• Tidak ada hasil yang ditemukan

tubes_03311540000037

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "tubes_03311540000037"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

TUGAS BESAR KADASTER 3D

TUGAS BESAR KADASTER 3D

 Pemodelan 3D Gedung Olahraga Kampus ITS dengan Metode

 Pemodelan 3D Gedung Olahraga Kampus ITS dengan Metode

Georeferencing

Georeferencing 3D Menggunakan Google Earth dan ArcScene

3D Menggunakan Google Earth dan ArcScene

””

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

SURABAYA

2018

2018

TUGAS KADASTER 3D

TUGAS KADASTER 3D

MUHAMMAD FIRDAUS

MUHAMMAD FIRDAUS

 

(03311540000037)

 

(03311540000037)

(2)
(3)

2

A. PENDAHULUAN

Pada pembuatan model 3D Gedung Olahraga ITS yang dibuat dengan Trimble SketchUp Pro 8 dapat digunakan untuk membuat 3D GIS/ city model . Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan pengukuran langsung dilapangan mengenai dimensi gedung untuk keperluan  pembuatan 3D modelnya. Untuk menempatlan model 3D bangunan dalam sebuah patform GIS, model 3D bangunan harus memiliki sistem koordinat, skala, dan orientasi yang benar. Proses  penempatan model pada posisi yang benar ini dapat disebut sebagai georeferencing model.

Terdapat 2 metode yang dapat dilakukan melakukan  georeferencing model, tergantung  platform 3D GIS yang ingin digunakan. Cara pertama dilakukan dengan bantuan Google Earth.

Cara kedua dengan bantuan ArcGIS, yang dilakukan melalui Arc Scene.

B. METODE

1. Pemodelan 3D

Pemodelan adalah membentuk suatu benda-benda atau obyek. Membuat dan mendesain obyek tersebut sehingga terlihat seperti hidup. Sesuai dengan obyek dan basisnya, proses ini secara keseluruhan dikerjakan di komputer. Melalui konsep dan proses desain, keseluruhan obyek bisa diperlihatkan secara 3 dimensi, sehingga banyak yang menyebut hasil ini sebagai  pemodelan 3 dimensi (3D modelling) (Nalwan, 1998). Ada beberapa aspek yang harus

dipertimbangkan bila membangun model obyek, kesemuanya memberi kontribusi pada kualitas hasil akhir. Hal-hal tersebut meliputi metoda untuk mendapatkan atau membuat data yang mendeskripsikan obyek, tujuan dari model, tingkat kerumitan, perhitungan biaya, kesesuaian dan enyamanan, serta kemudahan manipulasi model. Proses pemodelan 3D membutuhkan perancangan yang dibagi dengan beberapa tahapan untuk pembentukannya. Seperti obyek apa yang ingin dibentuk sebagai obyek dasar, metoda pemodelan obyek 3D,  pencahayaan dan animasi gerakan obyek sesuai dengan urutan proses yang akan dilakukan.

Pemodelan 3D dibutuhkan di banyak bidang seperti inspection, navigation, object identification, visualization and animation. Membuat sebuah model 3D yang lengkap, detail, akurat dan realistis dari sebuah gambar masih merupakan hal yang sulit, terutama untuk model yang besar dan kompleks. Secara umum pemodelan 3D terdiri dari beberapa proses, antara lain desain, pengukuran secara 3D, kerangka dan pemodelan, pemberian tekstur dan visualisasi (Remondino, 2011).

2.

 Level of Detail

(LoD)

Penilaian hasil model 3 dimensi suatu objek dapat dinilai dari ukuran dan segi bentuknya. Untuk ukuran, pengujian dilakukan dengan uji statistik. Sedangkan dari segi bentuk, ditentukan dengan kategori pada Level of Detail (LOD). Menurut Biljecki (2013), dalam geomatika dan kartografi, skala peta sangat umum diterapkan, dan memberikan gambaran yang baik tentang skala yakni skala peta adalah rasio jarak di atas kertas dengan jarak dari obyek dunia nyata yang dipetakan. Konsep  Level of Detail terkait erat dengan konsep skala peta tersebut, dan LoD dipelopori oleh Clark (1976) yang menyebutkan bahwa struktur data hierarki jika dimana seseorang akan mendeskripsikan sebuah objek secara rinci maka ia akan menyusuri objek tersebut lebih dalam. Deskripsi sebuah objek yang kurang rinci dikarenakan adanya material yang mendefinisikan sebuah objek secara lebih luas. Maka semakin rinci deskripsi sebuah objek,

(4)

mengandung semakin banyak material atau geometri didalamnya. Berikut merupakan 5 tingkatan level of detail :

 LoD 0

Untuk setiap bangunan atau gedung bagian tapak atau atap garis diwakili oleh poligon horisontal dengan tinggi mutlak dan konstan yang didefinisikan dengan baik.

 LoD 1

Untuk setiap bangunan atau bangunan bagian kulit luar yang umum diwakili oleh tepat satu  prismatik ekstrusi padat. Tanah, 19 lantai dan atap permukaan harus horisontal, permukaan  batas lateral yang harus vertikal.

 LoD 2

Untuk setiap bangunan atau bagian bangunan terluar geometris sederhana diwakili oleh  permukaan luar horizontal atau vertikal dan bentuk atap disederhanakan. Semua jenis  permukaan dan elemen bangunan tambahan dapat direpresentasikan sebagai objek semantik.

 LoD 3

Untuk setiap bangunan atau gedung bagian kulit terluar geometris rinci diwakili oleh  permukaan luar rinci dan bentuk atap rinci. Semua jenis permukaan dan elemen bangunan

tambahan dapat lebih rinci direpresentasikan sebagai objek semantik . Dalam hal LoD2 pintu dan jendela dapat dimodelkan sebagai objek tematik datar.

 LoD 4

Untuk setiap bangunan atau bagian bangunan terluar geometris rinci dan interior diwakili oleh  permukaan luar dan dalam rinci dan bentuk atap rinci. Semua jenis permukaan dan elemen  bangunan bergerak bergerak dan non tambahan dapat diwakili dengan lebih rinci sebagai

objek semantik.

Gambar 1. Perbandigan Level of detail Sumber : www.researchgate.net

3.

Georeferencing

3D Model

Metode  georeferencing sebagian bersifat otomatis dan sebagian bergantung pada interaksi dengan pengguna. Pada metode georeferensi diasumsikan bahwa model 3D memiliki geometri proporsional yang benar dengan skala yang sama di seluruh bagian model 3D. Selain itu, satu sumbu kartesian dari model harus sejajar dengan arah ke natural up-direction

(5)

4

fitur yang diwakili oleh model 3D (Kolar dan Wan Wen, 2009). Secara konsep, prosedur georeferensi dapat dibagi menjadi beberapa tahap berikut:

1. Normalisasi geometri model 3D. 2. Evaluasi poin referensi.

3. Pilihan interaktif dari arah ke atas.

4. Interaktif georeferensi titik referensi identik. 5. Ekspor Parameter Georeferencing .

6. Pengindeksan spasial, tingkat resolusi, dan ekspor objek geografis.

C. PEMBAHASAN

1. Pemodelan 3D Gedung Olahraga ITS

Ukuran model 3D Gedung Olahraga ITS didapatkan dari hasil pengukuran langsung dilapangan terkait luas bangunan dan ukuran detil objek tertentu menggunakan roll meter, dan sedangkan untuk tinggi bangunan menggunakan perkiraan secara visual terkait tinggi bangunan. Pemodelan 3D Gedung Olahraga ITS ini menghasilkan LoD tingkat 3. Parameter yang dimodelkan pada Gedung Olahraga ITS ini sehingga menghasilkan LoD tingkat 3 adalah sebagai berikut :

a. Tekstur dan warna pada dinding bangunan  b. Jendela, pintu, dan ventilasi

c. Atap disertai jenis dan bentuk genteng

d. Material yang digunakan pada bangunan, seperti lantai dll.

Berikut merukan hasil dari pemodelan 3D Gedung Olahraga ITS menggunakan Trimble SketchUp Pro 8 :

(6)

Gambar 3. Hasil Pemodelan 3D Gedung Olahraga ITS Tampak Samping

2.

Georeferencing

dengan Google Earth

Berikut ini adalah gambar hasil georeferencing menggunakan platform Google Earth.

Gambar 4. Hasil Georeferencing menggunakan Google Earth

Berdasarkan dari proses melakukan  georeferencing menggunakan Google Earth ada  beberapa kelebihan dan kekurangan yang didapat dari proses dengan platform ini antara lain :

a. Kelebihan

Ada beberapa kelebihan dari proses georeferencing menggunakan platform Google Earth ini, yaitu:

 Lebih mudah dan cepat

 Tidak memerlukan data shp atau citra.

 Proses updating lebih mudah, dengan memperbarui file kmz yang di export dari

(7)

6

 Visualisasi yang dihasilkan halus dan teksturnya mirip dengan bangunan aslinya.

 b. Kelemahan

 Proses orientasi atau peletakan model 3d dilakukan secara manual, sehingga akurasi

dan ketelitiannnya rendah

 Kurang telitinya hasil orientasi dikarenakan citra yang disediakan oleh SketchUp

memiliki resolusi yang rendah.

 Sulit mengatur letak yang tepat model 3D dengan citra Google Earth.

3.

Georeferencing

dengan ArcScene

Berdasarkan dari proses melakukan  georeferencing menggunakan Google Earth ada  beberapa kelebihan dan kekurangan yang didapat dari proses dengan  platform ini antara

lain :

a. Kelebihan

Ada beberapa kelebihan dari proses georeferencing menggunakan platform Google Earth ini, yaitu:

 Proses georeferencing menggunakan shp yang sudah memiliki koordinat sehingga

keakuratan model 3d lebih akurat

Proses georeferencing lebih mudah karena sesuai dengan koordinat shp dengan

menggunakan tools-tools yang ada di ArcScene.  b. Kelemahan

 Dalam prosesnya lumayan rumit dan sering error  Updating data lebih rumit

 Visualisasi yang ditampilkan kurang halus, tidak sesuai dengan model yang telah

dibuat

4. Perbandingan Proses

Georeferencing

Menggunakan Google Earth dengan ArcScene Berikut merupakan perbandingan proses georeferencing menggunakan Google Earth dengan ArcScene dengan memperhatikan beberapa parameter yaitu :

No Parameter Google Earth ArcScene 1 Koordinat Koordinat yang

dihasilkan kurang akurat, karena  penempatan model 3D  berdasarkan

interpretasi citra  bukan hasil ukuran

lapangan

Koordinat yang dihasilkan lebih akurat, karena menggunakan data shp yang memiliki koordinat sehingga letak objek lebih akurat 2 Dimensi/ Skala Dimensi sesuai denagn kenampakan di citra

Dimensi dapat diatur sesuai kebutuhan

3 Visualisasi Visualisasi lebih baik terkait warna dan detil model 3D

Visualisasi kurang bagus tidak sesuai dengan model yang dibuat di sketch up

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Kolar, J. & Wan Wen. 2009. Visualization Aided Georeferencing of Individual 3d Models . Presented at the GeoViz-Hamburg Workshop 2009.

Remondino, F., Barazzetti, L, Ne, F., Scaioni M., Sarazzi D. 2011. UAV Photogrammetry For  Mapping And 3d Modeling

 – 

  Current Status And Future Perspectives. International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Vol. XXXVIII-1/C22.

www.techopedia.com/definition/11791/level-of-detail-lod

www.researchgate.net/figure/Five-Levels-of-Detail-LoD-in-CityGML-Groeger-Kolbe-et-al-2012-3D-city-models-based_fig1_270491566

Gambar

Gambar 1. Perbandigan Level of detail Sumber : www.researchgate.net 3. Georeferencing 3D Model
Gambar 2. Hasil Pemodelan 3D Gedung Olahraga ITS Tampak Depan
Gambar 3. Hasil Pemodelan 3D Gedung Olahraga ITS Tampak Samping 2. Georeferencing dengan Google Earth

Referensi

Dokumen terkait

a) Potensi bahaya: kontaminasi mikroba patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene. b) Potensi cacat mutu: kerusakan fisik karena kesalahan penanganan dan kesalahan label. c)

Penelitian ini dilakukan pada blok B, karena berdasarkan peta jenis tanah, tutupan lahan, elevasi, dan kemiringan, blok B lebih kompleks dan dapat

satu nilai moral pancasila sila ke dua. Yaitu Kemanusiaan yg adil dan beradab. Kita juga harus selalu bersatu, tidak boleh lagi ada bentrok atau tawuran antar

Menurut Hamzah (2011:1), motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang

Bundling (sistem penjualan paket) , dimana perusahaan menawarkan kombinasi spesifik dari berbagai produk yang dijual secara bersama, dengan harga yang lebih

[r]

Dengan metode analisis framing dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana framing yang berarti bagaimana pembingkaian dari Sindonews.com

Tutupan hutan dapat menjadi bukan hutan sebagai akibat adanya deforestasi dan degradasi hutan oleh aktivitas ekonomi masyarakat berupa kegiatan pertambangan,