keyakinan dan pikiran negatif. Contoh kalimat  set-up : “Meskipun saya sakit di dalam hati saya ingin sembuh dan bahagia, saya ikhlas menerima penyakit ini dan saya pasrahkan kepadamu ya Alloh.” Sambil mengucapkan kalimat di atas sebanyak tiga kali, kita menekan dada kita, tepatnya di bagian Sore Spot   (Titik Nyeri:

(15)

daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung dari di bagian  Karate Chop.

2) The Tune-In

Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan sambil terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan,”Saya ikhlas, saya pasrah, Ya Allah..”

Untuk masalah emosi, kita melakukan tune-in dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut dsb) hati dan mulut kita mengatakan, “Saya ikhlas, saya pasrah, Ya Allah..”

3) The Tapping

Bersamaan dengan tune-in, kita melakukan langkah ke-3 , The Tapping . Pada proses inilah (tune-in  yang dilakukan bersamaan dengan tapping ) kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik.

Tapping   adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari The Major Energy Meridians, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya

(16)

gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Tapping dilakukan dengan ketukan ringan 5-7 kali dibagian tubuh tertentu dengan mengucapkan masalah yang sedang dialami misalnya, “Saya ikhlas menerima penyakit yang diberikan Alloh SWT, saya pasrahkan kepada Alloh”. Titik-titik tapping tersebut adalah:

1) Cr = Crown yaitu titik di bagian atas kepala 2) EB = Eye Brow, yaitu titik permulaan alis mata

3) SE = Side of the Eye, yaitu di atas tulang di samping mata 4) UE = Under the Eye, yaitu 2cm di bawah kelopak mata

(17)

5) UN = Under the Nose, yaitu tepat dibawah hidung 6) Ch = Chin, yaitu diantara dagu dan bagian bawah bibir

7) CB = Collar Bone, yaitu diujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama

8) UA = Under the Arm, yaitu dibawah ketik sejajar dengan putting susu (pria) atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita).

9) BN =  Bellow Nipple, yaitu 2,5cm di bawah putting susu (pria) atau di Perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah  payudara (wanita).

10) IH =  Inside of Hand , yaitu dibagian dalam tangan yang  berbatasan dengan telapak tangan

11) OH = Outside of Hand , yaitu dibagian luar tangan yang  berbatasan dengan telapak tangan

12) Th = Thumb, yaitu ibu jari disamping luar bagian bawah kuku 13) IF =  Index Finger , yaitu jari telunjuk disamping luar bagian

 bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

14) MF =  Middle Finger , yaitu jari tengah samping luar bagian  bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

15) RF =  Ring Finger , yaitu jari manis di samping luar bagian  bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

16) BF =  Baby Finger , yaitu di jari kelingking di samping luar  bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari)

17) KC =  Karate Chop, yaitu di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate.

18) GS = Gamut Spot , yaitu dibagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking.

Khusus untuk titik terakhir, sambil men-tapping titik tersebut kita melakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang bagian otak tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan

(18)

Gamut Spot , yang terletak diantara ruas tulang jari kelingking dan  jari manis. 9 Gerakan itu adalah :

10) Menutup mata 11) Membuka mata

12) Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah 13) Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah 14) Memutar bola mata searah jarum jam

15) Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam 16) Bergumam dengan berirama selama 3 detik 17) Menghitung 1, 2, 3, 4, 5

18) Bergumam lagi selama 3 detik

Ini adalah langkah yang terlihat aneh dan lucu. Dalam psikoterapi kontemporer, ini disebut teknik EMDR ( Eye Movement  Desensitization Repatterning ). Setelah menyelesaikan 9 Gamut Procedure, langkah terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik  pertama hingga ke-17 (berakhir di  Karate Chop). Kemudian

diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, sambil mengucap rasa syukur, Alhamdullilaah.

Tapping tidak harus dilakukan secara berurutan seperti dikemukakan di atas, bisa secara acak asal dilakukan semua, dan kita boleh melakukannya pada sisi sebelah kiri atau sebelah kanan atau kedua-duanya. Tetapi dianjurkan untuk melakukannya secara  berurutan dari bagian tubuh atas ke bagian bawah, seperti tadi

disebutkan.

E. KELEBIHAN TERAPI SEFT

Terapi SEFT memiliki kelebihan, antara lain : 1. Terapi SEFT terbukti efektif

2. Mudah dipelajari dan mudah dilakukan oleh siapa saja 3. Cepat dirasakan hasilnya setelah melakukan terapi

(19)

4. Mudah untuk dipahamai dan jika sekali belajar bisa digunakan untuk selamanya pada berbagai masalah

5. Efektivitasnya relatif permanen

6. Sangat aman dipraktikkan oleh siapapun jika dipraktikkan dengan  benar, tidak ada rasa sakit atau efek samping, jadi

Referensi

Dokumen terkait