• Tidak ada hasil yang ditemukan

or ABSTRAK ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "or ABSTRAK ABSTRACT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UJI COBA DAN PENYEMPURNAAN

STANDARD OPERATING

PROCEDURE

(SOP) PELAYUAN DAN PENYULINGAN PROSES

PRODUKSI MINYAK ATSIRI NILAM DI UNIT PRODUKSI MINYAK

NILAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA, KESAMBEN

EXPERIMENT AND IMPROVEMENT STANDARD OPERATING PROCEDURE

(SOP) OF WITHERING AND DISTILLATION THE PATCHOULI ESSENTIAL OIL

PRODUCTION PROCESS IN UNIT OF PATCHOULI OIL PRODUCTION

UNIVERSITY OF BRAWIJAYA, KESAMBEN

Mohammead Lyna1*, Nur Hidayat2, Nur Lailatul Rahmah2 1

Alumni Jurusan Teknologi Pertanian-Fak.Teknologi Pertanian-Univ.Brawijaya 2

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian-Fak.Teknologi Pertanian-Univ.Brawijaya Email: nafadala@gmail.com or nafadala@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian Standard Operating Procedure (SOP) dan menetapkan tindakan perbaikan pada SOP proses pelayuan dan penyulingan minyak atsiri nilam di Unit Produksi Minyak Atsiri Universitas Brawijaya. Penelitian ini dilakukan dengan metode evaluasi deskriptif. Hasil uji coba SOP pelayuan dan penyulingan proses produksi minyak atsiri nilam didapatkan hasil yaitu SOP lama belum sesuai dan terdapat perbaikan SOP pelayuan dan penyulingan. Pada proses pelayuan terdapat koreksi terhadap penggunaan kalimat, bila terdapat ketidaksesuaian pengecekan akan kembali pada tahap staf produksi membuat permintaan daun nilam basah ke bagian gudang, penambahan tahap pengecilan ukuran dengan menggunakan gunting, penambahan tahap pembersihan dan pengikatan tanaman nilam menjadi 1,5 kg, koreksi terhadap cuaca panas dan hujan menjadi keadaan fisik daun nilam diperiksa. Pada proses penyulingan terdapat koreksi terhadap penggunaan kalimat, penetapan pemasukan jumlah bahan baku di dalam ketel suling yaitu 200kg, bila terdapat ketidaksesuaian sistem penyulingan akan kembali pada tahap staf produksi mengecek dan menyesuaikan sistem penyulingan, penentuan tekanan untuk boiler yaitu 2,4 – 3,4 bar, penambahan pemisahan minyak dan air dengan gayung dan penampungan minyak di decanter.

Kata kunci : Minyak Nilam, Standard Operating Procedure

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the suitability of the Standard Operating Procedure (SOP) and establish corrective action on the process of withering and patchouli essential oil distillation in Essential Oil Production Unit using descriptive evaluation method. Experiment results of withering and distillation the Patchouli Essential Oil Production Process showed that the old SOP still not suitable and has been corrected. In the withering process there are corrections to the use of the sentence. If there is a mismatch checks will be returned at the step of production staff makes a request to warehouse for wet patchouli leaves. Additional step of size reduction using the scissors. Additional step of cleaning and fastening patchouli to 1.5 kg. Correction of sunny and rainy weather into the physical condition of patchouli leaves checked. In the distillation process there are corrections to the use of the sentence. The determination of income in the amount of raw material that is distilled kettle 200kg. When there is a mismatch distillation system will be returned at the step of production staff check and adjust the distillation system. The determination of the boiler pressure from 2.4 to 3.4 bar. Additional of separation oil and water with a scoop and oil storage in a decanter.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu upaya yang dilakukan suatu industri untuk mengatasi permasalahan kualitas dari produk yang dihasilkan adalah dengan cara memperbaiki kualitas proses produksinya. Perbaikan kualitas proses produksi dapat

dilakukan dengan merumuskan dan

menerapkan suatu Standard Operating

Procedure (SOP) yang benar dan sesuai, sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi target yang diinginkan. SOP merupakan dokumen yang berisi prosedur operasi atau proses dimana seluruh aktivitas dari proses tersebut harus mengikuti standar operasi yang telah ditetapkan. Penyusunan SOP digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman, tanpa akibat yang merugikan bagi lingkungan, memaksimalkan syarat-syarat operasi dan hasil produksi (Anonymous, 2005). Penerapan SOP sangat penting karena dapat meyakinkan bahwa suatu pekerjaan dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam pekerjaan tersebut.

Universitas Brawijaya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Blitar telah mendirikan pembangunan unit produksi minyak atsiri nilam modern di Kecamatan Kesamben, Blitar sebagai pusat rujukan bagi para Usaha Kecil Menegah (UKM) minyak atsiri umumnya dan minyak nilam khususnya. Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan batang dan daun tanaman nilam. Minyak nilam yang tergolong ke dalam minyak atsiri (essential oil) merupkan komponen penting dalam industry parfumery seperti minyak wangi, sabun, deodorant dan lain-lain (Alam, 2007). Menurut Nurdjannah et al. (2006) proses produksi minyak nilam meliputi beberapa tahapan yaitu pemanenan daun, pelayuan, perajangan, penyulingan, pemisahan minyak dari air dan pengemasan. Minyak nilam terdiri dari persenyawaan terpen dengan

alcohol-alkohol. Aldehid dan ester-ester memberikan bau khas misalnya patchouli alcohol yang merupkan komponen terbesar (Septiana et al, 2013). Standar Nasional Indonesia menentukan kandungan patchouli alcohol dalam minyak nilam minimal 30% (Harunsyah, 2011).

Pada kenyataannya unit produksi minyak

nilam Universitas Brawijaya, Kesamben

merupakan unit produksi baru dan SOP telah dibuat masih belum diterapkan sehingga perlu uji coba dan penyempurnaan SOP tersebut khususnya tahap pelayuan dan penyulingan.

Menurut Friedman (2005) revisi perlu

dilakukan ketika terjadi beberapa perubahan atau modifikasi untuk peralatan, mesin, bangunan atau struktur yang lain atau prosedur

- prosedur area kerja yang mungkin

mempengaruhi kinerja pekerjaan.

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah SOP yang ada telah sesuai dan bagaimana melaksanakan perbaikan SOP proses pelayuan dan penyulingan minyak atsiri nilam di Unit Produksi Minyak Atsiri Universitas Brawijaya. Tujuan penelitian adalah mengetahui kesesuaian SOP dan menetapkan tindakan perbaikan pada SOP proses pelayuan dan penyulingan minyak atsiri nilam.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Produksi

Minyak Nilam Universitas Brawijaya,

Kesamben, Blitar, pada bulan Maret 2012 sampai dengan Juni 2012. Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi minyak atsiri nilam adalah timbangan, gunting, tali, karung terpal, gelas ukur, wadah penampung minyak, seperangkat mesin penyulingan yang terdiri dari ketel penyulingan, boiler, dan pompa air. Bahan digunakan adalah daun nilam segar, bahan bakar solar dan air.

(3)

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode evaluasi deskriptif, yaitu

penggambaran aktivitas pelayuan dan

penyulingan di lapang yang disusun sebagai usulan perbaikan SOP berdasarkan hasil survei. Setelah diperoleh SOP perbaikan pelayuan dan penyulingan, dilanjutkan dengan penerapan SOP untuk menyakinkan bahwa aktivitas pelayuan dan penyulingan telah dilakukan sesuai dengan standar. Sampel yang ditetapkan pada penelitian ini adalah jumlah bahan baku, tekanan, waktu penyulingan dan pemakaian bahan solar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Unit Produksi Minyak Atsiri Nilam

Unit Produksi Minyak Atsiri Nilam Universitas Brawijaya didirikan sejak tahun 2011 dan mulai berproduksi pada bulan Maret 2012. Berlokasi di kecamatan Kesamben, kabupaten Blitar Jawa Timur. Unit produksi tersebut merupakan program kerja sama antara

Universitas Brawijaya dan Pemerintah

Kabupaten Blitar dengan bantuan dana hibah

Program Hibah Kompentensi Tema C. Tujuan dari pelaksanaan program ini dalam rangka mengembangkan kabupaten Blitar sebagai pusat penghasil minyak atsiri terbesar di Indonesia Timur.

Karyawan di unit produksi tersebut dapat digolongkan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak. Jam kerja untuk karyawan mulai pukul 8.00 – 16.00 dari Senin sampai Sabtu.

Evaluasi Penerapan SOP Proses Pelayuan Daun Nilam

Evaluasi penerapan pelayuan nilam pada penelitian ini adalah melakukan observasi terhadap penerapan SOP proses pelayuan yang telah disusun sebelumnya untuk mendapatkan SOP sesuai dengan kondisi di lapang. Observasi di lapang menunujukkan terjadi perubahan pada SOP yang telah dibuat dan perlu usulan perbaikan pada SOP. Hasil usulan tersebut akan diverifikasi oleh operator dan supervisor bagian produksi. Perubahan yang terdapat pada SOP lama dan perbaikan SOP proses pelayuan berikutnya dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Perubahan pada SOP lama dan perbaikan SOP proses pelayuan

No. SOP Lama SOP Perbaikan Penjelasan

1. Penggunaan kalimat dalam bentuk aktif

Penggunaan kalimat dalam bentuk pasif Koreksi terhadap penggunaan kalimat 2. 3. 4. 5.

Apabila terdapat ketidaksesuaian pengecekan staf produksi akan menghubungi staf gudang untuk mereview permintaan dan pengiriminan

Tidak ada tahap pemotongan/pengecilan ukuran Tidak ada tahap pembersihan dan pengikatan

Cuaca panas dan hujan

Apabila terdapat ketidaksesuaian pengecekan akan kembali pada tahap pertama yaitu staf produksi mebuat permintaan daun nilam basah ke bagian gudang Ditambah dengan tahap pemotongan dengan gunting/pisau

Ditambah dengan tahap pembersihan dan pengikatan tanaman nilam

Keadaan fisik nilam diraba

Langkah ini untuk memastikan permintaan jumlah bahan baku dan pengiriman mulai dari awalnya proses pelayuan Penambahan tahap

Penambahan tahap

Proses pelayuan berlangsung hingga daun nilam menjadi kering

(4)

Evaluasi Penerapan SOP Proses Penyulingan Minyak Nilam

Evaluasi penerapan SOP penyulingan minyak nilam pada penelitian ini sama halnya proses pelayuan adalah melakukan evaluasi terhadap SOP proses penyulingan yang telah disusun sebelumnya untuk mendapatkan SOP sesuai dengan kondisi di lapang. Observasi di

lapang menunujukkan terjadi perubahan pada SOP yang telah dibuat dan perlu usulan perbaikan pada SOP. Hasil usulan tersebut akan diverifikasi oleh operator dan supervisor bagian produksi. Perubahan yang terdapat pada SOP lama dan perbaikan SOP proses penyulingan berikutnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perubahan pada SOP lama dan perbaikan SOP proses penyulingan

No. SOP Lama SOP Perbaikan Penjelasan

1. Penggunaan kalimat dalam bentuk aktif

Penggunaan kalimat dalam bentuk pasif

Koreksi terhadap penggunaan kalimat 2. Staf produksi mengambil daun

nilam kering 300 kg dan memasukkan ke tungku penyulingan

Staf produksi mengambil daun nilam kering 200 kg dan memasukkan ke tungku penyulingan

Jika massa nilam terlalu padat akan mempengaruhi uap di dalam ketel suling untuk mengekstraksi tanaman nilam sehingga harus dikurangi jumlahnya 3. Apabila terdapat ketidaksesuaian

jaringan maka staf produksi akan menyesuaikan jaringan penyulingan

Apabila terdapat ketidaksesuaian sistem penyulingan akan kembali pada tahap sebelumnya yaitu staf produksi mengecek dan menyesuaikan sistem penyulingan

Langkah tidak tepat dan harus kembali ke tahap sebelumnya

4.

5.

6.

Staf produksi menyalakan steam boiler

Tidak ada tahap pemisahan minyak dan air

Staf produksi menampung minyak dari decanter ke dalam drum

Staf produksi menyalakan steam boiler dan mengatur tekanan 2,4 – 3,4 bar

Staf produksi memisahkan minyak dan air dengan gayung

Staf produksi menampung minyak di decanter

Penentuan tekanan tepat untuk proses penyulingan Penambahan tahap

Kondisi di lapang penampungan minyak di

decanter merupakan tahapan terakhir

Teknik pengolahan yang digunakan pada proses penyulingan minyak nilam di unit produksi Kesamben adalah penyulingan uap langsung. Pada penyulingan uap langsung sumber panas terdapat pada ketel uap yang letaknya terpisah dari ketel suling, dan menggunakan tekanan lebih tinggi. Kualitas produk minyak atsiri yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kedua cara yang lainnya. Menurut Aisyah dan Masril

(2012) penyulingan dengan uap dapat

menghasilkan minyak nilam dengan kandungan

patchouli alcohol lebih tinggi berkisar antara 40-55%.

Proses penyulingan akan berlangsung selama beberapa jam. Pada kenyataan di lapang, proses penyulingan berlangsung dengan dua waktu yang berbeda yaitu 6 jam dan 8 jam. Hal ini dikarenakan unit produksi masih dalam taraf uji coba dan untuk memilih waktu penyulingan yang paling efisien. Data penyulingan dapat dilihat pada Tabel 3.

(5)

Tabel 3. Data proses penyulingan minyak atsiri nilam

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada waktu penyulingan 6 jam pemakaian solar untuk jumlah bahan baku sebesar 200 kg dan 214 kg adalah 38,0 liter. Tekanan uap yang digunakan adalah sebesar 2,4 hingga 3,4 bar. Meskipun jumlah bahan baku tidak sama namun tekanan uap yang digunakan adalah sama sehingga tidak menyebabkan kenaikan pemakaian solar. Sedangkan pemakaian solar untuk jumlah bahan baku sebesar 220 kg adalah 58,0 liter. Tekanan uap yang digunakan adalah sebesar 4,0 hingga 7,0 bar. Hal ini dikarenakan tekanan tinggi memerlukan pemanasan terus menerus dan membutuhkan konsumsi solar untuk mencapai tekanan yang dibutuhkan.

Menurut Geankoplis (1983) proses

pengembunan uap menjadi cairan, dan

penguapan suatu cairan menjadi uap melibatkan perubahan fase cairan dengan koefisien pindah panas yang besar. Sedangkan pada waktu penyulingan 8 jam pemakaian solar untuk jumlah bahan baku sebesar 250 kg adalah 41,5 liter. Halnya berbeda dengan pemakaian solar untuk jumlah bahan baku sebesar 202 kg dan 200 kg adalah 60,0 liter dan 50,5 liter. Meskipun tekanan uap yang digunakan adalah sama yaitu 2,4 sampai 3,4 bar akan tetapi

jumlah pemakaian solar untuk massa bahan baku 202 kg dan 200 kg relatif lebih besar daripada jumlah bahan baku 250 kg. Menurut Uzwatania (2009), semakin tinggi kerapatan bahan dan pengisian yang terlalu padat mengakibatkan uap tertahan dan sulit untuk menembus bahan. Bila uap tidak mudah keluar maka tidak banyak mengkonsumsi solar.

Kualitas Minyak Atsiri Nilam Hasil Penyulingan

Menurut Sumami et al (2008) kualitas minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tsb dan

bahan-bahan asing yang tercampur di

dalamnya. Selain itu, factor lain yang menentukan mutu minyak adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak, jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi

prosesnya, perlakuan minyak setelah

penyulingan, kemasan dan penyimpanan. Pada proses penyulingan minyak nilam rendemen dihasilkan bervariasi berdasarkan jumlah bahan baku, pengaturan tekanan steam boiler, lama waktu penyulingan dan pemakaian bahan bakar solar. Hasil rendemen yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil perhitungan rendemen minyak atsiri nilam

No Jumlah Bahan Baku (kg) Volume minyak (liter) Rendemen (%) Pemakaian solar (liter) Efisiensi pemakaian solar (%) 1 220 4,80 2,18 58,0 8,27 2 200 4,80 2,40 38,0 12,63 3 214 4,80 2,24 38,0 12,63 4 250 4,11 1,64 41,5 9,90 5 202 5,20 2,57 60,0 8,67 6 200 6,02 3,01 50,5 11,92

No Tanggal Jumlah Bahan

Baku (kg) Tekanan uap (bar) Lama penyulingan (jam) Pemakaian solar (liter) 1 05-04-2012 220 4,0 s/d 7,0 6 58,0 2 10-05-2012 200 2,4 s/d 3,4 6 38,0 3 14-05-2012 214 2,4 s/d 3,4 6 38,0 4 28-05-2012 250 2,4 s/d 3,4 8 41,5 5 30-05-2012 202 2,4 s/d 3,4 8 60,0 6 07-06-2012 200 2,4 s/d 3,4 8 50,5

(6)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa volume minyak atsiri nilam yang dihasilkan berbeda-beda dan rendemen yang diperoleh bervariasi pula. Pada proses penyulingan dengan waktu 6 jam rendemen minyak cenderung menurun. Penyulingan dengan jumlah bahan baku sebanyak 200 kg menghasilkan rendemen sebesar 2,40%, jumlah bahan baku sebanyak 214 kg menghasilkan rendemen sebesar 2,24% dan jumlah bahan baku sebanyak 220 kg hanya

menghasilkan rendemen sebesar 2,18%.

Sedangkan pada proses penyulingan dengan waktu 8 jam juga mengalami hal yang sama dengan waktu penyulingan 6 jam yaitu

rendemen minyak cenderung menurun.

Penyulingan dengan jumlah bahan baku sebanyak 200 kg menghasilkan rendemen sebesar 3,01 %, jumlah bahan baku sebanyak 202 kg menghasilkan rendemen sebesar 2,57% dan jumlah bahan baku sebanyak 250 kg hanya menghasilkan rendemen sebesar 1,64%. Hal ini disebabkan dengan bobot bahan makin besar maka makin tinggi bahan dalam tangki penyulingan juga semakin meningkat, sehingga hambatan yang dialami uap air juga semakin besar (Ma’mun, 1996). Menurut Uzwatania (2009), semakin tinggi kerapatan bahan dan pengisian yang terlalu padat dalam ketel penyulingan akan mengakibatkan uap tertahan dan sulit untuk menembus bahan. Uap yang telah melewati bahan dalam ketel umumnya mengandung minyak. Bila jalan uap yang mengandung minyak tersebut terhambat maka rendemen yang diperoleh akan menurun. Perbandingan efisiensi pemakaian solar pada waktu penyulingan 6 jam menunjukkan bahwa pengaturan tekanan boiler terlalu tinggi menghasilkan efisiensi paling rendah yaitu 8,27%. Hal ini dikarenakan tekanan tinggi memerlukan pemanasan terus menerus dan membutuhkan konsumsi solar untuk mencapai tekanan yang dibutuhkan. Waktu penyulingan berlangsung hanya 6 jam maka masih banyak minyak belum terekstraksi secara maksimal. Pada waktu penyulingan 8 jam efisiensi paling banyak yaitu 11,92% terdapat pada massa bahan baku sebesar 200 kg. Jumlah bahan baku 250 kg memiliki efisiensi proses lebih besar yaitu 9,90% dibandingkan dengan jumlah bahan 200 kg yaitu 8,67%. Hal ini dikarenakan

jumlah bahan baku terlalu padat akan mempengaruhi uap yang terdapat di dalam ketel suling. Jika uap sulit menembus bahan maka kebutuhan solar untuk menghasilkan uap tentu juga lebih sedikit. Selain itu terdapat kesalahan teknis yang terjadi di lapang. Jika kran boiler dibuka maksimal maka tutup ketel suling tidak dapat menahan tekanan maksimal dari boiler sehingga akan tembus keluar ketel suling. Pada proses penyulingan dengan waktu 8 jam menghasilkan rata-rata rendemen lebih banyak yaitu 2,40% dibandingkan dengan waktu 6 jam menghasilkan rata-rata rendemen

yaitu 2,27%. Banyak faktor yang

mempengaruhi hasil rendemen minyak nilam. Ketaren (1985), menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen minyak nilam adalah perlakuan sebelum minyak nilam disuling atau perlakuan pendahuluan. Perlakuan tersebut adalah pengeringan daun nilam. Pengeringan adalah pengurangan sebagian kandungan air dalam bahan dengan cara termal. Selain itu proses pemanenan tanaman nilam juga mempengaruhi hasil rendemen. Panen dilakukan ketika daunnya masih berwarna hijau tua dan belum berubah menjadi cokelat. Pemanenan tanaman nilam dilakukan pada pagi atau sore hari agar diperoleh kandungan minyak yang tinggi. Untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia terutama kadar patchouli alcohol dari hasil rendemen yang diperoleh

maka dilakukan analisa lab dengan

menggunakan Gas Chromatography – Mass

Spectometry (GC-MS). Menurut Hernani

(1988) senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri nilam lebih dari sepuluh macam, akan tetapi yang dapat diindentifikasi antara lain

adalah beta-patchoulen, alpha-guainen,

bulsenen dan patchouli alcohol. Patchouli alcohol merupakan kompenen utama penyusun minyak nilam dan merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam.Berdasarkan hasil analisa GC-MS kadar patchouli alcohol

pada setiap penyulingan memiliki nilai yang berbeda-berbeda dan dapat dilihat pada Tabel 5. .

(7)

Tabel 5. Hasil analisa kadar patchouli alcohol minyak atsiri nilam No Jumlah Bahan Baku (kg) Lama Penyulingan (jam) Volume minyak (liter) Rendemen (%) Kadar PA (%) 1 220 6 4,80 2,18 17,10 2 200 6 4,80 2,40 19,37 3 214 6 4,80 2,24 17,58 4 250 8 4,11 1,64 16,42 5 202 8 5,20 2,57 18,71 6 200 8 6,02 3,01 21,33

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kadar

Patchouli Alcohol (PA) pada waktu

penyulingan 6 jam cenderung menurun. Sedangkan pada waktu penyulingan 8 jam juga mengalami hal yang sama dengan waktu penyulingan 6 jam yaitu kadar PA cenderung menurun. Perbandingan kadar PA antara pada proses penyulingan waktu 8 jam lebih besar

yaitu 18,82 % daripada pada proses

penyulingan 6 jam yaitu 18,01 %. Menurut

Gusmaini dan Syakir (2012) rendahnya

produktivitas dan mutu minyak nilam antara lain disebabkan teknologi budidaya yang masih

sederhanan dan berkembangnya berbagai

penyakit. Sedangkan menurut Guenther (1970) banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain genetik, budi daya, lingkungan, panen, dan pascapanen. Nilam yang tumbuh di dataran tinggi. kadar minyaknya lebih rendah daripada yang tumbuh di dataran rendah, namun kadar patchouli alkoholnya lebih tinggi. Sebaliknya, nilam yang tumbuh di dataran rendah kadar minyaknya lebih tinggi, sedangkan kadar patchouli alkoholnya lebih rendah.

Kadar PA tertinggi diperoleh pada waktu penyulingan 8 jam dengan penyulingan no.6. Hasil analisa menunjukkan bahwa penyulingan no.6 memiliki kadar PA paling tinggi di antara penyulingan lain yaitu 21,33%. Menurut Nurdjannah et al, (2006) makin lama waktu peyulingan, makin tinggi rendemen, bobot jenis, bilangan ester dan kadar patchouli alcohol dari minyak yang dihasilkan.

Berdasarkan efisiensi hasil pemakaian solar dan kadar PA yang diperoleh maka perlakuan terbaik pada proses penyulingan minyak atsiri nilam ini adalah dengan berat bahan baku

sebanyak 200kg, tekanan yang

diatur sebesar

2,4 – 3,4 bar dan waktu penyulingan

berlangsung selama 8 jam.

KESIMPULAN

Pelayuan: Koreksi terhadap penggunaan kalimat. Bila ketidaksesuaian pengecekan akan kembali pada tahap pertama yaitu staf produksi mebuat permintaan daun nilam basah ke bagian gudang. Penambahan tahap pengecilan ukuran

dengan menggunakan pisau/gunting.

Pe-nambahan tahap pembersihan dan pengikatan tanaman nilam menjadi 1,5 kg. Koreksi terhadap cuaca panas dan hujan menjadi keadaan fisik daun nilam diperiksa

Penyulingan: Koreksi terhadap penggunaan kalimat. Penetapan pemasukan jumlah bahan baku di dalam ketel suling yaitu 200 kg. Apabila terdapat ketidaksesuaian sistem penyulingan akan kembali pada tahap sebelumnya yaitu staf produksi mengecek dan menyesuaikan sistem penyulingan. Penentuan tekanan untuk boiler yaitu 2,4 – 3,4 bar. Penambahan tahap pemisahan minyak dan air secara manual dengan menggunakan gayung. Penampungan minyak di decanter.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis mengucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Republik Indonesia atas bantuan dana hibah Program Hibah Kompetensi Tema C serta

Universitas Brawijaya dan Pemerintah

Kabupaten Blitar yang telah membantu

pembiayaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2005). What’s a Standard Operating

Procedure. Dilihat 10 Mei 2012. http://www.niaid.nih.gov/ncn/sop/intro.htm.

(8)

Alam, P.C. (2007). Aplikasi Proses Pengkelatan untuk Peningkatan Mutu Minyak Nilam Aceh.

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 6 (2) : 63-66

Aisyah,S. dan Masril,C. (2012). Pemisahan Senyawa

Patchouli Alcohol Dari Minyak Nilam Dengan Cara Distilasi Fraksinasi. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. (21) :89-93

Friedman, K. (2005). What Is a Standard Operating Procedures. Departement of Journalisim and Comunication. Lehigh University. Bethlehem. Dilihat 10 Mei 2012. http://www.lehigh.edu/kaf3/sops/sop.index.html. Geankoplis, G.J., (1983). Transport Process and

Unit Operation. Second Edition. Allyn and Bacon, Inc, Boston.

Guenther, F., (1970). The Essential Oil. Vol.I and II. Van Nostrand Inc. New York.

Gusmaini dan Syakir, M. (2012). Pengaruh Penggunaan Sumber Pupuk Kalium Terhadap Produksi dan Mutu Minyak Tanaman Nilam.

Jurnal Litri. 18 (2) :60-65

Harunsyah. (2011). Peningkatan Mutu Minyak Nilam Rakyat Melalui Proses Pemurnian. Jurnal Teknologi. 11 (1)

Hernani. (1988). Analisis Minyak Nilam Secara Kromatografi Lapis Tipis. Bull.Litro. 3 (2) : 89-92

Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Ma’mun. (1996). Pengaruh Bobot Bahan dan Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Cengkeh. Dalam Prosiding Sumposium Nasional I Tumbuhan dan Aromatik 1996 . Bogor.

Nurdjannah, N., Hidayat, T., dan Winarti, B. (2006).

Teknologi Pengolahan Minyak Nilam. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Septiana,A.A., Arienata, F.H., dan Kumoro, A.C. (2013). Potensi Jus Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Sebagai Bahan Pengkelat Dalam Proses Pemurnian Minyak Nilam (Patchouli Alcohol) Dengan Metode Kompleksometri.

Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. (2) : 257-261

Sumami, Aji,N.B., dan Solekan. (2008). Pengaruh Volume Air dan Berat Bahan Pada Penyulingan Minyak Atsiri. Jurnal Teknologi. 1 (1) : 83-88 Uzwatania, F. (2009). Analisis Kinerja dan Efisiensi

Energi Prototipe Alat Penyulingan Untuk Industri Kecil Minyak Nilam. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Perubahan pada SOP lama dan perbaikan SOP proses pelayuan
Tabel 2. Perubahan pada SOP lama dan perbaikan SOP proses penyulingan
Tabel 4. Hasil perhitungan rendemen minyak atsiri nilam  No  Jumlah Bahan  Baku (kg)  Volume minyak  (liter)  Rendemen (%)  Pemakaian  solar (liter)  Efisiensi  pemakaian solar (%)  1  220  4,80  2,18  58,0  8,27  2  200  4,80  2,40  38,0  12,63  3  214  4
Tabel 5. Hasil analisa kadar patchouli alcohol minyak atsiri nilam  No  Jumlah  Bahan Baku  (kg)  Lama  Penyulingan (jam)  Volume minyak (liter)  Rendemen (%)  Kadar PA (%)  1  220  6  4,80  2,18  17,10  2  200  6  4,80  2,40  19,37  3  214  6  4,80  2,24

Referensi

Dokumen terkait

Selain analisis nata juga dilakukan analisis proksimat dan analisis cairan medium yang meliputi kadar gula reduksi (sebelum dan sesudah pertumbuhan nata) dan

Selain itu, dari 6 (enam) putusan tentang perkara tindak pidana penadahan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Sarolangun, pidana yang dijatuhkan oleh majelis hakim

“Pengaruh Diberlakukannya Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Perkembangan Lembaga Dana Pensiun” Yang diangkat menjadi judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti secara

Wawancara dengan Bp. Polisi Kehutanan Balai KSDA Yogyakarta.. 5 Th 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya konservasi sumber daya alam hayati

Menurut SNI (2008), selai buah adalah produk makanan semi basah yang dapat dioleskan yang dibuat dari pengolahan buah-buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahan

Pada bagian ini dievaluasi kinerja klasifikasi tiga percobaan yang berbeda dengan metode klasifikasi Neural Network. Percobaan pertama merupakan baseline atau tanpa

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi

Menurut key informan pelayanan informasi yang dilakukan oleh public relations di hotel Garuda Plaza hampir sama dengan kegiatan public relations pada umumnya,