• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kwangsan Jurnal Teknologi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kwangsan Jurnal Teknologi Pendidikan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

REDAKSI PENGELOLA JURNAL KWANGSAN

Penanggung Jawab : Kepala Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Mitra Bestari : Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. (Teknologi Pendidikan) Dr. Purwanto, M.Pd. (Teknologi Pendidikan) Dr. Oos M. Anwas, M.Si. (Ilmu Komunikasi)

Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd. (Teknologi Pendidikan) Ketua Penyunting : Drs. Yanu Sutedjo (Teknologi Pendidikan)

Penyunting Pelaksana : Putut Wijayanto, S.Sos., M.Pd. (Teknologi Pembelajaran) Edi Purnomo, S.Pd., M.Pd. (Bahasa Indonesia)

Chornia Putrantasa, M.Pd. (Teknologi Pendidikan) Adelina Sulistyoningsih, S.Sos., M.Si. (Ilmu Komunikasi) Sri Lestari, S.Pd. (Bahasa Inggris)

Djarwoko, S.Pd. (Teknologi Pendidikan) Tata Letak : Hero Mega Surya, S.Sn.

Bintoro Setyawan, S.Sn. Sekretariat : Insan Jamil, S.S.

Kunto Wibisono, S.E.

JURNAL

KWANGSAN VOL. I No. 1 Hal: 1-71 September 2013Sidoarjo, 2338-9184ISSN: Alamat Redaksi: BPMTP KEMDIKBUD, Jl. Mangkurejo, Kwangsan, Sedati, Sidoarjo, Kode Pos. 61253 Telp.: (031) 8911373 Fax.: (031) 8911392, e-mail: bpmtv@kemdikbud.go.id

(3)

Wahana Komunikasi Pengembangan dan Pemanfaatan TIK

DAFTAR ISI Vol. I No. 1 Juni 2013

Sekapur sirih ... iv Kumpulan Abstrak ... v - ix Pengembangan Bahan Ajar Dengan Model ADDIE untuk Mata Pelajaran

Matematika Kelas 5 SDS Mawar Sharon Surabaya ... 1 - 15

Nancy Angko dan Mustaji

Pengembangan Paket Pembelajaran Keterampilan Membuat Manisan Nangka

untuk Program Keaksaraan Fungsional Mandiri ... 16 - 33

Putut Wijayanto

Peningkatan Prestasi Belajar Himpunan Melalui Penggunaan

Portal Rumah Belajar ... 34 - 45

Rr. Martiningsih

Penerapan Teori Belajar dan Desain Instruksional Dalam Program

Mobile Learning ... 46 - 56

M. Miftah

Pemanfaatan Media Audio Pendidikan Anak Usia Dini (MAPAUD)

Nyanyian Dalam Pembelajaran ... 57- 69

(4)

Sekapur sirih

Syukur Alhamdulillah, terbitan perdana Jurnal Kwangsan bisa hadir di tangan Anda sekarang. Melalui niatan menambah atribut sebagai unit pelaksana teknis yang memperoleh mandat melaksanakan pengembangan dan pengkajian model media

tele-visi untuk pendidikan, keberadaan jurnal ini menjadi sangat strategis. Aktifitas pengem -bangan model media pendidikan (televisi dan produk TIK/ICT lainnya) dengan sejum-lah pendekatan yang digunakan tidak cukup sekadar didokumentasikan, namun akan memiliki dampak karambol manakala dikomunikasikan, didiskusikan, ditelaah, dicer-mati sekaligus diperoleh balikan (feed back) melalui berbagai saluran diantaranya jurnal. Nama Kwangsan diambil dari domisili Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan, sebuah desa di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman tim dan para mitra be-stari serta semua pihak yang membidani lahirnya Jurnal Kwangsan ini didukung peran serta aktif para penulis artikel.

Dengan semangat terus belajar, kami sangat senang Anda berkenan memberikan masukan untuk menjadikan Jurnal Kwangsan ini bermutu sekaligus sanggup membela-jarkan.

Kepala BPMTP, Abu Khaer

(5)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MODEL ADDIE UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS 5

SDS MAWAR SHARON SURABAYA Nancy Angko dan Mustaji TP PPs, Universitas Negeri Surabaya

(ycnan.ang@gmail.com) (mustaji_2005@yahoo.com) Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar powerpoint dan Lembar Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran matematika kelas 5 SDS Mawar Sharon Surabaya den-gan menggunakan model ADDIE. Desain uji coba hasil pengembanden-gan menggunakan

Pretest Posttest Group. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai uji thitung adalah 7.397,

se-mentara nilai uji ttabel adalah 2.069, berarti nilai uji thitung lebih besar dari nilai uji t ta-bel. Maknanya ada perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dilihat dari uji t nilai posttest kedua kelas. Nilai rata-rata kelas atau mean pada kelas eksperimen mengalami peningkatan dan lebih tinggi dibandingkan kelas kon-trol, yaitu 31.6667 dibandingkan dengan 20.1250. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya penggunaan bahan ajar pada siswa di kelas eksperimen sedangkan di kelas control hanya menggunakan metode ceramah. Respon siswa terhadap penggunaan me-dia powerpoint dan lembar kerja menunjukkan rata-rata sebesar 95.83 % menyatakan bahwa materi mudah dimengerti dan 87.5 % menyatakan bahwa pembelajaran menarik. Kata Kunci: bahan ajar, matematika, sekolah dasar, model ADDIE, hasil belajar

Abstract:

This study aims to develop a Power Point teaching materials and students’ work-sheet (LKS) Math Grade 5 Mawar Sharon Surabaya SD Susing the ADDIE Model.

De-sign development test result susing pretest posttest Group. T-test results showed that

the test tvalue is7,397, while the value of the test ttable is 2,069, meaning the tvalue of the test is greater than the value of test ttable. Meaning there are differences in learn -ing outcomes between the experimental class and the control class as seen from the second post test tvalues test class. The average value of the class or classes mean the experiment has increased and higher than the control class, is 31.6667 compared with

20.1250. The difference is due to the use of teaching materials to students in the experi -mental class in class control while only using the lecture method. Students response to the use of Power Point and Worksheets media showed an average of 95.83% stated that the material is easy to understand and 87.5% stated that the learning interesting. Keywords: teaching materials, mathematics, elementary school, ADDIE Model, learning outcomes

(6)

Putut Wijayanto

Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan Sidoarjo, Jawa Timur (putut.wijayanto@kemdikbud.go.id)

Abstrak:

Salah satu peran Teknologi Pembelajaran adalah penyediaan sumber-sumber belajar melalui kegiatan pengembangan (development). Namun untuk program Keaksaraan Fungsional (KF) Tingkat Mandiri, belum sepenuhnya tersedia sumber belajar yang diran-cang khusus (by design) untuk pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengem-bangkan Paket Pembelajaran Keterampilan (PPK) berupa modul dan video pembelaja-ran tentang membuat manisan nangka. Penelitian ini sesuai dengan kebutuhan Program KF yang mengutamakan pembelajaran life skills. Hasil penelitian mengungkapkan bah-wa paket pembelajaran modul dan video tentang membuat manisan nangka digemari oleh 30 orang responden warga belajar di Kelompok Belajar (Kejar) Bougenvile, Kelu-rahan Medokan Semampir, Sukolilo, Surabaya. Sebagai mata pelajaran baru, hasil be-lajar warga bebe-lajar menunjukkan nilai teori dan nilai praktek yang sangat memuaskan. Kata kunci: Belajar, media, teknologi pembelajaran, keaksaraan fungsional, mandiri Abstract:

One of the role of Instructional Technology is the provision of learning resources through the development. Especially in the Functional Literacy Programm (Program Keaksaraan Fungsional/KF) on Mandiri Level, study material that really designed for learning is not available yet. This study aims to develop skills learning package such as video learning and modules by taking a theme about making candied jackfruit. This is suitable with the implementation of the KF program that promotes life skills learning. The results revealed that the learning package of making candied jackfruit favored by 30 respondents of the stu-dent in Bougenvile Study Group, Medokan Semampir Village, Sukolilo, Surabaya. As new subjects, students learning outcomes perfome a very satisfactory theory and practice value. Key words: Development of Instructional Package, Functional Literacy

(7)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR HIMPUNAN MELALUI PENGGUNAAN PORTAL RUMAH BELAJAR

Rr. Martiningsih

Guru SMP Muhammadiyah 1 Surabaya, (tinink@gmail.com)

Abstrak

Matematika pada umumnya dianggap peserta didik sebagai pelajaran yang sulit. Salah satu indikasinya adalah bahwa pada saat pelajaran Matematika, sebagian peserta didik cenderung kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, guru harus mengupaya-kan kemudahan mempelajarinya melalui penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Salah satu dari media yang dimaksudkan adalah Portal Rumah Belajar. Tujuan pene-litian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik Kelas VII A SMP Muhammadiyah 1 Surabaya tahun ajaran 2012-2013 di bidang pelajaran Matematika terutama mengenai materi irisan dan gabungan dua himpunan dengan menerapkan Portal Rumah Belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini mencakup dua siklus dan setiap siklus terdiri atas 4

lang-kah, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Hasil pene -litian mengungkapkan adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik. Sebelum diberikan tindakan, hanya 22 peserta didik (73,3%) yang tuntas belajarnya. Kemudian, pada Siklus I, peserta didik yang tuntas sebanyak 23 peserta didik (76,7%), dan pada Siklus II, jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 28 peserta didik (93,3%). Tam-paklah bahwa kualitas pembelajaran dari sebelum tindakan sampai dengan Siklus II terjadi peningkatan. Penelitian ini menyarankan agar guru mengelola kegiatan pembe-lajaran secara inovatif dengan menggunakan media pembepembe-lajaran agar peserta didik lebih termotivasi dan aktif untuk belajar. Guru hendaknya mengubah paradigma pem-belajaran bahwa dirinya bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Kata Kunci: Himpunan, Portal Rumah Belajar

Abstract:

Students think that learning math is hard, and students do not want to learn math, then teachers must provide the appropriate medium for learning. The purpose of this research is to improve mathematics achievement in intersection set and union set by applying the Por-tal Rumah Belajar for Seventh Grade A SMP Muhammadiyah 1 Surabaya year 2012 - 2013. The design of the study is Classroom Action Research. In this study planned two cycles,

and each cycle consisted of 4 steps, namely: (1) plan, (2) act, (3) observe, and (4) reflect. If

students of Seventh Grade A SMP Muhammadiyah 1 Surabaya use Portal Rumah Belajar, they can increase their achievement. Students who pass the competency in the pre-action is 22 students or 73.3%, in cycle I, students who pass the competency is 23 students or 76.7%, and in cycle II students who pass the competency is 28 students or 93.3%. The ability of stu-dents increased from pre-action to the second cycle. Suggestions in this classroom action research is: Teachers should motivate students to learn by use innovative of instructional media. Teachers should have a paradigm that teachers are not the only source of learning. Keywords: Set, Portal Rumah Belajar

(8)

M. Miftah

Peneliti bidang pendidikan pada BPMP Kemdikbud, (hasanmiftah@yahoo.com)

Abstrak:

Mobile Learning mempermudah belajar dan interaksi antara peserta didik dengan materi pelajaran. Penulis artikel ini menawarkan solusi dengan mengaplikasikan pondasi teori bidang pendidikan untuk perancangan materi Mobile Learning (Foundations of educational theory for mobile learning) yang efektif, dan menyarankan suatu model untuk mengembang-kan pembelajaran Mobile Learning berdasar pada teori bidang pendidikan yang sesuai. Pengembang Mobile Learning harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pebelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manu-sia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, memberikan umpan balik, memfasilitasi belajar kontekstual, dan mendorong selama proses belajar. Berkaitan dengan hal ini, penulis artikel ini kemudian mendeskripsikan prinsip-prinsip teori belajar dan implementasinya pada Desain Strategi Pembelajaran Mobile Learning. Ada 3 teori belajar yang penulis kemukakan pada artikel tersebut, yaitu: 1) Behaviorime; 2) Kognitivisme; dan 3) Kontruktivisme. Implementasi teori belajar ini berada pada subkawasan desain sistem pembelajaran. Desain sistem pembelaja-ran mencakup; penganalisaan, pepembelaja-rancangan, pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian. Kata-kata Kunci: teori belajar, desain instruksional, mobile learning

Abstract:

Mobile Learning enables a learning dan its interaction between the user and the lesson.

This article writer, then, offers a solution by applicating an effective foundations of edu -cational theory for mobile learning and suggests a model for developing mobile learning based on the appropiate educational theory. Mobile learning developer should know the

differences of approaches used in learning to take a proper learning strategy. The strat -egy is for motivating the learner, facilitating the learning process, forming the human

intact, serving the individual difference, lifting up the meaningful learning, supporting

learning interaction, giving the learning feedback, and facilitating contextual learning. Dealing to this case, the writer, then, describes the disciplines of the learning theory and its implementation into Design of Learning Strategy for mobile learn-ing. There are three learning theories showed: 1) Behaviourism, 2) Cognitivism, 3) Constructivism. The implementation of the learning theories is on

sub-field of Instructional System Desain. The Instructional System De -sain involves analysis, design, development, application, and evaluation. Key words: learning theory, instructional design, mobile learning.

(9)

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (MAPAUD) NYANYIAN DALAM PEMBELAJARAN

Innayah

Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan - Yogyakarta (Pustekkom-Kemdikbud) (Innayah_bpmr07@yahoo.com)

Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan pemanfaatan MAPAUD Nyanyian, 2) Mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap program MAPAUD Nyanyian. Pene-litian ini dilaksanakan di Sidoarjo, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Populasi dari penelitian adalah guru dan siswa PAUD dengan sampel sejumlah 48 guru dan 244 siswa PAUD yang diambil secara random. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara dan angket. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Ha-sil penelitian menunjukkan bahwa seluruh TK/PAUD yang menjadi subyek pemanfaa-tan MAPAUD Nyanyian telah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan MA-PAUD Nyanyian sesuai dengan pedoman pemanfaatannya. Dalam tingkat penguasaan siswa terhadap program MAPAUD Nyanyian ditunjukkan bahwa siswa mampu mema-hami MAPAUD Nyanyian.

Kata kunci: MAPAUD Nyanyian, Media, PAUD Abstract:

The purpose of this research to: 1) Describe MAPAUD Singing utilization, 2) Determine the level of student mastery against MAPAUD Singing program. The research was con-ducted in Sidoarjo, Semarang, Bandung, and Yogyakarta. Population of the study are early childhood teachers and students with a sample of 48 early childhood teachers and 244 students drawn at random. Data were collected through observation, interviews and questionnaires. Data were analyzed by descriptive qualitative. The results showed that: all kindergardten / early childhood of the subject of MAPAUD Singing utilization has been implementing learning by utilizing MAPAUD Singing utilization in accordance with the guidelines. In the level of student mastery of MAPAUD Singing program indicated that students were able to understand MAPAUD Singing.

(10)
(11)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MODEL ADDIE UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS 5

SDS MAWAR SHARON SURABAYA Nancy Angko dan Mustaji TP PPs, Universitas Negeri Surabaya

(ycnan.ang@gmail.com) (mustaji_2005@yahoo.com) Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar powerpoint dan Lembar Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran matematika kelas 5 SDS Mawar Sharon Surabaya dengan menggunakan model ADDIE. Desain uji coba hasil pengembangan menggunakan Pretest

Posttest Group. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai uji thitung adalah 7.397, sementara nilai uji ttabel adalah 2.069, berarti nilai uji thitung lebih besar dari nilai uji ttabel. Maknanya ada perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dilihat dari uji t nilai posttest kedua kelas. Nilai rata-rata kelas atau mean pada kelas eksperimen me- ngalami peningkatan dan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, yaitu 31.6667 diban- dingkan dengan 20.1250. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya penggunaan bahan ajar pada siswa di kelas eksperimen sedangkan di kelas control hanya menggunakan me-tode ceramah. Respon siswa terhadap penggunaan media powerpoint dan lembar kerja menunjukkan rata-rata sebesar 95.83 % menyatakan bahwa materi mudah dimengerti dan 87.5 % menyatakan bahwa pembelajaran menarik.

Kata Kunci: bahan ajar, Matematika, sekolah dasar, model ADDIE, hasil belajar Abstract:

This study aims to develop a Power Point teaching materials and students’ worksheet (LKS) Math Grade 5 Mawar Sharon Surabaya SD Susing the ADDIE Model. Design

devel-opment test result susing pretest posttest Group. T-test results showed that the test tvalue is7,397, while the value of the test ttable is 2,069, meaning the tvalue ofthe test is greater than the valueof test ttable. Meaning there are differences in learning outcomes between

the experimental class and the control class as seen from the second post test tvalues test class. The average value of the class or classes mean the experiment has increased and

higher than the control class, is 31.6667 compared with 20.1250. The difference is due to

the use of teaching materials to students in the experimental class in class control while only using the lecture method. Students response to the use of Power Point and Work-sheets media showed an average of 95.83% stated that the material is easy to understand and 87.5% stated that the learning interesting.

Keywords: teaching materials, mathematics, elementary school, ADDIE Model, learning outcomes

(12)

PENDAHULUAN

Dalam Peraturan Menteri Pendidi-kan Nasional no 41 tahun 2007 men-genai Standar Proses, dikemukakan bahwa pembelajaran adalah proses in-teraksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dimana, proses pembelajaran terse-but perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana

se-cara efektif dan efisien. Miarso (2004)

menyatakan bahwa pembelajaran da-pat disebut sebagai usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar se- seorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu.

Mengembangkan bahan ajar san-gat diperlukan oleh seorang pengajar agar siswa memiliki hasil belajar yang positif sesuai dengan kurikulum yang ada, perkembangan kebutuhan pebe-lajar maupun perkembangan teknolo-gi informasi (Sanjaya, 2011:6). Dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, seorang guru diminta untuk mengembangkan ren-cana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan salah satu elemen dalam RPP ada-lah sumber belajar.

Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi atau sumber rujukan da-pat diperoleh dari mana saja, contoh: buku, internet, koran, majalah, pen-galaman pribadi, tokoh, dan lain seba-gainya. Namun, dengan berlimpahnya sumber rujukan tersebut, maka pebela-jar seringkali menjadi bingung. Faktor lainnya adalah perbedaan karakteris-tik siswa (Depdiknas, 2008:8). Karena perbedaan karakteristik siswa di se-tiap sekolah berbeda, maka pengem-bangan bahan ajar yang dilakukan di

satu sekolah atau daerah, belum tentu dapat digunakan oleh sekolah lain. Namun, karena keterbatasan li- teratur mengenai pembahasan bahan ajar, maka para pengajar agak kesu-litan untuk mengembangkan bahan ajar yang sesuai (Sanjaya, 2011:6). Hal tersebut juga terjadi pada pengajar-pengajar di SDS Mawar Sharon. Pada mata pelajaran Matematika kelas 5, ba-han ajar yang dimiliki masih terbatas pada apa yang telah dibeli oleh pihak sekolah. Bahan ajar tersebut berupa buku teks dan lembar kerja siswa, ser-ta alat-alat peraga. Berdasarkan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat adalah: (1) ba-gaimana pengembangan bahan ajar untuk mata pelajaran Matematika SDS Mawar Sharon di Surabaya? Dan (2) apakah penerapan bahan ajar yang te-lah dikembangkan untuk mata pelaja-ran Matematika berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?

Association for Educational Commu-nications and Technology, dalam Miarso

(1977:9) memberikan definisi sumber

belajar dalam perspektif teknologi pendidikan meliputi semua sumber (data, orang, dan barang) yang dapat digunakan oleh pebelajar secara terpi-sah maupun gabungan dengan tujuan memberikan fasilitas belajar.

Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber bela-jar yang direncanakan (by design) dan sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization). Sumber belajar yang direncanakan berarti bahwa sumber belajar tersebut secara khusus dikem-bangkan sebagai komponen sistem in-struksional untuk memberikan

(13)

fasili-tas belajar yang terarah dan formal (AECT, 1977:9). Sumber belajar terse-but meliputi pesan, orang, bahan, per-alatan, teknik dan tata tempat (AECT, 1977:9).

Depdiknas (2008) menyebutkan bahwa teaching materials are the infor-mation, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in the teaching materials (Anonim dalam Web-site, dikutip oleh Depdiknas, 2008). Jadi, sebelum seorang memberikan pengajaran atau pembelajaran, maka dibutuhkan informasi, peralatan, dan teks yang disusun sedemikian rupa untuk diberikan dalam proses pem-belajaran tersebut. Untuk menyusun bahan ajar, Depdiknas (2006:6) menye-butkan bahwa ada beberapa prinsip pemilihan materi pembelajaran yang perlu diperhatikan, yaitu prinsip re- levansi, prinsip konsistensi, dan prin-sip kecukupan.

LKS atau lembar kerja siswa bisa disebut juga sebagai student worksheet adalah lembaran-lembaran berisi tu-gas yang harus dikerjakan oleh pebe-lajar (Depdiknas, 2004 dikutip oleh Prastowo, 2011). Lembar kegiat-an bi-asanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Menurut Depdiknas (2008), lembar kerja siswa dapat pula disebut student worksheet merupakan lemba-ran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik atau pebelajar. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh pebelajar secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau

ref-erensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Untuk mengembangkan LKS, menurut Muslimin Ibrahim (da-lam Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Tematik, 2011) perlu memperha-tikan 3 persyaratan, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi dan persyaratan teknis.

Microsoft Power Point adalah sebuah program komputer untuk presen-tasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran

me-reka, Microsoft Office, selain Microsoft

Word, Excel, Access dan beberapa pro-gram lainnya. Menurut Moira (2006), powerpoint menawarkan kemudahan-kemudahan dalam membuat presen-tasi yang berbentuk elektronis. Pada setiap halaman presentasi atau slide dapat disisipkan komponen-kom-ponen multimedia yang meliputi: teks,

gambar, foto, suara, video, atau film.

Dalam menggunakan powerpoint, Moira (2006) menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan yang dapat kita peroleh, antara lain tidak perlu mem-beli piranti lunak lagi karena power-point sudah berada dalam Microsoft

Office; dapat disisipi data dari piranti lunak lain, seperti Microsoft Word atau Microsoft Excel; pemakai tidak harus mempelajari bahasa pemrogra-man; dengan ikon yang dikenal dan pengoperasian tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pem-belajaran dengan komputer dapat di-kurang yaitu hambatan pengetahuan teknis dan teori.

Hudojo (1990) menyatakan bah-wa matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, tersusun secara hirarkis dan pena-

(14)

larannya deduksi, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Dalam Lampir-an 3 Permendiknas nomor 22 tahun 2006, hakikat matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Dienes (dalam Suryadi, 2007) berpandangan bahwa belajar matematika mencakup 5 tahapan, yaitu bermain bebas, ge-neralisasi, representasi, simbolisasi dan formalisasi.

MetodePenelitian

Jenis penelitian ini adalah pe-nelitian pengembangan. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian pengembangan adalah metode pene-litian yang digunakan untuk meng-hasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksa-naan pembelajaran, bahan ajar berupa media powerpoint dan lembar kerja siswa. Penelitian pengembangan da-pat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, bergantung pada tujuan pe-nelitian dan variable pepe-nelitian serta karakteristik jenis data penelitiannya (Riyanto, 2008).

Untuk metode pengembangan, dipilih model ADDIE. Dalam bebe- rapa diskusi group di internet yang diikuti, hingga saat ini model ADDIE masih sangat relevan untuk diguna-kan. Gustafson dan Branch (2002:15) menyatakan bahwa dalam pengem-bangan pembelajaran atau instruc-tional development, inti utamanya

ada-lah proses ADDIE, yaitu analisis latar dan kebutuhan peserta didik, desain

satu set spesifikasi untuk lingkungan pebelajar yang efektif, efisien, dan rel -evan, pengembangan semua materi untuk pebelajar dan mengatur materi tersebut, pelaksanaan instruksi yang dihasilkan, dan evaluasi formatif dan sumatif baik hasil pengembangan. Terdapat beberapa alasan mengapa ADDIE masih sangat relevan untuk di-gunakan. Alasan pertama adalah mo- del ADDIE adalah model yang dapat beradaptasi dengan sangat baik dalam berbagai kondisi, yang memungkinkan model tersebut dapat digunakan

hing-ga saat ini. Tingkat fleksibilitas model

ini dalam menjawab permasalahan cukup tinggi. Meski memiliki tingkat

fleksibilitas yang tinggi, model ADDIE

merupakan model yang efektif untuk digunakan dan banyak orang yang fa-miliar dengan singkatan ADDIE terse-but. Selain itu, model ADDIE juga me-nyediakan kerangka kerja umum yang terstruktur untuk pengembangan intervensi instruksional dan adanya evaluasi dan revisi dalam setiap taha-pannya. Tahapan ADDIE terkadang dimasukkan ke dalam bentuk diagram alur yang menunjukkan hubungan timbal balik dari setiap tahapannya, seperti yang ditunjukkan pada gam-bar pengembangan model ADDIE.

(15)

!

Gambar Pengembangan Model ADDIE (sumber: Survey of Instructional Development Models, 2002 h. 23)

Menurut Molenda (dalam AECT 2007: 108), hasil dari tahapan analisis adalah berupa deskripsi pebelajar, tu-gas yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran, dimana hal-hal terse-but akan menjadi bahan atau input untuk tahapan design. Dalam tahapan design, input akan ditranformasikan

dalam spesifikasi untuk pelajaran. Selanjutnya, spesifikasi design terse -but digunakan sebagai input untuk tahapan development atau pengemba-ngan, dimana input digunakan untuk panduan memilih atau memproduksi materi dan aktivitas pelajaran. Dalam tahapan implementasi, pengajar, ma-teri ajar, aktivitas pelajaran, dan pe-belajar menggunakan produk yang dihasilkan dari tahapan pengemban-gan. Setelah penggunaannya, maka akan dilakukan evaluasi untuk meli-hat apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dan permasalahan telah terse-lesaikan.

Evaluasi sumatif dilakukan pada tahap terakhir, sedangkan evaluasi

for-matif dilakukan saat keputusan yang diambil dalam setiap tahapan dieva-luasi, untuk melihat apakah tahapan tersebut telah dicapai dengan sepe- nuhnya dan berdasarkan pada strate-gi yang telah ditetapkan (Molenda da-lam AECT 2007: 109). Jika hasil dada-lam satu tahapan tidak memuaskan, maka tahapan yang sebelumnya harus diu-langi, sebagai cara untuk mempertajam arah yang akan dicapai. Proses pengu-langan tahapan hingga mencapai ha-sil yang memuaskan disebut sebagai pendekatan iterative.

Berdasarkan lima tahapan tersebut, maka prosedur pengembangan bahan ajar Matematika kelas 5 adalah:

1. Analisis

a. Analisa pebelajar, jumlah pebela-jar : 48 orang, laki-laki : 20 orang, perempuan : 28 orang dengan usia : 10 – 11 tahun

b. Analisa kemampuan yang dimi-liki pebelajar, materi yang telah di- kuasai:

1) Melakukan operasi hitung bil-angan bulat dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan ke- cepatan dalam pemecahan masalah

3) Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakan-nya dalam pemecahan masalah 4) Menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah

5) Mengidentifikasi sifat-sifat ban -gun datar

6) Mengidentifikasi sifat-sifat ban -gun ruang

(16)

dimiliki pebelajar, kompetensi yang harus dimiliki oleh pebela-jar adalah dapat menentukan ja-ring-jaring berbagai bangun ruang sederhana (balok dan kubus). d. Indikator ketuntasan minimal

pe-belajar, yaitu:

1) Mampu membuat jaring-jaring balok dan kubus.

2) Mendapatkan nilai minimal 70% dari skor maksimal dalam tes.

2. Design

Bahan ajar yang akan digunakan adalah presentasi powerpoint, buku pelajaran Matematika untuk Seko-lah Dasar Kelas 5, Terampil Berhi-tung Matematika SD untuk Kelas V Erlangga, LKS Matematikadan Macam-macam bentuk bangun ruang.

3. Development

Tahapan Development dilakukan dengan pembuatan rencana pelaksa-naan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar, yaitu lembar kerja siswa (LKS) dan media powerpoint.

4. Implementation

Untuk tahapan Implementation da-lam kelas, maka dilakukan pretest ter-lebih dahulu mengenai materi pokok atau materi pembelajaran, yaitu me-nentukan jaring-jaring berbagai ba- ngun ruang sederhana (kubus dan ba-lok). Setelah dilakukan pretest, maka pebelajar akan masuk ke dalam kegiat-an awal, yaitu apersepsi dkegiat-an mengu-lang kembali sekilas mengenai bangun ruang juga bentuk-bentuk macam-macam bangun ruang.

Lalu dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu eksplorasi, elaborasi dan

konfirmasi. Untuk kegiatan eksplorasi,

pengajar akan menggunakan media powerpoint. Untuk kegiatan elaborasi, pebelajar akan menggunakan bebera-pa alat bantu untuk lebih mengerti me-ngenai jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana (kubus dan balok).

Untuk kegiatan konfirmasi, pebelajar

akan mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang telah disusun oleh peng- ajar.

5. Evaluation

Tahap Evaluation dilakukan ter- hadap pebelajar melalui tes tertulis atau posttest mengenai materi yang di- sampaikan, yaitu menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederha-na (kubus dan balok). Selain itu, juga melalui kuesioner mengenai bahan ajar yang digunakan, yaitu lembar ker-ja siswa (LKS) dan media PowerPoint.

Jumlah pebelajar di SDS Mawar Sharon adalah 48 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 20 orang dan jumlah perempuan sebanyak 28 orang. Seluruh pebelajar kelas 5 di SDS Mawar Sharon menjadi pebelajar di sekolah tersebut mulai dari kelas 1, sehingga tidak ada pebelajar baru yang masuk. Selama menjadi pebela-jar di SDS Mawar Sharon, para pebe-lajar mendapatkan penekanan pada penguasaan IT yang terintegrasi da-lam semua proses pembelajaran. Bah-kan, untuk menguasai IT dengan baik, maka kurikulum pembelajaran IT atau komputer dirancang agar pebelajar di kelas 5 telah mampu melakukan browsing di internet, menguasai

(17)

Micro-softWord, Microsoft PowerPoint, Mi-crosoft Excell dan MiMi-crosoft Publisher secara sederhana. Dalam pembelajaran Matematika, pebelajar kelas 5 di SDS Mawar Sharon memiliki jumlah waktu pembelajaran yang lebih panjang dari yang ditentukan oleh Depdiknas. Hal tersebut dikarenakan pihak sekolah te-lah menentukan bahwa pembelajaran Matematika sangat penting untuk di-kuasai dan disenangi oleh pebelajar di SDS Mawar Sharon.

Prosedur uji coba pengembangan ini dimaksudkan untuk mengumpul-kan data yang dapat digunamengumpul-kan seba-gai dasar untuk menetapkan tingkat

keefektifan, efisiensi, dan atau daya

tarik dari produk yang dihasilkan. Uji coba pengembangan akan langsung pada uji coba di kelas, dengan desain adanya kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Sugiyono (2012), de-sainnya adalah:

O1 x O2 O3 – O4

Gambar Model Desain Pretest Posttest

Group(Sumber: Sugiono, 2012: 112) Keterangan:

O1 : Pretest yang diberikan pada kelas eksperimen

X : treatment yang diberikan pada kelas eksperimen

O2 : Posttest yang diberikan pada

kelas eksperimen

O3 : Pretest yang diberikan pada kelas kontrol

– : treatment yang diberikan pada kelas kontrol

O4 : Posttest yang diberikan pada

kelas kontrol

Dalam desain ini, dua kelompok diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal, untuk menjawab apa- kah terdapat perbedaan antara kelom-pok eksperimen dan kelomkelom-pok kontrol tersebut. Hasil pretest yang menunjuk-kan tidak adanya perbedaan yang

sig-nifikan antara kedua kelompok terse -but adalah baik.

Pengambilan data dilakukan de- ngan 2 cara, yaitu dengan mengguna-kan nilai tes tertulis dan angket pada pebelajar. Tes tertulis dilakukan pada awal dan akhir pembahasan materi pembelajaran. Sedangkan angket yang akan digunakan memakai skala Likert, dimana pebelajar akan menjawab be-berapa pertanyaan berkaitan dengan penggunaan bahan ajar yang ada (LKS dan media powerpoint) dengan memi-lih satu dari 4 pimemi-lihan yang ada, yaitu sangat suka, suka, cukup dan tidak suka.

Analisis untuk tes tertulis ada-lah dengan menggunakan distribusi frekuensi tunggal dan pengukuran ten-densi sentral. Menurut Sutrisno (2001), standard deviasi merupakan statistik yang digunakan untuk menggambar-kan variabilitas dalam suatu distribusi maupun variabilitas beberapa distri-busi. Standar deviasi juga merupakan satuan pengukuran deviasi dari mean. Deviasi ini ada di atas mean maupun di bawah mean. Menurut Sutrisno (2001), standar deviasi dapat dicari dengan menggunakan rumus:

SD = Keterangan:

(18)

= jumlah deviasi kuadrat N = jumlah individu

Statistik berikutnya adalah z-score, menurut Sutrisno (2001) z-score dida-pat ketika kita membagi x atau deviasi dengan standar deviasi, sehingga da-pat diketahui seberapa jauh suatu nilai menyimpang dari mean dalam satuan standar deviasi. Menurut Sutrisno (2001), z-score dapat dicari dengan menggunakan rumus:

z = Keterangan:

x = deviasi dimana X – Mean SD = standar deviasi

t-score pada dasarnya juga z-score, hanya saja pada t-score yang dihadapi adalah distribusi perbedaan mean. Ru-mus t-score menurut Sutrisno (2001) adalah:

t = Keterangan:

MX = mean dari sampel X MY = mean dari sampel Y

SD bM = standar kesalahan perbedaan mean

Hasil

Ada 3 produk yang dihasilkan da-lam tahapan Pengembangan ini, yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar, yaitu lembar ker-ja siswa (LKS) dan media powerpoint. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen, treatment yang di- berikan adalah pembelajaran

menggu-nakan media powerpoint, lembar kerja siswa (LKS), buku teks, dan alat peraga. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan sebagai penunjang media powerpoint. Sedangkan untuk kelas kontrol, pem-belajaran hanya menggunakan buku teks dan alat peraga. RPP, Media powerpoint dan lembar kerja siswa (LKS) yang telah dikembangkan selan-jutnya akan diuji validasi media dan validasi isi.

Dalam tahapan evaluasi ini, hasil pretest dan posttest yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS 20.00. Dari hasil pretest siswa, maka diperoleh data nilai rata-rata atau mean untuk kelas kontrol adalah 16 dan nilai rata-rata atau mean untuk kelas eksperimen adalah 15,8333. Sedangkan dari hasil standar deviasi, kelas kontrol memiliki nilai standar deviasi 7,92355 dan untuk kelas eksperimen adalah 7,86664.

Untuk hasil pretest, terlebih da-hulu diberikan uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam hasil uji normali-tas untuk pretest, yang dijadikan acuan adalah perhitungan Shapiro - Wilk. Karena jumlah sample dalam pene-litian ini kecil, yakni kurang dari 50,

diketahui bahwa nilai signifikansi pada

kelas kontrol dan kelas eksperimen ber-dasarkan perhitungan Shapiro - Wilk adalah 0.2 dengan dk adalah 24 untuk masing-masing kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Karena nilai signifikansi

yang lebih dari 0.05, maka dapat dita-rik kesimpulan bahwa data untuk pre-test tersebut adalah normal.

Sedangkan hasil dari data uji ho-mogenitas diketahui bahwa nilai

(19)

(based on Mean) menunjukkan angka 0.851, dimana nilai tersebut lebih tinggi dari 0.05. Dengan demikian, maka da-pat ditarik kesimpulan bahwa data pre-test tersebut adalah homogen.

Setelah data tersebut mengalami uji normalitas dan uji homogenitas, serta telah diambil kesimpulan bahwa data pretest penelitian ini adalah normal dan homogen, maka langkah berikut-nya adalah melakukan uji t untuk data pretest ini.

Sedangkan hasil t-test untuk pretest

ini diketahui bahwa nilai signifikansi

pada tes Levene adalah 0,851 dan 0,942

pada bagian uji t. Dengan nilai signifi -kansi lebih besar dari 0,05, maka da-pat disimpulkan bahwa tidak ada

per-bedaan yang signifikan antara kedua

kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas ek-sperimen.

Diketahui juga bahwa nilai uji thitung adalah sebesar 0,073. Jika diban- dingkan dengan nilai uji ttabel untuk dk

= 23 dan signifikansi 0.05, maka diper -oleh nilai 2,069. Karena nilai uji thitung lebih kecil dari nilai uji ttabel, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan dalam pemaham-an menge-nai materi jaring-jaring bangun seder-hana antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dilihat dari uji t nilai pretest kedua kelas.

Sedangkan untuk hasil posttest

siswa, diperoleh data deskriptif bahwa jumlah siswa yang mengikuti posttest

adalah sebanyak 24 siswa dari kelas kontrol dan 24 siswa dari kelas eksperi-men, dengan nilai rata-rata atau mean untuk kelas kontrol adalah 20.1250 dan nilai rata-rata atau mean untuk kelas eksperimen adalah 31,6667. Terdapat

perbedaan nilai rata-rata atau mean yang sangat besar diantara kedua kelas, yaitu sebesar 11.5417. Sedang-kan dari hasil standar deviasi, kelas kontrol memiliki nilai standar deviasi 6.04557 dan untuk kelas eksperimen adalah 4.67804. Kedua kelas memiliki perbedaan simpangan baku yang cu-kup besar. Untuk kelas kontrol, sim-pangan baku yang dimiliki lebih besar dari kelas eksperimen. Dari hal terse-but dapat ditarik kesimpulan bahwa simpangan nilai di kelas kontrol le-bih besar daripada simpangan nilai di kelas eksperimen.

Selanjutnya, dilakukan uji normal-itas dan uji hogennormal-itas terlebih dahulu sebelum melakukan uji t untuk nilai

posttest tersebut. Adapun hasil uji nor-malitas untuk data posttest bahwa nilai

signifikansi pada kelas kontrol ber -dasarkan perhitungan Shapiro - Wilk adalah 0.196 dengan dk adalah 24. Dan

nilai signifikansi pada kelas eksperimen

berdasarkan perhitungan Shapiro – Wilk adalah 0.067 dengan dk 24. Karena

nilai signifikansi kelas kontrol dan kelas

eksperimen lebih dari 0.05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data un-tuk kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah normal.Sedangkan hasil dari data uji homo- genitas adalah bahwa

nilai signifikansi posttest berdasar pada rata-rata (based on Mean) menunjukkan angka 0.041, dimana nilai tersebut le-bih rendah dari 0.05. Dengan demikian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data posttest tersebut adalah tidak ho-mogen.

Setelah data tersebut mengalami uji normalitas dan uji homogenitas, serta telah diambil kesimpulan bahwa

(20)

data posttest penelitian ini adalah nor-mal dan homogen, maka langkah beri-kutnya adalah melakukan uji t untuk data posttest ini.

Sedangkan hasil t-test untuk post-test ini bahwa nilai signifikansi pada

tes Levene adalah 0,041dan 0,000 pada

bagian uji t. Dengan nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05, maka dapat di-sim-pulkan bahwa ada perbedaan yang

sig-nifikan antara kedua kelas, yaitu kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

Diketahui bahwa nilai uji thitung adalah sebesar 7.397. Jika dibanding-kan dengan nilai uji ttabel untuk dk =

23 dan signifikansi 0.05, akan diper -oleh nilai 2,069. Karena nilai uji thitung lebih besar dari nilai uji ttabel, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa ada perbe-daan dalam pemahaman mengenai materi jaring-jaring bangun sederhana antara kelas kontrol dan kelas eksperi-men yang dilihat dari uji t nilai posttest

kedua kelas.Sehingga, dapat dikatakan bahwa adanya perbedaan dari analisis nilai posttest dikarenakan adanya peng-gunaan bahan ajar media powerpoint dan lembar kerja siswa di kelas eksperi-men dan tidak adanya penggunaan ba-han ajar media power point dan lembar kerja siswa di kelas kontrol.

Hasil data respon siswa terhadap media powerpoint terdapat 12 hal yang diketahui dari pendapat siswa menge-nai media powerpoint yang digunakan bersama-sama dengan lembar kerja siswa dalam pembelajaran Matematika. Sebanyak 87.5 % siswa menjawab setu-ju bahwa pembelajar-an matematika menggunakan media powerpoint ber-sama-sama deng-an lembar kerja siswa menarik. Dan 95.83 % siswa menjawab

setuju bahwa pembelajaran matematika mudah dimengerti dengan mengguna-kan media powerpoint bersama-sama dengan lembar kerja siswa.

Pembahasan

Input yang berasal dari tahapan Evaluation (Evaluasi) akan sangat ber-guna untuk tahapan analysis (analisis) pada pengembangan yang berikutnya. Dalam penelitian ini, tahapan analysis (analisis) dilakukan tidak berdasar-kan tahapan evaluation (evaluasi) dari pengembangan yang sebelumnya. Pada tahapan analysis ditemukan bahwa jum-lah pebelajar adajum-lah 48 orang, dengan jumlah pebelajar laki-laki 20 orang dan jumlah pebelajar perempuan 28 orang. Rentang usia pebelajar adalah 10 – 11 tahun.

Kemampuan matematika yang dimiliki siswa adalah penguasaan ma-teri melakukan operasi hitung bilang-an bulat dalam pemecahbilang-an masalah, menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pe-mecahan masalah, menghitung luas bangun datar sederhana dan menggu-nakannya dalam pemecahan masalah, menggunakan pecahan dalam

pemeca-han masalah, dapat mengidentifikasi

sifat-sifat bangun datar dan sifat-sifat bangun ruang. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki pebelajar adalah dapat menentukan jaring-jaring ber-bagai bangun ruang sederhana (balok dan kubus), dengan indikator ketun-tasan minimal pebelajar mampu mem-buat jaring-jaring balok dan kubus serta mendapatkan nilai minimal 70% dari skor maksimal dalam tes. Selain analisis tersebut, pebelajar kelas 5 di SDS Mawar Sharon telah menguasai

(21)

kelas. Saat pembelajaran, kelas kontrol hanya menggunakan buku teks dan alat peraga sebagai bahan ajar. Seda-ngkan kelas eksperimen menggunakan buku teks, alat peraga, media powerpoint dan lembar kerja siswa sebagai bahan ajar. Di akhir pembahasan materi terse-but, kedua kelas mendapatkan posttest

yang akan digunakan untuk memban-dingkan proses pembelajaran yang te-lah dialami oleh kedua kelas tersebut.

Setelah tahapan Implementa-tion, maka tahapan berikutnya adalah tahapan Evaluation. Dalam tahapan ini, hasil pretest dan posttest siswa dianalisis. Pada hasil pretest diketahui bahwa nilai

signifikansi pada tes Le-vene adalah

0,851 dan 0,942 pada bagian uji t.

De-ngan nilai signifikansi lebih besar dari

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan

antara kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Diketahui juga bahwa nilai uji thitung adalah sebesar 0,073. Jika diban-dingkan dengan nilai uji ttabel untuk dk = 23 dan signifikansi 0.05, maka diperoleh nilai 2,069. Karena nilai uji thitung lebih kecil dari nilai uji ttabel, maka bisa ditarik kesimpulan bah-wa tidak ada perbedaan dalam pema-haman mengenai materi jaring-jaring bangun sederhana antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dilihat dari uji t nilai pretest kedua kelas.

Sedangkan pada hasil posttest, nilai

signifikansi pada tes Levene adalah

0,041dan 0,000 pada bagian uji t.

Deng-an nilai signifikDeng-ansi lebih kecil dari

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara

kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Diketahui bahwa melakukan browsing di internet,

men-guasai MicrosoftWord, Microsoft Pow-erPoint, Microsoft Excell dan Microsoft Publisher secara sederhana.

Berdasarkan analisis tersebut, maka dilakukan tahapan desain, dimana di-lakukan desain pembelajar-an yang disesuaikan dengan silabus KTSP dan materi pembelajaran yang akan dialami oleh siswa kelas 5 di SDS Mawar Sha-ron Surabaya. Di tahapan Development, produk yang telah dirancang menga-lami validasi media dan isi dengan tu-juan agar produk yang dihasilkan valid untuk diberikan kepada siswa kelas 5 SDS Mawar Sharon Surabaya.

Dalam tahapan Development ini, ada beberapa revisi yang harus dilakukan di media powerpoint dan lembar kerja siswa yang telah dirancang. Adapun revisi tersebut meliputi revisi di fonts media powerpoint, penambahan back-ground music, pembahasaan ulang untuk frame 16 di media power-point serta revisi tambahan penjelasan dalam materi jaring-jaring balok agar lebih proporsional dengan materi jaring-ja-ring kubus. Sedangkan rancangan lem-bar kerja siswa (LKS) perlu mengalami revisi untuk penambahan tugas bagi siswa untuk membuat jaring-jaring bangun sederhana dan pemberian detil lebih lanjut dalam petunjuk pengerjaan lembar kerja siswa tersebut.

Di tahapan Implementation, terda-pat pembagian antara 2 kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperi-men. Jumlah siswa di kedua kelas tersebut adalah sama, yaitu 24 siswa di masing-masing kelas. Di awal pembe-lajaran, diberikan pretest untuk kedua

(22)

nilai uji thitung adalah sebesar 7.397. Jika dibandingkan dengan nilai uji ttabel

un-tuk dk = 23 dan signifikansi 0.05, akan

diperoleh nilai 2,069. Karena nilai uji t hi-tung lebih besar dari nilai uji ttabel, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa ada per-bedaan dalam pemahaman mengenai materi jaring-jaring bangun sederhana antara kelas kontrol dan kelas eksperi-men yang dilihat dari uji t nilai posttest

kedua kelas. Sehingga, dapat dikatakan bahwa adanya perbedaan dari analisis nilai posttest dikarenakan adanya peng-gunaan bahan ajar media powerpoint dan lembar kerja siswa di kelas eksperi-men dan tidak adanya penggunaan ba-han ajar media powerpoint dan lembar kerja siswa di kelas kontrol.

Tujuan dilakukannya pengem-bangan bahan ajar ini adalah karena adanya kesenjangan antara jumlah mul-timedia matematika yang dimiliki oleh SDS Mawar Sharon dengan bahan ajar Matematika yang lain serta kemam-puan pebelajar yang memiliki penge-tahuan IT cukup bagus. Oleh karena kesenjangan tersebut, maka dalam pengembangan bahan ajar untuk mata pelajaran matematika, dirancang ba-han ajar yang menggunakan IT namun tidak meninggalkan bahan ajar cetak. Bahan ajar yang dirancang meng-gunakan media powerpoint, sedang-kan bahan ajar cetak menggunasedang-kan lembar kerja siswa atau LKS. Penggu-naan kedua bahan ajar tersebut bertu-juan agar pembelajaran matematika da-pat menghasilkan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi pebelajar untuk berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk

prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkem-bangan fisik serta psikologis pebelajar.

Dengan hasil analisis data di tahapan evaluasi, nampak bahwa penggunaan media powerpoint dan lembar kerja siswa sebagai bahan ajar yang dibuat dan disampaikan kepada siswa dalam kelas eksperimen mem-berikan perbedaan yang besar diban-dingkan dengan metode ceramah saja yang diberikan kepada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen terdapat 12 hal yang dapat diketahui dari penda-pat siswa mengenai media powerpoint yang digunakan bersama-sama de-ngan lembar kerja siswa dalam pem-belajaran matematika. Sebanyak 87.5 % siswa menjawab setuju bahwa pem-belajaran matematika menggunakan media poweppoint bersama-sama deng-an lembar kerja siswa menarik. Dan 95.83 % siswa menjawab setuju bahwa pembelajaran matematika mu-dah dimengerti dengan menggunakan media powerpoint bersama-sama de-ngan lembar kerja siswa.

Pengembangan bahan ajar media powerpoint dan lembar kerja siswa yang bermanfaat bagi siswa karena se-suai dengan kebutuhan belajar siswa, dapat memperkaya wawasan siswa serta membangun komunikasi pem-belajaran yang efektif antara guru dan siswa.

Selain itu, nampak bahwa respon yang diberikan siswa terhadap bahan ajar media powerpoint dan lembar kerja siswa sangat baik dan positif. Sehingga, performasi siswa dalam pembelajaran meningkat dan siswa mampu mampu mengaitkan informasi yang baru

(23)

diteri-ma dengan pengetahuan yang sebelum-nya dan akhirsebelum-nya mampu mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut. Hal tersebut nampak pada hasil belajar siswa di kelas eksperimen yang lebih tinggi se-cara nilai dibandingkan siswa di kelas kontrol. Oleh karena itu, guru atau pengajar perlu mengembangkan bahan ajar agar proses pembelajaran yang di-alami siswa atau pebelajar dapat lebih efektif dan memiliki hasil belajar yang positif serta ada per-ubahan yang me-netap pada diri pebelajar tersebut.

Sebagai salah satu kawasan dalam teknologi pendidikan, pengembangan merupakan kawasan yang memberi-kan tantangan untuk mampu mende-sain dengan basis teknologi, terutama untuk saat ini diperlukan teknologi yang interaktif, dimana pengembangan teknologi tersebut perlu memasukkan penerapan konstruktivisme dan teori belajar serta perkembangan teknologi yang terus berkembang dengan pesat.

Simpulan dan Saran

Simpulan dari pengembangan pengembangan bahan ajar dengan menggunakan model ADDIE untuk mata pelajaran matematika kelas 5 SDS Mawar Sharon di Surabaya adalah ha-sil pretest menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan signifikan antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen dalam uji normalitas dan uji homogenitas. Dan

nilai signifikansi pretest berada di atas 0.05, yaitu 0.851 dan 0.942 untuk uji t. Hasil uji t pretest menunjukkan bahwa nilai uji thitung adalah 0.073, sementa-ra nilai uji ttabel adalah 2.069 sehingga nilai uji thitung lebih kecil dari nilai uji

ttabel. Dapat disimpulkan bahwa pada nilai pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak ada perbedaan da-lam pemahaman mengenai materi ja-ring-jaring bangun sederhana.

Sedangkan hasil posttest menunjuk-kan bahwa ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen karena nilai uji homogenitasnya yang dibawah

0.05, yaitu 0.041. Dan nilai

signifikansi-nya berada di bawah 0.05, yaitu 0.041 dan 0.000 untuk uji t. Hal tersebut membuktikan bahwa ada perbedaan pada data posttest. Hasil uji t posttest

menunjukkan nilai uji thitung adalah 7.397, sementara nilai uji ttabel adalah 2.069, yang berarti nilai uji thitung lebih besar dari nilai uji ttabel. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada per-bedaan dalam pemahaman mengenai materi jaring-jaring bangun sederhana antara kelas kontrol dan kelas eksperi-men yang dilihat dari uji t nilai posttest

kedua kelas. Nilai rata-rata kelas atau mean pada kelas eksperimen menga-lami peningkatan yang drastis dan le-bih tinggi dibandingkan kelas kontrol, yaitu 31.6667 dibandingkan dengan 20.1250. Yang berarti bahwa nilai siswa di kelas eksperimen lebih tinggi diban-dingkan nilai siswa di kelas kontrol.

Perbedaan tersebut terjadi karena adanya penggunaan media power-point dan lembar kerja siswa di kelas eksperimen sedangkan di kelas kontrol hanya menggunakan metode ceramah. Respon siswa terhadap penggunaan media powerpoint bersama dengan lembar kerja siswa menunjukkan ra-ta-rata respon sebesar 95.83 % yang setuju bahwa pembelajaran mudah di-mengerti dengan penggunaan media

(24)

powerpoint bersama dengan lembar kerja siswa. Dan respon siswa seban-yak 87.5 % yang setuju bahwa pembe-lajaran matematika menggunakan me-dia powerpoint bersama-sama dengan lembar kerja siswa menarik.

Saran untuk

pengem-bangan bahan ajar ini adalah: 1. Saran pemanfaatan produk bagi guru

atau pengajar agar dapat digu-nakan untuk memperkaya ba-han ajar yang akan digunakan di kelas, terutama untuk mata pela-jaran matematika kelas 5 SD. 2. Saran pengembangan produk bagi

guru atau pengajar yang telah me-mahami program powerpoint agar guru atau pengajar terbiasa untuk menggunakan media presentasi yang lebih bervariasi untuk men-gajar. Namun, perlu diingat bahwa pengembangan produk ini harus di-sertai dengan penyediaan alat-alat teknologi pendukung seperti LCD dan speaker yang bersifat mobile. 3. Saran desiminasi produk bagi guru

atau pengajar yang telah mema-hami untuk membuat lembar kerja siswa yang bersifat by design seh-ingga penggunaan lembar kerja siswa tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

PUSTAKA ACUAN

AECT. (1977). Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Depdiknas. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta.

Gustafson, Kent L. dan Branch, Robert Maribe. (2002). Survey of Instructional Development Models. Fourth Edition. New York: ERIC Clearinghouse on Information and Technology.

Hadi, Sutrisno. (2001)Statistik 1. Yogya-karta: Andi.

Hadi, Sutrisno. (2004). Statistik 2. Yogya-karta: Andi.

Miarso, Yusufhadi. (2004) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Januszewski, & M. Molenda (2008),

Edu-cational Technology: A Definition with

Commentary New York & London: Law-rence Erlbaum Associates.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007.

Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. (2012). Program Pasca Sarjana Unesa.

(25)

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Innovatif. Jogja-karta: DIVA Press.

Riyanto, Yatim. (2008). Metodologi Pene-litian Pendidikan Kualitatif dan Kuan-titatif. Surabaya: Unesa University Press.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan De-sain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Ken-cana Prenada Media Group.

Seels B.B and Richev R.C.

(1994).Instruc-tional Technology: The Definition and

Domains of the Field. Washington DC: Association for Educational.

.

Stephen, Moira. (2006). Presentations with PowerPoint Learning Made Simple. UK: Elsevier Linacre House.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pen-didikan, Pendekatan Kuantitatif, Kuali-tatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suryadi, Didi dkk. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Volume 3. Band-ung: Imtima.

_______. ADDIE Model. http://www.in

-structionaldesignexpert.com/. Diakses tanggal 27 September 2012.

(26)

Putut Wijayanto

Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan Sidoarjo, Jawa Timur (putut.wijayanto@kemdikbud.go.id)

Abstrak:

Salah satu peran Teknologi Pembelajaran adalah penyediaan sumber-sumber belajar melalui kegiatan pengembangan (development). Namun untuk program Keaksaraan Fungsional (KF) Tingkat Mandiri, belum sepenuhnya tersedia sumber belajar yang diran-cang khusus (by design) untuk pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengem-bangkan Paket Pembelajaran Keterampilan (PPK) berupa modul dan video pembelajaran tentang membuat manisan nangka. Penelitian ini sesuai dengan kebutuhan Program KF yang mengutamakan pembelajaran life skills. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa paket pembelajaran modul dan video tentang membuat manisan nangka digemari oleh 30 orang responden warga belajar di Kelompok Belajar (Kejar) Bougenvile, Kelurahan Medokan Semampir, Sukolilo, Surabaya. Sebagai mata pelajaran baru, hasil belajar warga belajar menunjukkan nilai teori dan nilai praktek yang sangat memuaskan.

Kata kunci: Belajar, media, teknologi pembelajaran, keaksaraan fungsional, mandiri Abstract:

One of the role of Instructional Technology is the provision of learning resources through the development. Especially in the Functional Literacy Programm (Program Keaksaraan Fungsional/KF) on Mandiri Level, study material that really designed for learning is not available yet. This study aims to develop skills learning package such as video learning and modules by taking a theme about making candied jackfruit. This is suitable with the implementation of the KF program that promotes life skills learning. The results revealed that the learning package of making candied jackfruit favored by 30 respondents of the student in Bougenvile Study Group, Medokan Semampir Village, Sukolilo, Surabaya. As new subjects, students learning outcomes perfome a very satisfactory theory and practice value.

(27)

A. PENDAHULUAN

Media pembelajaran yang digu-nakan dapat saja berasal dari hasil rancangan sendiri yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran (by de-sign) atau yang tersedia di pasaran (by utilization) (Seels & Richey, 1994). Pada program Keaksaraan Fungsional (KF) Tingkat Mandiri, belum tersedia ba-han belajar yang dirancang khusus (by design) untuk pembelajaran. Warga be-lajar program KF Tingkat Mandiri da-lam kegiatan belajarnya masih meng-gunakan media sederhana, seperti papan tulis, sobekan koran, majalah, berbagai bungkus kemasan produk, mesin jahit, dan perabotan rumah tangga tertentu.

Minimnya dana, fasilitas pembela-jaran termasuk media pembelapembela-jaran, dan kualitas tutor selalu melingkupi proses pembelajaran untuk KF. Ke-lompok Belajar (Kejar) yang dijadikan sebagai fokus penelitian adalah Kejar Bougenvile, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Kamil, Kelu-rahan Medokan Semampir, Kecama-tan Sukolilo, Surabaya kondisi seperti tersebut sangat mudah dijumpai. Ang-gota Kejar belajar di rumah penduduk yang bertindak sebagai tutor atau di Balai Rukun Tetangga (RT) yang be-lum sempurna bangunannya.

Sehubungan dengan keadaan tersebut di atas, dinilai perlu dikem-bangkan paket pembelajaran yang lebih baik yang akan mempermudah tutor dan warga belajar. Selama ini, sumber belajar yang ada pada umum-nya berasal dan dipersiapkan oleh tu-tor. Materi pembelajaran yang dikem-bangkan adalah bersifat tematik yang

didasarkan atas kesepakatan warga belajar dengan tutor.

Melalui paket pembelajaran yang dikembangkan di dalam penelitian ini, media video pembelajaran, modul pembelajaran, dan panduan pembe-lajaran, diharapkan mampu menggu-gah minat belajar dan meningkatkan prestasi belajar. Materi yang dipilih untuk kepentingan penelitian ini ada-lah mata pelajaran keterampilan den-gan pokok bahasan tentang membuat manisan nangka, sesuai dengan pelak-sanaan Program KF yang mengutama-kan pembelajaran life skills.

Pemilihan topik pokok bahasan disesuaikan dengan keterwakilan waktu dan tempat. Mengingat nangka sebagai buah musiman tumbuh subur di daerah Sukolilo dan daerah lain-nya, maka perlu dikembangkan ba-han belajar yang menarik dan mudah dipelajari agar dapat dipelajari sesuai dengan waktu yang dikehendaki. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang di-jadikan sebagai fokus di dalam peneli-tian ini adalah apakah paket pembela-jaran (modul dan video pembelapembela-jaran) yang dikembangkan secara khusus (1) menarik untuk dipelajari, (2) efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran,

(3) lebih efisien pemanfaatannya di da -lam proses pembelajaran KF Mandiri, dan (4) memotivasi warga belajar KF untuk menerapkannya.

Tujuan penelitian adalah menda-patkan data dan informasi tentang paket pembelajaran (modul dan video pembelajaran) yang mencakup: (1) menarik tidaknya dipelajari, (2) efek-tif tidaknya digunakan untuk

(28)

men-capai tujuan pembelajaran, (3) efisien

tidaknya digunakan di dalam proses pembelajaran pada KF Mandiri, dan (4) motivasi warga belajar KF untuk menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari.

nikasi visual, dan estetika. Domain pengembangan mencakup penerapan berbagai teknologi dalam pembelaja-ran (Seels dan Richey, 1994) dan dua di antaranya yang terkait dengan pe-nelitian ini adalah (a) teknologi cetak, yaitu cara memproduksi atau menyam-paikan bahan melalui proses

pence-takan mekanis atau fotografis, seperti

buku-buku, modul pembelajaran, dan bahan-bahan visual statis lainnya; dan (b) teknologi audiovisual, yaitu cara memproduksi dan menyampaikan ba-han dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menya-jikan pesan-pesan audio dan visual.

Selanjutnya, pengertian desain pembelajaran merupakan proses yang mencakup (a) menganalisis apa yang diajarkan/dipelajarai, (b) menentukan bagaimana sesuatu hal harus diajar-kan/dipelajari, (c) melakukan uji coba dan revisi, dan (d) menilai warga bela-jar yang belabela-jar. Orientasi model desain pembelajaran berdasar fokus

uta-manya dapat diklasifikasikan menjadi

yaitu (a) orientasi kelas, (b) orientasi produk pembelajaran, dan (c) sistem

pembelajaran. Pengklasifikasian desain

model dapat digunakan untuk mem-bedakan berbagai jenis model dan juga untuk menyederhanakan penentuan tugas pengembangan model pembela-jaran sesuai dengan kebutuhan.

2. Keaksaraan Fungsional

Keaksaraan fungsional diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Napitupulu mengemu-kakan pengertian keaksaraan sebagai pengetahuan dasar dan keterampil-an yketerampil-ang diperlukketerampil-an oleh semua Hasil penelitian ini akan

berman-faat bagi: (1) tutor, karena akan lebih mempermudah pengorganisasian

pembelajaran, meningkatkan efisiensi,

baik dalam pemanfaatan waktu tatap muka maupun pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, (2) warga belajar, karena akan menda-patkan pendalaman materi dan pe-nyerapan informasi pembelajaran yang lebih baik, (3) fasilitator, karena akan lebih mudah mengatur program pembelajaran KF yang diselenggara-kan di wilayah binaannya.

B. KAJIAN LITERATUR

1. Pengembangan Paket Pembelaja-ran

Pengembangan sebagai domain

teknologi pembelajaran didefinisikan

sebagai proses menerjemahkan

spesi-fikasi desain ke dalam bentuk fisiknya

yang berupa paket pembelajaran atau bahan belajar yang disajikan dalam bentuk media (Seels dan Richey, 1994). Pada dasarnya, kawasan pengemban-gan dideskripsikan sebagai: (a) adanya pesan yang terkandung di dalam isi, (b) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, dan (c) perwujudan teknolo-gi berupa perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan-bahan pembelajar-an.

Teori-teori yang mendasari domain pengembangan adalah: komunikasi, berpikir visual, belajar visual,

(29)

komu-nusia di dalam dunia yang berubah cepat, merupakan hak asasi manusia (Napitupulu, 1999). Lebih lanjut dika-takan bahwa keaksaraan merupakan keterampilan yang diperlukan setiap masyarakat yang berfungsi sebagai salah satu fondasi bagi keterampilan-keterampilan hidup yang lain. Keak-saraan Fungsional (KF) merupakan layanan pendidikan non formal bagi masyarakat yang belum dan ingin memiliki kemampuan baca-tulis-hi-tung (Calisbaca-tulis-hi-tung) melalui proses diskusi dan teraplikasi dalam aksi (calistung-dasi) yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Keaksaraan pada hakikatnya mer-upakan instrumen yang sangat terkait dengan peradaban manusia berupa kemampuan baca-tulis sebagai induk bahasa yang digunakan oleh setiap bangsa di dunia. Keaksaraan fung-sional merupakan salah satu alternatif pendidikan non formal di bidang pem-berantasan buta aksara. Pelaksanaan-nya didasarkan atas ide, pengalaman, pengetahuan, cita-cita, minat, kebu-tuhan, keterampilan, dan informasi yang dapat membelajarkan warga be-lajar mencari sumber-sumber pemeca-han masalah yang dihadapi.

Visi pendidikan keaksaraan adalah meningkatkan keaksaraan dasar war-ga masyarakat buta aksara sesuai den-gan minat dan kebutuhan belajarnya. Misi keaksaraan adalah membelajar-kan warga masyarakat buta aksara sehingga memiliki kemampuan mem-baca, menulis berhitung, berbahasa In-donesia, pengetahuan dan keterampil-an dasar yketerampil-ang dapat meningkatkketerampil-an mutu dan taraf hidupnya (Depdiknas,

2006).

Kurikulum pendidikan keaksaraan dikembangkan berbasis kompetensi dan disusun dengan memenuhi kaidah-kaidah: (a) Bahasa Indonesia hanya sebagai bahasa pengantar pem-belajaran, (b) tutor, penyelenggara, dan warga belajar diberikan keleluasaan untuk mengembangkan materi pem-belajaran sesuai dengan kondisi atau kebutuhan lingkungan masyarakat setempat, (c) penilaian kemampuan baca-tulis-hitung dimulai dari awal pembelajaran, selama proses, dan akh-ir pembelajaran, dan (d) kemampuan fungsional diarahkan pada kesadaran berbangsa dan bernegara, sementara keterampilan fungsional diarahkan pada peningkatan taraf hidup warga belajar melalui kegiatan pembelajaran yang substansinya disesuaikan dengan kondisi yang berkembang di lingkun-gan masyarakat masing-masing. C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ke-jar Bougenvile, Kelurahan Medokan Semampir, Sukolilo, Surabaya sela-ma empat bulan (awal Agustus sam-pai akhir November 2012). Prosedur pengembangan bahan belajar dilaku-kan melalui tiga tahapan, yaitu:

Tahap pertama: mengembangkan modul sederhana tentang Keterampil-an Membuat MKeterampil-anisKeterampil-an NKeterampil-angka karya BPPLSP Regional IV. Kemudian, me-rancang model pembelajaran ala Dick & Carey yang lebih sistematis yang

dimulai dari mengidentifikasi tujuan

pembelajaran umum, melakukan

(30)

pembelajaran yang dihasilkan melalui langkah pengembangan ini diuji

ting-kat efektivitas dan efisiensinya.

Cara-nya adalah melakukan serangkaian uji coba produk yang hasilnya sekaligus juga untuk penyempurnaan produk. Ujicoba dilaksanakan (a) melalui reviu ahli materi, ahli desain pembe-lajaran, ahli media pembepembe-lajaran, dan (b) uji lapangan, baik secara perorang-an, maupun kelompok kecil.

perilaku dan karakteristik pebelajar, menulis tujuan pembelajaran khusus, mengembangkan item-item tes acuan patokan, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, men-desain dan melaksanakan evaluasi for-matif, dan merevisi kegiatan pembela-jaran (Dick & Carey, 2001).

Tahap kedua: menyusun dan menulis bahan belajar modul, pan-duan pembelajaran, dan memproduksi media video pembelajaran. Tahap pe-nyusunan bahan belajar modul dan panduan pembelajaran hendaknya me-merhatikan (a) judul bab dan konsep-konsep kunci, (b) petunjuk belajar, (c) epitome, (d) pendahuluan, (e) tujuan pembelajaran umum, (f) tujuan pem-belajaran khusus, (g) uraian materi, (h) soal latihan, (i) rangkuman materi, dan (j) tes akhir bab. Panduan pembelaja-ran yang diperuntukkan bagi (a) war-ga belajar meliputi penggunaan bahan belajar, penggunaan media dan bahan lain yang diperlukan, pengerjaan soal latihan dan tugas, dan (b) tutor berisi-kan penggunaan bahan belajar. Pada tahap ini dilakukan kegiatan produksi media video pembelajaran yang meli-puti kegiatan praproduksi, produksi, dan pascaproduksi.

Tahap ketiga: mendesain dan melakukan evaluasi formatif yang me-liputi (a) tanggapan ahli materi, ahli desain, dan ahli media pembelajaran, dan (b) uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Pada tahap ini, dilakukan analisis dan revisi bahan belajar modul, panduan pembelajaran dan produksi media video pembelajaran. Rancangan paket

(31)

Gambar

Gambar Pengembangan Model ADDIE (sumber: Survey of Instructional  Development Models, 2002 h
Gambar 1. Rancangan Ujicoba Paket Pembelajaran
Tabel 1 Daftar Saran Ketepatan Materi Paket Pembelajaran Produk Komponen/Posisi Data Semula Data Revisi Modul   Pembelajar-an Kegiatan  Belajar  1 Halaman  6  ke   hala-man 8, Uraian Halaman  7  ke   hala-man 9, Uraian Halaman  8  ke   hala-man 10, Uraian
Tabel 2. Daftar Saran Ketepatan Desain Pembelajaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Plastik yang banyak digunakan untuk kemasan makanan adalah jenis plastik yang paling aman yaitu PET, PP, LDPE dan HDPE, jenis plastik ini termasuk kedalam kelompok

Salah satu bagian dari kegiatan e- Learning yang menggunakan fasilitas internet adalah distance learning, merupakan suatu proses pembelajaran, dimana dosen dan maha- siswa tidak

1. Bagi perusahaan, khususnya perusahaan air mineral AQUA bahwa kualitas produk dan harga yang diberikan oleh perusahaan AQUA sudah memberikan kualitas dan manfaat

Karyawan yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan pemimpinnya akan menunjukkan kinerja yang rendah dan cenderung berkeinginan keluar dari pekerjaannya ( turnover

Dalam sub bagian ini ada tiga aspek data yang harus dibahas secara mendalam agar lebih bermakna sesuai kajian konseptual, yaitu: (1) fenomena trans disosiatif di

Pengembangan dan penerapan sistem pemanfaatan terpadu (conjunctive use) antara air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan

Untuk menjaga performa kinerja mesin dan untuk umur pemakaian yang lebih lama, pada mesin pencacah botol plastik ini direncanakan akan dilakukan perawatan berkala, seperti

a) Menjaga gawang dari serangan pemain yang menguasai bola dapat dilakukan dengan memperhatikan sikap awal (steady position) , yaitu dengn memperhatikan sikap kaki dan